Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI 7

RESENSI CERPEN
Judul : Sungai
Pengarang : Nugroho Notosusanto
Nugroho Notosusanto adalah seorang penulis cerpen yang terkenal, salah satu cerpennya
adalah “Sungai”. Cerpen yang menceritakan kehidupan seorang laki-laki hebat, kuat dan tegar,
perjuangan hidup seorang laki-laki yang berjuang untuk Indonesia. Laki-laki yang
mengagumkan ini rela mati demi membela tanah air tercinta. Laki –laki tersebut bernama
Sersan Kasim seorang Kepala Regu 3, Peleton 2 dari kompi TNI terakhir yang akan kembali ke
daerah operasinya di Jawa Barat. Sersan kasim memiliki banyak pengalaman dengan sungai .
Setiap kali menyeberangi sungai, dia merasakan sesuatu keharuan yang mendenyutkan
jantungnya. Seolah-olah ia berpisah dengan sesuatu, sesuatu dalam hidupnya. Makin besar
sungai itu, makin besar pula keharuan yang menggetarkan sanubarinya.

Saat itu, Jam satu malam cuaca gelap gulita dan murung, hujan turun selembut embun
namun cukup membasahkan. Kasim memimpin anak buahnya menuruni tebing yang curam dan
licin. Ia sendiri berjalan dengan sangat hati-hati, menggendong bayi pada panggulnya sebelah
kiri. Bayi itu bernama acep Matanya hitam tajam, meskipun badannya sangat kecil, dan
rambutnya lebat seperti hutan di Priangan. Ibunya meninggal sehari setelah melahirkannya
dalam pengungsian di Yogya. perjalanan sejauh itu Sersan Kasim membawa serta anaknya,
karena ia tak mau menitipkan pada penduduk yang asing baginya.

Mereka berjalan kaki, menempuh jarak lebih dari 300 kilometer, turun lembah, naik
gunung, menyeberangi sungai kecil dan besar. Akhirnya mereka tiba kembali di tepian Sungai
Serayu. Angin pegunungan dari seberang lembah, ditambah lagi air hujan yang mengguyur,
membuat mereka menggigil kedinginan. Mereka mulai menyeberangi sungai. Semakin ke
tengah semakin dalam, mencapai perut, kemudian hampir ke dada. Mereka semakin
kedinginan, terlebih Sersan Kasim. Bukan saja karena hujan dan basah oleh air sungai, tapi
karena Acep mulai gelisah dan meronta dalam gendongannya. Tangisnya pun akhirnya
memecah kesunyian.

Para prajurit berdegup jantungnya, menahan nafas, saling memandang dan terpaku di
tempatnya. Di hulu sungai sebuah peluru kembang api ditembakkan ke udara. Langit jadi terang
benderang. Seluruh kompi memandangnya; bergantung kepadanya. Nasib seluruh kompi
tertimpa pada bahunya. Tak ada yang tahu pasti, apa yang terjadi dalam beberapa menit
kemudian, yang terasa seperti berjam-jam. Juga Sersan Kasim, tak sadar. Yang ia tahu anaknya
menangis, dan setiap saat musuh dapat menumpasnya dengan menembakkan peluru dan
mortir. kemudian suara Acep meredup. Sesaat lagi lenyap sama sekali. Tembakan berhenti dan
pasukan dapat tiba di seberang dengan selamat. Keesokan harinya, saat fajar merekah para
prajurit menunda perjalanannya untuk berbela sungkawa dalam upacara singkat pemakaman
Acep.

KELEBIHAN : Cerpen ini bukan hanya menceritakan perjuangan sersan kasim berjuang
membela tanah air , tetapi juga mengajarkan pengorbanan, kasih sayang, amanah dan
tanggungjawab seorang ayah melindungi anaknya, dan memberikan motivasi terhadap setiap
generasi muda agar memiliki rasa cinta terhadap tanah air dan bersedia berjuang meskipun
hidup dan keluarga menjadi taruhannya.

KELEMAHAN : Penggambaran pada tokoh tersebut menurut saya yang kurang begitu
spesifik. Hanya menggunakan sudut pandang Dia-an dan tidak memakai sudut pandang kata
Aku-an.

MANFAAT PEMBACA : cerpen ini adalah bacaan yang sangat inspiratif. Layak dibaca oleh
siapa saja terutama generasi muda untuk meningkatkan rasa nassionalisme. namun penulis
harus lebih kreatif lagi agar banyak pembaca yang tertarik untuk membaca cerpen ini.

PENUTUP : Cerpen ini jugadapat mengangkat nilai-nilai agama yang dapat dijadikan
sebagai pelajaran yang berharga bagi setiap pribadi yang takut akan Tuhan, dengan meneladani
tokoh utama. Tokoh utama cerpen, Sersan Kasim, memiliki semangat rela berkorban demi
kepentingan orang lain dan membantu orang lain tersebut dengan setulus hati. Selain itu,
Sersan Kasim adalah seorang pribadi yang tabah dan tidak mudah menyerah dengan keadaan,
menghadapi setiap masalah yang terjadi dengan pengharapan penuh bahwa setiap masalah
pasti dapat diselesaikan dengan baik. Tuhan dan melihat segala sesuatu serta selalu bersikap
optimis terhadap segala sesuatu yang akan terjadi di kemudian hari. Namun , konflik yang
ditimbulkan dalam cerpen ini masih dalam bentuk konflik biasa, artinya konflik tersebut masih
dapat diselesaikan atau ditebak oleh pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai