Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

Disusun Oleh :
DIAN APRIANTI RUKMANA, S.Kep
NIM : 2019032014

Mengetahui

CI Institusi

................................................

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTA PALU
TAHUN 2020

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


Konsep Teoritis
Anemia

1. Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung
eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb
< 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada
wanita. (Arif Mansjoer,dkk. 2014)
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah
hemoglobin dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang
dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah,
2015)
 Klasifikasi Anemia
Secara patofisiologi anemia terdiri dari :
a. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.
b. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia
hemolitik.
Secara umum anemia dikelompokan menjadi :
a. Anemia Mikrositik Hipokrom
 Anemia Defisiensi Besi
Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan
Fe sekitar 20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap.
Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB
pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini umumnya
disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak disebabkan
oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak akan
menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini
dapat pula disebabkan karena :
 Diet yang tidak mencukupi
 Absorpsi yang menurun

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


 Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
 Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
 Hemoglobinuria
 Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis
paru.
 Anemia Penyakit Kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with
reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan
dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru (abses,
empiema, dll).
b. Anemia Makrositik
 Anemia Pernisiosa / Defisiensi Vitamin B12
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with
reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan
dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru (abses,
empiema, dll).
 Defisiansi Asam Folat
Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun
penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi
terjadi di seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat dalam daging,
susu, dan daun – daun yang hijau.
c. Anemia Karena Perdarahan
 Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak,
sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
 Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak
diketahui pasien. Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum,
menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksis.

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


d. Anemia Hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal
120 hari ), baik sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan
karena kelainan membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan
sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien
ikterus dan splenomegali.
e. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-
sel darah. Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi,
radioterapi, toksin, dll.
2. Anatomi Fisiologi

Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam


pembuluh darah yang berwarna merah. Warna merah itu keadaannya tidak
tetap tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Darah yang
mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil
dengan jalan bernafas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolisme dalam tubuh.
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja
atau pompa jantung dan selama darah berada dalam pembuluh darah maka
akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan
menjadi beku.

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam
darah tersebut sedikit obat anti pembekuan/sitras natrikus. Keadaan ini
sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak ±

dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada

tiap orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung
atau pembuluh darah.
Tentang viskositas/kekentalan darah lebih kental daripada air yaitu
mempunyai BJ: 1,041-1,067 dengan temperatur 380C dan pH: 7,37-7,45.
Fungsi darah terdiri atas:
1. Sebagai alat pengangkut yaitu;
a. Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun
yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit,
antibodi/zat-zat antiracun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
Bagian-bagian darah terdiri atas Air 91%, Protein 3% (Albumin,
Globulin, protombin, dan fibrinogen), Mineral 0,9% (Natrium Klorida,
Natrium Bikarbonat, Garam Fosfat, Magnesium, Kalsium dan zat besi),
Bahan Organik 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolestrol dan
asam amino).
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair berwarna
merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatalah bahwa

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


dalam darah terdapat sel-sel darah, sedangkan cairan berwarna kekuning-
kuningan disebut plasma. Jadi darah terdiri dari 2 bagian yaitu: sel–sel darah
ada 3 macam (eritrosit, leukosit, trombosit) dan plasma darah.
1. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Berbentuk seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti.
Ukurannya ±7,7 unit (0,007mm) diameter. Tidak dapat bergerak.
Banyaknya kira-kira 5juta dalam 1mm3 (4½ juta). Warnanya kuning
kemerah-merahan karena didalamnya banyak mengandung O2.
Fungsinya adalah mengikat darah dari paru-paru untuk diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru.
Pengikatan O2 dan CO2 ini dikerjakan oleh Hemoglobin yang telah
bersenyawa dengan O2 disebut Oksihemoglobin (Hb + O2 → HbO2) jadi
O2 diangkat dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya
setelah tiba di jaringan, akan dilepaskan HbO2→ Hb + O2 dan seterusnya
Hb tadi akan mengikat dan bersenyawa dengan CO 2 dan disebut
Karbondioksihemoglobin (Hb + CO2 → HbCO2) yang mana CO2 akan
dilepaskan di paru-paru.
Tempat pembuatan: sel darah merah di dalam tubuh dibuat didalam
sumsum tulang merah, limpa, dan hati. Yang kemudian akan beredar di
dalam tubuh selama 14-15 hari, setelah itu akan mati. Hb yang keluar
dari eritrosit akan mati terurai menjadi 2 zat yaitu hematinsit yang baru
dan Hemoglobin yaitu: suatu zat yang terdapat di dalam eritrosit yang
berguna mengikat O2 dan CO2. Jumlah normal pada orang dewasa ± 11,5-
15gram dalam 100cc darah. Normal Hb wanita 11,5mg% dan Hb laki-
laki 13,0mg%.
Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini berkurang, demikian juga
banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila keduanya
berkurang maka keadaan ini disebut anemia, biasanya hal ini disebabkan
oleh karena perdarahan yang hebat, hama penyakit yang menghanyutkan
eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri terganggu.

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


2. Leukosit (Sel Darah Putih)
Keadaan bentuk dan sifat-sifat dari leukosit berlainan dengan eritrosit.
Bentuknya dapat berubah-ubah dn dapat bergerak dengan perantaraan
kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel
sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak
berwarna), banyaknya dalam 1mm3 darah ±6.000-9.000.
Fungsinya :
a. Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk kedalam tubuh jaringan RES
(retikulum endoplasma/ sistem retikulo endotel), tempat
pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe
b. Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut/membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.Sel leukosit
disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di
seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit
disebabkan oleh kemasukan kuman/infeksi maka jumlah leukosit
yang ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini
disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar
limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh
terhadap serangan bibit penyakit tersebut.
Jika jumlah leukosit dalam darah ≥ 10.000mm3 disebut
Leukositosis dan jika jumlah leukosit dalam darah ≤ 6.000mm3
disebut Leukositopenia.
3. Trombosit (Sel Pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang mati serta bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih,
banyaknya normal pada orang dewasa 200.000-300.000mm3
Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas
membeku sehingga timbul perdarahan yang terus menerus. Trombosit ≥

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


300.000 disebut Trombositosis. Trombosit yang ≤ 200.000 dosebut
Trombositopenia.
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat
yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+
dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Jika terjadi luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan
mengeluarkan zat yang disebut trombokinase. Trombokinase ini akan
bertemu dengan protombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi
trombin. Trombin akan bertemu pula dengan fibrin yang merupakan
benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang
akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan.
Protombin dibuat di hati dan untuk pembuatannya diperlukan Vitamin K,
karena Vitamin K penting untuk pembekuan darah.
4. Plasma Darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening ke kuning-
kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu
terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya. Untuk mendapatkan
plasma darah kita harus mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus ke
dalam darah,supaya darah tidak membeku sesudah itu campuran tadi
dipasang dengan suatu alat , dan dibiarkan beberapa lama, maka akan
kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau mengendap dan bagian-
bagian atasnya tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang di
dalamnya terdapat serum darah.
Jika darah yang keluar dari tubuh dibiarkan membeku maka bagian
bawah bekuan tadi terdapat cairan yang juga berwarna bening, yang
disebut serum darah. Jadi serum merupakan plasma tanpa fibrinogen
yang di dapat dengan membekukan darah.
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:
a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dll) yang
berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


c. Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan
juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan
cairan dalam tubuh.
d. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin).
e. Hormon yaitu zat yang dihasilkan kelenjar tubuh
f. Antibodi/Antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah
sebagian besar terdiri dari air dan zat-zat yang larut di dalamnya misalnya
zat makanan, hormon antibodi dll. Sel-sel leukosit merupakan pertahanan
tubuh terhadap serangan penyakit.
3. Etiologi
Penyebab umum dari anemia disebabkan oleh perdarahan hebat antara
lain sebagai berikut. Akut (mendadak), kecelakaan pembedahan, persalinan,
pecah pembuluh darah, kronik (menahun), perdarahan hidung, wasir
(homoroid), ulkus peptikum, kanker atau polip di saluran pencernaan, tumor
ginjal atau kandung kemih, dan perdarahan menstruasi yang sangat banyak.
Berkurangnya pembentukan sel darah merah bisa juga disebabkan karena
kekurangan nutrisi seperti zat besi, kekurangan vitamin B12, kekurangan
asam folat, kekurangan vitamin C (Barbara C. Long, 1996). Penyakit
kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
Selain itu, Meningkatnya penghancuran sel darah merah antara lain
pembesaran limpa, kerusakan mekanik pada sel darah merah, reaksi
autoimun terhadap sel darah merah, hemoglobinuria nokturnal paroksismal,
sferositosis herediter, elliptositosis herediter, kekurangan G6PD, penyakit
sel sabit, penyakit hemoglobin C, penyakit hemoglobin S-C, penyakit
hemoglobin E dan Thalasemia.
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-
sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, tumor,
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang
disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem
fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting (Sjaifoellah, 1998). Penurunan
aktivitas organ dapat terjadi dan bisa menimbulkan gangguan dalam
pemenuhan nutrisi. Dapat juga menimbulkan gangguan dalam eleminasi
defekasi karena penurunan motilitas traktus gastrointestinal. Dalam kondisi
tersebut dapat menyebabkan kelemahan umum, kelelahan dan intoleransi
terhadap aktifitas. Hb yang berfungsi sebagai proteksi sekunder tubuh jika
menurun dapat meningkatkan risiko mudahnya terjangkit infeksi. Jika
saturasi O2 yang ada dalam tubuh < 40% tubuh akan mengkonpensasi
dengan meningkatkan pernapasan sehingga memungkinkan timbulnya
Hiperventilasi.

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


5. Pathway

Defisiensi B12, Kegagalan produksi


Destruksi SDM Perdarahan/hemofilia
asam folat, besi SDM o/ sum-sum
berlebih
tulang

Hb berkurang
Penurunan SDM

Pola nafas
Anemia Suplai O2 dan nutrisi ke
sesak tidak efektif
jaringan berkurang

PK Anemia Gg. perfusi jaringan


SSP
serebral
Reaksi antar saraf
Hipoksia
berkurang
Gastro intestinal

Mekanisme an aerob Pusing


Penurunan kerja GI
Asam laktat

Nyeri
Kerja lambung ATP berkurang

Peristaltik menurun
menurun
Kelelahan Energy untuk membentuk
As. Lambung antibodi berkurang
Makanan susah meningkat
dicerna Intoleransi
aktivitas
Resiko infeksi
Anoreksia
Konstipasi

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


6. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara
lain : pucat, lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi,
palpitasi. (Barbara C. Long, 2016). Takipnea (saat latihan fisik), perubahan
kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik
sering dijumpai pada pasien anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2014).
Adapun manifestasi khusus pada anemia :
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis,
epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah,
takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat
(Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas,
anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat,
kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas,
sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak
sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar
kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang
fungsional. Perubahan kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah yang
halus dan keilosis (pada defisiensi Fe). Terjadi kelainan neurologis,
biasanya dimulai dengan parestesia, lalu gangguan keseimbangan, dan
pada kasus yang berat terjadi perubahan fungsi cerebral, demensia, dan
perubahan neuropsikiatrik lainnya (pada defisiensi vitamin B12 dan asam
folat).
c. Anemia pada penyakit kronik :
berkurangnya sideroblas dalam sumsum tulang, sedangkan deposit besi
dalam system retikuloendotelial (RES) normal atau bertambah.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
b. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


c. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada
anemia aplastik )
8. Penatalaksanaan
a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma
ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan
infus IV apa saja.
b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg
BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah,
pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat.
9. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada
kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan
organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 2014).
 dan memiliki periode berat Dokter Umum bisa merujuk ke ginekologi.

