Anda di halaman 1dari 25

1

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AKUAKULTUR


BUDIDAYA IKAN LELE (CLARIAS Sp) DALAM EMBER
CULTIVATING CATFISH (CLARIAS Sp) IN A BUCKET

MANDA FEBRIA AZHARI


05061282025053

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pangkalpinang 6 April 2021


Penyusun

Manda febria azhari


05061282025053

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................ii


DAFTAR ISI .................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Tujuan ...............................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Lele.............................................2
2.2 Habitat Dan Kebiasaan Makan Ikan.............................................3
2.3 Buddidaya Dalam Ember (Budikdamber)....................................4
BAB 3 PELAKSANAAN PRATIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat .........................................................................6
3.2 Alat Dan Bahan.................................................................................6
3.2.1 Alat............................................................................................6
3.2.2 Bahan .......................................................................................6
3.3 METODE
3.3.1 Persiapan Media Pemeliharaan.............................................7
3.3.2 Penebaran Bibit Lele Dan Penanaman Sayur Kangkung. . .7
3.4 Parameter Yang Diamati................................................................8
3.4.1 Jumlah Konsumsi Pakan.......................................................8
3.4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak.............................................8
3.4.3 Pertumbuhan Bobot Mutlak .................................................8
3.4.4 Specific Growth Rate..............................................................8
3.4.5 Konversi Pakan.......................................................................9
3.4.6 Survival Rate...........................................................................9
3.4.7 Kualitas Air ............................................................................9
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil...........................................................................................10
4.2 Pembahasan.............................................................................11

iii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................13
5.2 Saran.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14
LAMPIRAN
1.1 Lampiran Perhitungan...................................................................16
A. pertumbuhan panjang mutlak ...........................................16
B. Pertumbuhan bobot mutlak.................................................16
C. specific growth rate(SGR)...................................................17
D. Survival Rate(SR).................................................................18
1.2 lampiran dokumentasi pembuatan – pemanenan budidaya
dalam ember ..................................................................................19

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan lele (Clarias Sp) merupakan ikan yang hidup diperairan tawar yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Ikan air tawar ini sangat tepat dijadikan ikan
budidaya rumah tangga, karena teknik budidaya yang mudah, mudah hidup
diperairan yang sangat rendah kualitasnya, juga tidak tergantung dari satu jenis
pakan (Suyanto, 2002). Metode perikanan yang dikembangkan saat ini salah
satunya adalah metode cocok tanam dengan sistem akuaponik. Sistem ini
merupakan kombinasi antara akuakultur dengan hidroponik yang menghasilkan
simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan. Sistem Akuaponik juga banyak
dikembangkan dengan sistem deep water culture atau yang biasa dikenal dengan
sebutan budidaya tanpa menggunakan pompa air dan aerator. Akuaponik
budikdamber saat ini banyak dilakukan oleh pembudidaya adalah budidaya ikan
lele dengan tanaman kangkung, perawatannya yang mudah serta tananman
kangkung menyerap kadar amoniak, sebagai filter air (Emilia dan Effendi, 2014).
Tanaman kangkung sangat baik digunakan untuk budidaya ikan secara
akuaponik, tanaman kangkung sangat efektif dalam penyerapan unsur hara yang
berada didalam air. Kangkung dengan nama latin (Ipomoea aquatic) juga
termasuk tanaman dengan akar yang tidak terlalu kuat yang merupakan salah satu
syarat untuk dipelihara dalam sistem akuaponik dengan menggunakan sistem
filter yang sederhana jumlah rumpun yang digunakan juga dibuat berbeda
(Nugroho dan Sutrisno, 2008). Pada kegiatan budidaya tanpa pergantian air,
bakteria memiliki peranan penting dalam menghilangkan partikel amoniak
melalui proses nitrifikasi. Amoniak (NH4 + ) bersifat non toksik, tetapi yang
berbentuk tak terionisasi (NH3) bersifat sangat toksik (Kordi dan Tanjung, 2007).

1.2. Tujuan
Tujuan dari pratikum dasar-dasar akuakultur ini adalah untuk mengetahui
pertumbuhan ikan lele (Clarias Sp) dalam ember.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Lele (Clarias Sp)


Menurut Saanin dalam Setiaji (2009) Klasifikasi Ikan Lele (Clarias sp.)
adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
phyllum : Chordata
klas : Pisces
ordo : Ostariophysi
familia : Clariidae
genus : Clarias
spesies : Clarias Sp.

Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2002), Ikan lele (Clarias Sp)


memiliki morfologi yaitu Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng
dan batok kepalanya keras, , mulut besar, .Sungut berada di sekitar mulut
berjumlah delapan buah atau 4 pasang terdiri dari sungut nasal dua buah, sungut
mandibular luar dua buah, mandibular dalam dua buah, serta sungut maxilar dua
buah. Ikan lele mengenal mangsanya dengan alat penciuman, lele juga dapat
mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan (tentakel) dengan
menggerak-gerakan salah satu sungutnya terutama mandibular . Lele mempunyai
lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan (ganda) dan sirip tunggal. Sirip
yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral) dan sirip perut (ventral), sedangkan
yang tunggal adalah sirip punggung (dorsal), ekor (caudal) serta sirip dubur
(anal). (Santoso, 1994). Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79,

2
3

sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6 (Novriyanto,2010 ) diantaranya lebih panjang
dan besar. Sirip dada dilengkapi dengan sepasang duri tajam atau patil yang
memiliki panjang mencapai 40 mm terutama pada ikan lele dewasa, sedangkan
pada ikan lele yang sudah tua sudah berkurang racunnya. Panjang baku 5-6 kali
tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku dan panjang kepala adalah 1:
3-4. Ukuran mata sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk viliform dan
menempel pada rahang (Rahardjo dan muniarti, 1984) Kulitnya tidak memiliki
sisik, berlendir, dan licin. Jika terkena sinar matahari, warna tubuh ikan lele
dumbo berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna tubuhnya otomatis menjadi
loreng seperti mozaik hitam-putih. Morfologi ikan lele ditandai bagian kepala
yang pipih ke bawah (depreesed), bagian tengah membulat dan bagian belakang
pipih ke samping (compreseed), dilindungi oleh lempengan keras tulang kepala
(Rukmana dkk., 2017)

2.2. Habitat dan kebiasan makan


Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di
sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang
air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam
hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat
gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan (Saparinto dan Cahyo.
2009). Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Oleh
karena itu ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele hidup
dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi.
Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya 20o C, pertumbuhannya
agak lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter,
pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik. Lele tidak pernah ditemukan hidup di
air payau atau asin (Suyanto 2004). Ikan lele dapat hidup normal di lingkungan
yang memiliki kandungan oksigen terlarut 4 ppm dan air yang ideal mempunyai
kadar karbondioksida kurang dari 2 ppm, namun pertumbuhan dan perkembangan
ikan lele akan cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air yang cukup bersih,
seperti sungai, mata air, saluran irigasi ataupun air sumur .Kualitas air yang
dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20o -30o C,.
(Suyanto, 2006).
4

Menurut Mahyuddin (2008), lele mempunyai kebiasaan makan di dasar


perairan atau kolam. Ikan lele digolongkan ke dalam kelompok omnivora
(pemakan segala) dan mempunyai sifat scavanger yaitu ikan pemakan bangkai.
Lele terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup lebar hingga
mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan misalnya pellet
Selain pakan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian
makanan tambahan berupa pelet. Jumlah paakan yang diberikan sebanyak 3%
perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam dengan frekuensi 2-3 kali
sehari..Pada siang hari lele memang jarang menampakkan aktivitasnya dan lebih
menyukai tempat yang bersuasana sejuk dan gelap. Ikan lele bersifat nokturnal
(aktif pada malam hari). Lele merupakan ikan yang sangat responsif terhadap
pakan. Artinya, hampir semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan
sehari-hari akan disantap dengan lahap. Itulah sebabnya ikan ini cepat besar
(bongsor) dalam masa yang singkat, pemberian pakan yang mengandung nutrisi
tinggi untuk laju pertumbuhannya. (Khairuman dan Amri,2002)

2.3. Budidaya dalam Ember (Budikdamber)


Budikdamber mengadaptasi teknik YuminaBumina yang merupakan
teknik budidaya yang memadukan antara ikan dan sayuran serta buah-buahan.
Pada budidaya YuminaBumina dikenal empat sistem, yaitu: rakit, aliran atas,
aliran bawah serta pasang surut. Pada sistem aliran atas ini distribusi air dilakukan
lewat atas ke setiap wadah media tanam sehingga nutrisi yang berasal dari limbah
budidaya dapat tersebar merata ke setiap batang tanaman. Untuk membuat sistem
aliran atas diperlukan bahan seperti: bak ikan, wadah media tanam, saluran air,
pompa air, media tanam (batu apung), ikan (lele) dan tanaman (kangkung, pakcoy,
tomat dan terong ungu) (Supendi dkk, 2015). Model akuaponik mini ini
mengintegrasikan budidaya ikan dan sayuran sekaligus pada lahan yang terbatas.
Teknologi vertiminaponik lebih menguntungkan dibandingkan dengan teknik
budidaya konvensional (Rokhmah dkk, 2014). Budidaya sistem akuaponik pada
prinsipnya menghemat penggunaan lahan dan meningkatkan efisiensi
pemanfaatan hara dari sisa pakan dan metabolisme ikan. Sistem ini merupakan
budidaya ikan yang ramah lingkungan (Setijaningsih dan Umar, 2015).
5

