Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH

( Pendidikan Anti Korupsi)

Nama : Risna

Nim : 220040

Kelas : 1.A

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR KESDAM


XIV/HSN
A. DAMPAK MASIF KORUPSI (KELOMPOK 1)

1 Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli


a. Robert Klitgaard
Korupsi ialah suatu tingkah laku yang meyimpang dari tugas-tugas resmi
jabatannya dalam negara, dimana untuk memperoleh keuntungan status
atau uang yang menyangkut diri pribadi atau perorangan, keluarga dekat,
kelompok sendiri, atau dengan melanggar aturan pelaksanaan yang
menyangkut tingkah laku pribadi.
b. The Lexicon Webster Dictionary
Korupsi merupakan kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, bisa
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan
yang menghina atau memfitnah.
c. Gunnar Myrdal
Korupsi ialah suatu masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan
melakukan penyuapan dan ketidakjujuran membuka jalan membongkar
korupsi dan tindakan- tindakan penghukuman terhadap pelanggar.
d. Mubyarto
Korupsi yakni suatu masalah politik lebih dari pada ekonomi yang
menyentuh keabsahan atau legitimasi pemerintah di mata generasi muda,
kaum elite terdidik dan para pegawai pada umumnya.
e. Syeh Hussein Alatas
Korupsi ialah subordinasi kepentingan umum di bawah kepentingan pribadi
yang mencakup pelanggaran norma, tugas dan kesejahteraan umum, yang
dilakukan dengan kerahasian, penghianatan, penipuan dan
kemasabodohan dengan akibat yang diderita oleh rakyat
f. Fockema Andreae
Kata “korupsi” berasal dari bahasa latin yakni “corruptio atau corruptus“.
Akan tetapi kata “corruptio” itu juga berasal dari kata asal “corrumpere“,
yang merupakan suatu kata dalam bahasa latin yang lebih tua.

2 Dampak Terhadap Politik da Demokrasi

a. Munculnya Kepemimpinan Korupsi

b. Hilangnya Kepercayaan Publik Pada Demokrasi

c. Menguatnya Plutokrasi

d. Hancurnya Kedaulatan Rakyat


3 Dampak terhadap Penegakan Hukum
a. Fungsi Pemerintahan Mandul
Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan,
sebagai pengampu kebijakan negara, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi

2) Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan asset

3) Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga tabilitas


ekonomi dan politik.

b. Hilangnya Kepercayaan Rakyat Terhadap Lembaga Negara


Berikut ini lembaga negara yang paling korup menurut Barometer Korupsi
Global (BKG) pada tahun 2009:
1) Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat)
2) Partai Politik
3) Kepolisian RI
4) Lembaga Peradilan (Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung)

B. PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI ( KELOMOK 2)


1 PENGERTIAN

Korupsi merupakan tindakan setiap orang yang dengan tujuan


menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu koprasi.juga
menyalahgunakan kewenangan ,kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.

2 Prinsip yang harus ditegakkan


a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
b. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh
publik.
Dalam transparasi terdapat lima bagaian yaitu;
1) Proses Penganggaran
2) Proses penyusunan kegiatan
3) Proses pembahasan
4) Proses pengawasan
5) Proses evaluasi
c. Kewajaran

Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya


manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark
up maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya.

Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting

1) komperehensif dan disiplin


2) fleksibilitas
3) terprediksi
4) kejujuran
5) informatif

d. Kebijakan
Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti
korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses
informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli,
maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui
sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara
oleh para pejabat negara.
e. Kontrol kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul


efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan
berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu
melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan
dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan
alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan
reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap
tidak sesuai.

C. UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI ( KELOMPOK 3)


Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur-unsur sebagai berikut:
1 perbuatan melawan hukum;
2 penyalahgunaan kewenangan kesempatan, atau sarana;
3 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
4 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:
1 Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
2 Penggelapan dalam jabatan;
3 Pemerasan dalam jabatan;
4 Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara);
5 Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara).
1 Masalah Korupsi Indonesia

Indonesia, sebagai salah satu negara yang telah merasakan dampak dari


tindakan korupsi, terus berupaya secara konkrit, dimulai dari pembenahan
aspek hukum, yang sampai saat ini telah memiliki banyak sekali rambu-rambu
berupa peraturan - peraturan, antara lain Tap MPR XI tahun 1980, kemudian
tidak kurang dari 10 UU anti korupsi, diantaranya UU No. 20 tahun 2001
tentang perubahan UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, Kemudian yang paling monumental dan strategis, Indonesia
memiliki UU No. 30 Tahun2002, yang menjadi dasar hukum pendirian Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), ditambah lagi dengan dua Perpu, lima Inpres
dan tiga Kepres. Di kalangan masyarakat telah berdiri berbagai LSM anti
korupsi seperti ICW, Masyarakat Profesional Madani (MPM), dan badan-badan
lainnya, sebagai wujud kepedulian dan respon terhadap uapaya pencegahan
dan pemberantasan korupsi. Dengan demikian pemberantasan dan
pencegahan korupsi telah menjadi gerakan nasional. Seharusnya dengan
sederet peraturan, dan partisipasi masyarakat tersebut akan semakin
menjauhkan sikap,dan pikiran kita dari tindakan korupsi.

2 Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Pemberantasan korupsi di Indonesia dapat dibagi dalam 3 periode, yaitu


pada masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi.

a. Orde Lama
Dasar Hukum: KUHP (awal), UU 24 tahun 1960 antara 1951 - 1956 isu
korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti Indonesia Raya yang
dipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan dugaan
korupsi Ruslan Abdulgani menyebabkan koran tersebut kemudian di bredel.
Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah peristiwa kegagalan pemberantasan
korupsi yang pertama di Indonesia, dimana atas intervensi PM Ali
Sastroamidjoyo, Ruslan Abdulgani, sang menteri luar negeri, gagal
ditangkap oleh Polisi Militer. Sebelumnya Lie Hok Thay mengaku
memberikan satu setengah juta rupiah kepada Ruslan Abdulgani, yang
diperoleh dari ongkos cetak kartu suara pemilu. Dalam kasus tersebut
mantan Menteri Penerangan kabinet Burhanuddin Harahap (kabinet
sebelumnya), Syamsudin Sutan Makmur, dan Direktur Percetakan
Negara, Pieter de Queljoe berhasil ditangkap.
b. Orde Baru
Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971 Korupsi orde baru dimulai dari
penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis.
c. Reformasi
Dasar Hukum: UU 31 tahun 1999, UU 20 tahun 2001
Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa
institusi:
1) Tim Tastipikor (Tindak Pidana Korupsi.
2) Komisi Pemberantasan Korupsi.
3) Kepolisian
4) Kejaksaan
5) BPKP
6) Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa (mis: ICW).
3. Upaya Penanggulangan Korupsi di Indonesia
Korupsi dapat ditanggulangi dengan beberapa cara sebagai berikut:
a. kebiasaan korupsi dapat dihilangkan melalui proses penanaman (sosialisasi
dan internalisasi ) nilai-nilai anti korupsi atau Budaya Anti Korupsi (BAK).
b. Upaya penerapan good governance pada entitas pemerintah. Setiap entitas
pemerintah diwajibkan untuk melakukan reformasi birokrasi,
mempertanggungjawabkan kinerja yang dicapainya melalui Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, melaksanakan praktek-praktek
yang sehat dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya serta melibatkan
masyarakat luas dalam memantau dan mendorong perbaikan kinerja
instansi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai