( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)
PANDUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
NO KEPERAWATAN KEMENKES, 2015 NANDA I,2017 SDKI,2017
2. RESIKO PERILAKU DEFINISI : DEFINISI : DEFINISI :
KEKERASAN suatu bentuk perilaku yang Rentan melakukan perilaku Beresiko membahayakan secara fisik,
bertujuan untuk melukai yang individu menunjukkan emosi dan atau seksual pada diri sendiri
seseorang secara fisik bahwa ia dapat atau orang lain
maupun psikologis membahayakan orang lain
secara fisik, emosional FAKTOR RESIKO
DATA SUBYEKTIF: dan/atau seksual 1. Pemikiran waham/delusi
1) Ungkapan berupa 2. Curiga pada orang lain
ancaman FAKTOR RESIKO 3. Halusinasi
2) Ungkapan kata-kata 1. Bahasa tubuh negatif (mis 4. Berencana bunuh diri
kasar : postur tubuh kaku, 5. Disfungsi sistem keluarga
3) Ungkapan ingin mengepalkan 6. Kerusakan kognitif
memukul/ melukai jari/mengunci rahang, 7. Disorientasi atau konfudi
hiperaktivitas, terburu- 8. Kerusakan kontrol impuls
DATA OBYEKTIF: buru, cara berdiri 9. Persepsi pada lingkungan tidak
1) Wajah memerah dan mengancam) akurat
tegang 2. Gangguan fungsi kognitif 10. Alam perasaan depresi
2) Pandangan tajam 3. Gangguan neurologis (mis 11. Riwayat kekerasan pada hewan
3) Mengatupkan rahang : elektroensefalogram 12. Kelainan neurologis
dengan kuat (EEG) positif, trauma 13. Lingkungan tidak teratur
4) Mengepalkan tangan kepala, gangguan kejang) 14. Penganiayaan atau pengabaian
5) Bicara kasar 4. Gangguan psikosis anak
6) Suara tinggi, menjerit 5. Impulsif 15. Riwayat atau ancaman kekerasan
atau berteriak 6. Intoksikasi patologis terhadap diri sendiri atau orang lain
7) Mondar mandir 7. Kejam pada hewan 16. Impulsif
8) Melempar atau 8. Ketersediaan senjata 17. Ilusi
memukul 9. Komplikasi perinatal
benda/orang lain 10. Menyalakan api KONDISI KLINIS TERKAIT
11. Pelanggaran kendaraan 1. Penganiayaan fisik, psikologis atau
bermotor (mis : seksual
pelanggaran lalu lintas, 2. Sindrom otak organik (mis.penyakit
berkendara untuk alzheimer)
melepaskan kemarahan 3. Gangguan perilaku
12. Perilaku bunuh diri 4. Oppositional defiant disorder
13. Pola ancaman kekerasan 5. Depresi
(mis : ancaman verbal 6. Serangan panik
terhadap 7. Gangguan tourette
orang/masyarakat, 8. Delirium
sumpah serapah, 9. Demensia
membuat catatan/surat 10. Gangguan amnestik
ancaman, ancaman 11. Halusinasi
seksual) 12. Upaya bunuh diri
14. Pola perilaku kekerasan 13. Abnormalitas neurotransmitter otak
antisosial (mis: mencuri,
meminjam dengan
paksaan, memaksa
meminta hak istimewa,
memaksa mengganggu,
menolak untuk
makan/minum obat)
15. Pola perilaku kekerasan
terhadap orang lain (mis :
memukul/menendang/mel
udah/mencakar orang
lain, melempar
objek/menggigit orang,
menggigit seseorang,
percobaan perkosaan,
pelecehan seksual,
mengencingi/membuang
kotoran pada orang lain)
( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)
( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)
ISOLASI SOSIAL
Dari semua pernyataan diatas maka ISOLASI SOSIAL atau ISOS dapat didefinisikan
sebagai kesendirian yang di alami oleh individu, ketidakmampuan untuk membina
hubungan yang erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain,
karena menganggap orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif atau
mengancam.
( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)
HARGA DIRI RENDAH KRONIK
B. MASALAH UTAMA: HARGA DIRI RENDAH KRONIK (Respon Konsep Diri dan
Gangguan Disosiatif)
- Menurut Stuart, (2013; 2016) konsep diri terdiri dari semua nilai-nilai,
keyakinan dan ide-ide yang berkontribusi terhadap pengetahuan diri dan
mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lain, termasuk persepsi seseorang
tentang karakteristik dan kemampuan pribadi serta tujuan dan cita-cita seseorang.
Dari semua pernyataan diatas maka HARGA DIRI RENDAH KRONIK atau HDR
Kronik dapat didefinisikan sebagai evaluasi diri atau perasaan negatif tentang diri
sendiri atau kemampuan diri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri yang
berlangsung minimal tiga bulan
Evaluasi ini berbeda dengan HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL dimana HDRS
adalah munculnya persepsi negatif tentang makna diri sebagai respons terhadap
situasi saat ini, cenderung menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari
orang lain.
2. Pedoman Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa
TINDAKAN BERDASARKAN PERTEMUAN
No. Diagnosis Tindakan
1 2 3 4 5 dst 12
4. Harga Diri Klien/Klien 1. Identifikasi kemampuan melakukan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
Rendah kegiatan dan aspek positif klien (buat pertama yang telah pertama dan kedua pertama, kedua, dan latihan dan berikan
Kronik daftar kegiatan) dilatih dan berikan yang telah dilatih dan ketiga yang telah dilatih pujian.
2. Bantu klien menilai kegiatan yang pujian berikan pujian dan berikan pujian 2. Latih kegiatan
dapat dilakukan saat ini (pilih dari 2. Bantu klien memilih 2. Bantu klien 2. Bantu klien memilih dilanjutkan sampai tak
daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan kegiatan kedua yang memilih kegiatan kegiatan keempat yang terhingga
yang dapat dilakukan saat ini akan dilatih ketiga yang akan akan dilatih 3. Nilai kemampuan
3. Bantu klien memilih salah satu 3. Latih kegiatan kedua dilatih 3. Latih kegiatan yang telah mandiri
kegiatan yang dapat dilakukan saat ini kedua (alat dan cara) 3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara) 4. Nilai apakah harga
untuk dilatih 4. Masukkan pada jadual ketiga (alat dan cara) 4. Masukkan pada jadual diri klien meningkat
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat kegiatan untuk latihan: 4. Masukkan pada kegiatan untuk latihan:
dan cara melakukannya) dua kegiatan masing2 jadual kegiatan untuk empat kegiatan masing-
5. Masukan pada jadual kegiatan untuk dua kali per hari latihan: tiga kegiatan, masing dua kali per hari
latihan dua kali per hari masing-masing dua
kali per hari
Keluarga 1. Diskusikan masalah yg dirasakan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
dalam merawat klien keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam
2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, membimbing klien membimbing klien membimbing klien membimbing klien
dan proses terjadinya harga diri melaksanakan kegiatan melaksanakan melaksanakan kegiatan melakukan kegiatan
rendah (gunakan booklet) pertama yang dipilih dan kegiatan pertama pertama, kedua dan yang dipilih oleh klien.