Teknik “Budikdamber” (Budi Daya Ikan dalam Ember) pertama kali


ditemukan oleh dosen dari fakultas Budidaya Perikanan dari Politeknik Negeri
Lampung, Juli Nursandi. Melalui teknik ini dapat dilakukan oleh masyarakat yang
tinggal di pedesaan maupun di perkotaan dengan memanfaatkan lahan pekarangan
yang tidak terlalu luas (Susetya dan Harahap, 2018). Teknik “Budikdamber” tidak
hanya menggunakan ikan lele saja, namun juga dapat menggunakan ikan yang
memiliki karakteristik tahan dengan oksigen rendah seperti nila hitam, patin,
sepat, betok, gabus dan gurame . usaha budidaya ikan, kualitas air merupakan
salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan
yang dibudidayakan. Ikan lele termasuk ikan yang tahan terhadap kualitas air
yang minim atau kualitas air yang kurang baik bahkan ikan lele dapat hidup pada
kondisi oksigen yang sangat rendah, hal ini disebabkan karena ikan lele
mempunyai alat bantu pernafasan berupa arborescant yang dapat mengambil
oksigen langsung dari udara. (Adipu et al, 2018)
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-Dasar Akuakultur dilaksanakan pada setiap hari sabtu
pada pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai, dilaksanakan secara online melalui
aplikasi tatap muka dan dilakukan dirumah masing-masing

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang akan digunakan dalam praktikum ini disajikan pada Tabel
3.2.1 Alat- Alat yang digunakan seperti
No. Alat Spesifikasi Kegunaan
1. Ember Volume 85 L/ minimal 10 L Wadah budidaya

2. Arang - Media tanaman kangkung


3. pH meter Ketelitian 0,1 unit pH Mengukur asam basanya air
4. Thermometer Ketelitian 1 OC Mengukur suhu air
5. Timbangan Ketelitian 0,1 g Menimbang berat ikan
6. Penggaris Ketelitian 0,05 cm Mengukur panjang ikan
7. Gelas plastik/Cup Volume 30 ml Wadah tanaman kangkung
8. Kawat - Mengaitkan cup tanaman
kangkung
9. Tang - Untuk membengkokan kawat
10. Solder/paku - Untuk melubangi cup

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini disajikan pada Tabel 3.2.2
Bahan - bahan yang digunakan seperti
No. Bahan Spesifikasi Kegunaan
1. Benih ikan lele* 3-8 cm Ikan budidaya
2. Pellet komersil Protein 39-41% Media budidaya
3. Kangkung - Tanaman
5. Probiotik EM-4 Memperbaiki kualitas air
6. Booster* - Menghilangkan jamur
pada ikan

3.3. Metode

6
7

3.3.1 Persiapan Media Pemeliharaan


Pada persiapan wadah yang akan digunakan untuk pemeliharaan berupa
ember dengan ukuran 10L . Sebelum digunakan, ember dibersihkan terlebih
dahulu. Setelah itu Gelas plastik yang digunakan sebagai wadah untuk budidaya
kangkung diberi lubang terlebih dahulu di bagian bawahnya dengan
menggunakan solder tujuannya agar air dapat naik atau diserap oleh akar tnaman
kangkung. Gelas plastik yang sudah dilubangi kemudian diberi kawat pada
bagian atas lalu dikaitkan ke mulut ember Pada bagian atas ember diberi
penambahan lubang dipinggir ember untuk menjaga tinggi air agar tidak tumpah
keluar ketika hujan. Kemudian ember diisi air sampai setengah dari permukaan
gelas plastik yang sudah di kaitkan dan ditambhkan probiotik EM4 sebanyak 300
ml dengan tujuan agar meminimalisir pertumbuhan mikroorganisme pathogen
dalam wadah budidaya. Lalu dilakukan pengendapan selama 48 jam sebelum
dilakukan penebaran ikan.

