Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DM TIPE 2

DIRUANGAN CEMPAKA

NADIA FERLITA HANDAYANI RAHAYU

1810033031

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN


A. Konsep dasar

1 Pengertian

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak,dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitasinsulin atau

keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan

neuropati (Yuliana elin, 2009 dalam NANDA NIC-NOC, 2013).

2 Etiologi

Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II

masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam

proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas

65 th)

b. Obesitas

c. Jenis kelamin

d. gaya hidup

e. Riwayat keluarga

3 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan karena

resistensi insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait

dengan reseptor khusus pada permukaan sel.sebagai akibat terikatnya


insulin dengan reseptor tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin DM tipe II

disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian insulin

menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah

terbentuknya glukosa dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah

insulin yang disekresikan. (Smeltzer 2015 dan Bare,2015)


4 Tanda dan gejala

Gejala yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI,

2015) adalah:

a. Polidipsi

b. Poliuria

c. Poliphagi

d. kesemutan

e. Rasa tebal dikulit

f. Kram

g. Mudah mengantuk

h. Mata kabur

i. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian

janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg

5 Komplikasi

a. Hiperglikemia

b. Ketoasidosis diabetic

c. Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar

d. Neuropati perifer

e. Penyakit kardiovaskuler

f. infeksi kulit

6 Penatalaksanaan

Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:


a. Diet

b. Olahraga

c. Edukasi / penyuluhan

d. Pantau kadar glukosa darah

7 Pemeriksaan penunjang

Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl

Glukosa darah puasa >140 mg/dl

Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl

8 Prognosis

Pada umumnya prognosis DM tipe II lebih baik

dibandingkan dengan DM tipe I. Penurunan berat badan terutama

pada anak dan remaja obes primer tanpa faktorfaktor genetik lain

yang mempermudah dan memperberat keadaan resistensi insulin

akan memperbaiki gejala maupun tanda klinis DM. Adanya faktor-

faktor genetik lain yang mendasari timbulnya resistensi insulin dan

hiperinsulinemia akan memperjelek prognosis, tetapi dengan

penanganan dietetik yang sesuai prognosis masih tetap akan lebih

baik.
B. Konsep askep

A. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat, status, tanggal

masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis).

Identitas penanggung jawab (nama, umur, pekerjaan,

alamat, hubungan dengan pasien).

b. Riwayat kesehatan pasien

1) Keluhan/ Alasan masuk Rumah Sakit

Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri

abdomen, nafas pasien mungkin berbau aseton, pernapasan

kussmaul, gangguan pada pola tidur, poliuri, polidipsi,

penglihatan yang kabur, kelemahan, dan sakit kepala.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab terjadinya

penyakit serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk

mengatasinya.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Adanya riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit-penyakit

lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya

penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,


maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat

maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang

penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat

melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria

selama stres (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi,

penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,

kontrasepsi oral).

5) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi

yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya

serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita

c. Pola aktivitas sehari-hari

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan

dan sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat

dan sakit, gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama

lain.

d. Pola eliminasi

Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan sulit

kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi

(oliguri, disuri, dan lain-lain), penggunaan kateter, frekuensi

defekasi dan miksi, karakteristik urin dan feses, pola input


cairan, infeksi saluran kemih, masalah bau badan, perspirasi

berlebih.

e. Pola makan

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan

elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam

6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual/muntah, kebutuhan

jumlah zat gizi, masalah/penyembuhan kulit, makanan

kesukaan.

f. Personal hygiene

Menggambarkan kebersihan dalam merawat diri yang mencakup,

mandi, bab, bak, dan lain-lain.

g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum

Meliputi keadaan penderita tampak lemah atau pucat. Tingkat

kesadaran apakah sadar, koma, disorientasi.

2) Tanda-tanda Vital

Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Pernapasan

reguler ataukah ireguler, adanya bunyi napas tambahan,

respiration rate (RR) normal 16-20 kali/menit, pernapasan

dalam atau dangkal. Denyut nadi reguler atau ireguler, adanya

takikardia, denyutan kuat atau lemah. Suhu tubuh meningkat

apabila terjadi infeksi.

3) Pemeriksaan Kepala hingga leher


a) Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala

umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior

dan oksipital di bagian posterior

b) Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu

kering, tidak terlalu berminyak.

c) Mata : simetris mata, refleks pupil terhadap cahaya,

terdapat gangguan penglihatan apabila sudah mengalami

retinopati diabetik.

d) Telinga : fungsi pendengaran mungkin menurun. 5)Hidung

: adanya sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman

saraf hidung menurun. 6)Mulut : mukosa bibir kering.

e) Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening.

