Anda di halaman 1dari 10

2.

Pelanduk

Pelanduk di bukit batu. via  https://www.digopaul.com

Pelanduk. Bangsa hewan yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di


bukit batu. Pelanduk normalnya berukuran 20-25 cm. Banyak orang
memercayai bahwa pelanduk itu sama dengan hyrax (sejenis kelinci kecil
yang biasa terdapat di Asia dan Afrika). Binatang ini seperti hewan pengerat
dan digolongkan sebagai kelinci bukit batu. Musuh-musuhnya adalah ular,
rajawali, elang, macan tutul, anjing, dan binatang-binatang pemangsa kecil
lain seperti musang.

Advertisement
ADVERTISEMENT

Lalu bagaimana kawan kecil kita ini mempertahankan hidupnya? Ya, seperti
sudah dijelaskan sedikit diawal, mereka membuat rumahnya di bukit batu,
benar, mereka membuat rumahnya dalam lubang-lubang atau celah-celah
bukit batu (yang biasa terdapat di sepanjang sisi jurang yang terjal).

Pelanduk begitu cekatan dalam mencari tempat perlindungan, bangsa


hewan kecil ini menyadari kelemahannya sekaligus mengetahui kekuatan
sebuah bukit batu yang bisa menjamin keamanannya untuk berlindung saat
dalam bahaya. Dan, akhirnya pelanduk selamat. Karena, tidak ada satu
binatang buas pun yang sanggup merobohkan bukit batu untuk menemukan
bahkan memangsa pelanduk.

Dari pelanduk yang kecil dan lemah ini kita dapat belajar tentang pentingnya
suatu perlindungan yang teguh. Pelanduk mengajarkan strategi pertahan diri
dan tidak mudah menyerah menghadapi banyaknya kelemahan. Keren kan
strategi mempertahankan diri ala pelanduk? Yuk, belajar pada pelanduk
yang lemah sebelum memilih untuk menyerah pada hidup.

3. Belalang

Kawanan Belalang. via  https://timlo.net

Binatang kecil dan lemah yang ketiga adalah belalang. Belalang akan tetap
berbaris teratur, walaupun tidak memiliki raja.

Belalang bukanlah jenis hewan yang berbahaya dan perlu ditakuti, alih-alih
takut, kebanyakan orang melihat belalang dengan tatapan geli. Hewan ini
seringkali menjadi mangsa hewan-hewan besar lainnya. Bahkan, anak-anak
kecil dengan mudah bisa menangkapnya, karena hewan ini biasanya hanya
akan melompat-lompat di rumput atau terbang. Ya, memang, jika kita
menemukan belalang satu atau dua ekor memang akan terlihat lemah dan
tak berdaya.

Tapi, ya seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa tanpa memiliki


pemimpin belalang bisa tetap berbaris teratur, ini menggambarkan bahwa
kekuatan belalang yang kecil ini ada bukan ketika mereka hidup sendirian,
sebaliknya, mereka punya kekuatan, ketika mereka bersama-sama dan tetap
dalam barisan.

Bayangkan jika di rumput rumah kita didatangi lebih dari dua belalang, yaitu,
ratusan atau ribuan belalang? Bisa bayangkan, readers? Itu pasti bisa
sangat merepotkan dan menakutkan.

Satu belalang tidak berbahaya, tapi kalau banyak bisa sangat merugikan.
Nah, kalau kita sebagai manusia yang adalah makhluk sosial bagaimana?
Apakah selama ini kita ingin menyerah berjuang dalam hidup ini karena kita
terbiasa menutup diri dan enggan bergaul? Jika iya, coba deh belajar dari
belalang, mereka bangsa hewan yang sama lemahnya seperti semut
ataupun pelanduk, tapi mereka menyadari kekuatannya ketika berada di
dalam kawanannya. Sehingga, akhirnya, populasinya tidak punah sampai
sekarang ini. Mantap sekali bukan?

Maukah kalian mencoba untuk tergabung dalam komunitas-komunitas


sosial, atau mulai mencari rekan yang sepemikiran sebelum akhirnya
memutuskan untuk menyerah? Mungkin memang benar, jika sendirian
potensi di dalam diri kalian akan tidak terlihat, tapi jika bersama? Bagiaman?
Pasti potensi kalian akan lebih nampak dan berfungsi, seperti belalang.
Wanna try?

4. Cicak
Cicak di dinding via  https://fumida.co.id

Binatang keempat yang kecil dan lemah adalah cicak. Cicak, iya, hewan
yang  dapat kita tangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-
istana raja. Hebat kan?

Hebat. Kita yang jauh lebih kuat dan besar dibanding cicak saja mungkin
belum tentu bisa menginjakkan kaki di istana. Tapi cicak bisa, dan
keberadaan mereka tidak akan dipermasalahkan bahkan oleh raja sekalipun.

Mengapa cicak tidak harus dibunuh meski masuk ke dalam istana? Karena
cicak bukanlah hewan buas yang bisa merepotkan, bukan pula tergolong
serangga yang mengganggu. Kalau menyebut serangga, cicak bisa jadi
lumayan berguna karena mereka memakan serangga-serangga yang
merugikan seperti nyamuk misalnya.

Meski lemah, ternyata cicak tidak membahayakan dan malah berguna, dan
karena itu mereka bisa berkeliaran dengan bebas di dalam istana. Jadi,
meskipun kalian kecil dan lemah seperti cicak, tenang, pasti ada keahlian-
keahlian kalian dalam lingkungan di tempat kalian berada, yang itu sangat
berguna. Jadi jangan menyerah!

Dan dalam mencari makan juga, cicak merupakan jenis hewan yang bisa
begitu sabar menanti buruannya. Cicak tidak terburu-buru dalam memangsa.
Mereka sangat tenang dan sabar. Dan itu juga bisa menjadi sebuah hal baik
untuk kita jadikan pelajaran untuk tidak buru-buru menyerah dalam hidup
dan lebih tenang dan bersabar seperti hewan kecil dan lemah nomor empat
ini.

Siapa tahu ketika akhirnya kita bisa lebih tenang dan sabar dalam hidup ini,
kita akhirnya bisa masuk dalam istana-istana kerajaan dan bertemu para
raja seperti cicak. Iya, karena biasanya dalam ketenangan dan kesabaran
pasti ada saja ide (hikmat) dari Tuhan yang menjadikan kita orang-orang
yang tangkas, cakap, bahkan cerdas. Mau kan?

Kemarin kita sudah melihat bahwa Tuhan bisa menjadi tempat perlindungan yang sangat kokoh, yang
digambarkan Daud sebagai bukit batu, kubu pertahanan, penyelamat, tempat berlindung, perisai, tanduk
keselamatan dan kota benteng baik bagi dirinya maupun bagi kita semua. (Mazmur 18:3). Seperti itulah
janji perlindungan Tuhan bagi kita yang percaya kepadaNya, mau mengandalkanNya dalam menghadapi
segala ketidakpastian, ketidakadilan maupun kejahatan yang terus terjadi di muka bumi ini. Hari ini mari
kita lihat hal ini dari sisi lain, yaitu lewat cara hidup seekor hewan kecil yang disebut pelanduk.

 "Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?"  (Mazmur
18:31). Seperti yang kita lihat kemarin, Daud begitu menyadari bahwa gunung batu tempat perlindungan
yang kuat dan teguh ada pada Tuhan sendiri, sehingga berulang kali ia mengingatkan kita akan
keberadaan Tuhan sebagai Gunung Batu kita. Lalu dalam Perjanjian Baru kita melihat bahwa yang
dimaksud dengan batu itu adalah Kristus. "dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab
mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus."  (1
Korintus 10:4).

Mungkin tidak banyak orang pernah mendengar tentang pelanduk atau yang
biasa dikenal dengan kelinci gunung. Postur tubuh pelanduk lebih besar daripada
kelinci pada umumnya. Meski demikian, pelanduk bukanlah hewan yang kuat
atau perkasa.

(Baca juga: IBLIS INGIN KITA MENJAUH DARI TUHAN)

Satu hal yang menarik dari pelanduk adalah tempat tinggalnya. Hewan ini
membuat rumah di bukit yang berbatu-batu. Mereka tahu benar kelemahan
mereka. Itu sebabnya mereka membuat rumah di dataran tinggi dan di tempat
yang berbatu-batu. Selain untuk memudahkan mereka bersembunyi dari lawan,
rumah berbatu-batu juga lebih kokoh.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari pelanduk ini?

Seringkali kita tidak menyadari kelemahan kita. Firman Tuhan dalam Yohanes
15:5 dengan sangat jelas mengatakan bahwa di luar Yesus kita tidak dapat
berbuat apa-apa. Kita harus tinggal di atas “rumah berbatu-batu”, rumah yang
kokoh, yang artinya tinggal di dalam kebenaran Firman Tuhan.

(Baca juga: TUHAN MENARUH KITA DI TEMPAT TERAMAN DAN TERINDAH)

Sama seperti pelanduk, jika kita menyadari betapa rapuhnya hidup, sangatlah
bijaksana kalau kita mendirikan hidup kita di atas tempat yang berbatu, yaitu
Yesus. (penulis: @mistermuryadi)

Share this:

BELAJAR KARAKTER DARI 4 BINATANG

Amsal 30:24 (TB) Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat
cekatan:

Kita mungkin meremehkan 4 binatang ini, tetapi mereka terbukti sukses. Marilah kita
belajar karakter apa yang dimiliki 4 binatang di bawah ini.

1. Semut: karakter pekerja keras


Amsal 30:25 (TB) semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan
makanannya di musim panas,

2. Pelanduk: karakter tidak menyerah


Amsal 30:26 (TB) pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di
bukit batu,

3. Belalang: karakter disiplin


Amsal 30:27 (TB) belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris
dengan teratur,

4. Cicak: karakter pemberani/pionir


Amsal 30:28 (TB) cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada
di istana-istana raja.
Manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan dibanding binatang, bahkan diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah. Mari kita belajar menerapkan karakter pekerja keras,
tidak mudah menyerah, disiplin dan pemberani.
Bersama Tuhan kita meraih sukses.

1. Semut: “Self Anticipation”


“Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di
musim panas”. Semut adalah penduduk bumi yang paling banyak. Binatang
ini sangat sepele, lemah, dan kecil. Tetapi hikmat yang didapat dari
pengajaran sang semut yang kecil itu adalah kekuatan suatu sikap antisipatif
atau mengantisipasi keadaan diri (Anticipative-Self Anticipation). Pernahkah
Anda menemui semut di musim hujan? Ya, mungkin saja jika Anda berada di
tempat yang kering atau di rumah. Tetapi, cobalah buat penelitian; carilah
semut di lapangan pada musim hujan! Anda tidak akan menemukannya!
Mengapa? Karena begitu lemahnya, semut
tidak mungkin bertahan di dalam tempat yang berair; bahkan setetes air bisa
membuatnya fatal. Walaupun semut ini lemah, Agur menyebutnya bijak,
karena semut tahu kapan waktunya untuk bekerja dan mengumpulkan
makanannya untuk persediaan. Bayangkan saja, jika semut tidak bekerja pada
musim panas dan menampung makanannya untuk persiapan di musim hujan;
yang mana di musim tersebut mereka tidak bisa bekerja! Semutnya akan mati
karena tidak bisa mencari makanan. Jadi, sikap mengantisipasi, ada dalam
perilaku semut! Ingin belajar tentang antisipasi, belajarlah dari semut. Semut
adalah guru yang baik untuk membangun sikap antisipatif. Apa yang perlu
diantisipasi? Masa depan dengan segala keadaan dan kebutuhannya!

2. Pelanduk: “Self Defens”


“Pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit
batu”. Pelanduk binatang kecil, lemah dan mangsa yang empuk bagi hampir
semua jenis hewan karnivora. Tetapi pelanduk diistimewakan karena ia
cekatan dalam mencari tempat perlindungan. Pelanduk menyadari
kelemahannya sekaligus mengetahui kekuatan sebuah bukit batu yang bisa
menjamin keamanannya untuk berlindung saat dalam bahaya. Tidak ada satu
binatang buas pun yang sanggup merobohkan bukit batu untuk menangkap
mangsanya; termasuk memangsa pelanduk.

Pelanduk mengerti tentang pentingnya suatu perlindungan yang teguh.


Pelanduk mengajarkan strategi pertahanan diri (Self Defensive). Ingin belajar
strategi mempertahankan diri? Belajarlah pada pelanduk yang lemah itu.
Dalam pengertian ini, Daud, sang pahlawan itu, menganggap bahwa Allah
adalah perlindungannya yang teguh.

3. Belalang: “Self Management”


“Belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan
teratur”. Binatang yang ini lebih hebat lagi! Ia diperbandingkan secara
langsung dengan manusia yang harus diatur oleh raja. Artinya, jika manusia
tidak ada yang mengaturnya, maka akan terjadi kekacauan. Belalang tidak
harus diatur! Mereka adalah mahkluk yang teratur; bisa mengatur dirinya
sendiri.

Pernahkah Anda bertemu dengan segerombolan belalang di padang?


Perhatikan saat mereka terbang dalam jumlah ribuan ekor, apakah ada yang
bertubrukan dan jatuh atau gagal terbang? Dipastikan kasus belalang gagal
terbang belum terdeteksi, alasannya, belalang itu teratur; bahkan pada saat
terbang! Jadi, kalau ingin belajar tentang mengelola diri sendiri (Self
Management), pergilah ke lapangan, temuilah belalang dan belajarlah
padanya.

4. Cicak: “Self Actualization”


“Cicak yang dapat kau tangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-
istana raja”. Binatang ini, untuk jenis-jenis tertentu tidak berbahaya. Tetapi,
mungkin tidak semua orang berani dengan cicak dan sejenisnya, seperti
kadal, bunglon, atau tokek. Cecak mungkin binatang menjijikan bagi
beberapa orang. Binatang ini lemah, bahkan ditangkap dengan tangan kosong
pun; tertangkap! Anda pasti sering berkunjung ke rumah-rumah mewah;
bahkan semewah istana, bukan? Ujilah perkataan Agur Bin Yake ini, “Di
istana raja juga ada cecak!” Cicak hadir di istana. Cicak itu binatang yang
aktual; mampu menunjukkan keberadaan atau eksistensinya. Di dalam seekor
cicak terdapat suatu kekuatan aktualisasi diri (Self Actualization). Cicak
mampu mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai kondisi dan tempat.
Mungkin karena kekuatan ini, Agur Bin Yake mereferensikan, binatang jelek
itu sebagai guru yang baik untuk belajar tentang aktualisasi diri. Untuk
aktualisasi diri; belajarlah pada seekor cicak!

Lalu Bagaimana?
Hikmat dalam pengertian ini lebih dekat dengan kemampuan bertindak
strategis. Di dalam hikmat, terkandung unsur-unsur seperti yang ada di dalam
semut, pelanduk, belalang dan cicak itu. Semut, bijak dalam hal antisipasi;
pelanduk, bijak dalam hal pertahanan; belalang, mengatur diri; dan cicak,
mampu mengaktualisasikan diri. Seorang yang bijak harus bertindak
antisipatif, depensif, menjadi manejer yang baik dan mampu
mengaktualisasikan diri.

