Anda di halaman 1dari 51

LITERATURE REVIEW:

PENGARUH DIABETES MELLITUS


TERHADAP KONVERSI APUSAN SPUTUM
SETELAH TERAPI FASE INTENSIF
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

Skripsi
Diajukan guna memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh
Muhammad Ilham Fadillah
1710911210035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
Januari 2021
ii
Universitas Lambung Mangkurat
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Banjarmasin, 15 Januari 2021

Muhammad Ilham Fadillah

iii
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRAK

LITERATURE REVIEW:
PENGARUH DIABETES MELLITUS TERHADAP
KONVERSI APUSAN SPUTUM SETELAH TERAPI FASE INTENSIF
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

Muhammad Ilham Fadillah

Hubungan antara diabetes mellitus (DM) dengan infeksi tuberkulosis (TB)


telah dilaporkan pada berbagai studi. Indonesia, dengan beban TB kedua tertinggi
di dunia, memiliki jumlah penderita diabetes tertinggi keempat. Hal ini
menunjukkan bahwa epidemi DM yang meningkat dapat berkontribusi pada
peningkatan beban TB. Kondisi hiperglikemia pada DM akan meningkatkan stres
oksidatif yang akan menyebabkan penurunan respons host terhadap infeksi
Mycobacterium tuberculosis (M. tb). Kontrol glikemik yang buruk dikaitkan
dengan penurunan hasil pengobatan pada pasien TB-DM. Konversi apusan sputum
pada pasien TB paru merupakan indikator yang paling penting dalam evaluasi
efektifitas pengobatan yang diberikan. Sekitar 95% konversi apusan sputum terjadi
setelah terapi OAT fase intensif. Keterlambatan waktu konversi dianggap sebagai
indikasi kegagalan terapi. Metode yang digunakan berupa review terhadap studi
terkait pengaruh DM terhadap konversi apusan sputum TB paru selama 10 tahun
terakhir dengan keyword “Diabetes Mellitus, Tuberculosis, Smear Conversion”.
Literature review ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh DM terhadap konversi
apusan sputum setelah terapi fase intensif pada pasien tuberkulosis paru. Hasil dari
literature review ini menunjukkan bahwa DM berpengaruh terhadap keterlambatan
konversi apusan sputum setelah terapi fase intensif. Pengaruh ini lebih signifikan
pada pasien DM dengan kontrol glikemik yang buruk.

Kata-kata Kunci : diabetes mellitus, tuberkulosis, konversi apusan

iv
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT

LITERATURE REVIEW:
EFFECT OF DIABETES MELLITUS ON
SPUTUM SMEAR CONVERSION AFTER INTENSIVE PHASE THERAPY
IN PATIENTS WITH LUNG TUBERCULOSIS

Muhammad Ilham Fadillah

The relationship between diabetes mellitus (DM) and tuberculosis (TB) infection
has been reported in various studies. Indonesia, with the second highest TB burden
in the world, has the fourth highest number of people with diabetes. This shows that
the increasing DM epidemic can contribute to the increasing burden of TB.
Hyperglycemia in DM will increase oxidative stress which will decrease the host's
response to Mycobacterium tuberculosis (M. tb) infection. Poor glycemic control is
associated with reduced treatment outcome in TB-DM patients. The sputum smear
conversion in pulmonary TB patients is the most important indicator in evaluating
the effectiveness of a given treatment. About 95% of converted sputum smears
occurred after the intensive phase of ATD therapy. Time delay appears as an
indication of treatment failure. This study method is in the form of a review of the
study of the effect of DM on the conversion of pulmonary tuberculosis sputum smear
during the last 10 years with the keyword "Diabetes Mellitus, Tuberculosis, Smear
Conversion". This literature review aims to see the effect of DM on sputum smear
conversion after intensive phase therapy in pulmonary tuberculosis patients. The
results of this literature review show that DM affects the delay in sputum smear
conversion after intensive phase therapy. This effect is more significant in DM
patients with poor glycemic control.

Keywords : diabetes mellitus, tuberculosis, smear conversion

v
Universitas Lambung Mangkurat
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “LITERATURE

REVIEW: PENGARUH DIABETES MELLITUS TERHADAP KONVERSI

APUSAN SPUTUM SETELAH TERAPI FASE INTENSIF PADA PASIEN

TUBERKULOSIS PARU” tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh

derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung

Mangkurat Banjarmasin. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran, Dr. dr. Iwan Aflanie, M.Kes, Sp.F, S.H yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas dalam pengerjaan skripsi.

2. Koordinator Program Studi Pendidikan Dokter, Dr. dr. Triawanti, M.Kes yang

telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam dalam pengerjaan skripsi.

3. Kedua dosen pembimbing, dr. Ira Nurrasyidah, Sp.P dan dr. Nanang Miftah

Fajari, Sp.PD-KEMD yang berkenan memberikan saran dan arahan dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Kedua dosen penguji, dr. Fauzia Noor Liani, Sp.PD dan dr. Rahmiati, M.Kes,

Sp.MK yang memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi

semakin baik.

vi
Universitas Lambung Mangkurat
5. Kedua orangtua penulis tercinta, ayahanda Ir. Muhammad Saleh dan ibunda

Herniwati, serta seluruh keluarga yang tak pernah henti mendukung,

mendoakan, memperhatikan dan siap membantu.

6. Rekan satu tim atas kebersamaan dan kerjasamanya dalam membantu

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan.

Banjarmasin, Januari 2021

Penulis

vii
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. iii

ABSTAK .................................................................................................. iv

ABSTRACT .............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ viii

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................ 3

D. Manfaat .............................................................................. 3

BAB II METODE ............................................................................. 4

A. Metode ............................................................................... 4

B. Kriteria Pencarian .............................................................. 4

C. Analisis .............................................................................. 5

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 7

BAB IV PENUTUP ............................................................................... 21

A. Kesimpulan ........................................................................ 21

viii
Universitas Lambung Mangkurat
B. Saran .................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 22

LAMPIRAN ............................................................................................. 27

ix
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR SINGKATAN

ATD : Anti-Tuberculosis Drug

AUC0-6h : Area Under Curve 0 – 6 hours

BMJ : British Medical Journal

BTA : Basil Tahan Asam

Cmax : Maximum Plasma Concentration

DM : Diabetes Mellitus

DMT2 : Diabetes Mellitus Tipe 2

GM-CSF : Granulocyte-Macrophage Colony-Stimulating Factor

GSH : Glutathione

IDSA : Infectious Disease Society of America

IFN-γ : Interferon-γ

IL-1 : Interleukin-1

IL-1β : Interleukin-1β

IL-5 : Interleukin-5

IL-6 : Interleukin-6

IL-12 : Interleukin-12

IL-17A : Interleukin-17A

IL-22 : Interleukin-22

LPS : Lipopolysaccharides

MHC : Major Histocompatibility Complex

M. tb : Mycobacterium tuberculosis

x
Universitas Lambung Mangkurat
OAT : Obat Anti Tuberkulosis

OGC : Optimum Glycemic Control

PGC : Poor Glycemic Control

PBMC : Peripheral Blood Mononuclear Cell

ROS : Reactive Oxygen Species

SCR : Smear Conversion Rate

TGF-β : Transforming Growth Factor-β

Th-1 : T-Helper 1

TNF-α : Tumor Necrosis Factor-α

xi
Universitas Lambung Mangkurat
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan antara diabetes mellitus (DM) dengan infeksi tuberkulosis (TB)

telah dilaporkan pada berbagai studi.1 Di antara pasien TB, prevalensi DM berkisar

antara 1,9% hingga setinggi 35% setelah skrining dan tingkat tertinggi adalah di

negara dengan prevalensi diabetes yang juga tinggi.2 Indonesia, dengan beban TB

kedua tertinggi di dunia, memiliki jumlah penderita diabetes tertinggi keempat. 1,3

Hal ini menunjukkan bahwa epidemi DM yang meningkat dapat berkontribusi pada

peningkatan beban TB.4

Diabetes mellitus juga secara bermakna dikaitkan dengan risiko terjadinya

infeksi TB. Beberapa studi meta-analysis telah menunjukkan bahwa DM adalah

faktor risiko infeksi saluran pernapasan bawah termasuk TB. 4-7 Dilaporkan bahwa

DM meningkatkan risiko TB aktif sebesar dua hingga empat kali lipat.4-8 Tingkat

efek ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, jenis DM, keparahan DM,

prevalensi TB di wilayah tersebut, dan etnis.2

Kondisi hiperglikemia pada DM akan meningkatkan influks glukosa melalui

jalur poliol. Hal ini akan meningkatkan stres oksidatif melalui penurunan tingkat

glutathione (GSH) secara signifikan dan peningkatan reactive oxygen species

(ROS). Kondisi hiperglikemia pada DM juga dikaitkan dengan penurunan respons

host terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tb).9-12 Peningkatan stres

oksidatif menginduksi perubahan dalam produksi sitokin yang terkait dengan

1
Universitas Lambung Mangkurat
2

pengendalian infeksi M. tb. Disregulasi kadar sitokin yang ditemukan dalam plasma

ini dapat menurunkan respons imun terhadap M. tb.13. Kerentanan pasien diabetes

terhadap TB juga disebabkan oleh penurunan fungsi mucociliary clearance serta

jumlah dan fungsi sel imun yang terkait dengan infeksi M. tb.2

Kontrol glikemik yang buruk dikaitkan dengan peningkatan manifestasi

klinis serta penurunan hasil pengobatan pada pasien TB paru dengan diabetes. 1,14-
18
Konversi apusan sputum pada pasien TB paru merupakan indikator yang paling

penting dalam evaluasi efektifitas pengobatan yang diberikan.19,20 Tingkat konversi

apusan sputum setelah terapi obat anti tuberkulosis (OAT) fase intensif sebesar 95%

(p < 0.05).21 Keterlambatan waktu konversi dianggap sebagai indikasi kegagalan

terapi. Beberapa studi telah dilakukan dalam mengevaluasi faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kondisi ini.

Hingga artikel ini ditulis, belum ada tinjauan terhadap literatur-literatur yang

memberikan gambaran umum (overview) terkait pengaruh DM terhadap konversi

apusan sputum setelah terapi fase intensif pada pasien TB paru. Pengetahuan terkait

pengaruh DM terhadap konversi apusan sputum diharapkan dapat menjadi

pertimbangan bagi dokter dalam melakukan pengawasan kontrol glikemik sehingga

dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan TB paru.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari literature review ini adalah apakah terdapat pengaruh

diabetes mellitus terhadap konversi apusan sputum setelah terapi fase intensif pada

pasien tuberkulosis paru?

Universitas Lambung Mangkurat


3

C. Tujuan

Tujuan umum dari literature review ini adalah untuk mengetahui gambaran

umum pengaruh DM terhadap konversi apusan sputum pada pasien tuberkulosis

paru. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui pengaruh DM terhadap konversi apusan sputum setelah terapi

fase intensif pada pasien tuberkulosis paru.

b. Mengetahui pengaruh kontrol glikemik yang buruk pada pasien TB dengan

DM terhadap konversi apusan sputum setelah terapi fase intensif.

D. Manfaat

Literature review ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan data

bagi kepentingan ilmu pengetahuan dalam mengetahui pengaruh diabetes mellitus

terhadap konversi apusan sputum setelah terapi fase intensif sehingga dapat

digunakan sebagai tambahan wawasan keilmuan untuk penelitian selanjutnya, serta

dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi petugas kesehatan dalam upaya

memberikan pelayanan optimal, pengawasan kontrol glikemik pada pasien TB

dengan DM dapat membantu meningkatkan keberhasilan pengobatan TB paru.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB II

METODE

A. Metode

Metode penulisan yang dilakukan adalah metode literature review berupa

narrative review.

B. Kriteria Pencarian

Literature review ini merupakan studi literarur terhadap artikel berbahasa

Inggris dan Indonesia yang terdapat di berbagai database berupa Google Scholar,

PubMed-MEDLINE, dan Cochrane Library. Selain itu, artikel-artikel yang

digunakan juga diperoleh melalui website resmi Infectious Society of America

(IDSA), British Medical Journal (BMJ), serta dari daftar referensi artikel-artikel

yang diperoleh. Kata kunci yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang

akurat antara lain “Diabetes Mellitus, Tuberculosis, Smear Conversion,” dengan

menggunakan strategi pencarian menggunakan operator OR untuk mendapatkan

informasi yang akurat. Hasil penelusuran yang ditampilkan kemudian dilakukan

penyaringan dengan menggunakan fitur Advanced search untuk menyortir jurnal

yang diterbitkan dalam 10 tahun terakhir (2010 – 2020). Kriteria inklusi literature

review ini adalah penelitian yang mempunyai hasil penelitian sesuai dengan tujuan

yang diajukan penulis terkait pengaruh DM terhadap konversi apusan sputum

setelah terapi fase intensif pada pasien tuberkulosis paru. Dua puluh tiga artikel

yang diangap relevan dan memenuhi kriteria inklusi yang diambil untuk literature

review ini. Strategi pencarian ditunjukkan pada Lampiran 1.