3. Diskusikan kemampuan atau aspek dilatih klien. Beri pujian dan kedua yang telah ketiga. Beri pujian Beri pujian
positif klien yang pernah dimiliki 2. Bersama keluarga dilatih. Beri pujian 2. Bersama keluarga 2. Nilai kemampuan
sebelum dan setelah sakit melatih klien dalam 2. Bersama keluarga melatih klien melakukan keluarga mmbimbing
4. Jelaskan cara merawat harga diri melakukan kegiatan melatih klien kegiatan keempat yang klien
rendah terutama memberikan pujian kedua yang dipilih klien melakukan kegiatan dipilih 3. Nilai kemampuan
semua hal yang positif pada klien 3. Anjurkan membantu ketiga yang dipilih 3. Jelaskan follow up ke keluarga melakukan
5. Latih keluarga memberi tanggung klien sesuai jadual dan 3. Anjurkan RSJ/PKM, tanda kontrol ke RSJ/PKM
jawab kegiatan pertama yang dipilih memberi pujian membantu klien kambuh, rujukan
klien: bimbing dan beri pujian sesuai jadual dan 4. Anjurkan membantu
6. Anjurkan membantu klien sesuai berikan pujian klien sesuai jadual dan
jadual dan memberikan pujian memberikan pujian
PANDUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
NO KEPERAWATAN KEMENKES, 2015 NANDA I,2017 SDKI,2017
5. HARGA DIRI DEFINISI : DEFINISI : DEFINISI :
RENDAH KRONIK Penilaian atau Evaluasi diri/perasaan Evaluasi atau perasaan negatif terhadap
perasaan negatif negatif tentang diri sendiri diri sendiri atau kemampuan klien seperti
tidak berarti, tidak berguna, tidak berdaya
tentang diri atau atau kemampuan diri yang
yang berlangsung dalam waktu lama dan
kemampuan diri yang berlangsung lama
terus menerus
telah berlangsung
lama. BATASAN PENYEBAB :
KARAKTERISTIK 1. Terpapar situasi traumatis
DATA SUBJEKTIF 1. Bergantung pada 2. Kegagalan berulang
1. Hal negatif diri sendiri pendapat orang lain 3. Kurangnya pengakuan dari orang lain
atau orang lain 2. Ekspresi rasa bersalah 4. Ketidakefektifan mengatasi masalah
2. Perasaan tidak 3. Ekspresi rasa malu kehilangan
5. Gangguan psikiatri
mampu 4. Enggan mencoba hal
6. Penguatan negatif berulang
3. Pandangan hidup baru
7. Ketidaksesuaian budaya
yang pesimis 5. Kegagalan hidup
4. Penolakan terhadap berulang GEJALA DAN TANDA MAYOR
kemampuan diri 6. Kontak mata kurang
SUBJEKTIF OBJEKTIF
5. Menilai diri tidak 7. Melebih-lebihkan
1. Menilai diri 1. Enggan
mampu menghadapi umpan balik negatif negatif (mis. mencoba hal
situasi tentang diri sendiri Tidak berguna, baru
6. Menolak atau 8. Menolak umpan balik tidak tertolong) 2. Berjalan
merasionalisasi positif tentang diri 2. Merasa menunduk
masukan positif sendiri malu/bersalah 3. Postur tubuh
tentang diri dan 9. Meremehkan 3. Merasa tidak menunduk
berlebihan umpan kemampuan mengatasi mampu
melakukan
balik negatif tentang situasi
apapun
diri 10. Pasif
4. Meremehkan
7. Ragu-ragu dalam 11. Perilaku bimbang kemampuan
mencoba hal- 12. Perilaku tidak asertif mengatasi
hal/situasi baru 13. Secara berlebihan masalah
mencari penguatan 5. Merasa tidak
DATA OBJEKTIF 14. Seringkali mencari memiliki
1. Penurunan penegasan kelebihan atau
produktivitas kemampuan
positif
2. Ekpresi FAKTOR YANG
6. Melebih-
malu/bersalah BERHUBUNGAN
lebihkan
3. Tidak berani 1. Gangguan Psikiatrik penilaian
menatap lawan 2. Kegagalan Berulang negatif tentang
bicara 3. Ketidaksesuaian diri sendiri
4. Lebih banyak Budaya 7. Menolak
menundukkan 4. Ketidaksesuaian penilaian positif
kepala saat Spiritual tentang diri
berinteraksi 5. Koping Terhadap sendiri
GEJALA DAN TANDA MINOR
5. Bicara lambat Kehilangan tidak efektif
dengan nada suara 6. Kurang Kasih Sayang SUBJEKTIF OBJEKTIF
lemah 7. Kurang keanggotaan 1. Merasa sulit 1. Konsentrasi
Dalam Kelompok konsentrasi kurang
8. Kurang respek dari 2. Sukit tidur 2. Lesu dan tidak
3. Mengungkap bergairah
orang lain
kan 3. Berbicara pelan
9. Merasa afek tidak keputusasaa dan lirih
sesuai
10. Merasa persetujuan n 4. Pasif
orang lain tidak cukup 5. Perilaku tidak
11. Penguatan negatif asertif
6. Mencari
berulang
penguatan
12. Terpapar peristiwa
secara
traumatik berlebihan
7. Bergantung
pada pendapat
orang lain
8. Sulit membuat
keputusan
( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan
DIFISIT PERAWATAN DIRI
A. PENGERTIAN
1. Kebersihan adalah ilmu tentang kesehatan dan pemeliharaannya. Kebersihan Diri
adalah perawatan diri yang digunakan seorang untuk melakukan fungsi-fungsi seperti
mandi, toilet, kebersihan tubuh secara umum, dan perawatan. Kebersihan adalah
masalah yang sangat pribadi yang ditentukan oleh nilai-nilai dan praktik individu.