3.3.2 Penebaran Bibit Lele Dan Penanaman Sayur Kangkung


Gelas plastik yang sudah dilubangi kemudian diisi dengan arang untuk
media tanam sayur sekitar 50% - 80% dari volume gelas plastik. Lalu kangkung
yang sudah disiapkan, dipotong dan sisakan bagian bawah kangkung (akar dan
batang) setinggi 8 cm, kemudian akar dan batang kangkung yang sudah dipotong,
dimasukkan ke dalam gelas yang sudah berisi arang dan di masukan lagi sedikit
arang.Sebelum dilakukan pemeliharaan, ikan diadaptasikan terhadap pakan
terlebih dahulu selama 1 hari, dengan pemberian pakan secara ad satiation atau
sekenyang-kenyangnya. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari pada pukul
06.00, 13.00 dan 18.00 WIB. Untuk menjaga kualitas air dilakukan pergantian air
selama sekali atau dua kali dalam seminggu. Pengambilan data dilakukan setelah
1 minggu pemeliharaan dengan dilakukan pengukuran panjang dan bobot ikan
sebanyak.10% dari hasil tangkapan Apabila ada ikan yang mati, bobotnya
ditimbang dan panjang diukur. Setiap 1 minggu sekali dilakukan sampling.
8

3.4 Parameter Yang Diamati


3.4.1 Jumlah Konsusmsi Pakan
Jumlah konsumsi pakan dihitung berdasarkan jumlah totoal pakan yang
dikonsumsi ikan

3.4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak


Pengukuran panjang mutlak dihitung menggunakan rumus sebagai berikut
(Effendie, 2002):

L = Lt – Lo

Keterangan:

L = Pertumbuhan panjang mutlak ikan (cm)


Lt = Panjang ikan pada akhir pemeliharaan (cm)
Lo = Panjang ikan pada awal pemeliharaan (cm)

3.4.3 Pertumbuhan Bobot Mutlak


Pertumbuhan bobot mutlak dihitung dengan menggunakan rumus menurut
Effendie (2002), sebagai berikut :

W = Wt – Wo

Keterangan :
W = Pertumbuhan bobot mutlak ikan (g)
Wt = Bobot ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot ikan pada awal pemeliharaan (g)
3.4.4 Specific Growth Rate
Laju pertumbuhan spesifik atau spesific growt rate (SGR) dihitung dengan
menggunakan rumus: (Zonneveld et al., 1991)
SGR (%) = ln 𝑊𝑡 − ln𝑊𝑜 × 100%
𝑡
Keterangan:
SGR = Laju pertumbuhan spesifik (% /hari)
9

Wt = Bobot ikan pada akhir pemeliharaan (g)


Wo = Bobot ikan pada awal pemeliharaan (g)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

3.4.5 Konversi Pakan


Konversi pakan atau fee convertion ratio (FCR) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (Zonneveld et al., 1991) sebagai berikut:

ΣF
FCR =
(𝐵𝑡+𝐵𝑚)−𝐵𝑜
Keterangan :

FCR = Konversi pakan


ΣF = Jumlah pakan yang diberikan (g)
Bt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Bo = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
Bm = Biomassa ikan yang mati (g)

3.4.6 Survival Rate


Survival rate (SR) merupakan presentase dari jumlah ikan yang hidup
selama pemeliharaan, yang dapat dihitung dengan rumus :

Nt
SR = × 100%
No
Keterangan :
SR : Kelulusan hidup ikan (%)
Nt : Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
N0 : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

3.4.7 Kualitas Air


Kualitas air yang diukur selama praktikum pemeliharaan ikan lele adalah
suhu dan pH yang diukur setiap pukul 08.00 dan 16.00 WIB.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum budidaya ikan lele dalam ember sebagai berikut.
terlampir dalam tabel Tabel 4.1.1 Pengamatan sampling ikan lele perminggu
Minggu 1 Panjang Bobot ikan Panjang Jumlah daun
kangkung kangkung
Ikan 1 3 cm 0,03 10 cm 2 lembar
Ikan 2 3 cm 0,03 6cm 2 lembar
Ikan 3 4 cm 0,04 6cm Tidak ada
Ikan 4 4 cm 0,04 15 cm 2 lembar
Ikan 5 3 cm 0,03 20 cm 3 lembar