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


Konsep Dasar Keperawatan
Pada Pasien Anemia

1. Pengkajian
Pengkajian pasien dengan anemia (NANDA, 2016) meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
 Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap
latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
 Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain
yang menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi
 Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
 Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan
nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi
segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi
jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit
dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar
kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai
keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning
lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis,
tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
 Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
 Tanda : depresi.
d. Eleminasi
 Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
 Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
 Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB).
 Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat
dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit :
buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
f. Neurosensori
 Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
 Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar,
dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
 Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
 Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
 Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Keamanan
 Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau
kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap
dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
 Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
j. Seksualitas
 Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
 Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan prioritas :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan.
b. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb darah ditandai dengan perubahan karaksteristik kulit
(rambut, kuku, kelembaban), akral dingin, sianosis perifer.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena factor biologi ditandai dengan berat badan di bawah
ideal lebih dari 20%, melaporkan intake makanan yang kurang dari

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


kebutuhan tubuh, mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah
makanan.
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus
gastrointestinal ditandai dengan penurunan frekuensi defekasi, perubahan
karakteristik dan jumlah feses, distensi abdomen.
e. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
(Hb menurun).
f. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2 ditandai dengan laporan verbal lelelahan dan
kelemahan, responterhadap aktivitas menunjukkan nadi dan tekanan
darah abnormal
3. Intervensi dan Rasional
a. Diagnosa : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
ditandai dengan peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu
pernapasan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pola napas efektif dengan criteria hasil :
1) Menunjukkan status pernapasan : Ventilasi tidak terganggu, ditandai
dengan indicator gangguan sebagai berikut ( dengan ketentuan 1-5 :
ekstrem, kuat, sedang, ringan, tidak)
 Kedalaman inspirasi
 Ekspansi dada simetris
 Tidak ada penggunaan otot bantu
 Napas pendek tidak ada
2) Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal
3) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
Intervensi
1) Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan usaha respirasi
Rasional : evaluasi awal dalam menentukan intervensi selanjutnya
2) Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot
bantu pernapasan

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


Rasional : evaluasi awal dalam menentukan intervensi selanjutna
3) Catat perubahan pada SaO2, dan nilai gas darah arteri dengan tepat.
Rasional : penurunan SaO2 yang berlanjut dapat meningkatkan
hiperventilasi
4) Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distress
pernapasan
Rasional : napas dalam membantu mengatur pola napas dan
keefektifan pernapasan klien
5) Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan. Head up atau
semifowler.
Rasional : Head up atau semifowler dapat membantu dalam
pernapasan yang lebih baik
b. Diagnosa :Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan
penurunan konsentrasi Hb darah ditandai dengan perubahan
karaksteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban), akral dingin, sianosis
perifer.
Tujuan : Stelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan perfusi jaringan perifer optimal dengan criteria hasil :
1) Nadi perifer teraba kuat
2) Warna kulit dalam batas normal
3) Capillary refill ≤ 2 detik
4) Tingkat sensasi kulit normal
5) Temperatur ekstremitas hangat
Intervensi
1) Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komprehensif (cek nadi
perifer, edema, capillary refill, warna dan temperatur ekstremitas)
Rasional : Evaluasi awal, mengetahui fungsi perfusi perifer klien dan
menentukan intervensi selanjutnya
2) Evaluasi nadi perifer
Rasional : nadi perifer dapat melemah atau hilang sama sekali karena
penurunan jumlah sel darah untuk perfusi ke perifer.

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


3) Turunkan ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi arterial
Rasional : posisi tubuh yang sejajar memperlancar jalannya sirkulasi
darah karena kesejajaran dengan letak jantung.
4) Pertahankan hidrasi yg adekuat untuk menjaga kekentalan darah
Rasional : darah yang kental akibat hidrasi yang tidak adekuat
memperlambat laju sirkulasi dan perfusi jaringan
 Manajemen Syok
1) Anjurkan klien bed rest dan batasi aktivitas
Rasional :aktivitas yang banyak memerlukan O2 yang banyak
sehingga dapat memperburuk kondisi klien karena ketidak mampuan
tubuh dalam menyuplai O2 yang dibutuhkan
2) Catat adanya takikardi, penurunan BP, penurunan capillary refill, dan
diaporesis
Rasional : merupakan gejala awal kemungkinan terjadinya syok yang
dapat memperburuk kondisi klien
3) Monitor status cairan meliputi intake dan output
Rasional : status cairan membantu dalam hidrasi tubuh yang adekuat
4) Pertahankan kepatenan akses IV
Rasional : membantu dalam meningkatkan status cairan dan hidrasi
5) Monitor hal-hal yang berhubungan dengan penghantaran oksigen ke
jaringan
Rasional : Evaluasi awal dalam menentukan respon klien terhadap
intervensi yang telah diberikan dan menentukan dalam penetapan
intervensi selanjutnya
c. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna,
mengabsorbsi makanan karena factor biologi ditandai dengan berat badan
di bawah ideal lebih dari 20%, melaporkan intake makanan yang kurang
dari kebutuhan tubuh, mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah
makanan.

