Anda di halaman 1dari 14

GEOLOGI SEJARAH TERBENTUKNYA KEPULAUAN

NUSA TENGGARA, INDONESIA

Abrar Kharisma A., Nurul Galuh Karina R., Mochammad Fiqri A., Damar Jati P., dan
Fadlurahman Zaki W.

Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21, Hegarmanah, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363

Sari

Nusa tenggara merupakan provinsi yang berada di Indonesia terbagi atas dua wilayah, yakni
Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Secara geologi Nusa Tenggara berada pada
busur banda dan dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori tektonik lempeng
pegunungan ini dibuat berada di zona subduksi Indo-Australia (Hamilton,1979). Nusa Tenggara
dapat dibagi menjadi menjadi 4 struktur tektonik yaitu busur belakang yang terletak di laut
Flores, busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan vulkanik, busur volkanik luar yang dibentuk
oleh kepulauan non-, dan dibagian depan busur dibagi kedalam dua bagian yaitu busur dalam
dan busur luar. Secara geologi, pulau-pulau yang berada di Nusa Tenggara berumur muda
berkisar, anatar 1-15juta tahun (Audley-Charles,1987) dan terbentuk tanpa adanya hubungan
dengan proses pergeseran lempeng yang disebut sebagai pulau oseanik. Pembentukan batuan dari
barat hingga ke timur makan akan semakin muda umur batuan itu berdasarkan litologi yang ada,
hal ini menunjukan bahwa pembentukan pulau-pulau di Nusa Tenggara dimulai dari Barat ke
Timur.

Kata Kunci: Tektonik lempeng, busur, oseanik, litologi

ABSTRACT

Nusa Tenggara is a province in Indonesia which is divided into two regions, namely East Nusa
Tenggara and West Nusa Tenggara. Geology In Nusa Tenggara it is on the banda arch and is
formed by young volcanic mountains. In the tectonic theory of this mountain plate is in the Indo-
Australian subduction zone (Hamilton, 1979). Nusa Tenggara can be divided into 4 tectonic
structures, namely the back arch located in the Flores sea, the inner arch formed by volcanic
islands, the outer volcanic arch formed by non-islands, and the front of the arch is divided into
two parts, namely the inner arc and outer arc. Geologically, the islands in Nusa Tenggara are
young, between 1-15 million years old (Audley-Charles, 1987) and formed without any
connection with the plate shifting process known as oceanic islands. The formation of rocks from
west to east means that the age of the rocks will be younger based on the existing lithology, this
shows that the order for islands in Nusa Tenggara starts from West to East.

Keywords: Plate tectonics, arcs, oceanic, lithology

1.1 Tatanan Tektonik Di Kepualauan Muller (1977) mengatakan bahwa Busur


Nusa Tenggara Nusa Tenggara terletak di sisi timur Pulau
Jawa dan memiliki lempeng yang
Kepulauan Nusa Tenggara seringkali
tersubduksi dan berumur lebih tua.
disebut dengan Kepulauan Sunda Kecil yang
berada di sebelah timur Pulau Jawa. Pergerakan subduksi lempeng Indo-
Kepulauan ini terdiri atas 3 pulau utama Australia sudah terjadi sejak zaman
(Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Oligosen. Subduksi oseanik lempeng Indo-
Tenggara Timur) dan beberapa pulau kecil Australia di Kepulauan Nusa Tenggara dapat
lainnya. terbagi menjadi: Roo Rise, Argo Abyssal
Plain (kerak Samudra), dan Scott Plateau
Kepulauan Nusa Tenggara berada di
(paparan Scott).
Busur Sunda (Sunda Arc) dan Busur Banda
(Banda Arc). Pada zona Busur Sunda, Subduksi oseanik antara lempeng
terdapat Lempeng India-Australia yang samudera hindia dengan lempeng samudera
menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. di bagian timur-tenggara sunda-land
Busur Sunda dapat dibagi ke dalam membentuk beberapa pulau-pulau oseanik
beberapa zona yaitu: Busur Sumatra, Busur penyusun Kepulauan Nusa Tenggara.
Transisi Sumba, Busur Transisi Selat Sunda,
Pada Kepulauan Nusa Tenggara,
Busur Jawa, dan Busur Nusa Tenggara.
tepatnya di belakang Pulau Alor dan Pantar,
ditemukan dan diperkenalkan adanya sesar Rinjani, Tambora, dan Sangeang Api.
naik oleh Hamilton pada tahun 1977. Hal Sedangkan gunung Sangenges dan
tersebut diketahui setelah melalui beberapa Soromundi merupakan puncak yang telah
peninjauan oleh unit penelitian Lamont- terkikis pada zaman kuarter. Terdapat
Doherty dari Universitas Columbia (Gambar perbedaan antara garis gunung berapi yang
1). aktif di Sumbawa bagian barat (Gunung
Sangeang Api) dengan garis gunung berapi
di daerah Flores. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat petahan transcurrent yang
memotong busur antara pulau Sumbawa
dengan Flores. Patahan tersebut merupakan
diskontinuitas tektonik antara busur Sunda
bagian barat dan timur.

Di daerah Cekungan Lombok


(Lombok Basin) bagian timur, terdapat
patahan dan lipatan yang menyebabkan
terjadinya deformasi yang kuat. Deformasi
Gambar 1. Peta Tektonik dan Batimetri ini ditandai oleh adanya patahan blok (block
Kepulauan Nusa Tenggara, dari Pulau faulting), intrusi serpih (shale diapirs), dan
Komodo sampai Pulau Wetar. (Sumber: gunung api lumpur (mud volcano).
https://www.researchgate.net/publication/24
8789714)
1.2 Stratigrafi di Kepulauan Nusa
Tenggara
Batuan tertua yang ditemukan di
Kepulauan Nusa Tenggara berasal dari
zaman Miosen yang menandakan bahwa 1.3 Paleoecology dan Paleoclimate di
proses subduksi dan vulkanik pada wilayah Kepulauan Nusa Tenggara
tersebut terjadi setelah Sumatra dan Jawa.

Beberapa gunungapi yang masih


aktif di Kepulauan Nusa Tenggara adalah
Menurut Meissner (2007) dan Brasier dan Neale (1981) menyebutkan
Bradley (2015) sedimen laut dapat bahwa ada tiga subordo dari foraminifera
merekonstruksi parameter-parameter bentonik yang berperan dalam studi paleo-
paleoekologi seperti suhu permukaan laut, ekologi laut, yaitu :
komposisi kimia air, informasi dari
a. Textulariina
biomassa atau pola vegetasi, variasi daerah
b. Miliolina
geomagnetik, permukaan laut, presipitasi
c. Rotaliina
dan aktiitas matahari, dengan memanfaatkan
proksi-proksi yang terkandung di dalamnya. Dari ketiga sub ordo tersebut merupakan
penciri utama suatu lingkungan tertentu.
untuk mengetahui kondisi paleoekologi
Kemudian adapun faktor dari lingkungan
lewat sedimen laut tersebut para peneliti
yang dapat mempengaruhi dari persebaran
biasanya menggunakan foraminifera. Sebab
foraminifera bentonik seperti arus laut, jenis
foraminifera sangat sensitif terhadap
sedimen, kondisi lingkungan setempat.
perubahan lingkungan dan juga kelimpahan
yang relatif tinggi sangat mendukung untuk 1.3.1 Paleoekologi
mengunakannya. Foraminifera terbagi Pada umur Miosen Tengah yaitu
menjadi dua jenis, yaitu foraminifera sekitar 20-5 Juta tahun yang lalu wilayah
planktonik dan foraminifera bentonik. Pada indonesia timur seperti Nusa Tenggara,
beberapa penielitian bahwa distribusi Sumba, dan terutama Flores terjadi
kumpulan foraminifera bentonik dapat pengendapan batupasir dan batugamping di
dihubungkan dengan lingkunan dan kondisi sekitar aktivitas volkanisme bawah laut.
sedimen. Kondisi yang dimaksud adalah Pengendapan tersebut mengakibatkan
kedalaman, salinitas, konten oksigen perubahan lingkungan dari laut dalam
terlarut, dan karbonat jenus (Phleger, 1960; menjadi laut dangkal. Kemudian sekitar 2,5-
Schnitke, 1974; Boltovskoy dan Wright, 1,8 juta tahun yang lalu, ditemukan aktivitas
1976; Bremer dan Lohmann, 1982; Gupta, gunung api di barat laut dari Cekungan So’a
1994; dalam Samir dkk., 2003). Kemudian saat ini. hal tersebut menunjukkan bahwa
untuk foraminifera planktonik biasanya daerah tersebut pada saat itu berada pada
digunakan untuk merekonstruksi suhu daerah pinggiran gunung api.
permukaan laut, terutama sedmen laut pada
periode Kuarter.
Pengangkatan tektonik yang terjadi (Gambar 2. Suksesi fauna vertebrata di
pada Plistosesn Awal mengakibatkan Cekungan So’a, Sumber : Puspaningrum et
Cekungan So’a menjadi lingkunga darat. al., 2015 )
Karena pengangkatan tersebut
Selain dari catatan geologis,
mengakibatkan banyaknya fauna yang
lingkungan di Cekungan So’a juga di
bermigrasi ke daratan yang baru ini.
rekonstruksi menggunakan rekaman pada
kemudian sekitar 0,5 juta tahun yang lalu,
fosil flora. Lingkungan Cekungan So’a
terbentuklah sistem lakustrin yang terdiri
menunjukkan vegetasi terbuka yang sedikit
dari danau-danau kecil yang mulai meluar.
ditumbuhi oleh pohon dan tipikal rumput-
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
rumput tumbuh di bawahnya. Kemudian di
lapisan endapan danau dengan sisipan
dukung dengan analisis fosil polen
endapan gunung api.
menunjukkan bahwa lingkungan di wilayah
tersebut cenderung kering.

Hasil analisis dari kelompok foraminifera


planktonik yang merupakan rekonstruksi
suhu permukaan laut memperlihatkan dua
pola yang berbeda. Hasil rekonstruksi
tersebut menunjukkan adanya perubahan
dari Pleistosen ke Holosen. Perbedaan suhu
pada Februari Pleistosen adalah 1,330C lebih
dingin dibandingkan pada Holosen
sedangkan pada bulan agustus adalah 0,820
C lebih dingin Pleistosen daripada Holosen.
(Damanik, dkk 2020).
Indonesia dan iklimnya tersebut dipengaruhi
oleh pergantian muson barat laut – muson
tenggara. Distribusi foraminifera
memperlihatkan fluktuasi kondisi iklim dan
air laut, sedangkan berdaasarkan analisisi
MAT menunjukkan suhu permukaan air
laut. Berdasarkan analisis tersebut maka
didapatkan rekonstruksi paleoklimatologi
yaitu selama Pleistosen intensitas muson
tenggara cenderung kuat dan memicu
peningkatan intensitas ITF sehingga
mgnehadilkan kondisi yang dingin dan
(Gambar 3. Hasil analisis foraminifera kering. Kemudian ketika Holosen intensitas
berdasarkan Parker (1960) dalam pada muson barat laut lebih kuat sehinggga
Boltovskoy dan Wright (1976). Hasil membuat kondisi menjadi hangat-lembab.
analisis kelompok foraminifera, dan hasil Kemudian, kondisi tersebut sempat
analisis suatu dengan MAT). diganggu oleh Pendinginan Tropis dan
kondisi cenderung mengering selama 9
1.3.2 Paleoclimate
periode. Namun, setelah itu terjadi
Kondisi iklim purba (paleoclimate) pendinginan suhu dan pendangkalan
dapat ditentukan dari kecenderungan termoklin secara gradual dengan curah hujan
temperatur global. Salah satu faktor yang meningkat yang menunjukkan reverse trend
menentukan lingkungan purba adalah posisi pada muson barat laut.
kronologis suatu peristiwa berada dalam fase
glasial dan interglasial. Perubahan dalam
lingkungan iklim purba juga dapat 1.4 Persebaran yang Terjadi di
direkonstruksi menggunakan foraminifera Kepulauan Nusa Tenggara
yang dibantu dengan analisis sedimentologi Secara geologi, umumnya pulau pulau
dan kandungan unsur. yang menyusun Nusa Tenggara memiliki
Perairan barat daya Sumba yang umur yang relative muda berkisar antara 1 –
berada di bagian tenggara Kepulauan 15 Juta tahun. Material yang terendapkan
pertama adalah sedimen klastik yang andesitik-basaltik dengan
membentuk batupasir tufaceous dan batugamping terumbu dan dacite.
batugamping yang terendapkan di
lingkungan laut dengan kedalaman sekitar 2. Tufa, Batupasir Tufa, Batugamping
20-100 m (neritik). Sebelum endapan klastik (Miosen Akhir)
tersebut diendapkan, kawasan tersebut Pasca awal Miosen Akhir, seluruh
dipengaruhi oleh aktivitas laut vulkanik wilayah dari Sumbawa sampai Wetar
yang menghasilkan breksi vulkanik basaltik mengalami penurunan muka tanah.
andesitik. Aktivitas vulkanik ini Lombok adalah bagian dari
menunjukkan subduksi yang mengakibatkan cekungan terpisah dimana bagian
busur vulkanik di Nusa Tenggara awalnya yang tinggi di bagian timur
terjadi pada masa pra-Miosen dan (Sumbawa ke Wetar) dan di bagian
setidaknya pada Oligosen-Miosen (Katili barat (Bali), diperkirakan Lombok
1975). Berdasarkan sejarah geologinya, termasuk yang tinggi. Di cekungan
sebaran litologi dari Nusa Tenggara dapat timur terdapat pengendapan tufa,
dijabarkan sebagai berikut: batupasir tufa dan batugamping yang
dikelompokkan dalam satuan tuf
1. Breksi vulkanik, Batugamping andesitik-basaltik dan satuan
Terumbu, dan Dacite (Miosen batugamping terumbu dengan
Tengah) lingkungan neritik-bathyal.
Pada Miosen Tengah, aktivitas
vulkanik andesitik-basaltik menurun,
namun digantikan oleh munculnya 3. Breksi, Aglomerat, dan Tufa
material komposisi dasitik. Peristiwa (Miosen Akhir)
tersebut direpresentasikan oleh Pada daerah Wetar dan Bali terjadi
keberadaan ketiga batuan tersebut aktivitas vulkanik laut yang
dan Formasi Mulakan (Mu) bagian menghasilkan breksi, aglomerat dan
atas. Selain itu, di Sumbawa dan tufa dengan komposisi basaltik-
Komodo terdapat aktivitas tektonik andestik dan dasit dengan interkalasi
yang ditunjukkan dengan berkapur. Batuan-batuan tersebut
unconformity antara breksi vulkanik dikelompokkan menjadi satuan lava
andesitik-basaltik dan formasi juga terendapkan konglomerat,
Naumantang. Aktivitas pengendapan batupasir, dan terumbu karang
ini berlangsung hingga Pliosen Awal Formasi Palasari.
sedangkan pada umumnya aktivitas
vulkanik pada Pliosen Awal hanya 6. Batuan Vulkanik (Andesitik-
menyebar dan menghasilkan tufa Basaltik) (Pleistosen Akhir)
saja. Aktivitas vulkanik Pleistosen Akhir
atau Holosen Awal berlangsung
4. Batuan Vulkanik (Andesitik- hingga saat ini yang ditandai dengan
Basaltik), dan Tephrite-Lesit adanya 17 gunung berapi aktif. Fakta
(Pliosen-Pleistosen) tersebut tidak lepas dari pergerakan
Pada Pliosen Akhir hingga Pleistosen lempeng samudera Indo-Australia.
Awal aktivitas vulkanik kembali Kegiatan vulkanik ini menghasilkan
meningkat akibat cekungan di batuan vulkanik andesitik-basaltik
Sumbawa-Wetar mengalami uplift. yang dikelompokkan menjadi batuan
Pada saat itu aktivitas vulkanik vulkanik muda dan menutupi
kembali meningkat dengan sebagian batuan yang lebih tua.
menghasilkan batuan vulkanik Aktivitas vulkanik di Nusa Tenggara
andesitik-basaltik, dan tephrite-lesit berlanjut hingga saat ini. Hasilnya
seperti di Sumbawa. dapat dilihat sebagai kerucut
vulkanik yang dibangun oleh batuan
5. Batuan Vulkanik (Andesitik- andesitik-basaltik. Gunung berapi
Basaltik), Konglomerat, Batupasir tersebut tumbuh dengan baik di darat
(Pliosen Akhir-Pleistosen) maupun di lepas pantai.
Daerah Bali mengalami uplift yang
diikuti oleh aktivitas vulkanik yang
menghasilkan batuan vulkanik 1.5 Sejarah Geologi Terbentuknya
andesitik-basaltik non-marine Pada Kepulauan Nusa Tenggara
Pliosen Akhir hingga Pleistosen. Hal
ini juga terjadi di Lombok dan di Pada era Paleozoic (2450290 juta)
Sumbawa-Wetar. Selain itu di Bali tahun yang lalu bumi hanya terdapat satu
kontinen besar bernama pangea. Lalu sekitar Nusa Tenggara berada dianatara
150-215 juta tahun lalu pada masa bagian timur pulau jawa dan kepulauan
Mesozoic, benua besar itu terbelah menjadi banda yang terdiri atas pulau-pulau kecil dan
dua bagian benua bernama Laurasia dan lembah sungai dan dibatasi oleh berbagai
Gondwana karena adanya pengaruh tektonik lautan. ecara fisik, dibagian utara berbatasan
lempeng. Benua Laurasia membentuk dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi
Eropa, Asia, Amerika Utara, sedangkan oleh kepulauan Banda, bagian utara dibatasi
benua Gondwana membentuk Arab, oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi
Amerika Selatan, Afrika,Australia, New oleh Samudra Hindia. Rangakaian pulau
Guinea, Antartika, India, New Zealand, dan yang ada dibentuk oleh pegunungan
sebagian dari Asia Tenggara. Zona subduksi vulkanik muda. Pada teori tektonik lempeng,
berkembang sepanjang batas selatan Asia deretan pulau ini dibentuk tepat berada pada
dan membentuk tanda-tanda palung jawa zona subduksi indo-australia pada kerak
dan bergerak kea rah Utara dari Gondwana. samudra. Lempeng tektonik Indonesia
dan bagian India-Australia-Antartika miring berada pada tiga lempeng utama, yakni
ke arah utara mengarah ke zona subduksi.  lempeng indo-australia, Eurasia dan Pasifik.
Interaksi ketiga lempeng ini yang akan
Evolusi kepulauan di Nusa Tenggara
menimbulkan kompleks tektonik khususnya
bisa dibilang cukup kompleks, sehingga
pada wilayah timur Indonesia. Secara
dibuat kelompok yakni Oceanic dan
geologi kebanyakan pulau penyusun Nusa
Continental Islands. Pulau-pulau yang
Tenggara berumur 1-15 juta tahun dan
termasuk kedalam oceanic muncul dari dasar
terjadi sebagai pulau oceanic yang tidak ada
laut dan bukan dari pecahan kedua benua
hubungannya dengan teori tektonik
besar dahulu. Pulau oceanic berasal dari
lempeng. Pulau ini terjadi ditempat sebagai
inner volcanic arc dan outer arc berusia lebih
busur kepulauan karena proses subduksi
mudah dari masa miosen. Pulau-pulau yang
anatar lempeng hindia dengan samudra di
termasuk kedalam continental islands
sebelah timur-tenggara.
merupakan pulau yang berasal dari pecahan
benua besar yang mengalami pergeseran Pulau-pulau di Nusa Tenggara
lempeng sehingga terbentuk pulau. mengikuti dua busur, bagian timur busur
Sunda (Bali,Lombok,Sumbawa,Flores barat)
dan bagian barat busur Banda (Flore timur,
Alor, Wetar, Romang, Damar, Nila,Serua). dibawah busur Sunda-Banda selama kurun
Susunan dua busur ini diikuti oleh dua waktu tertier yang mana zona subduksi ini
system palung yang berbeda, palung pada dibentuk dalam busur volkanik Nusa
busur sunda adalah palung sunda dengan Tenggara. Busur volkanik pada bagian timur
kedalaman 6KM yang terbentuk karena wilayah sunda secara langsung dibatasi oleh
lempeng samudera Hindia menujam kerak samudra yang keduanya memiliki
kebawah Nusa Tenggara, dan palung pada karakteristik kimia yang membedakanya