Minggu 2 Panjang Bobot ikan Panjang Jumlah daun


kangkung kangkung
Ikan 1 5 cm 0,06 14 cm 2 lembar
Ikan 2 5 cm 0,06 10cm 2 lembar
Ikan 3 5 cm 0,06 8cm 1 lembar
Ikan 4 5,5cm 0,08 17 cm 3 lembar
Ikan 5 4,6 cm 0,05 27cm 3 lembar

Minggu 3 Panjang Bobot ikan Panjang Jumlah daun


kangkung kangkung
Ikan 1 6 cm 0,10 28 cm 5 lembar
Ikan 2 6 cm 0,10 17cm 3 lembar
Ikan 3 5,5 cm 0,08 10 cm 3 lembar
Ikan 4 6 cm 0,10 21 cm 4 lembar
Ikan 5 5 cm 0,07 30 cm 6 lembar
------------------------------------ PANEN KANGKUNG ------------------------------
Minggu 4 Panjang Bobot ikan Panjang Jumlah daun
kangkung kangkung
Ikan 1 8 cm 0,15 13cm 2 lembar
Ikan 2 7,5cm 0,11 8cm 1 lembar
Ikan 3 8 cm 0,15 12 cm 2 lembar
Ikan 4 9 cm 0,17 12 cm 2 lembar
Ikan 5 7 cm 0,10 16 cm 3 lembar

Minggu 5 Panjang Bobot ikan Panjang Jumlah daun


kangkung kangkung
Ikan 1 13 cm 0, 20 15 cm 4 lembar
Ikan 2 10 cm 0,18 11,5cm 2 lembar
Ikan 3 14cm 0, 23 14 cm 3 lembar

10
11

Ikan 4 16 cm 0,26 13,5 cm 3 lembar


Ikan 5 10 cm 0,17 19 cm 5 lembar
4.2. Pembahasan
Pembahasan yang didapat dari pratikum budidaya ikan lele dalam ember
yaitu Ikan lele (Clarias Sp) merupakan ikan yang hidup diperairan tawar yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Ikan ini sangat tepat dijadikan ikan budidaya
rumah tangga, karena teknik budidaya yang mudah, mudah hidup diperairan yang
sangat rendah kualitasnya, juga tidak tergantung dari satu jenis pakan. Pada
budidaya kali ini menggunakan ember sebagi wadah pengganti kolam
(Budikdember). Budikdamber mengadaptasi teknik YuminaBumina yang
merupakan teknik budidaya yang memadukan antara ikan dan sayuran serta buah-
buahan. tanaman kangkung sangat efektif dalam penyerapan unsur hara yang
berada didalam air. Persiapan media pemeliharaan awalnya Sebelum digunakan,
ember dibersihkan terlebih dahulu. Gelas plastik yang digunakan sebagai wadah
untuk budidaya kangkung diberi lubang terlebih dahulu di bagian bawahnya
dengan menggunakan solder tujuannya agar air dapat naik atau diserap oleh akar
tnaman kangkung.
Gelas plastik yang sudah dilubangi kemudian diisi dengan arang untuk
media tanam sayur sekitar 50% - 80% dari volume gelas plastik. Lalu bibit
kangkung yang sudah disiapkan, dipotong dan sisakan bagian bawah kangkung
(akar dan batang) setinggi 8 cm, kemudian akar dan batang kangkung yang sudah
dipotong, dimasukkan ke dalam gelas yang sudah berisi arang. kemudian diberi
kawat pada bagian atas lalu dikaitkan ke mulut ember .Kemudian ember diisi air
sampai 60 liter dan ditambhkan probiotik EM4 sebanyak 300 ml dengan tujuan
agar meminimalisir pertumbuhan mikroorganisme pathogen dalam wadah
budidaya. Lalu dilakukan pengendapan selama 48 jam sebelum dilakukan
penebaran ikan. Sebelum dilakukan pemeliharaan, ikan diadaptasikan terhadap
pakan terlebih dahulu selama 1 hari, dengan pemberian pakan secara ad satiation
atau sekenyang-kenyangnya. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari pada pukul
06.00, 13.00 dan 18.00 WIB. Untuk menjaga kualitas air dilakukan pergantian air
sekali atau dua kali dalam seminggu. Pengambilan data dilakukan setelah 1
minggu pemeliharaan dengan dilakukan pengukuran panjang dan bobot ikan .
penebaran bibit pada awal pemeliharaan yaitu 15 ekor dan akhir pemeliharaannya
12

