Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER)

Oleh:
MUHAMMAD NAUFAL AKBAR
(0432950920016)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH


JURUSAN KEPERAWATAN S-1
PROGRAM PROFESI NERS
BEKASI, APRIL 2021
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HEMORAGIC FEVER

1. Definisi
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyph (Sri Rezeki H. Hadinegoro,
Soegeng, dkk, 2004).
Demam berdarah dengan (DBB) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan
gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Arif
Mansjoer, dkk, 2000).

2. Etiologi
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia :
Demam berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam yang berlangsung akut
menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada
anak-anak berusia > 15 tahun (Thomas Surusa, Ali Imran Umar, 2004). Nyamuk aedes
aegyph maupun aedes aibopictus merupakan vektor penular virus dengue dari penelitian
kepada orang lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina lebih menyukai menghisap
darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari (Alan R.
Tumbelaka, 2004).

3. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah vitemia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemi tenggorokan,
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan renjatan (syok).
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu :
Perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran
(perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian
cairan intravena.
4. Pathway
Virus Dengue

Viremia

Hipertermia Hepatomegali Depresi sum-sum tulang

Anoreksia, Muntah Manifestasi perdarahan

Kehilangan plasma
Ketidakseimbangan nutrisi Resti Kekurangan
< kebutuhan tubuh Volume Cairan

Hipovolemi

Risiko syok hipovolemi

Syok

Kematian
5. Tanda dan Gejala
Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)
1. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis demam disertai
gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian dan
kepala.
2. Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis, hematemosis,
melene.
3. Hepatomegali
4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHg hipotensi disertai gelisah dan
akral dingin.
5. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal) (Alan R. Tumbelaka, 2004).

Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain yang tidak khas
dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
1. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia), diare,
konslipasi.
3. Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, (break
bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan
pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan
fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.

6. Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi :
(WHO, 1997 ).
1. Derajat I
Demam dengan uji bendung positif.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl dingin.
4. Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan. (Alan R. Tumbelaka, 2004).

7. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1. Hb dan PCV meningkat (> 20%)
2. Trombositopenia (< 100.000 /ml)
3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4. 19 D. Dengue positif
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
6. Urium dan PH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolic P CO2 < 35-40 mmHg dan HCO2 rendah.
8. SGot /SGPT mungkin meningkat. (Nursalam, 2005).

8. Penatalaksanaan Pasien DHF


Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet, makan lunak.
3. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri
penderita oralit.
4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi ketat tiap
jam.
5. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan suhu
menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial /salisilat tidak dianjurkan
(indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.
7. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk
mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
8. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
9. Komplikasi
1. Ensefalopatif
2. Perdarahan intraktranial
3. Hernia batang otak
4. Sepsis
5. Pneumonia
6. Hidrasi berlebihan
7. Syok
8. Perdarahan

10. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien dengan DHF antara lain sebagai
berikut :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai
normal
2. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
3. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan

11. Perencanaan Keperawatan


1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai
normal
Tujuan : Setelah dilakukan pengkajian selama 1x24 jam di dapatkan
Kriteria hasil :
- Menggigil menurun
- Kulit merah menurun
- Suhu tubuh membaik
- Tekanan darah membaik

Rencana keperawatan :
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

2. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)


Tujuan :Setelah dilakukan pengkajian selama 1x24 jam di dapatkan
Kriteria hasil :
- Kelembapan membrane mukosa meningkat
- Hemoglobin membaik
- Hematokrit membaik
- Tekanan darah membaik
- Denyut nadi apical membaik
- Suhu tubuh membaik

Rencana keperawatan :
Observasi
- Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
- Monitor tanda-tanda vital ortostatik
- Monitor kagulasi
Terapeutik
- Pertahankan bed rest selama perdarahan
- Batasi tindakan invasif, jika perlu
- Gunakan kasur pencegah decubitus
- Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamik K
- Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

3. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan


Tujuan : Setelah dilakukan pengkajian selama 1x24 jam di dapatkan
Kriteria hasil :
- Kekuatan nadi meningkat
- Tingkat kesadaran meningkat
- Saturasi oksigen meningkat
- Akral dingin menurun
- Mean arterial pressure membaik
- Tekanan darah sistolik membaik
- Tekanan darah diastolik membaik
- Tekanan nadi membaik
- Frekuensi nadi membaik
- Frekuensi napas membaik

Rencana keperawatan :
Observasi
- Monitor status kardiopulmonal
- Monitor status oksigenasi
- Monitor status cairan
- Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
- Periksa riwayat alergi
Terapeutik
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
- Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
- Pasang jalur IV, jika perlu
- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
- Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi
- Jelaskan penyebab/factor risiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu

12. Implementasi
Implementasi inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapakan. Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan kepeeawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
diindentifikasi pada tahap perencanaan.

Tahap 2 : intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan :independen, dependen dan interdependen.

Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

13. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan, keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/ rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut : proses asuhan keperawatan, berdasarkan
kriteria/rencana yang telah disusun, dan hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria
keberhasilan yang telah dirumuskan dalam rencana evaluasi. Hasil evaluasi tiga kemungkinan
hasil evaluasi yaitu : tujuan tercapai, apabila pasien telahmenunjukan perbaikan/ kemajuan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan ini
tidak tecapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara mengatasinya.
Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemanjuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru, dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebil
mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan dan faktor-faktor lain tidak
sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengus ME, Moorhouse MF, GE Isster AC, 1999. Rencana Asuhan


Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta, EGC.

Ester Monica, 1999. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian Demam


Berdarah Dengue. Jakarta, EGC.

Mansjoer Arif, Triyanti Kaspuji, Savitri Rokimi, Wardhani Wahyu Ika, Setiawulan Wiwiek,
2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.

Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Herdman, T Heatrher, PhD, RN, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta : EGC

Rezeki Sri H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, 2004. Tatalaksana Demam Dengue /Demam
Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta : FKUI.

Surosa Thomas, Ali Imran Umar, 2004. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Sutaryo, 2004. Perkembangan Patogenesis Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Soedarmo Sumarno Poorwo, 2004. Masalah Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.


Jakarta : FKUI.

Tumbelaka Alan R, 2004. Diagnosis Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue. Jakarta :
FKUI.

Tucker SM, dkk, 1998. Standar Perawatan Klien Edisi V, Volume 4 . Jakarta, EGC.

Wartona Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

PPNI, 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta, Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta, Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta, Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai