Nama : Risna
Nim : 220040
Kelas : 1.A
c. Menguatnya Plutokrasi
d. Kebijakan
Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti
korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses
informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli,
maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui
sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara
oleh para pejabat negara.
e. Kontrol kebijakan
a. Orde Lama
Dasar Hukum: KUHP (awal), UU 24 tahun 1960 antara 1951 - 1956 isu
korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti Indonesia Raya yang
dipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan dugaan
korupsi Ruslan Abdulgani menyebabkan koran tersebut kemudian di bredel.
Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah peristiwa kegagalan pemberantasan
korupsi yang pertama di Indonesia, dimana atas intervensi PM Ali
Sastroamidjoyo, Ruslan Abdulgani, sang menteri luar negeri, gagal
ditangkap oleh Polisi Militer. Sebelumnya Lie Hok Thay mengaku
memberikan satu setengah juta rupiah kepada Ruslan Abdulgani, yang
diperoleh dari ongkos cetak kartu suara pemilu. Dalam kasus tersebut
mantan Menteri Penerangan kabinet Burhanuddin Harahap (kabinet
sebelumnya), Syamsudin Sutan Makmur, dan Direktur Percetakan
Negara, Pieter de Queljoe berhasil ditangkap.
b. Orde Baru
Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971 Korupsi orde baru dimulai dari
penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis.
c. Reformasi
Dasar Hukum: UU 31 tahun 1999, UU 20 tahun 2001
Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa
institusi:
1) Tim Tastipikor (Tindak Pidana Korupsi.
2) Komisi Pemberantasan Korupsi.
3) Kepolisian
4) Kejaksaan
5) BPKP
6) Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa (mis: ICW).
3. Upaya Penanggulangan Korupsi di Indonesia
Korupsi dapat ditanggulangi dengan beberapa cara sebagai berikut:
a. kebiasaan korupsi dapat dihilangkan melalui proses penanaman (sosialisasi
dan internalisasi ) nilai-nilai anti korupsi atau Budaya Anti Korupsi (BAK).
b. Upaya penerapan good governance pada entitas pemerintah. Setiap entitas
pemerintah diwajibkan untuk melakukan reformasi birokrasi,
mempertanggungjawabkan kinerja yang dicapainya melalui Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, melaksanakan praktek-praktek
yang sehat dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya serta melibatkan
masyarakat luas dalam memantau dan mendorong perbaikan kinerja
instansi pemerintah.