4
Universitas Lambung Mangkurat
5

C. Analisis

Dalam pembuatan tinjauan literatur ini, penulis sebelumnya telah melakukan

penelusuran artikel pada tiga database, yaitu Google Scholar, PubMed-MEDLINE,

dan Cochrane Library. Secara keseluruhan, artikel yang ditemukan pada

penelusuran sebanyak 17.662 artikel. Adapun artikel-artikel yang ditemukan di

setiap database sebanyak 17.600 artikel dari Google Scholar, 50 artikel dari

PubMed, dan 12 artikel dari Cochrane Library. Setelah dilakukan penyortiran tahun

terbit jurnal didapatkan 11.050 artikel dengan rincian 11.000 artikel dari Google

Scholar, 38 artikel dari PubMed, dan 12 artikel dari Cochrane Library. Artikel yang

tersortir kemudian dilakukan penapisan berdasarkan judul dan abstrak, serta kriteria

inklusi sehingga diperoleh hasil sebanyak 23 artikel (gambar 2.1).

Universitas Lambung Mangkurat


6

Artikel yang diperoleh Artikel yang diperoleh Artikel yang diperoleh


dari hasil penelurusan dari hasil penelurusan dari hasil penelurusan
PubMed-MEDLINE, Google Sholar, Cochrane Library,
n=17.600 n= 50 n= 12

Artikel yang
Dilakukan penyortiran tahun terbit dieksklusi tahun
jurnal, terbit tidak sesuai
n=17.662 dengan periode
yang diinginkan
(10 tahun terakhir),
n=6.612
Artikel yang diterbitkan dalam
peiode 10 tahun terakhir,
n=11.050 Artikel yang
dieksklusi karena
tidak relevan
dengan topik
n=11.012
Artikel diperoleh setelah
membaca judul dan abstrak,
n=38
Artikel yang
dieksklusi karena
tidak sesuai dengan
kriteria inklusi
n=15
Artikel digunakan dalam studi
literatur,
n=23

Gambar 2.1. Diagram alur penelusuran literatur

Universitas Lambung Mangkurat


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Literature review ini akan membahas pengaruh diabetes mellitus terhadap

konversi apusan sputum setelah terapi fase intensif pada pasien tuberkulosis paru

yang lebih lanjut difokuskan pada status DM serta kontrol glikemik yang buruk

sebelum inisiasi terapi OAT. Dari 23 literatur yang digunakan dalam literature

review ini, terdapat 21 literatur yang memuat pembahasan terkait pengaruh DM

terhadap konversi apusan sputum, satu literatur terkait pengaruh kontrol glikemik

yang buruk terhadap konversi apusan sputum, dan satu literatur lainnya yang

memuat pembahasan kedua topik tersebut (tabel 3.1).

7
Universitas Lambung Mangkurat
8

Tabel 3.1. Literatur terkait pengaruh diabetes mellitus terhadap konversi apusan sputum seteah terapi fase intensif pada pasien
tuberkulosis paru

No Penulis Topik Desain Studi Subjek Hasil


1. Güler et al., Factors influencing Retrospective 306 pasien TB kasus Waktu rata-rata konversi apusan sputum 59.4
201122 sputum smear and culture analysis baru. ± 32.2 hari, sementara untuk kultur 57.1 ±
conversion time among 29.9 hari dengan korelasi yang positif antara
patients with new case keduanya. DM secara signifikan berhubungan
pulmonary tuberculosis dengan konversi apusan sputum (OR: 2.39,
95% CI: 1.04-5.48; p = 0.04).
2. Mota et al., Predictors of delayed Retrospective 136 pasien TB dengan DM tidak memiliki pengaruh yang signifikan
201123 sputum smear and culture cohort median usia 41.0 (IQR secara statistic terhadap keterlambatan
conversion among a 18.0) tahun. 75% konversi apusan sputum setelah terapi fase
Portuguese population merupakan laki-laki. intensif
with pulmonary
tuberculosis
3. Jiménez- Association of diabetes Prospective Selama periode 15 tahun Pasien TB paru dengan DM memiliki
Corona et al., and tuberculosis: impact study didapati 1262 TB paru. manifestasi klinis yang lebih parah (kavitas
201224 on treatment and post- 374 (29,63%) aOR 1.80, 95% CI 1.09-2.10) dan konversi
treatment outcomes diantaranya didiagnosa sputum ≥ 60 hari (OR 1.51, 95% CI 1.09-
DM. 2.10).
4. Babalik et al., Factors affecting smear Retrospective 547 pasien TB dengan Keterlambatan konversi sputum terjadi pada
201225 conversion in tuberculosis cohort apusan sputum positif di 11.9% pasien. Keterlambatan konversi
management awal terapi. sputum pada pasien dengan DM terjadi pada
18,4% kasus dan kurang berdampak secara
signifikan (p = 0.162)
5. Chaudry et Prevalence of diabetes Retrospective Dari 1388 pasien, 79.82% (n = 91) pasien asal Fipina memiliki
al., 201226 type-2 & pulmonary cohort 12,39% (n = 172) berasal DMT2 dan memiliki waktu perawatan yang
tuberculosis among dari Filipina, 7.17% (n = lebih lama di rumah sakit (70-110 hari)
Filipino and treatment 114) memiliki DMT2. dikarenakan keterlambatan konversi sputum

Universitas Lambung Mangkurat


9

outcomes: A surveillance dibandingkan pasien tanpa DMT2 yang


study in the Eastern Saudi memiliki waktu perawatan lebih singkat (55-
Arabia 90 hari).
6. Bouti et al., Factors influencing Prospective 119 kasus TB dengan Tingkat konversi sputum pada akhir bulan
201321 sputum conversion among analysis apusan sputum positif. pertama adalah 73.1% (p < 0.01) dan 95% (p
smear-positive pulmonary < 0.05) pada bulan kedua. Variabel DM tidak
tuberculosis patients in berpengaruh secara signifikan terhadap
Morocco konversi apusan sputum.
7. Mi et al., Diabetes mellitus and Cross 1589 pasien dengan TB. Jumlah pasien dengan DM yang memiliki
201327 tuberculosis: pattern of sectional & 189 memiliki DM. apusan sputum yang tetap positif setelah 2
tuberculosis, two-month retrospective Terdapat 580 pasien bulan terapi secara signifikan memiliki
smear conversion and cohort dengan apusan sputum proporsi yang lebih besar dibandingkan pasien
treatment outcomes in yang positif pada awal tanpa DM. (n = 20, 21.7% vs. n = 25, 5.6%).
Guangzhou, China pengobatan, 535. DM juga berdampak pada apusan sputum
yang tetap positif setelah 2 bulan terapi (RR =
3.85, 95% CI = 2.24-6.63, p < 0.001).
Prevalensi sputum yang tidak mengalami
konversi setelah 2 bulan nampaknya lebih
tinggi pada pasien dengan kontrol DM yang
buruk namun hal ini belum signifikan (RR =
1.97, 95% CI = 0.71-5.47)
8. Viswanathan Effect of diabetes on Retrospective 332 pasien TB kasus Waktu rata-rata konversi sputum lebih tinggi
et al., 201328 treatment outcome of analysis baru terkonfirmasi pada TB-DM (64.2±10.5) diabandingkan TB-
smear positive pulmonary dengan sputum positif NonDM (61.5±7.5) (p < 0.001). Pada akhir
tuberculosis – A report dikategorikan sebagai fase intensif terapi OAT, 14.7% pasien
from South India TB-DM (n = 96) dan TB dengan DM tidak mengalami konversi
non-DM (n = 149). sputum, sedangkan pada pasien tanpa DM
hanya 3.5% (p = 0.02). Risiko apusan sputum
yang tidak mengalami konversi setelah terapi
OAT fase intensif juga signifikan (RR = 3.9,
95% CI: 1.5-10.6). Tingkat gagal terapi juga

Universitas Lambung Mangkurat


10

lebih tinggi pada pasien DM dibandingkan


tanpa DM (4.2% vs. 0.7%).
9. Khanna et al., Characteristics and Prospective Dari 458 pasien TB yang Konversi apusan sputum pada pasien dengan
201329 treatment response in descriptive tercatat, 66 diantaranya DM (n = 28/66 (74%)) tidak berbeda secara
patients with tuberculosis terdiagnosa DM signifikan jika dibandingkan dengan pasien
and diabetes mellitus in sementara 392 lainnya tanpa DM (n = 122/392 (83%)).
New Delhi, India tanpa DM.
10. Prasad et al., Sputum smear conversion Retrospective 577 pasien TB. Tidak didapati perbedaan tingkat konversi
201430 and treatment outcomes descriptive Informasi tentang status apusan sputum setelah terapi fase intensif
for tuberculosis patients DM tersedia untuk 567 pada pasien TB dengan DM ataupun tanpa
with and without diabetes pasien, 68 diantaranya DM (78,4% vs. 79,4%, P = 0,66).
in Fiji (12%) memiliki riwayat
DM.
11. Gawde et al., Effect of type II diabetes Prospective Dari 233 pasien TB, 89
Dari 109 pasien dengan apusan positif, 106
201431 mellitus on treatment observational diantaranya memiliki
diantaranya mengalami konversi setelah
outcomes of tuberculosis DM. terapi fase intensif. Tingkat konversi apusan
sputum lebih rendah pada pasien dengan DM
namun hasil ini belum berarti secara statistik.
(AOR: 0.099; 95% CI (0.013-0.761).
12. Shital et al., Tuberculosis with diabetes Prospective 200 kasus TB dengan Persentasi konversi sputum setelah terapi
201432 mellitus: Clinical- observational DM dan 200 kasus TB OAT fase intensif secara signifikan lebih
radiological overlap and tanpa DM. rendah pada pasien dengan DM (76.53%)
delayed sputum dibandigkan pada pasien tanpa DM (92.70%)
conversion needs cautious (p < 0.003).
evaluation-prospective
cohort study in tertiary
care hospital, India
13. Behnaz et al., Five-year assessment of Retrospective 211 pasien dengan 158/189 (83.6%) pasien mengalami konversi
201433 time of sputum smears cohort apusan sputum positif di setelah terapi OAT fase intensif. DM
conversion and outcome awal pengobatan. 189 berhubungan dengan apusan sputum yang
and risk factors of diantaranya memiliki

Universitas Lambung Mangkurat


11

tuberculosis patients in data apusan sputum tetap positif pada akhir terapi fase intensif (p
Central Iran setelah terapi OAT fase = 0.0012).
intensif.
14. Shariff et al., Diabetes mellitus and its Case control 150 pasien TB paru Pasien TB paru dengan apusan sputum positif
201520 influence on sputum smear dengan apusan sputum yang memiliki DM memiliki risiko 2.6 kali
positivity at the 2nd month positif dengan rasio tidak mengalami konversi apusan sputum
of treatment among kasus dengan kontrol setelah 2 bulan terapi OAT (OR = 2.59, 95%
pulmonary tuberculosis 1:1, 75 diantaranya CI = 1.27-5.33)
patients in Kuala Lumpur, dianalisa sebagai kasus
Malaysia: A case control dan sisanya sebagai
study kontrol. 31 pasien kasus
memiliki riwayat DM.
15. Siddiqui et Effect of Diabetes Mellitus Prospective 316 pasien TB. Dari DM berhubungan dengan apusan sputum yang
al., 201634 on Tuberculosis study jumlah ini, 50 tidak mengalami konversi setelah 60 hari (OR
Treatment Outcome and didiagnosa dengan DM. = 0.633, 95% CI = 0.206-1.949) serta hasil
Adverse Reactions in terapi yang buruk (OR = 0.714, 95% CI =
Patients Receiving 0.155-3.279).
Directly observed
Treatment Strategy in
India: A Prospective Study
16. Banurekha et Sputum conversion and Retrospective 163 pasien dengan TB- 107/114 (94%) pasien mengalami konversi
al., 201735 treatment success among cohort DM. 114 diantaranya sputum pada akhir fase intensif. Angka ini
tuberculosis patients with memiliki data apusan menunjukkan tingkat konversi sputum yang
diabetes treated under the sputum di awal dan akhir kurang optimal pada pasien TB dengan
Tuberculosis Control fase intensif. diabetes.
Programme in an Urban
setting in South India
17. Leung et al., Effects of diabetes mellitus Prospective 21414 pasien TB. Dari DM secara independen berhubungan dengan
201736 on the clinical cohort jumlah ini, tersisa 5112 keterlambatan konversi apusan sputum (AOR
presentation and pasien non-DM dan 1.59, 95% CI 1.34-1.87) dan kultur (AOR
1389 pasien dengan DM

Universitas Lambung Mangkurat


12

treatment response in yang memiliki data 1.40, 95% CI 1.20-1.64) setelah terapi OAT
tuberculosis pemeriksaan apusan fase intensif.
sputum setelah terapi
OAT fase intensif
18. Anandaraj et Factors influencing delay Prospective 233 pasien TB. 216 175 (75.1%) mengalami konversi sputum di
al., 201737 in sputum smear study pasien memiliki data akhir terapi fase intensif, sementara 41
conversion among new apusan sputum pada (17,6%) tetap positif. DM merupakan salah
smear-positive pulmonary akhir terapi fase intensif. satu variabel yang berpengaruh terhadap
tuberculosis patients of konversi apusan sputum setelah terapi fase
Davangere tuberculosis intensif (OR: 2.81, 95% CI (1.18-6.67)
unit

19. Mahishale et Effect of poor glycemic Hospital- 630 pasien TB paru Konversi apusan sputum setelah terapi OAT
al., 201714 control in newly based dengan DMT2. 423 fase intensif terjadi pada 74.29% pasien.
diagnosed patients with Prospective pasien dengan kontrol Tingkat apusan sputum yang tidak mengalami
smear-positive pulmonary Study glikemik yg buruk, 207 konversi setelah 2 bulan terapi OAT (p =
tuberculosis and type-2 lainnya memiliki kontrol 0.00422) pada pasien dengan kontrol glikemik
diabetes mellitus glikemik yang optimal. yang buruk lebih tinggi (36.17%)
dibandingkan pasien dengan kontrol glikemik
yang optimal (4.35%).
20. Nandasena et Characteristics and Retrospective Dari 687 data pasien, Konversi sputum akan terlihat pada 2-3 bulan
al., 201838 sputum conversion of descriptive 366 diantaranya setelah memulai terapi (n = 303, 85.8%).
tuberculosis (TB) patients memiliki apusan sputum Status DM tidak menunjukkan hubungan yang
in Kalutara, Sri Lanka yang positif pada awal signifikan dengan konversi sputum pada bulan
pengobatan. 2-3 (n = 84, 88.4% vs. n = 214, 84.6%, p =
0.397)
21. Wardani et Predominant determinants Case-control 311 pasien TB dengan Salah satu variabel yang berpengaruh
al., 201939 of delayed tuberculosis Study apusan positif dibagi terhadap keterlambatan konversi sputum
sputum conversion in menjadi kelompok setelah terapi fase intensif adalah DM (OR =
Indonesia sampel kasus (n= 31) 7.168; 95% CI: 1.746-29.431).
yang mengalami

Universitas Lambung Mangkurat


13

keterlambatan konversi
sputum dan kelompok
kontrol (n= 62) yang
mengalami konversi
diakhir fase intensif.
22. Commiesie et Determinants of sputum Case-control 469 pasien TB paru 12.3% pasien tidak mengalami konversi
al., 201940 smear nonconversion in Study terkonfirmasi apusan sputum setelah 2 bulan inisiasi terapi.
smear-positive pulmonary bakteriologis DM (AOR: 0.47, 95% CI: 0.2-1.3) tidak
tuberculosis patients in berhubungan dengan apusan sputum yang
Suriname, 2010 – 2015 tidak mengalami konversi setelah terapi fase
intensif.
23 Bisognin et Predictors of time to Retrospective 89 pasien TB dengan DM (HR: 0.68; 95% CI: 0.37-1.26) tidak
al., 201941 sputum smear conversion observational apusan sputum positif di berhubungan dengan keterlambatan konversi
in patients with pulmonary awal terapi apusan sputum.
tuberculosis under
treatment

Universitas Lambung Mangkurat


14

Penilaian mikroskopis apusan sputum untuk basil tahan asam (BTA) adalah

metode yang tersedia secara luas, sederhana, dan murah untuk diagnosis TB paru

dan pemantauan pengobatan. Pemeriksaan apusan sputum lebih baik dibandingkan

dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Untuk

memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dua contoh uji dahak

(sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif (konversi) bila kedua

contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu contoh uji positif atau keduanya

positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif. 42,43

Konversi apusan sputum pada pasien TB paru meupakan indikator yang

paling penting dalam evaluasi efektifitas pengobatan yang diberikan. 19,20 Tingkat

konversi apusan sputum pada akhir bulan pertama adalah 73.1% (p < 0.01) dan 95%

(p < 0.05) pada akhir bulan kedua setelah inisiasi terapi OAT.21 Keterlambatan

waktu konversi dianggap sebagai indikasi kegagalan terapi. Hasil pengobatan

secara statistik lebih buruk secara signifikan pada pasien yang tidak mengalami

perubahan apusan sputum menjadi positif dalam waktu dua bulan pengobatan.20

Beberapa studi telah dilakukan dalam mengevaluasi faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kondisi ini.

Dari 23 literatur yang digunakan dalam literature review ini, 14 diantaranya

menyatakan adanya pengaruh DM terhadap konversi apusan sputum setelah terapi

fase intensif pada pasien TB paru, sedangkan sembilan lainnya tidak menemukan

adanya pengaruh yang signifikan. Selain itu, terdapat dua literatur yang menyatakan

bahwa kontrol glikemik yang buruk pada pasien DM dengan TB secara signifikan

mempengaruhi konversi apusan sputum setelah terapi fase intensif. Penulis

Universitas Lambung Mangkurat


15

menemukan proporsi pasien TB-DM yang terdapat pada sembilan literatur yang

menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan terhadap DM dan konversi

apusan sputum secara umum lebih rendah dibandingkan 14 penelitian lainnya.

Penulis juga menemukan adanya literatur yang menggunakan defenisi operasional

yang berbeda dengan penelitian lain pada umumnya. Kedua hal ini dapat

menjelaskan adanya hasil yang tidak signifikan antara DM dan konversi apusan

sputum.

1. Pengaruh DM terhadap konversi apusan sputum setelah terapi fase

intensif pada pasien TB paru

Diabetes mellitus diketahui menyebabkan disfungsi dan penekanan pada

sistem imunitas. Beberapa studi telah memperlihatkan bukti bahwa DM menekan

respons imun yang memfasilitasi infeksi M. tb dan perkembangan penyakitnya.


20,24,26,27,32,33,37
Studi oleh Martinez et.al memberi kesan bahwa imunitas bawaan dan

adaptif yang terkait dengan respons terhadap TB mengalami gangguan pada

individu DM.44 Gomez et al. menemukan bahwa perlekatan dan fungsi fagositosis

M. tb pada monosit lebih rendah pada penderita diabetes daripada individu

nondiabetes.45

Kondisi hiperglikemia pada diabetes juga menginduksi perubahan dalam

produksi sitokin yang terkait dengan pengendalian infeksi M. tb. Sel mononuklear

dan monosit orang dengan DM mengeluarkan lebih sedikit IL-1 dan IL-6 sebagai

respons terhadap stimulasi oleh lipopolysaccharides. Tampaknya hal ini

merupakan konsekuensi dari kerusakan intrinsik dalam sel individu dengan

DM.32,46,47 Studi lain melaporkan bahwa peningkatan glikasi dapat menghambat

Universitas Lambung Mangkurat


16

produksi IL-10 oleh sel-sel myeloid, serta IFN-γ dan TNF-α oleh sel T. Glikasi juga

akan mengurangi ekspresi kompleks histokompatibilitas mayor (MHC) kelas I pada

permukaan sel myeloid dan mengganggu imunitas sel.10 Sebuah studi pada pasien

TB-DM menunjukkan bahwa mereka memiliki konsentrasi sirkulasi IFN-γ, TNF-

α, IL-12, IL-17, IL-1b, GM-CSF (sitokin yang mendukung respons Th1) yang lebih

tinggi dan juga memiliki konsentrasi IL-5, IL-10, dan TGF-β (sitokin terkait dengan

regulasi respons sitokin) dibandingkan pasien TB tanpa DM. Hal yang sama juga

diamati pada pasien dengan prediabetes-TB. Disregulasi kadar sitokin yang

ditemukan dalam plasma ini dapat menurunkan respons imun terhadap M. tb, dan

memberi kesan perubahan progresif pada respons imun terkait dengan

perkembangan DMT2 dapat memengaruhi kerentanan terhadap TB.48

Penurunan imunitas pada pasien DM ini tentunya akan berpengaruh terhadap

perjalanan penyakit TB dalam hal ini respons terapi yang diamati melalui waktu

konversi apusan sputum setelah terapi OAT fase intensif. Viswanathan et al

menemukan waktu rata-rata konversi apusan sputum lebih tinggi pada TB-DM

(64.2±10.5) dibandingkan TB-NonDM (61.5±7.5) (p < 0.001). Sebuah studi

prospective oleh Shital et al terhadap 200 kasus TB-DM dan 200 kasus TB Non-

DM mendapati presentasi konversi sputum yang secara signifikan lebih rendah

pada pasien dengan DM (76.53%) dibandingkan pada pasien tanpa DM (92.70%)

(p < 0.003).32 Sementara itu, studi cohort retrospective yang dilakukan oleh Mi et

al terhadap 1589 pasien TB dimana 189 (12%) diantaranya memiliki DM juga

didapati hasil yang serupa. Jumlah pasien dengan DM yang tidak mengalami

konversi apusan sputum setelah dua bulan terapi secara signifikan memiliki

Universitas Lambung Mangkurat


17

proporsi yang lebih besar dibandungkan pasien tanpa DM (21,7% vs. 5,6%). Pasien

dengan DM juga memiliki risiko hampir empat kali lebih besar memiliki apusan

sputum yang tetap positif di akhir fase intensif (RR = 3.85, 95% CI = 2.24-6.63, p

< 0.001).27

Pada sebuah studi cohort prospective dengan jumlah sampel cukup besar

yakni 21.414 pasien TB yang 333 (15.55%) diantaranya memiliki DM

mengemukakan bahwa DM secara independen berhubungan dengan keterlambatan

konversi apusan sputum setelah terapi fase intensif (AOR 1.59, 95% CI 1.34-

1.87).36 Sebuah studi lainnya oleh Shariff et al terhadap 150 pasien TB

terkonfirmasi bakteriologis 75 diantaranya dianalisa sebagai kasus dan lainnya

sebagai kontrol. Dalam kategori kasus terdapat 31 pasien yang memiliki DM.

Didapati bahwa pasien TB dengan DM memiliki risiko 2,6 kali lebih tinggi

memiliki sputum yang tidak mengalami konversi setelah terapi fase intensif ( OR =

2.59, 95% CI = 1.27-5.33).20 Studi case-control lainnya bahkan memperoleh risiko

yang lebih tiggi (OR = 7.168; 95% CI: 1.746-29.431).39

Selain mengemukakan bahwa keterlambatan konversi sputum yang terjadi

akibat penurunan respons imun terhadap M. tb pada pasein DM, penelitian oleh Mi

et al, Shariff et al, serta Behnaz et al menyebutkan bahwa hal yang juga ikut

mempengaruhi kondisi ini adalah interaksi antara terapi hipoglikemik oral DM

dengan OAT dalam hal ini rifampisin, juga kemungkinan penurunan absorbsi OAT

pada pasien DM.20,27,33 Penatalaksanaan yang optimal untuk pasien dengan TB-DM

sangat penting namun memiliki banyak tantangan dalam hal pencapaian hasil terapi

yang baik dan menghindari toksisitas, interaksi obat, serta tantangan lainnya.

Universitas Lambung Mangkurat


18

Penatalaksanaan DM selama pengobatan anti tuberkulosis, bertujuan untuk

meningkatkan hasil pengobatan TB dan mengurangi morbiditas dan mortalitas

terkait DM, serta pengendalian glikemik.49

Pasien dengan DM mungkin memiliki konsentrasi obat anti TB yang lebih

rendah, terutama rifampisin. Dalam satu penelitian, rata-rata pajanan (AUC0-6h)

untuk rifampisin adalah 53% lebih rendah pada pasien TB-DM dibandingkan

pasien TB usia dan jenis kelamin yang cocok tanpa DM. Efek ini dikaitkan dengan

tingkat keparahan hiperglikemia. Selain itu, konsentrasi maksimum (Cmax)

rifampisin lebih rendah di antara penderita diabetes. Tidak ada perbedaan yang

ditemukan antara waktu yang diperlukan obat untuk mencapai konsentrasi

maksimum (Tmax). Mekanisme pasti dari tingkat obat dalam plasma yang lebih

rendah masih belum dapat dipastikan. Penurunan sekresi asam klorida lambung dan

gangguan absorpsi obat, bahkan dengan tidak adanya gastroparesis klinis mungkin

menjadi alasan 20,27,33,50

Sebaliknya, beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa pengeruh DM

terhadap konversi apusan sputum setelah terapi fase intensif kurang signifikan.

Studi cohort retrospective yang dilakukan oleh Mota et al pada 136 pasien TB

dengan karakteristik yang beragam yang 10 diantaranya memiliki DM tidak

menemukan adanya pengaruh yang signifikan secara statistik bila dibandingkan

variabel karakteristik yang lain. Namun, definisi operasional terkait konversi

apusan sputum yang digunakan dalam penelitian tersebut berbeda dengan penelitian

lain umumnya, konversi dinyatakan apabila hasil apusan positif pada tiga kali

pengambilan spesimen sehingga sangat mungkin menurunkan SCR (smear

Universitas Lambung Mangkurat


19

conversion rate).23 Lebih lanjut, studi oleh Babalik et al terhadap 547 pasien TB

terkonfirmasi bakteriologis dengan 8,9% memiliki DM menemukan keterlambatan

konversi apusan sputum hanya pada 18,4% kasus DM (p = 0.162). 25 Studi case-

control oleh Commiesie et al pada 469 pasien TB terkonfirmasi bakteriologis

dengan 13,88% diantaranya memiliki DM juga mengemukakan bahwa DM tidak

berhubungan dengan konversi apusan sputum setelah terapi fase intensif (AOR:

0.47; 95% CI: 0.2-1.3).40

2. Pengaruh kontrol glikemik yang buruk terhadap konversi apusan

sputum setelah terapi fase intensif pada pasien TB paru

Kondisi hiperglikemia telah dikaitkan dengan penurunan respons host

terhadap infeksi M. tb.9-12 Kontrol glikemik yang buruk sebelum terapi dikaitkan

dengan peningkatan risiko yang signifikan terhadap penyakit TB dalam hal lesi

kavitasi paru-paru, apusan sputum positif, dan konversi apusan yang lebih lambat

setelah terapi. Kontrol glikemik yang buruk selama terapi TB juga memiliki efek

negatif yang signifikan pada penyelesaian pengobatan, penyembuhan, dan tingkat

kekambuhan pada pasien dengan TB paru dengan diabetes.14

Peningkatan konsentrasi glukosa in vitro dari 5 menjadi 25 mmol/L memiliki

efek marginal pada produksi sitokin setelah stimulasi sel mononuklear darah perifer

(PBMC) dengan M. tuberculosis lysate, sementara glukosa 40 mmol/L

meningkatkan produksi TNF- α, IL-1β, IL-6 dan IL-10, tetapi bukan dari IFN-γ, IL-

17A dan IL-22. Diferensiasi makrofag di bawah kondisi hiperglikemik glukosa 25

mmol/ L juga dikaitkan dengan peningkatan produksi sitokin pada stimulasi dengan

M. tuberculosis lysate dan LPS tetapi dalam percobaan infeksi tidak ada perbedaan

Universitas Lambung Mangkurat


20

dalam perkembangan M. tuberculosis yang diamati. Kapasitas fagositik dari

makrofag hiperglikemik ini juga tetap tidak berubah. Fakta bahwa hanya

konsentrasi glukosa yang sangat tinggi yang mampu secara signifikan

mempengaruhi produksi sitokin oleh makrofag menunjukkan bahwa hiperglikemia

saja tidak dapat sepenuhnya menjelaskan peningkatan kerentanan pasien diabetes

mellitus terhadap tuberkulosis.50

Studi oleh Mi et al sebelumnya menunjukkan prevalensi sputum yang tidak

mengalami konversi setelah terapi OAT fase intensif nampaknya lebih tinggi pada

pasien dengan kontrol DM yang buruk (RR = 1.97; 95% CI = 0.71-5.47).27 Studi

lainnya oleh Mahishale et al yang merupakan hospital-based prospective study

terhadap 630 pasien TB paru dengan DMT2. Terdapat 423 pasien dengan kontrol

glikemik yang buruk (PGC), sementara 207 lainnya memiliki kontrol glikemik yang

optimal (OGC). Pada studi ini didapati tingkat apusan sputum yang tidak

mengalami konversi setelah terapi OAT fase intensif secara signufikan (p =

0.00422) lebih tinggi pada pasien DMT2 dengan PGC (36.17%) dibandingkan

pasien dengan OGC (4.35%).14

Universitas Lambung Mangkurat


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan literature review ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. DM berpengaruh terhadap keterlambatan konversi apusan sputum setelah

terapi fase intensif pada pasien TB paru.

2. Pengaruh DM terhadap keterlambatan waktu konversi dapat dijelaskan akibat

adanya penurunan respons imun pada pasien DM, interaksi antara terapi DM

dan TB, serta penurunan absorbsi OAT yang berujung pada penurunan

respons terapi. Pengaruh DM terhadap keterlambatan waktu konversi lebih

signifikan pada pasien dengan kontrol glikemik yang buruk.

B. Saran

Literature review ini memiliki implikasi untuk pengobatan TB pada pasien

dengan TB-DM. Bukti yang berkembang memberi kesan bahwa respons terapi

menurun pada pasien dengan TB-DM. Fenomena ini dan alasan yang mendasarinya

perlu penilaian lebih lanjut. Solusi potensial adalah mengendalikan DM seagresif

mungkin pada awal pengobatan anti-TB.

Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dalam literature review ini.

Hal ini karena tiap penelitian mempunyai kecenderungan variabel penelitian yang

beragam. Karena itu, penulis memberikan saran pada penelitian selanjutnya agar

menggunakan kriteria inklusi yang merepresentasikan hubungan TB-DM serta

mempertimbangkan data kontrol glikemik pasien.

21
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR PUSTAKA

1. Baghaei P, Marjani, M, Javanmard, P, Tabarsi, P, Masjedi, M. Diabetes


mellitus and tuberculosis facts and controversies. Journal of Diabetes &
Metabolic Disorders. 2013;12(1):58.

2. Yorke E, Atiase Y, Akpalu J, Sarfo-Kantanka O, Boima V, Dey I. The


bidirectional relationship between tuberculosis and diabetes. Tuberculosis
Research and Treatment. 2017;2017:1-6.

3. Skowroński M, Zozulińska-Ziółkiewicz, D, Barinow-Wojewódzki A. State


of the art paper tuberculosis and diabetes mellitus – an underappreciated
association. Archives of Medical Science. 2014;5: 1019-1027.

4. Al-Rifai R, Pearson F, Critchley J, Abu-Raddad L. Association between


diabetes mellitus and active tuberculosis: a systematic review and meta-
analysis. PLOS ONE. 2017;12(11): e0187967

5. Amare H, Gelaw A, Anagaw B, Gelaw B. Smear positive pulmonary


tuberculosis among diabetic patients at the Dessie referral hospital, Northeast
Ethiopia. Infectious Diseases of Poverty. 2013;2(1).

6. Liu Q, Li W, Xue M, Chen Y, Du X, Wang C, et al. Diabetes mellitus and the


risk of multidrug resistant tuberculosis: a meta-analysis. Scientific Reports.
2017;7(1).

7. Hayashi S, Chandramohan D. Risk of active tuberculosis among people with


diabetes mellitus: systematic review and meta-analysis. Tropical Medicine &
International Health. 2018;23(10):1058-1070.

8. Alves C, Casqueiro, J. Infections in patients with diabetes mellitus: a review


of pathogenesis. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism.
2012;16(7):27.

9. Segura-Cerda C, López-Romero W, Flores-Valdez M. Changes in host


response to Mycobacterium tuberculosis infection associated with type 2
diabetes: beyond hyperglycemia. Frontiers in Cellular and Infection
Microbiology. 2019;9.

10. Sekhar R, McKay S, Patel S, Guthikonda A, Reddy V, Balasubramanyam A,


et al. glutathione synthesis is diminished in patients with uncontrolled
diabetes and restored by dietary supplementation with cysteine and glycine.
Diabetes Care. 2010;34(1):162-167.

11. Pieme C, Tatangmo J, Simo G, Biapa P, Ama V, Moukette B, et al.


Relationship between hyperglycemia, antioxidant capacity and some

22
Universitas Lambung Mangkurat
enzymatic and non-enzymatic antioxidants in African patients with type 2
diabetes. BMC Research Notes. 2017;10(1).

12. Ferlita S, Yegiazaryan A, Noori N, Lal G, Nguyen T, To K, et al. Type 2


diabetes mellitus and altered immune system leading to susceptibility to
pathogens, especially Mycobacterium tuberculosis. Journal of Clinical
Medicine. 2019;8(12):2219.

13. Martinez N, Kornfeld H. Diabetes and immunity to tuberculosis. European


Journal of Immunology. 2014;44(3):617-626.

14. Mahishale V, Avuthu S, Patil B, Lolly M, Eti A, Khan S. Effect of poor


glycemic control in newly diagnosed patients with smear-positive pulmonary
tuberculosis and type-2 diabetes mellitus. Iran J Med Sci. 2017;42(2):144-
151.

15. Boyilla N, Madas S. Relationship between diabetes mellitus and pulmonary


tuberculosis and the outcome of treatment. International Journal of Advances
in Medicine. 2016; 504-508.

16. Chiang C, Lee J, Chien S, Enarson D, Chang Y, Chen Y, et al. Glycemic


control and radiographic manifestations of tuberculosis in diabetic patients.
PLoS ONE. 2014;9(4): e93397.

17. Soerono L, Soewondo W. The correlation of chest radiographic image of


pulmonary tuberculosis in type 2 diabetes mellitus patients with HbA1C
level. KnE Life Sciences. 2019;4(12):45.

18. Park S, Shin J, Kim J, Park I, Choi B, Choi J, et al. The effect of diabetic
control status on the clinical features of pulmonary tuberculosis. European
Journal of Clinical Microbiology & Infectious Diseases. 2011;31(7):1305-
1310.

19. Van der Kuyp F, Mahan CS. Prolonged positivity of sputum smears with
negative cultures during treatment for pulmonary tuberculosis. Int J Tuberc
Lung Dis 2012;16:1663–7.

20. Shariff N, Safian N. Diabetes mellitus and its influence on sputum smear
positivity at the 2nd month of treatment among pulmonary tuberculosis
patients in Kuala Lumpur, Malaysia: A case control study. International
Journal of Mycobacteriology. 2015;4(4):323-329.

21. Bouti K, Aharmim M, Marc K, Soualhi M, Zahraoui R, Benamor J et al.


Factors Influencing Sputum Conversion among Smear-Positive Pulmonary
Tuberculosis Patients in Morocco. ISRN Pulmonology. 2013;2013:1-5.

23
Universitas Lambung Mangkurat
22. Güler M, Ünsal E, Dursun B, AydIn Ö, Capan N. Factors influencing sputum
smear and culture conversion time among patients with new case pulmonary
tuberculosis. International Journal of Clinical Practice. 2006;61(2):231-235.

23. Caetano Mota P, Carvalho A, Valente I, Braga R, Duarte R. Preditores de


conversão tardia dos exames micobacteriológicos direto e cultural de
expetoração numa população portuguesa com tuberculose pulmonar. Revista
Portuguesa de Pneumologia. 2012;18(2):72-79.

24. Jiménez-Corona M, Cruz-Hervert L, García-García L, Ferreyra-Reyes L,


Delgado-Sánchez G, Bobadilla-del-Valle M et al. Association of diabetes and
tuberculosis: impact on treatment and post-treatment outcomes. Thorax.
2012;68(3):214-220.

25. Babalik A, Kiziltas S, Arda H, Oruc K, Cetintas G, Calisir H. Factors


affecting smear conversion in tuberculosis management. Medicine Science |
International Medical Journal. 2012;1(4):351.

26. Chaudhry L, Essa E, Al-Solaiman S, Al-Sindi K. Prevalence of diabetes type-


2 & pulmonary tuberculosis among Filipino and treatment outcomes: A
surveillance study in the Eastern Saudi Arabia. International Journal of
Mycobacteriology. 2012;1(2):106-109.

27. Mi F, Tan S, Liang L, Harries A, Hinderaker S, Lin Y et al. Diabetes mellitus


and tuberculosis: pattern of tuberculosis, two-month smear conversion and
treatment outcomes in Guangzhou, China. Tropical Medicine & International
Health. 2013;18(11):1379-1385.