tersisa 12 ekor. Ikan yang mati berjumlah 3 ekor karna faktor ukuran ikan yang
membuat kanibalisme sehingga ikan yang pertumbuhannya lambat di makan oleh
temannya.
Para meter yang dihitung seperti Pertumbuhan (1)Survival Rate pada
awal pemeliharaan (N0) di tebar 15 ekor ikan dan jumlah ikan di akhir
pemeliharaan (Nt) yaitu 12 ekor jadi kelusan hidup ikan (SR) adalah 80%
menurut SNI kelulusan hidup ini sudah dikatakan pas, (2) Panjang Mutlak Pada
ikan ke-1 di dapat panjang mutlaknya yaitu 10cm, Pada ikan ke-2 didapat
panjang mutlaknya 7cm, Pada ikan ke-3 didapat panjang mutlaknya 10cm,
Pada ikan ke-4 didapat panjang mutlaknya 12cm, Pada ikan ke-5 maka panjang
mutlaknya 7cm. Panjang mutlak yang baik ditunjukan dengan rata-rata min 2,15
cm maka semuanya sudah memenuhi SNI (3) Pertumbuhan Bobot Mutlak Pada
ikan ke-1 didapat Bobot mutlaknya 0,17 g, Pada ikan ke-2 didapat Bobot
mutlaknya 0,15 g, Pada ikan ke-3 didapat Bobot mutlaknya 0,19g, Pada ikan
ke-4 didapat Bobot mutlaknya 0,22g , Pada ikan ke-5 didapat Bobot mutlaknya
0,14 g. Bobot mutlak yang bagus yaitu sebesar min 0,077gram (4) Specific
Growth Rate perhitungan ini menggunakan bobot awal , bobot akhir dan
pemeliharaannya Pada ikan ke-1 laju pertumbuhan spesifiknya adalah 0,486 %/
hari, Pada ikan ke- laju pertumbuhan spesifiknya adalah 0,428 %/ hari, Pada
ikan ke-3 laju pertumbuhan spesifiknya adalah 0,542 %/ hari, Pada ikan ke-4
laju pertumbuhan spesifiknya adalah:0,628 %/ hari, Pada ikan ke-5 laju
pertumbuhan spesifiknya adalah 0,4 %/ hari. ketinggian air tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap faktor pertumbuhan ikan lele seperti laju pertumbuhan
bobot harian, laju pertumbuhan panjang mutlak, kelangsungan hidup dan
koefisien keragaman panjang. ikan lele bisa hidup didalam air yang kandungan
oksigennya tipis karena memiliki ingsang tambahan atau labyrinth. Dan
kedalaman air diusahakan 5 - 20 cm.
13
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan dari pembahasan


1. pada saat penambahan air dalam ember lalu ditambhkan probiotik EM4
sebanyak 300 ml dengan tujuan agar meminimalisir pertumbuhan mikroorganisme
pathogen dalam wadah budidaya

2. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang
berkisar antara 20o -30o C, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27o C, kandungan
oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6,5-8 dan NH3 sebesar 0,05 ppm.
3. Para meter yang dihitung seperti Pertumbuhan (1)Survival Rate pada
awal pemeliharaan (N0) di tebar 15 ekor ikan dan jumlah ikan di akhir
pemeliharaan (Nt) yaitu 12 ekor jadi kelusan hidup ikan (SR) adalah 80% menurut
SNI kelulusan hidup ini sudah dikatakan pas

4. pola pertumbuhan seluruh ikan yang diamati bersifat allometrik negatif


yang artinya bahwa pertumbuhan beratnya lebih lambat dibandingkan
pertumbuhan panjang.

5. Perhitungan Parameter Yang Diamati, (1) Jumlah Konsusmsi Pakan


yaitu Jumlah konsumsi pakan dihitung berdasarkan jumlah totoal pakan yang
dikonsumsi ikan(2) Pertumbuhan Panjang Mutlak , (3) Pertumbuhan Bobot
Mutlak ,(4) Specific Growth Rate Laju pertumbuhan spesifik atau spesific growt
rate (SGR) , (5) Konversi Pakan Konversi pakan atau fee convertion ratio
(FCR),dll

5.2. Saran
Sarannya semoga praktik - praktik selanjutnya lebih maksimal lagi dan
semoga praktik selanjutnya bisa secara offlen tapi karena kondisi sekarang yang
tidak kondusif yang membuat pratikum harus secara online semoga kondisi
sekarang cepat kondutif agar bisa praktif secara langsung atau oflen

13
DAFTAR PUSTAKA

Adipu Y, Rovik A. 2018. Performa kualitas telur Ikan Gabus (Channa striata
blkr) dengan pemberian pakan berbeda dalam wadah terkontrol.
Gorontalo Fisheries Journal. 1(1): 70-79.