busur banda adalah palung timur dengan dari lava pada bagian barat busur Nusa
kedalaman 3KM terjadi akibat lempeng Tenggara.
Australia menujam Nusa Tenggara dan
Timor-Tanibar. Bila subduksi lempeng
samudera Hindia di Palung Sunda telah
membentuk pulau-pulau volkanik busur
kepulauan Bali, Lombok, Sumbawa, Flores,
Alor, Wetar, Romang, Damar, Teun, Nila,
dan Serua; maka penunjaman lempeng
benua Australia di Palung Timor-Tanimbar
telah membentuk pulau-pulau nonvolkanik
yang disusun oleh mélange dimulai dari
Rote, Timor, dan Tanimbar. Dua sistem
busur kepulauan ini telah membentuk dua Gambar 4. Struktur Geologi Laut Nusa
sistem busur kepulauan, yaitu busur Tenggara (Rangin and Silver, 1990)
kepulauan sebelah dalam yang volkanik –
inner volcanic island arc (Bali, Lombok,
Menurut Rangin dan Silver (1990),
Sumbawa, Flores, Alor, Wetar, Romang,
Kepulauan Nusa Tenggara dapat dibagi
Damar, Teun, Nila, dan Serua) dan busur
menjadi enam satuan tektono-struktural dari
kepulauan sebelah luar yang nonvolcanic –
utara ke selatan, yaitu: Satuan Busur
outer nonvolcanic island arc (Rote, Timor,
Belakang yang terdiri atas Cekungan Busur
Tanimbar). Sebagian besar dari wilayah
Belakang dan Canggaan Belakang Flores;
Nusa Tenggara dibentuk pada zona subduksi
Satuan Busur Vulkanik yang dibentuk oleh
dari lempng indo-australia yang berada
serangkaian pulau vulkanik yang terdiri dari
Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca, yang ditemukan 150 km di atas zona miring
Flores, Adonora, Solor, Lomblen, Pantar, gempa. Zona Benioff yang sangat aktif
Alor, Kambing dan Wetar; Satuan Busur dibuat oleh Hatherton dan Dickinson (1969)
Luar yang dibentuk oleh pulau bukan dan diperbarui oleh Hamilton (1978).
vulkanik yaitu Dana, Raijua, Sawu, Roti, Kegempaan di bagian Jawa meluas hingga
Semau dan Timor. Satuan Busur Muka yang kedalaman maksimum 600 km. Hal ini
terletak di antara Satuan Busur Vulkanik dan menunjukkan subduksi kerak sub-ocean
Satuan Busur Luar yang merupakan milik Lempeng Australia atau Papua Nugini
Cekungan Busur Muka yaitu Cekungan di bawah Busur Banda dan penghentian
Lombok dan Cekungan Savu vulkanisme pada Pliosen Awal. Tektonik ini
berlawanan dengan Timor yang
menunjukkan tabrakan Timor dengan Alor
dan Wetar, setelah semua kerak samudera
masuk ke zona subduksi. Ukuran pulau-
pulau dari jajaran gunungapi ini secara
bertahap semakin kecil ke arah timur dari
Jawa terus ke Bali, Lombok, Sumbawa,
Flores, Wetar ke Banda. Penurunan ini
terlihat di sebelah timur Pulau Wetar yang
kemungkinan mencerminkan jumlah kerak
samudera masuk ke dalam zona subduksi.
Hal ini menyiratkan gerakan dip-slip ke arah
barat Pulau Wetar dan strike-slip ke arah
timur. Kemungkinan lain bahwa busur
vulkanik sebelah timur Pulau Wetar berumur
Gambar 5. Peta Tektonik Pulau Nusa
lebih muda dan busur vulkanik awal
Tenggara (Darman dan Sidi, 2000)
bertumbukan dengan tepi benua Australia

Di pulau-pulau busur dalam terjadi


Batuan vulkanik pada Busur-Dalam dua system perbukitan yakni perbukitan
Banda dari Kepulauan Nusa Tenggara vulkanik yang lebih tua (miosen-pliosen)
terdapat batuan tertua berumur Miosen Awal yang telah terjadi erosi lanjut yang dicirikan
dengan punggungan sempit tererosi dalam subduksi yang berlanjut disertai perubahan
dan gunung-gunung muda kuarter sudut penunjaman zona Benioff yang
(plistosen-holosen) dengan bentuk melandai daripada sebelumnya
mengkrucut. Pada awalnya, subduksi menghasilkan gunung- gunungapi Kuarter di
menghasilkan pegunungan volkanik yang sebelah utara pulau-pulau ini.
umumnya terdapat di selatan pulau-pulau
Bali, Lombok, Sumbawa. Kemudian

Kesimpulan https://www.researchgate.net/publica
tion/24878971
Daftar Pustaka
Intan, F. 2016. Struktur Geologi Kawasan
Pusat Penelitian Geoteknologi. 2017.
HUU dalam Kaitannya dengan
Seismotektonik Busur Sunda. Jakarta:
Pemilihan Lokasi Situs Megalitik.
Lipi Press
Fadlan S. Intan. Pusat Penelitian
E. Lüschen, dkk. 2010. Structure, Evolution Arkegologi Nasional
and Tectonic Activity of The Eastern
Suwarno, N., and Y. Noya., 1985.
Sunda Forearc, Indonesia, from
Stratigraphy regional wilayah Busur
Marine Seismic Investigation.
Bergunungapi Nusa Tenggara.
Elsevier: Techtonophysics 508,
Proceeding PIT XIV Ikatan Ahli
halaman 6-21. diakses pada 10 Maret
Geologi Indonesia, Jakarta 10-11
2021 dari situs
Desember 1985, pp.
https://www.researchgate.net/publica
tion/238634468. Darman, Herman. 2000. An Outline of the
Geology of Indonesia. Ikatan Ahli
Silver, E., dkk. 1983. Back Arc Thrusting in
Geologi Indonesia: Jakarta.
The Eastern Sunda Arc, Indonesia: A
Consequence of Arc-Continent Katili, J.A., 1975. Volcanism and plate
Collision. Journal of Geophysical tectonics in the Indonesian island
Research, Vol. 88, No. B9, Halaman arcs. Tectonophysics, 26 (1975), pp.
7429-7448. Diakses pada 10 Maret 165-188.
2021 dari situs
Ardi, R.D.W., 2018. Rekonstruksi Veatch, E. G., Tocheri, M. W., Sutikna, T.,
Paleoklimatologi dan paleo- McGrath, K., Saptomo, W. S.,
oseanografi sejak Pleistosen Akhir Jatmiko, Helgen, K. M., . 2019.
berdasarkan kumpulan foraminifera Temporal Shifts In The Distribution
di lepas pantai barat daya Pulau Of Murine Rodent Body Size Classes
Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tesis At Liang Bua (Flores, Indonesia)
Magister. Institut Teknologi Reveal New Insights Into The
Bandung Paleoecology of Homo Floresiensis
and Associated Fauna. Journal of
Damanik, A., Anwar, M. K., Nugroho, S.
Human Evolution 130.
H., Putra, S. P.,. 2020. Rekonstruksi
https://doi.org/10.1016/j.jhevol.2019.
Perubahan Suhu Permukaan Laut
02.002
Berdasarkan Kumpulan Foraminifera
Di Perairan Utara Papua, Samudra Aziz, F., Morwood, M.J., and Van Den
Pasifik. Bull. Geol. 4. Bergh, G. D. 2009. Pelistocene
https://doi.org/10.5614/bull.geol.202 Geology, Palaeontology and
0.4.1.4 Archaeology of the Soa Basin,
Central Flores, Indonesia. Spec Publ.
Susti, R., Abdurrokhim, Jurnaliah, L., Putra,
No. 36, Pusat Survei Geologi, Dep.
P. S., Nugroho, S.H., . 2017.
ESDM, Bandung.
Distribusi Foraminifera Bentonik
Resen Di Perairan Sumba Nusa Satyana, A.H., 2012, Bali-Lombok Gap: A
Tenggara Timur. Padjadjaran Distinct Geo-Biologic Border of the
Geoscience Journal. Vol. 01, No. 03. Wallace’s Line, Berita
216-224 Sedimentologi, No. 25, November
2012, Forum Sedimentologiwan
Auliaherliaty, L., Dewi, K. T., Priohandono,
Indonesia (FOSI)
Y. A., . 2004. Foraminifera Di Teluk
Sepi – Blongas, Lombok Selatan, Satyana, A.H. & Purwaningsih, M.E.M.,
Nusa Tenggara Barat Dan Kaitannya 2012, New Look on the Origin of
Dengan Faktor Lingkungan. Jurnal Sumba Terrane: Multidisciplinary
Geologi Kelautan, vol. 2, no. 3, Approaches, Berita Sedimentologi,
Desember 2004 : 1- 8
No. 25, November 2012, Forum Geologi dan Geofisika Bersistem
Sedimentologiwan Indonesia (FOSI). Lembar Peta 2208 dan 2209, Laut
Flores, Pusat Penelitian dan
Herman Darman. 2012. Seismic Expression
Pengembangan Geologi Kelautan,
of Tectonic Features in the Lesser
Balitbang Energi dan Sumber Daya
Sunda Islands, Indonesia. The
Mineral
Sedimentology Commission – The
Indonesian Association of Geologists Andi Mangga, S., drr., 1994, Geologi
(IAGI) Lembar Lombok, Nusatenggara,
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Purwanto, C., Susilohadi, Hanafi, M., dan
Geologi, Indonesia.
Hutagaol, J.P., 2012. Pemetaan

Anda mungkin juga menyukai