28. Viswanathan V, Vigneswari A, Selvan K, Satyavani K, Rajeswari R, Kapur


A. Effect of diabetes on treatment outcome of smear-positive pulmonary
tuberculosis—A report from South India. Journal of Diabetes and its
Complications. 2014;28(2):162-165.

29. Khanna A, Lohya S, Sharath B, Harries A. Characteristics and treatment


response in patients with tuberculosis and diabetes mellitus in New Delhi,
India. Public Health Action. 2013;3(1):48-50.

30. Prasad P, Gounder S, Varman S, Viney K. Sputum smear conversion and


treatment outcomes for tuberculosis patients with and without diabetes in Fiji.
Public Health Action. 2014;4(3):159-163.

31. Gawde N, Viswanathan A. Effect of type II diabetes mellitus on treatment


outcomes of tuberculosis. Lung India. 2014;31(3):244.

24
Universitas Lambung Mangkurat
32. Shital P, Anil J. Tuberculosis with Diabetes Mellitus: Clinical-Radiological
Overlap and Delayed Sputum Conversion Needs Cautious Evaluation-
Prospective Cohort Study in Tertiary Care Hospital, India. Journal of
Pulmonary & Respiratory Medicine. 2014;04(02).

33. Behnaz F, Mohammadzadeh M, Mohammadzade G. Five-Year Assessment


of Time of Sputum Smears Conversion and Outcome and Risk Factors of
Tuberculosis Patients in Central Iran. Tuberculosis Research and Treatment.
2015;2015:1-7.

34. Siddiqui A, Khayyam K, Sharma M. Effect of Diabetes Mellitus on


Tuberculosis Treatment Outcome and Adverse Reactions in Patients
Receiving Directly Observed Treatment Strategy in India: A Prospective
Study. BioMed Research International. 2016;2016:1-11.

35. Banurekha V, Bhatnagar T, Savithri S, Kumar ND, Kangusamy B,


Mehendale S. Sputum conversion and treatment success among tuberculosis
patients with diabetes treated under the Tuberculosis Control Programme in
an Urban setting in South India.Indian J Community Med 2017;42:180-182.

36. Leung C, Yew W, Mok T, Lau K, Wong C, Chau C et al. Effects of diabetes
mellitus on the clinical presentation and treatment response in tuberculosis.
Respirology. 2017;22(6):1225-1232.

37. Anandaraj R, Anurupa S, Kavithai P, Rashmi M, Ranjitha A, Raghavendra


K. Factors influencing delay in sputum smear conversion among new smear-
positive pulmonary tuberculosis patients of Davangere tuberculosis unit.
International Journal of Medical Science and Public Health. 2017;:1.

38. Nandasena S, Senavirathna C, Munasinghe C, Wijesena C, Sucharitharathna


R. Characteristics and sputum conversion of tuberculosis (TB) patients in
Kalutara, Sri Lanka. Indian Journal of Tuberculosis. 2019;66(1):76-80.

39. Wardani D, Wahono E. Predominant Determinants of Delayed Tuberculosis


Sputum Conversion in Indonesia. Indian Journal of Community Medicine.
2019;44(1):53-57.

40. Commiesie E, Stijnberg D, Marín D, Perez F, Sanchez M. Determinants of


sputum smear nonconversion in smear-positive pulmonary tuberculosis
patients in Suriname, 2010-2015. Rev Panam Salud Publica. 2019;43:e86.

41. Bisognin F, Amodio F, Lombardi G, et al. Predictors of time to sputum smear


conversion in patients with pulmonary tuberculosis under treatment. New
Microbiologica. 2019;42(3):171-175.

25
Universitas Lambung Mangkurat
42. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2014.

43. Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 67 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2016.

44. Martinez N, Kornfeld H. Diabetes and immunity to tuberculosis. European


Journal of Immunology. 2014;44(3):617-626.

45. Gomez D, Twahirwa M, Schlesinger L, Restrepo B. Reduced Mycobacterium


tuberculosis association with monocytes from diabetes patients that have poor
glucose control. Tuberculosis. 2013;93(2):192-197.

46. Yorke E, Atiase Y, Akpalu J, Sarfo-Kantanka O, Boima V, Dey I. The


bidirectional relationship between tuberculosis and diabetes. Tuberculosis
Research and Treatment. 2017;2017:1-6.

47. Zheng C, Hu M, Gao F. Diabetes and pulmonary tuberculosis: a global


overview with special focus on the situation in Asian countries with high TB-
DM burden. Global Health Action. 2017;10(1):1264702.

48. Kumar NP, Babu S. Influence of diabetes mellitus on immunity to human


tuberculosis. Immunology. 2017;152(1):13-24.

49. van Crevel R, Koesoemadinata R, Hill P, Harries A. Clinical management


of combined tuberculosis and diabetes. The International Journal of
Tuberculosis and Lung Disease. 2018;22(12):1404-1410.

50. Lachmandas E, Vrieling F, Wilson L, Joosten S, Netea M, Ottenhoff T et al.


The Effect of Hyperglycaemia on In Vitro Cytokine Production and
Macrophage Infection with Mycobacterium tuberculosis. PLOS ONE.
2015;10(2):e0117941.

26
Universitas Lambung Mangkurat
LAMPIRAN

Hasil pencarian melalui kata kunci (Search strategy):

1. Search: DIABETES SMEAR CONVERSION Filters: from 2010 - 2020


("diabete"[All Fields] OR "diabetes mellitus"[MeSH Terms] OR
("diabetes"[All Fields] AND "mellitus"[All Fields]) OR "diabetes
mellitus"[All Fields] OR "diabetes"[All Fields] OR "diabetes
insipidus"[MeSH Terms] OR ("diabetes"[All Fields] AND "insipidus"[All
Fields]) OR "diabetes insipidus"[All Fields] OR "diabetic"[All Fields] OR
"diabetics"[All Fields] OR "diabets"[All Fields]) AND ("smear"[All Fields]
OR "smear s"[All Fields] OR "smears"[All Fields]) AND ("conversion"[All
Fields] OR "conversions"[All Fields])

2. Search: diabetes mellitus tuberculosis smear conversion Filters: from 2010 –


2020 ("diabetes mellitus"[MeSH Terms] OR ("diabetes"[All Fields] AND
"mellitus"[All Fields]) OR "diabetes mellitus"[All Fields]) AND
("tuberculosi"[All Fields] OR "tuberculosis"[MeSH Terms] OR
"tuberculosis"[All Fields] OR "tuberculoses"[All Fields] OR "tuberculosis
s"[All Fields]) AND ("smear"[All Fields] OR "smear s"[All Fields] OR
"smears"[All Fields]) AND ("conversion"[All Fields] OR "conversions"[All
Fields]

27
Universitas Lambung Mangkurat
Fadillah MI.dkk.Literature Review: Pengaruh Diabetes…

LITERATURE REVIEW: PENGARUH DIABETES MELLITUS


TERHADAP KONVERSI APUSAN SPUTUM SETELAH
FASE INTENSIF PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

Muhammad Ilham Fadillah1, Ira Nurrasyidah2, Nanang Miftah Fajari3


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
2
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lambung Mangkurat, Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.
3
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung
Mangkurat, Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.

Email korespondensi: milhamfadillahs@gmail.com

Abstract: The relationship between diabetes mellitus (DM) and tuberculosis (TB)
infection has been reported in various studies. Hyperglycemia in DM will increase
oxidative stress which will decrease the host's response to Mycobacterium tuberculosis
(M. tb) infection. Poor glycemic control is associated with reduced treatment outcome in
TB-DM patients. The sputum smear conversion in pulmonary TB patients is the most
important indicator in evaluating the effectiveness of a given treatment. About 95% of
converted sputum smears occurred after the intensive phase of ATD therapy. Time delay
appears as an indication of treatment failure. This literature review aims to see the effect
of DM on sputum smear conversion after intensive phase therapy in pulmonary
tuberculosis patients. This study method is in the form of a review of the study of the effect
of DM on the conversion of pulmonary tuberculosis sputum smear during the last 10 years
(2010 – 2020). The results of this literature review show that DM affects the delay in
sputum smear conversion after intensive phase therapy. This effect is more significant in
DM patients with poor glycemic control.

Keywords: Diabetes Mellitus, Tuberculosis, Smear Conversion

ABSTRAK: Hubungan antara diabetes mellitus (DM) dengan infeksi tuberkulosis


(TB) telah dilaporkan pada berbagai studi. Kondisi hiperglikemia pada DM akan
meningkatkan stres oksidatif yang akan menyebabkan penurunan respons host
terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tb). Kontrol glikemik yang buruk
dikaitkan dengan penurunan hasil pengobatan pada pasien TB-DM. Konversi apusan
sputum pada pasien TB paru merupakan indikator yang paling penting dalam evaluasi
efektifitas pengobatan yang diberikan. Sekitar 95% konversi apusan sputum terjadi setelah
terapi OAT fase intensif. Keterlambatan waktu konversi dianggap sebagai indikasi
kegagalan terapi. Literature review ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh DM terhadap
konversi apusan sputum setelah terapi fase intensif pada pasien tuberkulosis paru. Metode
yang digunakan berupa review terhadap studi terkait pengaruh DM terhadap konversi
apusan sputum TB paru selama 10 tahun terakhir (2010 – 2020). Hasil dari literature review
ini menunjukkan bahwa DM berpengaruh terhadap keterlambatan konversi apusan sputum
setelah terapi fase intensif. Pengaruh ini lebih signifikan pada pasien DM dengan kontrol
glikemik yang buruk.

Kata-kata kunci: Diabetes Mellitus, Tuberkulosis, Konversi Apusan

1
Homeostasis,

PENDAHULUAN konversi dianggap sebagai indikasi


Hubungan antara diabetes mellitus kegagalan terapi. Beberapa studi telah
(DM) dengan infeksi tuberkulosis (TB) dilakukan dalam mengevaluasi faktor-
telah dilaporkan pada berbagai studi.1 Di faktor yang dapat mempengaruhi kondisi
antara pasien TB, prevalensi DM ini.
berkisar antara 1,9% hingga setinggi Hingga artikel ini ditulis, belum ada
35% setelah skrining dan tingkat tinjauan terhadap literatur-literatur yang
tertinggi adalah di negara dengan memberikan gambaran umum
prevalensi diabetes yang juga tinggi.2 (overview) terkait pengaruh DM
Indonesia, dengan beban TB kedua terhadap konversi apusan sputum setelah
tertinggi di dunia, memiliki jumlah terapi fase intensif pada pasien TB paru.
penderita diabetes tertinggi keempat.1,3 Pengetahuan terkait pengaruh DM
Hal ini menunjukkan bahwa epidemi terhadap konversi apusan sputum
DM yang meningkat dapat berkontribusi diharapkan dapat menjadi pertimbangan
pada peningkatan beban TB.4 bagi dokter dalam melakukan
Kondisi hiperglikemia pada DM pengawasan kontrol glikemik sehingga
akan meningkatkan influks glukosa dapat meningkatkan keberhasilan
melalui jalur poliol. Hal ini akan pengobatan TB paru.
meningkatkan stres oksidatif melalui
penurunan tingkat glutathione (GSH) METODE
secara signifikan dan peningkatan Metode penulisan yang digunakan
reactive oxygen species (ROS). Kondisi adalah narrative review terhadap artikel
hiperglikemia pada DM juga dikaitkan yang terdapat di database berupa Google
dengan penurunan respons host terhadap Secholar, PubMed, dan Cochrane
infeksi Mycobacterium tuberculosis (M. Library dengan kata kunci “Diabetes
tb).9-12 Peningkatan stres oksidatif Mellitus, Tuberculosis, Smear
menginduksi perubahan dalam produksi Conversion”. Artikel yang digunakan
sitokin yang terkait dengan pengendalian dalam review ini adalah artikel
infeksi M. tb. Disregulasi kadar sitokin penelitian yang memenuhi kriteria
yang ditemukan dalam plasma ini dapat inklusi di antaranya full article yang
menurunkan respons imun terhadap M. diterbitkan pada periode 2010-2020, dan
tb.13. Kerentanan pasien diabetes memuat data hasil penelitian sesuai
terhadap TB juga disebabkan oleh dengan tujuan yang diajukan penulis
penurunan fungsi mucociliary clearance terkait pengaruh DM terhadap konversi
serta jumlah dan fungsi sel imun yang apusan sputum setelah terapi fase
terkait dengan infeksi M. tb.2 intensif pada pasien tuberkulosis paru.
Kontrol glikemik yang buruk
dikaitkan dengan peningkatan HASIL
manifestasi klinis serta penurunan hasil Literature review ini akan
pengobatan pada pasien TB paru dengan membahas pengaruh diabetes mellitus
diabetes.1,14-18 Konversi apusan sputum terhadap konversi apusan sputum setelah
pada pasien TB paru merupakan terapi fase intensif pada pasien
indikator yang paling penting dalam tuberkulosis paru yang lebih lanjut
evaluasi efektifitas pengobatan yang difokuskan pada status DM serta kontrol
diberikan.19,20 Tingkat konversi apusan glikemik yang buruk sebelum inisiasi
sputum setelah terapi obat anti terapi OAT. Dari 23 literatur yang
tuberkulosis (OAT) fase intensif sebesar digunakan dalam literature review ini,
95% (p < 0.05).21 Keterlambatan waktu terdapat 21 literatur yang memuat