Budi Santoso. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo (Clarias geriepinus)
dan Lokal. Kanisius. Yogyakarta.

Effendi, Usman. 2014. Asas Manajemen Edisi Kedua. Jakarta: PT raja Grafindo
Persada

Effendie, M.I., 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka

Khairuman dan Amri, Khairul. 2002. Budidaya Lele Dumbo secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta.

Kordi, G. dan Tanjung, A. (2007). Pengolahan Kualitas Air dalam Budidaya


Perairan. Rineka Cipta, Jakarta. 208 halaman.

Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Nursadi, J. 2018. Budidaya Ikan Dalam Ember “Budikdamber” dengan


Aquaponik di Lahan Sempit, Politeknik Negeri Lampung. Prosidig
Seminar. ISBN : 978-602-5730-68-9, halaman 129-136.

Puspowardoyo, H. dan Djarijah, A.S. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele


Dumbo Hemat Air. Kanisius. Yogyakarta.

Rahardjo, M.F. dan Muniarti. 1984.Anatomi Beberapa Jenis Ikan Ekonomis


Penting Di Indonesia. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.

Rukman, H. Rahmat dan H, Heri yudirachman . 2017. Sukses budidaya ikan lele
secara intensif. Yogyakarta:Lyli Publisher.

Saparinto, Cahyo. 2009. Budidaya Ikan di Kolam Terpal. Penebar


Swadaya.Bogor.

Setiaji, A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum eter, Etil asetat dan
Etanol 70% Rhizoma (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 11229
Serta Skrining Fitokimianya. [makalah]. Surakarta : Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

14
Setijaningsih, L dan C. Umar. 2015. Pengaruh Lama Retensi Air Terhadap
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Pada Budidaya Sistem
Akuaponik dengan Tanaman Kangkung. Berita Biologi, Jurnal Ilmu-ilmu
Hayati. ISSN 0126-1754 636/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 Volume 14 Nomor
35.
Supendi, M. R. Maulana dan S. Fajar. 2015. Teknik Budidaya Yumina-Bumina
sistem Aliran Atas di Bak Terpal. Bul. Tek. Lit. Akuakultur Vol. 13 No.
1 Tahun 2015: 5-9.

Suprapto, N. S, dan Samtafsir, L. S. 2013. Biofloc-165 Rahasia Sukses Teknologi


Budidaya Lele. Depok : AGRO-165.
Suyanto, S. R. 2004. Budidaya Ikan Lele (revisi). Penebar Swadya. Jakarta

Suyanto, S.R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya. Schneider,
O., V. Sereti, M.A.M. Machiels, E. H. Eding, and J.A.J. Verreth. 2006.
The potential of producing heterotrophic bacteria biomass on
aquaculture waste. Water Research, 40: 2684-2694.

Suyanto, S.R. 2008. Budidaya ikan lele (edisi revisi). Penebar Swadaya. Jakarta,
92 hlm.

Zonneveld, N., Rustidja, Viveen, W.J.A.R., & Mudana, W. 1988. Induced


spawning and egg incubation of the Asian catfish, Clarias batrachus.
Aquaculture, 74: 41-47.

15
LAMPIRAN

Lampiran 1. 1 Data pengamatan Perhitungan pertumbuhan panjang mutlak,


pertumbuhan bobot mutlak, spesific growth rate (SGR), survival rate (SR).

a. Pertumbuhan Panjang Mutlak

- Pada ikan ke-1 panjang awal pemeliharaannya (L0) 3cm dan panjang akhirnya
(Lt) 13 cm maka panjang mutlaknya:
L= Lt – L0
= 13cm – 3 cm = 10cm
- Pada ikan ke-2 panjang awal pemeliharaannya (L0) 3cm dan panjang akhirnya
(Lt) 10cm maka panjang mutlaknya:
L= Lt – L0
= 10cm – 3 cm = 7cm
- Pada ikan ke-3 panjang awal pemeliharaannya (L0) 4cm dan panjang akhirnya
(Lt) 14 cm maka panjang mutlaknya:
L= Lt – L0
= 14cm – 4cm = 10cm
- Pada ikan ke-4 panjang awal pemeliharaannya (L0) 4cm dan panjang akhirnya
(Lt) 16 cm maka panjang mutlaknya:
L= Lt – L0
= 16cm – 4cm = 12cm
- Pada ikan ke-5 panjang awal pemeliharaannya (L0) 3cm dan panjang akhirnya
(Lt) 10 cm maka panjang mutlaknya:
L= Lt – L0
= 10cm – 3 cm = 7cm

b. Pertumbuhan Bobot Mutlak


- Pada ikan ke-1 Bobot awal pemeliharaannya (W0) 0,03 g dan Bobot akhirnya
(Wt) 0,20 g maka Bobot mutlaknya:
W= Wt – W0
= 0,20 g – 0,03 g = 0,17 g