4) Pemeriksaan Dada

a) Pernafasan : sesak nafas, batuk dengan tanpa sputum

purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi,

panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium

menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.

b) Kardiovaskuler : takikardia/nadi menurun, perubahan

TD postural, hipertensi disritmia dan krekel.

5) Pemeriksaan Abdomen

Adanya nyeri tekan pada bagian pankreas, distensi abdomen,

suara bising usus yang meningkat.

6) Pemeriksaan Reproduksi
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada

pria, dan sulit orgasme pada wanita.

7) Pemeriksaan Integumen

Biasanya terdapat lesi atau luka pada kulit yang lama

sembuh. Kulit kering, adanya ulkus di kulit, luka yang tidak

kunjung sembuh. Adanya akral dingin, capillarry refill kurang

dari 3 detik, adanya pitting edema

8) Pemeriksaan Ekstremitas

Kekuatan otot dan tonus otot melemah. Adanya luka pada kaki

atau kaki diabetik.

2. Diagnosa keperawatan (PPNI, 2017)

a. Ketidakstabilan kadar gula

b. Nyeri akut

c. Kerusakan Integritas kulit

d. Gangguan mobilitas fisik

e. Resiko infeksi

3. Intervensi keperawatan (PPNI, 2018)

a. Ketidakstabilan kadar gula darah

Diharapkan kestabilan kadar glukosa darah meningkat (L.05022)

(PPNI, 2019).

1) Kesadaran meningkat

2) Pusing menurun

3) Kadar glukosa dalam darah membaik


4) Palpitasi membaik

5) Jumlah urine membaik

Intervensi Keperawatan :

Manajemen Hiperglikemia (I.03115)

Observasi

1) Identifkasi kemungkinan penyebab hiperglikemia

2) Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat

(mis. penyakit kambuhan)

3) Monitor kadar glukosa darah, jika perlu

4) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuri, polidipsia,

polivagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)

5) Monitor intake dan output cairan

6) Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan

darah ortostatik dan frekuensi nadi

Terapeutik

1) Berikan asupan cairan oral

2) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap

ada atau memburuk

3) Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik

Edukasi

1) Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL

2) Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri


3) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga

4) Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu

5) Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral,

monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan

professional kesehatan)

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu

2) Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu

3) Kolaborasipemberian kalium, jika perlu

b. Gangguan mobilitas fisik

Diharapkan gangguan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria

hasil :

1) Kekuatan otot meningkat (PPNI, 2019)

Intervensi keperawatan :

Dukungan mobilisasi (I.05173)

Observasi :

1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

2) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai

mobilisasi

4) Monitor kondisi mum selama melakukan mobilisasi


Terapiutik :

1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar

tempat tidur)

2) Fasilitasi melakukan pergerakan

3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien

Edukasi :

1) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

2) Anjurkan melakukan mobilisasi dini

3) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan mis.

Duduk ditempat tidur.

c. Resiko infeksi

Diharapkan resiko infeksi dapat diatasi dengan kriteria hasil : (L.14137)

(PPNI, 2019)

1) Bengkak menurun

2) Kultur urine membaik

3) Kemerahan menurun

Intervensi keperawatan

Pencegahan infeksi (I.14539)

Observasi :

1) Monitor tanda dan gejala infeksi local

Terapiutik :
1) Batasi jumlah pengunjung

2) Berikan perawatan kulit pada area edema

3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan

4) Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi

Edukasi :

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka

4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan

Kolaborasi :

1) Kolaborasi dengan pemberian imunisasi, jika perlu

d. Gangguan integritas kulit

Diharapkan kerusakan integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil

: (L.14125) (PPNI, 2019)

1) Kerusakan jaringan menurun

2) Kemerahan menurun

3) Hematoma menurun

4) Tekstur kulit membaik

5) Nekrosis menurun

6) Kerusakan lapisan kulit menurun


Intervensi keperawatan

Perawatan integritas kulit (I.11353)

Observasi :

1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

Terapiutik :

1) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

2) Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu

3) Gunakan produk berbahan ringan /alami

4) Hindari produk berbahan dasar alkoohol

Edukasi :

1) Anjurkan minum air yang cukup

2) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

3) Anjurkan meningkatkan buah dan sayur

4) Anjurkan menghindari terpapar suhu yang ekstrem

5) Anjurkan mandi dengan menggunakan sabun secukupnya.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah

status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses

pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,

faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,


strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi

(Dinarti & Muryanti, 2017)

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah

dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi

keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan

tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan

pasien (Dinarti &Muryanti, 2017).

SUMBER/ REFERENSI

1 http://repo.stikesperintis.ac.id/836/1/13%20MUTHIA%20VARENA.pdf

2 Standar diganosa keperawatan indonesia

3 Standar luaran keperawatan indonesia

4 Standa intervensi keperawatan indonesia

Anda mungkin juga menyukai