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan status nutrisi membaik dengan criteria hasil :
1) Intake nutrisi adekuat
2) Indeks massa tubuh dalam batas normal
3) Makanan habis 1 porsi
4) Klien mengatakan memiliki cukup energi untuk beraktivitas
Intervensi
1) Tanyakan apakah klien memiliki alergi makanan
Rasional : menghindari factor penyebab alergi yang dapat
memperburuk kondisi klien
2) Anjurkan meningkatkan intake makanan yang mengandung zat besi
: zat besi berfungsi dalam pembentukan sel-sel darah
3) Anjurkan klien untuk meningkatkan intake protein dan vitamin C
Rasional : membantu dalam meningkatkan energy dan sel darah tubuh
4) Tanyakan makanan kesukaan klien
Rasional : sebagai pemancing nafsu makan
5) Berikan snack di sela-sela waktu makan
Rasional : Membantu meningkatkan status nutrisi
6) Sediakan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana cara memenuhinya
Rasional : meningkatkan pengetahuan klien dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi yang diperlukannya
7) Atur diet yang berhubungan dengan gaya hidup klien
Rasional : gaya hidup mempengaruhi makanan yang dapat dimakan
klien, penyesuaian terhadap gaya hidup dapat membantu merangsang
keinginan untuk makan
8) Timbang BB klien secara periodic
Rasional : evaluasi awal, respon klien terhadap intervensi yang telah
diberikan dan menentukan intervensi selanjutnya
9) Ajarkan klien tentang makanan yang aman untuk kesehatan dan cara
menjaga keamanan makanan

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


Rasioanal : makanan yang tepat dapat membantu pemenuhan nutrisi
klien
10) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yg dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Rasional : ahli gizi bertugas dalam meningkatkan status gizi klien, dan
mengenal gizi yang diperlukan klien
d. Diagnosa : Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus
gastrointestinal ditandai dengan penurunan frekuensi defekasi, perubahan
karakteristik dan jumlah feses, distensi abdomen.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kemampuan saluran gastrointestinal untuk membentuk dan
mengeluarkan feses efektif dengan criteria hasil :
1) Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan
2) Feses lembut dan berbentuk
3) Mengeluarkan feses tanpa bantuan
4) Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan
Intervensi
1) Identifikasi factor (misalnya pengobatan, tirah baring, dan diet) yang
dapat berkontribusi terhadap konstipasi
Rasional : agar dapat menghindari factor yang dapat memperparah
konstipasi dan mempercepat kesembuhan
2) Ajarkan kepada klien tentang efek diet (misalnya cairan dan serat)
pada eliminasi
Rasional : diet yang tepat dapat memudahkan tubuh dalam mencerna
makanan dan menurunkan timbulnya konstipasi
3) Tekankan penghindaran mengejan selama defekasi untuk mencegah
perubahan pada tanda vital, sakit kepala atau perdarahan.
Rasional : sakit kepala dapat menurunkan konsentrasi saat defekasi.
Perdarahan dapat memperberat anemia yang akan berdampak pada
semakin motilitasnya otot-otot pencernaan
4) Berikan privasi dan keamanan untuk klien selama eleminasi defekasi

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


Rasional : gangguan dari lingkungan dapat memecah konsentrasi saat
defekasi dan menimbulkan keengganan untuk defekasi
5) Kolaborasi dalam pemberian diet tinggi serat, pelembut feses, enema
dan laksatif
Rasional : membantu dalam memperlancar defekasi
e. Diagnosa : Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder
tidak adekuat (Hb menurun).
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi dengan criteria hasil :
1) Terbebas dari tanda atau gejala infeksi
2) Klien menunjukkan higien pribadi yang adekuat
3) Klien mampu menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan
4) Klien mampu menggambarkan factor yang menunjang penularan
infeksi
5) Klien mengetahui tanda dan gejala infeksi
Intervensi
1) Pantau tanda dan gejala infeksi
Rasional : evaluasi awal, menentukan intervensi selanjutnya
2) Kaji factor yang meningkatkan serangan infeksi (usia lanjut, tanggap
imun rendah, malnutrisi)
Rasional : menghindari pajanan terhadap factor factor yang dapat
meningkatkan serangan infeksi
3) Instruksikan untuk menjaga hygiene pribadi untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi
Rasional : hygiene yang adekuat dapat meningkatkan proteksi primer
tubuh terhadap serangan infeksi

4) Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar


Rasional : menurunkan resiko terkena infeksi
5) Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk
dan meningalkan ruangan pasien

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


Rasional : menurunkan terjadinya penyebaran infeksi nosokomial
6) Ajarkan kepada klien dan keluarga klien tanda dan gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya ke pusat kesehatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan klien tentang infeksi sehingga
dapat menanggulanginya lebih dini
f. Diagnosa : Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2 ditandai dengan laporan verbal lelelahan
dan kelemahan, responterhadap aktivitas menunjukkan nadi dan tekanan
darah abnormal
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien akan toleran terhadap aktivitas dengan criteria hasil :
1) Dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan
2) Saturasi oksigen dalam batas normal dalam berespon terhadap
aktivitas
3) TTV dalam batas normal berespon terhadap aktivitas
Intervensi
1) Tentukan keterbatasan fisik klien
Rasioanal : evaluasi awal, menentukan intervensi selanjutnya
2) Anjurkan klien mengungkapkan perasaan tentang keterbatasan
tersebut
Rasional : mengetahui kemampuan klien terhadap aktifitas dapat
membantu dalam menentukan intervensi yang diperlukan
3) Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat
Rasional : intake nutrisi yang adekuat dapat membantu memenuhi
energy yang diperlukan klien dalam melakukan aktivitas
4) Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktivitas
Rasional : perubahan respon kardiorespirasi dapat terjadi terhadap
aktivitas yang memberatkan tubuh. Aktivitas yang terlalu menim juga
dapat mempengaruhi respon kardiorespirasi
5) Monitor dan catat pola tidur dan jumlah jam tidur klien

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


Rasional : istirahat tidur yang cukup berfungsi dalam menyimpan
energy dan menyegarkan tubuh.
6) Batasi stimulus lingkungan misal: cahaya dan keributan untuk
meningkatkan relaksasi
Rasional :Relaksasi dapat membantu meningkatkan energy dibanding
pengeluaran energy yang terjadi akibat adanya stressor
7) Batasi jumlah pengunjung, jika memungkinkan
Rasional : mengoptimalkan waktu istirahat klien dalam menyegarkan
tubuh
8) Tingkatkan bedrest atau pembatasan aktivitas
Rasional : membantu dalam penyimpanan energy untuk pemulihan
klien
9) Atur jadwal beraktivitas dan istirahat
Rasional : keseimbangan antara aktivitas dan istirahat membantu
dalam mempercepat proses kesembuhan klien
10) Ajarkan klien untuk mengenali tanda dan gejala fatigue yang
memerlukan pengurangan aktivitas
Rasional : meningkatkan pengetahuan klien dalam mengenal dan
menanggulangi kelelahan secara mandiri

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu


Marilynn, dkk. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Harlatt, Petit. 2017. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Joanne McCloskey Dochterman; Gloria N. Bulecheck. 2012. Nursing
Interventions Classification (NIC), Fourth Edition. US : Mosby
Elsevier
Long, Barbara C.2016. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan). Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung.
Mansjoer, Arief. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. FK UI : Media Aesculapius
Moorhead,Sue ; Johnson,Marion ; Mass,Meridean L. ; Swanson,Elizabeth. 2015.
Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition.US : Mosby Elsevier
NANDA. 2016. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2016.
Jakarta : Prima
Medika
Wilkinson, Judith M. 2016. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan NOC. Jakarta : EGC

Profesi Ners Ang.VIII STIKes WN Palu

Anda mungkin juga menyukai