16
- Pada ikan ke-2 Bobot awal pemeliharaannya (W0) 0,03 g dan Bobot akhirnya
(Wt) 0,18g maka Bobot mutlaknya:
W= Wt – W0
= 0,18g – 0,03 g = 0,15 g
- Pada ikan ke-3 Bobot awal pemeliharaannya (W0) 0,04 g dan Bobot akhirnya
(Wt) 0,23 g maka Bobot mutlaknya:
W= Wt – W0
= 0,23 g – 0,04 g = 0,19g
- Pada ikan ke-4 Bobot awal pemeliharaannya (W0) 0,04 g dan Bobot akhirnya
(Wt) 0,26 g maka Bobot mutlaknya:
W= Wt – W0
= 0,26 g – 0,04 g = 0,22g
- Pada ikan ke-5 Bobot awal pemeliharaannya (W0) 0,03 g dan Bobot akhirnya
(Wt) 0,17g maka Bobot mutlaknya:
W= Wt – W0
= 0,17 g – 0,03 g = 0,14 g

c. Specific Growth Rate


- Pada ikan ke-1 Bobot awal pemeliharaannya (W0) 0,03 g dan Bobot akhirnya
(Wt) 0,20 g , lama pemeliharaannya 5minggu atau 35 hari maka laju pertumbuhan
spesifiknya adalah:
SGR =inWt – inW0 x 100% = 0,20 g – 0,03 g x 100% = 0,486 %/ hari
t 35
- Pada ikan ke-2 Bobot awal pemeliharaannya (W0) 0,03 g dan Bobot
akhirnya (Wt) 0,18 g , lama pemeliharaannya 5minggu atau 35 hari maka laju
pertumbuhan spesifiknya adalah:
SGR =inWt – inW0 x 100% = 0,18g – 0,03 g x 100% = %/ hari
t 35
-Pada ikan ke-3 Bobot awal pemeliharaannya (W0) 0,04g dan Bobot akhirnya
(Wt) 0,23g , lama pemeliharaannya 5minggu atau 35 hari maka laju pertumbuhan
spesifiknya adalah:
SGR =inWt – inW0 x 100% = 0,23g – 0,04 g x 100% = %/ hari
t 35

17
-Pada ikan ke-4 Bobot awal pemeliharaannya (W0) 0,04 g dan Bobot akhirnya
(Wt) 0,26 g , lama pemeliharaannya 5minggu atau 35 hari maka laju pertumbuhan
spesifiknya adalah:
SGR =inWt – inW0 x 100% = 0,26g – 0,04 g x 100% = %/ hari
t 35
-Pada ikan ke-5 Bobot awal pemeliharaannya (W0) 0,03 g dan Bobot akhirnya
(Wt) 0,17 g , lama pemeliharaannya 5minggu atau 35 hari maka laju pertumbuhan
spesifiknya adalah:
SGR =inWt – inW0 x 100% = 0,17g – 0,03 g x 100% = %/ hari
t 35

d. Survival Rate
pada awal pemeliharaan (N0) di tebar 15 ekor ikan dan jumlah ikan di akhir
pemeliharaan (Nt) yaitu 12 ekor jadi kelusan hidup ikan (SR) adalah

Nt
SR = × 100%
No
= 12 x 100%
15
= 80%

18
Lampiran 1.2 Dokumentasi pembuatan- pemanenan dalam budidaya ember

(proses perakitan dan (pemberian pakan


(Proses persiapan)
Pemasangan media pada pagi hari)
tanam
Kangkung ke ember)

( pemanenan
( pemberian pakan ( pemberian pakan
kangkung dilakukan
pada siang hari) pada sore hari)
pada minggku ke3)

(penimbangan ( pengukuran ( pengukuran


bobot ikan panjang ikan setiap panjang kangkung
perminggu sekali) perminggu sekali) dan jumlah daun
yang tumbuh)

19

Anda mungkin juga menyukai