A. Tujuan Tutorial
1. Mengetahui cara pengukuran suhu dan kebisingan dengan menggunakan alat.
2. Mengetahui pengaruh suhu dan kebisingan terhadap suatu pekerjaan.
3. Mampu menganalisis perancangan lingkungan kerja fisik yang optimum.
Output:
a) Analisis performansi kerja dengan perlakuan ligkungan kerja fisik yang berbeda.
b) Analisis seluruh faktor lingkungan kerja fisik yang telah dipelajari
c) Rekomendasi
Gambar 1. Speaker
b) Sound Level Meter
Sound Level Meter merupakan alat yang dirancang untuk dapat mengukur
kebisingan dari suatu objek.
c) Thermometer
Thermometer merupakan alat yang dirancang dapat mengukur suhu suatu
lingkungan kerja fisik.
Gambar 3. Thermometer
D. Landasan Teori
1. Suhu
Suhu merupakan besaran fisika yang merupakan ukuran panas atau dinginya suatu kondisi.
Menurut Sutalaksana (1979), untuk berbagi tingkat suhu akan memberikan pengaruh yang
berbeda-beda, yaitu sebagai berikut:
1. 49° celcius temperatur dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas kemampuan
fisik dan mental.
2. 30° celcius aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan cendurung untuk
membuat kesalahan dalam pekerjaan dan timbul kelelahan fisik.
Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh bahwa produktivitas kerja manusia akan
mencapai tingkat yang paling tinggi pada suhu 24°C sampai 27°.
2. Bunyi
Bunyi adalah tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau gelombang longitudinal yang
merambat melalui medium yang berupa zat cair, padat dan gas. Berdasarkan SK
Kementrian Lingkungan Hidup No.Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996 kebisingan merupakan
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Dalam penelitian Firdaus, dkk. (2009) dinyatakan bahwa terdapat tiga aspek yang
menetukan kualitas bunyi yang menentukan tingkat gangguan terhadap manusia yaitu:
a. Lama waktu bunyi tersebut terdengar
b. Intensitas biasanya diukur dengan desibel (db) yang menunjukan besarnya arus
energi per satuan luas
c. Frekuensi suara yang menunjukan jumlah gelombang suara yang sampai di telinga
seseorang setiap detik (jumlah getaran per detik atau hertz)
Adapun nilai ambang batas waktu pemaparan kebisingan per hari kerja berdasarkan
intensitas kebisingan yang diterima pekerja adalah sebagai berikut:
Tabel 1. NAB Kebisingan
Lama paparan per hari Tingkat kebisingan
(jam)
24 80
16 82
8 85
4 88
2 91
1 94
½ 97
¼ 100
Berdasarkan tabel diatas, terdapat sebanyak 120 data yang didapatkan dari pengamatan
pada lingkungan kerja dengan paparan bunyi tertentu selama 10 menit. Pengukuran tingkat
kebisingan yang ditimbulkan menggunakan sound level meter setiap lima detik. Untuk
dapat mengolah rekapitulasi data pada tabel 2, dilakukan perhitungan berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996 sebagai berikut:
1. Hitung range (r) = Max – Min
67,1 – 47,5 = 19,6
2. Hitung jumlah kelas (k) = 1 + 3,3 log n
1 + 3,3 log 120 = 7,9 ~ 8 kelas
3. Hitung interval kelas
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝑖=
𝐶𝑙𝑎𝑠𝑠
19,6
𝑖= = 2,48
7,9
Menghitung LTM5:
1
10 × (log( × (∑ 𝑇𝑛. 100,1𝐿𝑛 )))
𝑛
Keterangan:
LTM5 : Leq dengan waktu sampling selama 5detik
n : Jumlah data = 120
Tn : Frekuensi per kelas
Ln : Nilai tengah per kelas
Maka perhitungan LTM5 berdasarkan data rekapitulasi table 3 adalah sebagai berikut:
1 0,1𝐿𝑛
LTM5 = 10 × (log(𝑛 × (∑ 𝑇𝑛. 10 )))
1 0,1𝐿𝑖
LTM5 = 10 × (log (120 × (𝑇𝑖 × 10 + ⋯ + 𝑇𝑗 × 100,1𝐿𝑗 )))
1 0,1×48,74
LTM5 = 10 × (log (120 × (10 × 10 + ⋯ + 𝑇𝑗 × 100,1×66,17 )))
1
LTM5 = 10 × (log (120 × (63648013)))
LTM5 = 57,426𝑑𝐵𝐴
Prosedur Tutorial
Alur tutorial yang akan dilakukan dalam tutorial Lingkungan Kerja Fisik 2 ini dapat dilihat
dalam gambar berikut.
Gambar 3. di atas menunjukkan alur tutorial pada tutorial lingkungan kerja fisik 2.
Pada pengolahan data, praktikan akan mengolah data untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara dua sampel yang berpasangan atau
berhubungan (data pre-test dan post-test). Maka dari itu, uji statistika yang dipakai
adalah uji Paired Sample T-Test.
Uji Paired Sample T-test merupakan bagian dari statistika parametrik, sehingga data
harus berdistribusi normal terlebih dahulu. Maka dari itu, sebelum melakukan uji
Paired Sample T-Test perlu adanya uji normalitas.
REFERENSI