Ada banyak contoh kisah di zaman modern yang terinspirasi oleh binatang
atau sesuatu yang sederhana untuk suatu karya besar, contohnya, Wright
bersaudara, penemu pesawat terbang itu, ketika merencanakan untuk bisa
terbang, mereka mempelajari burung terlebih dahulu. Konon Helikopter
diciptakan menurut disain (design) seekor capung. Hal-hal kecil bisa menjadi
inspirator bagi semua orang yang mencari hikmat dan pengetahuan.

Di dunia ini memang banyak orang pintar dan cerdas, tetapi Kitab Suci telah
mengklaim bahwa “tidak ada satu pun yang berhikmat; tidak ada satupun
yang berakal budi” setelah Salomo. Jadi, kepada siapa kita belajar hikmat?
Belajarlah pada Tuhan, sumber hikmat itu; dan Tuhan sesekali menghendaki
kita untuk belajar dari hal-hal yang sederhana untuk suatu tujuan yang besar.
Di Perjanjian Lama Allah memakai Keledai untuk berbicara dan
memperingatkan Bileam. Keledai itu berkata: “Bukankah aku ini keledaimu
yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku
berbuat demikian kepadamu?” Jawabnya: “Tidak!”. (Bil. 22:30). Di
Perjanjian Baru, Yesus sendiri menjadikan burung pipit sebagai contoh bagi
manusia; Kata Yesus, “pandanglah burung-burung di udara…”.(Matius 6:26)
Jangan meremehkan hal- hal kecil dan sederhana. Pelajaran tentang hikmat
memang seringkali dimulai dengan sesuatu yang sederhana dan remeh.
Menurut Amsal Salomo, hanya dengan “takut akan Tuhan, kita sudah mulai
menjadi orang berhikmat”. Dan Ayub melengkapinya dengan mengatakan:
“karena pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai
pertimbangan dan pengertian.”(Ams. 1:7 dan Ay. 12:13).

Amsal 30 pada ayatnya yang ke 29-31, Agur bin Yake dari Masa,
memberikan pesan yang menyangkut sikap sombong yang menghanyutkan.
Seringkali seseorang terjerat oleh keberadaannya yang dinilainya layak untuk
dibanggakan sehingga dengan angkuhnya ia memamerkan kebolehannya.
Padahal sebetulnya, sikap meredahkan diri lebih membuka peluang kepada
penghormatan dari pada kebanggaan yang dipaksakan. Kehormatan yang
digapai melalui kesombongan dan penampilan yang dipaksakan biasanya
justru mendatangkan cemooh dan kejatuhan kemuliaan dan hormat.
Bandingkan ungkapan dalam Amsal 29 :23: Bahwa keangkuhan
merendahkan orang tapi orang yang rendah hati menerima pujian.

Perikop ini menjadi pelajaran baik dan berharga bagi setiap orang yang ingin
menghargai dirinya sendirinya, rasanya baik juga mengingat ungkapan
filsafat yunani: “ Kenalilah dirimu sendiri.” Mengenal diri dalam arti
mengendalikan diri, menyangkal diri. Siapa pun dan status apapun yang
diemban seseorang, tidak selayaknya menyebabkannya menjadi serakah,
cinta diri dan membangun tembok-tembok pemisah dan keangkuhan yang
seringkali justru menjatuhkan. Jika ingin menjadi besar, hendaklah ia menjadi
pelayan bagi sesamanya karena itu perlu sekali mengenal diri, mengendalikan
diri, setidak-tidaknya belajar dari apa yang tersirat dalam Amsal 30 :24-31
ini.

Hal yang paling penting untuk perubahan diri menuju pribadi yang lebih baik
adalah keterbukaan dan kerendahan hati mau menerima dan mau belajar
lewat pengajaran-pengajaran dari siapa saja bahkan dari binatang sekali pun.

Anda mungkin juga menyukai