2
Fadillah MI.dkk.Literature Review: Pengaruh Diabetes…

pembahasan terkait pengaruh DM bahwa kontrol glikemik yang buruk pada


terhadap konversi apusan sputum, satu pasien DM dengan TB secara signifikan
literatur terkait pengaruh kontrol mempengaruhi konversi apusan sputum
glikemik yang buruk terhadap konversi setelah terapi fase intensif. Penulis
apusan sputum, dan satu literatur lainnya menemukan proporsi pasien TB-DM
yang memuat pembahasan kedua topik yang terdapat pada sembilan literatur
tersebut (Tabel 1).14,20-41 yang menyatakan tidak adanya
Penilaian mikroskopis apusan hubungan yang signifikan terhadap DM
sputum untuk basil tahan asam (BTA) dan konversi apusan sputum secara
adalah metode yang tersedia secara luas, umum lebih rendah dibandingkan 14
sederhana, dan murah untuk diagnosis penelitian lainnya. Penulis juga
TB paru dan pemantauan pengobatan. menemukan adanya literatur yang
Untuk memantau kemajuan pengobatan menggunakan defenisi operasional yang
dilakukan pemeriksaan dua contoh uji berbeda dengan penelitian lain pada
sputum (sewaktu dan pagi). Hasil umumnya. Kedua hal ini dapat
pemeriksaan dinyatakan negatif menjelaskan adanya hasil yang tidak
(konversi) bila kedua contoh uji sputum signifikan antara DM dan konversi
tersebut negatif. Bila salah satu contoh apusan sputum.
uji positif atau keduanya positif, hasil
pemeriksaan ulang sputum tersebut PENGARUH DM TERHADAP
dinyatakan positif.42,43 KONVERSI APUSAN SPUTUM
Konversi apusan sputum pada SETELAH TERAPI FASE
pasien TB paru meupakan indikator yang INTENSIF PADA PASIEN TB PARU
paling penting dalam evaluasi efektifitas Diabetes mellitus diketahui
pengobatan yang diberikan.19,20 Tingkat menyebabkan disfungsi dan penekanan
konversi apusan sputum pada akhir pada sistem imunitas. Beberapa studi
bulan pertama adalah 73.1% (p < 0.01) telah memperlihatkan bukti bahwa DM
dan 95% (p < 0.05) pada akhir bulan menekan respons imun yang
kedua setelah inisiasi terapi OAT.21 memfasilitasi infeksi M. tb dan
Keterlambatan waktu konversi dianggap perkembangan penyakitnya.
20,24,26,27,32,33,37
sebagai indikasi kegagalan terapi. Hasil Studi oleh Martinez et.al
pengobatan secara statistik lebih buruk memberi kesan bahwa imunitas bawaan
secara signifikan pada pasien yang tidak dan adaptif yang terkait dengan respons
mengalami perubahan apusan sputum terhadap TB mengalami gangguan pada
menjadi positif dalam waktu dua bulan individu DM.44 Gomez et al.
pengobatan.20 Beberapa studi telah menemukan bahwa perlekatan dan
dilakukan dalam mengevaluasi faktor- fungsi fagositosis M. tb pada monosit
faktor yang dapat mempengaruhi kondisi lebih rendah pada penderita diabetes
ini. daripada individu nondiabetes.45
Dari 23 literatur yang digunakan Kondisi hiperglikemia pada
dalam literature review ini, 14 diabetes juga menginduksi perubahan
diantaranya menyatakan adanya dalam produksi sitokin yang terkait
pengaruh DM terhadap konversi apusan dengan pengendalian infeksi M. tb. Sel
sputum setelah terapi fase intensif pada mononuklear dan monosit orang dengan
pasien TB paru, sedangkan sembilan DM mengeluarkan lebih sedikit IL-1 dan
lainnya tidak menemukan adanya
pengaruh yang signifikan. Selain itu,
terdapat dua literatur yang menyatakan

3
Homeostasis,

Tabel 1. Literatur terkait pengaruh diabetes mellitus terhadap konversi apusan sputum
setelah terapi fase intensif pada pasien tuberkulosis paru

No Penulis Topik Hasil


1. Güler et al., Factors influencing sputum Waktu rata-rata konversi apusan sputum 59.4 ±
201122 smear and culture 32.2 hari, sementara untuk kultur 57.1 ± 29.9 hari
conversion time among dengan korelasi yang positif antara keduanya. DM
patients with new case secara signifikan berhubungan dengan konversi
pulmonary tuberculosis apusan sputum (OR: 2.39, 95% CI: 1.04-5.48; p =
0.04).
2. Mota et al., Predictors of delayed DM tidak memiliki pengaruh yang signifikan
201123 sputum smear and culture secara statistic terhadap keterlambatan konversi
conversion among a apusan sputum setelah terapi fase intensif
Portuguese population
with pulmonary
tuberculosis

3. Jiménez- Association of diabetes and Pasien TB paru dengan DM memiliki manifestasi


Corona et al., tuberculosis: impact on klinis yang lebih parah (kavitas aOR 1.80, 95% CI
201224 treatment and post- 1.09-2.10) dan konversi sputum ≥ 60 hari (OR
treatment outcomes 1.51, 95% CI 1.09-2.10).

4. Babalik et Factors affecting smear Keterlambatan konversi sputum terjadi pada


al., 201225 conversion in tuberculosis 11.9% pasien. Keterlambatan konversi sputum
management pada pasien dengan DM terjadi pada 18,4% kasus
dan kurang berdampak secara signifikan (p =
0.162)
5. Chaudry et Prevalence of diabetes 79.82% (n = 91) pasien asal Fipina memiliki
al., 201226 type-2 & pulmonary DMT2 dan memiliki waktu perawatan yang lebih
tuberculosis among lama di rumah sakit (70-110 hari) dikarenakan
Filipino and treatment keterlambatan konversi sputum dibandingkan
outcomes: A surveillance pasien tanpa DMT2 yang memiliki waktu
study in the Eastern Saudi perawatan lebih singkat (55-90 hari).
Arabia

6. Bouti et al., Factors influencing sputum Tingkat konversi sputum pada akhir bulan pertama
201321 conversion among smear- adalah 73.1% (p < 0.01) dan 95% (p < 0.05) pada
positive pulmonary bulan kedua. Variabel DM tidak berpengaruh
tuberculosis patients in secara signifikan terhadap konversi apusan
Morocco sputum.

7. Mi et al., Diabetes mellitus and Jumlah pasien dengan DM yang memiliki apusan
201327 tuberculosis: pattern of sputum yang tetap positif setelah 2 bulan terapi
tuberculosis, two-month secara signifikan memiliki proporsi yang lebih
smear conversion and besar dibandingkan pasien tanpa DM. (n = 20,
treatment outcomes in 21.7% vs. n = 25, 5.6%). DM juga berdampak pada
Guangzhou, China apusan sputum yang tetap positif setelah 2 bulan
terapi (RR = 3.85, 95% CI = 2.24-6.63, p < 0.001).
Prevalensi sputum yang tidak mengalami konversi
setelah 2 bulan nampaknya lebih tinggi pada
pasien dengan kontrol DM yang buruk namun hal
ini belum signifikan (RR = 1.97, 95% CI = 0.71-
5.47)

4
Fadillah MI.dkk.Literature Review: Pengaruh Diabetes…

8. Viswanathan Effect of diabetes on Waktu rata-rata konversi sputum lebih tinggi pada
et al., 201328 treatment outcome of TB-DM (64.2±10.5) diabandingkan TB-NonDM
smear positive pulmonary (61.5±7.5) (p < 0.001). Pada akhir fase intensif
tuberculosis – A report terapi OAT, 14.7% pasien dengan DM tidak
from South India mengalami konversi sputum, sedangkan pada
pasien tanpa DM hanya 3.5% (p = 0.02). Risiko
apusan sputum yang tidak mengalami konversi
setelah terapi OAT fase intensif juga signifikan
(RR = 3.9, 95% CI: 1.5-10.6).
9. Khanna et Characteristics and Konversi apusan sputum pada pasien dengan DM
al., 201329 treatment response in (n = 28/66 (74%)) tidak berbeda secara signifikan
patients with tuberculosis jika dibandingkan dengan pasien tanpa DM (n =
and diabetes mellitus in 122/392 (83%)).
New Delhi, India
10. Prasad et al., Sputum smear conversion Tidak didapati perbedaan tingkat konversi apusan
201430 and treatment outcomes for sputum setelah terapi fase intensif pada pasien TB
tuberculosis patients with dengan DM ataupun tanpa DM (78,4% vs. 79,4%,
and without diabetes in Fiji P = 0,66).
11. Gawde et al., Effect of type II diabetes Dari 109 pasien dengan apusan positif, 106
201431 mellitus on treatment diantaranya mengalami konversi setelah terapi fase
outcomes of tuberculosis intensif. Tingkat konversi apusan sputum lebih
rendah pada pasien dengan DM namun hasil ini
belum berarti secara statistik. (AOR: 0.099; 95%
CI (0.013-0.761).
12. Shital et al., Tuberculosis with diabetes Persentasi konversi sputum setelah terapi OAT
201432 mellitus: Clinical- fase intensif secara signifikan lebih rendah pada
radiological overlap and pasien dengan DM (76.53%) dibandigkan pada
delayed sputum conversion pasien tanpa DM (92.70%) (p < 0.003).
needs cautious evaluation-
prospective cohort study in
tertiary care hospital, India
13. Behnaz et al., Five-year assessment of 158/189 (83.6%) pasien mengalami konversi
201433 time of sputum smears setelah terapi OAT fase intensif. DM berhubungan
conversion and outcome dengan apusan sputum yang tetap positif pada
and risk factors of akhir terapi fase intensif (p = 0.0012).
tuberculosis patients in
Central Iran
14. Shariff et al., Diabetes mellitus and its Pasien TB paru dengan apusan sputum positif yang
201520 influence on sputum smear memiliki DM memiliki risiko 2.6 kali tidak
positivity at the 2nd month mengalami konversi apusan sputum setelah 2
of treatment among bulan terapi OAT (OR = 2.59, 95% CI = 1.27-5.33)
pulmonary tuberculosis
patients in Kuala Lumpur,
Malaysia: A case control
study
15. Siddiqui et Effect of Diabetes Mellitus DM berhubungan dengan apusan sputum yang
al., 201634 on Tuberculosis Treatment tidak mengalami konversi setelah 60 hari (OR =
Outcome and Adverse 0.633, 95% CI = 0.206-1.949) serta hasil terapi
Reactions in Patients yang buruk (OR = 0.714, 95% CI = 0.155-3.279).
Receiving Directly
observed Treatment
Strategy in India: A
Prospective Study

5
Homeostasis,

16. Banurekha et Sputum conversion and 107/114 (94%) pasien mengalami konversi sputum
al., 201735 treatment success among pada akhir fase intensif. Angka ini menunjukkan
tuberculosis patients with tingkat konversi sputum yang kurang optimal pada
diabetes treated under the pasien TB dengan diabetes.
Tuberculosis Control
Programme in an Urban
setting in South India
17. Leung et al., Effects of diabetes mellitus DM secara independen berhubungan dengan
201736 on the clinical presentation keterlambatan konversi apusan sputum (AOR
and treatment response in 1.59, 95% CI 1.34-1.87) dan kultur (AOR 1.40,
tuberculosis 95% CI 1.20-1.64) setelah terapi OAT fase
intensif.
18. Anandaraj et Factors influencing delay 175 (75.1%) mengalami konversi sputum di akhir
al., 201737 in sputum smear terapi fase intensif, sementara 41 (17,6%) tetap
conversion among new positif. DM merupakan salah satu variabel yang
smear-positive pulmonary berpengaruh terhadap konversi apusan sputum
tuberculosis patients of setelah terapi fase intensif (OR: 2.81, 95% CI
Davangere tuberculosis (1.18-6.67)
unit

19. Mahishale et Effect of poor glycemic Konversi apusan sputum setelah terapi OAT fase
al., 201714 control in newly diagnosed intensif terjadi pada 74.29% pasien. Tingkat
patients with smear- apusan sputum yang tidak mengalami konversi
positive pulmonary setelah 2 bulan terapi OAT (p = 0.00422) pada
tuberculosis and type-2 pasien dengan kontrol glikemik yang buruk lebih
diabetes mellitus tinggi (36.17%) dibandingkan pasien dengan
kontrol glikemik yang optimal (4.35%).
20. Nandasena et Characteristics and sputum Konversi sputum akan terlihat pada 2-3 bulan
al., 201838 conversion of tuberculosis setelah memulai terapi (n = 303, 85.8%). Status
(TB) patients in Kalutara, DM tidak menunjukkan hubungan yang signifikan
Sri Lanka dengan konversi sputum pada bulan 2-3 (n = 84,
88.4% vs. n = 214, 84.6%, p = 0.397)
21. Wardani et Predominant determinants Salah satu variabel yang berpengaruh terhadap
al., 201939 of delayed tuberculosis keterlambatan konversi sputum setelah terapi fase
sputum conversion in intensif adalah DM (OR = 7.168; 95% CI: 1.746-
Indonesia 29.431).
22. Commiesie Determinants of sputum 12.3% pasien tidak mengalami konversi apusan
et al., 201940 smear nonconversion in sputum setelah 2 bulan inisiasi terapi. DM (AOR:
smear-positive pulmonary 0.47, 95% CI: 0.2-1.3) tidak berhubungan dengan
tuberculosis patients in apusan sputum yang tidak mengalami konversi
Suriname, 2010 – 2015 setelah terapi fase intensif.
23. Bisognin et Predictors of time to DM (HR: 0.68; 95% CI: 0.37-1.26) tidak
al., 201941 sputum smear conversion berhubungan dengan keterlambatan konversi
in patients with pulmonary apusan sputum.
tuberculosis under
treatment

6
Fadillah MI.dkk.Literature Review: Pengaruh Diabetes…

IL-6 sebagai respons terhadap stimulasi retrospective yang dilakukan oleh Mi et


oleh lipopolysaccharides. Tampaknya al terhadap 1589 pasien TB dimana 189
hal ini merupakan konsekuensi dari (12%) diantaranya memiliki DM juga
kerusakan intrinsik dalam sel individu didapati hasil yang serupa. Jumlah
dengan DM.32,46,47 Studi lainnya pasien dengan DM yang tidak
melaporkan bahwa peningkatan glikasi mengalami konversi apusan sputum
dapat menghambat produksi IL-10 oleh setelah dua bulan terapi secara signifikan
sel-sel myeloid, serta IFN-γ dan TNF-α memiliki proporsi yang lebih besar
oleh sel T. Glikasi juga akan mengurangi dibandungkan pasien tanpa DM (21,7%
ekspresi kompleks histokompatibilitas vs. 5,6%). Pasien dengan DM juga
mayor (MHC) kelas I pada permukaan memiliki risiko hampir empat kali lebih
sel myeloid dan mengganggu imunitas besar memiliki apusan sputum yang
sel.10 Sebuah studi pada pasien TB-DM tetap positif di akhir fase intensif (RR =
menunjukkan bahwa mereka memiliki 3.85, 95% CI = 2.24-6.63, p < 0.001).27
konsentrasi sirkulasi IFN-γ, TNF-α, IL- Pada sebuah studi cohort
12, IL-17, IL-1b, GM-CSF (sitokin yang prospective dengan jumlah sampel
mendukung respons Th1) yang lebih cukup besar yakni 21.414 pasien TB
tinggi dan juga memiliki konsentrasi IL- yang 333 (15.55%) diantaranya
5, IL-10, dan TGF-β (sitokin terkait memiliki DM mengemukakan bahwa
dengan regulasi respons sitokin) DM secara independen berhubungan
dibandingkan pasien TB tanpa DM. Hal dengan keterlambatan konversi apusan
yang sama juga diamati pada pasien sputum setelah terapi fase intensif (AOR
dengan prediabetes-TB. Disregulasi 1.59, 95% CI 1.34-1.87).36 Sebuah studi
kadar sitokin yang ditemukan dalam lainnya oleh Shariff et al terhadap 150
plasma ini dapat menurunkan respons pasien TB terkonfirmasi bakteriologis 75
imun terhadap M. tb, dan memberi kesan diantaranya dianalisa sebagai kasus dan
perubahan progresif pada respons imun lainnya sebagai kontrol. Dalam kategori
terkait dengan perkembangan DMT2 kasus terdapat 31 pasien yang memiliki
dapat memengaruhi kerentanan terhadap DM. Didapati bahwa pasien TB dengan
TB.48 DM memiliki risiko 2,6 kali lebih tinggi
Penurunan imunitas pada pasien memiliki sputum yang tidak mengalami
DM ini tentunya akan berpengaruh konversi setelah terapi fase intensif (OR
terhadap perjalanan penyakit TB dalam = 2.59, 95% CI = 1.27-5.33).20 Studi
hal ini respons terapi yang diamati case-control lainnya bahkan
melalui waktu konversi apusan sputum memperoleh risiko yang lebih tiggi (OR
setelah terapi OAT fase intensif. = 7.168; 95% CI: 1.746-29.431).39
Viswanathan et al menemukan waktu Selain mengemukakan bahwa
rata-rata konversi apusan sputum lebih keterlambatan konversi sputum yang
tinggi pada TB-DM (64.2±10.5) terjadi akibat penurunan respons imun
dibandingkan TB-NonDM (61.5±7.5) (p terhadap M. tb pada pasein DM,
< 0.001). Sebuah studi prospective oleh penelitian oleh Mi et al, Shariff et al,
Shital et al terhadap 200 kasus TB-DM serta Behnaz et al menyebutkan bahwa
dan 200 kasus TB Non-DM mendapati hal yang juga ikut mempengaruhi
presentasi konversi sputum yang secara kondisi ini adalah interaksi antara terapi
signifikan lebih rendah pada pasien hipoglikemik oral DM dengan OAT
dengan DM (76.53%) dibandingkan dalam hal ini rifampisin, juga
pada pasien tanpa DM (92.70%) (p < kemungkinan penurunan absorbsi OAT
0.003).32 Sementara itu, studi cohort pada pasien DM.20,27,33 Penatalaksanaan

7
Homeostasis,

yang optimal untuk pasien dengan TB- konversi dinyatakan apabila hasil apusan
DM sangat penting namun memiliki positif pada tiga kali pengambilan
banyak tantangan dalam hal pencapaian spesimen sehingga sangat mungkin
hasil terapi yang baik dan menghindari menurunkan SCR (smear conversion
toksisitas, interaksi obat, serta tantangan rate).23 Lebih lanjut, studi oleh Babalik
lainnya. Penatalaksanaan DM selama et al terhadap 547 pasien TB
pengobatan anti tuberkulosis, bertujuan terkonfirmasi bakteriologis dengan 8,9%
untuk meningkatkan hasil pengobatan memiliki DM menemukan
TB dan mengurangi morbiditas dan keterlambatan konversi apusan sputum
mortalitas terkait DM, serta hanya pada 18,4% kasus DM (p =
pengendalian glikemik.49 0.162).25 Studi case-control oleh
Pasien dengan DM mungkin memiliki Commiesie et al pada 469 pasien TB
konsentrasi obat anti TB yang lebih terkonfirmasi bakteriologis dengan
rendah, terutama rifampisin. Dalam satu 13,88% diantaranya memiliki DM juga
penelitian, rata-rata pajanan (AUC0-6h) mengemukakan bahwa DM tidak
untuk rifampisin adalah 53% lebih berhubungan dengan konversi apusan
rendah pada pasien TB-DM sputum setelah terapi fase intensif
dibandingkan pasien TB usia dan jenis (AOR: 0.47; 95% CI: 0.2-1.3).40
kelamin yang cocok tanpa DM. Efek ini
dikaitkan dengan tingkat keparahan PENGARUH KONTROL
hiperglikemia. Selain itu, konsentrasi GLIKEMIK YANG BURUK
maksimum (Cmax) rifampisin lebih TERHADAP KONVERSI APUSAN
rendah di antara penderita diabetes. SPUTUM SETELAH TERAPI FASE
Tidak ada perbedaan yang ditemukan INTENSIF PADA PASIEN TB PARU
antara waktu yang diperlukan obat untuk Kondisi hiperglikemia telah
mencapai konsentrasi maksimum dikaitkan dengan penurunan respons
(Tmax). Mekanisme pasti dari tingkat host terhadap infeksi M. tb.9-12 Kontrol
obat dalam plasma yang lebih rendah glikemik yang buruk sebelum terapi
masih belum dapat dipastikan. dikaitkan dengan peningkatan risiko
Penurunan sekresi asam klorida lambung yang signifikan terhadap penyakit TB
dan gangguan absorpsi obat, bahkan dalam hal lesi kavitasi paru-paru, apusan
dengan tidak adanya gastroparesis klinis sputum positif, dan konversi apusan
mungkin menjadi alasan 20,27,33,50 yang lebih lambat setelah terapi. Kontrol
Sebaliknya, beberapa penelitian glikemik yang buruk selama terapi TB
justru menunjukkan bahwa pengeruh juga memiliki efek negatif yang
DM terhadap konversi apusan sputum signifikan pada penyelesaian
setelah terapi fase intensif kurang pengobatan, penyembuhan, dan tingkat
signifikan. Studi cohort retrospective kekambuhan pada pasien dengan TB
yang dilakukan oleh Mota et al pada 136 paru dengan diabetes.14
pasien TB dengan karakteristik yang Peningkatan konsentrasi glukosa in
beragam yang 10 diantaranya memiliki vitro dari 5 menjadi 25 mmol/L memiliki
DM tidak menemukan adanya pengaruh efek marginal pada produksi sitokin
yang signifikan secara statistik bila setelah stimulasi sel mononuklear darah
dibandingkan variabel karakteristik yang perifer (PBMC) dengan M. tuberculosis
lain. Namun, definisi operasional terkait lysate, sementara glukosa 40 mmol/L
konversi apusan sputum yang digunakan meningkatkan produksi TNF- α, IL-1β,
dalam penelitian tersebut berbeda IL-6 dan IL-10, tetapi bukan dari IFN-γ,
dengan penelitian lain umumnya, IL-17A dan IL-22. Diferensiasi

8
Fadillah MI.dkk.Literature Review: Pengaruh Diabetes…

makrofag di bawah kondisi Literature review ini memiliki


hiperglikemik glukosa 25 mmol/L juga implikasi untuk pengobatan TB pada
dikaitkan dengan peningkatan produksi pasien dengan TB-DM. Bukti yang
sitokin pada stimulasi dengan M. berkembang memberi kesan bahwa
tuberculosis lysate dan LPS tetapi dalam respons terapi menurun pada pasien
percobaan infeksi tidak ada perbedaan dengan TB-DM. Fenomena ini dan
dalam perkembangan M. tuberculosis alasan yang mendasarinya perlu
yang diamati. Kapasitas fagositik dari penilaian lebih lanjut. Solusi potensial
makrofag hiperglikemik ini juga tetap adalah mengendalikan DM seagresif
tidak berubah. Fakta bahwa hanya mungkin pada awal pengobatan anti-TB.
konsentrasi glukosa yang sangat tinggi
yang mampu secara signifikan DAFTAR PUSTAKA
mempengaruhi produksi sitokin oleh 1. Baghaei P, Marjani, M, Javanmard,
makrofag menunjukkan bahwa P, Tabarsi, P, Masjedi, M. Diabetes
hiperglikemia saja tidak dapat mellitus and tuberculosis facts and
sepenuhnya menjelaskan peningkatan controversies. Journal of Diabetes &
kerentanan pasien diabetes mellitus Metabolic Disorders.
terhadap tuberkulosis.50 2013;12(1):58.
Studi oleh Mi et al sebelumnya 2. Yorke E, Atiase Y, Akpalu J, Sarfo-
menunjukkan prevalensi sputum yang Kantanka O, Boima V, Dey I. The
tidak mengalami konversi setelah terapi bidirectional relationship between
OAT fase intensif nampaknya lebih tuberculosis and diabetes.
tinggi pada pasien dengan kontrol DM Tuberculosis Research and
yang buruk (RR = 1.97; 95% CI = 0.71- Treatment. 2017;2017:1-6.
5.47).27 Studi lainnya oleh Mahishale et 3. Skowroński M, Zozulińska-
al yang merupakan hospital-based Ziółkiewicz, D, Barinow-
prospective study terhadap 630 pasien Wojewódzki A. State of the art
TB paru dengan DMT2. Terdapat 423 paper tuberculosis and diabetes
pasien dengan kontrol glikemik yang mellitus – an underappreciated
buruk (PGC), sementara 207 lainnya association. Archives of Medical
memiliki kontrol glikemik yang optimal Science. 2014;5: 1019-1027.
(OGC). Pada studi ini didapati tingkat 4. Al-Rifai R, Pearson F, Critchley J,
apusan sputum yang tidak mengalami Abu-Raddad L. Association
konversi setelah terapi OAT fase intensif between diabetes mellitus and active
secara signufikan (p = 0.00422) lebih tuberculosis: a systematic review
tinggi pada pasien DMT2 dengan PGC and meta-analysis. PLOS ONE.
(36.17%) dibandingkan pasien dengan 2017;12(11): e0187967
OGC (4.35%).14 5. Amare H, Gelaw A, Anagaw B,
Gelaw B. Smear positive pulmonary
PENUTUP tuberculosis among diabetic patients
Hasil dari literature review ini at the Dessie referral hospital,
menunjukkan bahwa DM berpengaruh Northeast Ethiopia. Infectious
terhadap keterlambatan konversi apusan Diseases of Poverty. 2013;2(1).
sputum setelah terapi fase intensif. 6. Liu Q, Li W, Xue M, Chen Y, Du X,
Pengaruh ini lebih signifikan pada pasien Wang C, et al. Diabetes mellitus and
DM dengan kontrol glikemik yang the risk of multidrug resistant
buruk. tuberculosis: a meta-analysis.
Scientific Reports. 2017;7(1).

9
Homeostasis,

14. Mahishale V, Avuthu S, Patil B,


7. Hayashi S, Chandramohan D. Risk Lolly M, Eti A, Khan S. Effect of
of active tuberculosis among people poor glycemic control in newly
with diabetes mellitus: systematic diagnosed patients with smear-
review and meta-analysis. Tropical positive pulmonary tuberculosis and
Medicine & International Health. type-2 diabetes mellitus. Iran J Med
2018;23(10):1058-1070. Sci. 2017;42(2):144-151.
8. Alves C, Casqueiro, J. Infections in 15. Boyilla N, Madas S. Relationship
patients with diabetes mellitus: a between diabetes mellitus and
review of pathogenesis. Indian pulmonary tuberculosis and the
Journal of Endocrinology and outcome of treatment. International
Metabolism. 2012;16(7):27. Journal of Advances in Medicine.
9. Segura-Cerda C, López-Romero W, 2016; 504-508.
Flores-Valdez M. Changes in host 16. Chiang C, Lee J, Chien S, Enarson
response to Mycobacterium D, Chang Y, Chen Y, et al.
tuberculosis infection associated Glycemic control and radiographic
with type 2 diabetes: beyond manifestations of tuberculosis in
hyperglycemia. Frontiers in Cellular diabetic patients. PLoS ONE.
and Infection Microbiology. 2019;9. 2014;9(4): e93397.
10. Sekhar R, McKay S, Patel S, 17. Soerono L, Soewondo W. The
Guthikonda A, Reddy V, correlation of chest radiographic
Balasubramanyam A, et al. image of pulmonary tuberculosis in
glutathione synthesis is diminished type 2 diabetes mellitus patients
in patients with uncontrolled with HbA1C level. KnE Life
diabetes and restored by dietary Sciences. 2019;4(12):45.
supplementation with cysteine and 18. Park S, Shin J, Kim J, Park I, Choi
glycine. Diabetes Care. B, Choi J, et al. The effect of
2010;34(1):162-167. diabetic control status on the clinical
11. Pieme C, Tatangmo J, Simo G, features of pulmonary tuberculosis.
Biapa P, Ama V, Moukette B, et al. European Journal of Clinical
Relationship between Microbiology & Infectious
hyperglycemia, antioxidant capacity Diseases. 2011;31(7):1305-1310.
and some enzymatic and non- 19. Van der Kuyp F, Mahan CS.
enzymatic antioxidants in African Prolonged positivity of sputum
patients with type 2 diabetes. BMC smears with negative cultures
Research Notes. 2017;10(1). during treatment for pulmonary
12. Ferlita S, Yegiazaryan A, Noori N, tuberculosis. Int J Tuberc Lung Dis
Lal G, Nguyen T, To K, et al. Type 2012;16:1663–7.
2 diabetes mellitus and altered 20. Shariff N, Safian N. Diabetes
immune system leading to mellitus and its influence on sputum
susceptibility to pathogens, smear positivity at the 2nd month of
especially Mycobacterium treatment among pulmonary
tuberculosis. Journal of Clinical tuberculosis patients in Kuala
Medicine. 2019;8(12):2219. Lumpur, Malaysia: A case control
13. Martinez N, Kornfeld H. Diabetes study. International Journal of
and immunity to tuberculosis. Mycobacteriology. 2015;4(4):323-
European Journal of Immunology. 329.
2014;44(3):617-626. 21. Bouti K, Aharmim M, Marc K,

10
Fadillah MI.dkk.Literature Review: Pengaruh Diabetes…

Soualhi M, Zahraoui R, Benamor J mellitus and tuberculosis: pattern of


et al. Factors Influencing Sputum tuberculosis, two-month smear
Conversion among Smear-Positive conversion and treatment outcomes
Pulmonary Tuberculosis Patients in in Guangzhou, China. Tropical
Morocco. ISRN Pulmonology. Medicine & International Health.
2013;2013:1-5. 2013;18(11):1379-1385.
22. Güler M, Ünsal E, Dursun B, AydIn 28. Viswanathan V, Vigneswari A,
Ö, Capan N. Factors influencing Selvan K, Satyavani K, Rajeswari
sputum smear and culture R, Kapur A. Effect of diabetes on
conversion time among patients treatment outcome of smear-
with new case pulmonary positive pulmonary tuberculosis—A
tuberculosis. International Journal report from South India. Journal of
of Clinical Practice. Diabetes and its Complications.
2006;61(2):231-235. 2014;28(2):162-165.
23. Caetano Mota P, Carvalho A, 29. Khanna A, Lohya S, Sharath B,
Valente I, Braga R, Duarte R. Harries A. Characteristics and
Preditores de conversão tardia dos treatment response in patients with
exames micobacteriológicos direto tuberculosis and diabetes mellitus in
e cultural de expetoração numa New Delhi, India. Public Health
população portuguesa com Action. 2013;3(1):48-50.
tuberculose pulmonar. Revista 30. Prasad P, Gounder S, Varman S,
Portuguesa de Pneumologia. Viney K. Sputum smear conversion
2012;18(2):72-79. and treatment outcomes for
24. Jiménez-Corona M, Cruz-Hervert tuberculosis patients with and
L, García-García L, Ferreyra-Reyes without diabetes in Fiji. Public
L, Delgado-Sánchez G, Bobadilla- Health Action. 2014;4(3):159-163.
del-Valle M et al. Association of 31. Gawde N, Viswanathan A. Effect of
diabetes and tuberculosis: impact on type II diabetes mellitus on
treatment and post-treatment treatment outcomes of tuberculosis.
outcomes. Thorax. 2012;68(3):214- Lung India. 2014;31(3):244.
220. 32. Shital P, Anil J. Tuberculosis with
25. Babalik A, Kiziltas S, Arda H, Oruc Diabetes Mellitus: Clinical-
K, Cetintas G, Calisir H. Factors Radiological Overlap and Delayed
affecting smear conversion in Sputum Conversion Needs Cautious
tuberculosis management. Medicine Evaluation-Prospective Cohort
Science | International Medical Study in Tertiary Care Hospital,
Journal. 2012;1(4):351. India. Journal of Pulmonary &
26. Chaudhry L, Essa E, Al-Solaiman S, Respiratory Medicine. 2014;04(02).
Al-Sindi K. Prevalence of diabetes 33. Behnaz F, Mohammadzadeh M,
type-2 & pulmonary tuberculosis Mohammadzade G. Five-Year
among Filipino and treatment Assessment of Time of Sputum
outcomes: A surveillance study in Smears Conversion and Outcome
the Eastern Saudi Arabia. and Risk Factors of Tuberculosis
International Journal of Patients in Central Iran.
Mycobacteriology. 2012;1(2):106- Tuberculosis Research and
109. Treatment. 2015;2015:1-7.
27. Mi F, Tan S, Liang L, Harries A, 34. Siddiqui A, Khayyam K, Sharma M.
Hinderaker S, Lin Y et al. Diabetes Effect of Diabetes Mellitus on

11
Homeostasis,

Tuberculosis Treatment Outcome tuberculosis patients in Suriname,


and Adverse Reactions in Patients 2010-2015. Rev Panam Salud
Receiving Directly Observed Publica. 2019;43:e86.
Treatment Strategy in India: A 41. Bisognin F, Amodio F, Lombardi G,
Prospective Study. BioMed et al. Predictors of time to sputum
Research International. smear conversion in patients with
2016;2016:1-11. pulmonary tuberculosis under
35. Banurekha V, Bhatnagar T, Savithri treatment. New Microbiologica.
S, Kumar ND, Kangusamy B, 2019;42(3):171-175.
Mehendale S. Sputum conversion 42. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman
and treatment success among nasional pengendalian tuberkulosis.
tuberculosis patients with diabetes Jakarta: Pusat Data dan Informasi
treated under the Tuberculosis Kementerian Kesehatan RI; 2014.
Control Programme in an Urban 43. Kementrian Kesehatan RI.
setting in South India.Indian J Peraturan Menteri Kesehatan
Community Med 2017;42:180-182. Republik Indonesia Nomor 67
36. Leung C, Yew W, Mok T, Lau K, Tentang Penanggulangan
Wong C, Chau C et al. Effects of Tuberkulosis. Jakarta: Pusat Data
diabetes mellitus on the clinical dan Informasi Kementerian
presentation and treatment response Kesehatan RI; 2016.
in tuberculosis. Respirology. 44. Martinez N, Kornfeld H. Diabetes
2017;22(6):1225-1232. and immunity to tuberculosis.
37. Anandaraj R, Anurupa S, Kavithai European Journal of Immunology.
P, Rashmi M, Ranjitha A, 2014;44(3):617-626.
Raghavendra K. Factors influencing 45. Gomez D, Twahirwa M,
delay in sputum smear conversion Schlesinger L, Restrepo B. Reduced
among new smear-positive Mycobacterium tuberculosis
pulmonary tuberculosis patients of association with monocytes from
Davangere tuberculosis unit. diabetes patients that have poor
International Journal of Medical glucose control. Tuberculosis.
Science and Public Health. 2017;:1. 2013;93(2):192-197.
38. Nandasena S, Senavirathna C, 46. Yorke E, Atiase Y, Akpalu J, Sarfo-
Munasinghe C, Wijesena C, Kantanka O, Boima V, Dey I. The
Sucharitharathna R. Characteristics bidirectional relationship between
and sputum conversion of tuberculosis and diabetes.
tuberculosis (TB) patients in Tuberculosis Research and
Kalutara, Sri Lanka. Indian Journal Treatment. 2017;2017:1-6.
of Tuberculosis. 2019;66(1):76-80. 47. Zheng C, Hu M, Gao F. Diabetes
39. Wardani D, Wahono E. and pulmonary tuberculosis: a
Predominant Determinants of global overview with special focus
Delayed Tuberculosis Sputum on the situation in Asian countries
Conversion in Indonesia. Indian with high TB-DM burden. Global
Journal of Community Medicine. Health Action.
2019;44(1):53-57. 2017;10(1):1264702.
40. Commiesie E, Stijnberg D, Marín D, 48. Kumar NP, Babu S. Influence of
Perez F, Sanchez M. Determinants diabetes mellitus on immunity to
of sputum smear nonconversion in human tuberculosis. Immunology.
smear-positive pulmonary 2017;152(1):13-24.

12
Fadillah MI.dkk.Literature Review: Pengaruh Diabetes…

49. van Crevel R, Koesoemadinata R,


Hill P, Harries A. Clinical
management of combined
tuberculosis and diabetes. The
International Journal of
Tuberculosis and Lung Disease.
2018;22(12):1404-1410.
50. Lachmandas E, Vrieling F, Wilson
L, Joosten S, Netea M, Ottenhoff T
et al. The Effect of Hyperglycaemia
on In Vitro Cytokine Production and
Macrophage Infection with
Mycobacterium tuberculosis. PLOS
ONE. 2015;10(2):e0117941.

13

Anda mungkin juga menyukai