( Kozier, 2016).
2. Kebersihan dijelaskan sebagai aktivitas yang terlibat dalam menjaga kebersihan diri
dan berdandan, (Wilkinson, 2016).
3. Kebersihan Diri akan mempengaruhi kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan
klien. Pemeliharaan kebersihan mencakup membersihkan dan membersihkan tubuh
dengan menjaga kebersihan serta penampilan. (Potter & Perry, 2017).
4. Kebersihan Diri adalah suatu tindakan untuk mandi, menggosok gigi, dan
menggunakan benang gigi dan bersantai, merangsang pencitraan diri yang positif,
merangsang kulit yang sehat, dan membantu mencegah infeksi serta penyakit,
(Potter & Perry, 2017).
5. Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktvitas
perawatan diri, (PPNI, 2017).
6. Menurut Keliat, (2020) Defisit perawatan diri meliputi ketidakmampuan dalam
kebersihan diri, berpakaian, makan dan minum, eliminasi dan lingkungan.
7. Menurut NANDA – I, (2018-2020) membagi defisit perawatan diri terdiri dari 4
diagnosis: defisit perawatan diri mandi, berpakaian, makan dan eliminasi.
8. Defisit Perawatan Diri :Mandi adalah ketidakmampuan melakukan pembersihan diri
secara seksama dengan mandiri; Defisit Perawatan Diri : Berpakaian adalah
ketidakmampuan untuk mengenakan atau melepas pakaian secara mandiri; Defisit
Perawatan Diri : Makan adalah ketidakmampuan makan secara mandiri; dan Defisit
Perawatan Diri : Eliminasi adalah ketidakmampuan untuk melakukan secara mandiri
tugas yang berkaitan dengan eliminasi fekal dan urine, NANDA – I, (2018-2020).
Dari semua pernyataan diatas maka DEFISIT PERAWATAN DIRI dapat didefinisikan
sebagai gangguan kemampuan atau ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri secara mandiri, termasuk untuk terlibat dalam menjaga kebersihan
diri seperti mandi, berganti pakaian, makan dan eliminasi.
1. Pedoman Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa
D. MASALAH UTAMA: RISIKO BUNUH DIRI (Respon Protektif Diri dan Perilaku
Bunuh Diri)
Dari semua pernyataan diatas maka BUNUH DIRI atau BD dapat didefinisikan sebagai
perilaku yang secara sengaja untuk membunuh diri sendiri dan mengakhiri
hidupnya.
Perilaku ini berbeda dengan RISIKO BUNUH DIRI dimana RBD adalah perilaku
yang berisiko menyakiti diri sendiri menyebabkan kematian jika tidak dihentikan
2. Pedoman Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa
TINDAKAN BERDASARKAN PERTEMUAN
No. Diagnosis Tindakan
1 2 3 4 5 dst 12
6. Risiko Bunuh Klien/Klien 1. Identifikasi beratnya 1. Evaluasi kegiatan berpikir 1. Evaluasi kegiatan berpikir 1. Evaluasi kegiatan berpikir 1. Evaluasi kegiatan
Diri masalah risiko bunuh diri: positif tentang diri sendiri, positif tentang diri, keluarga positif tentang diri, keluarga latihan peningkatan
isarat, ancaman, percobaan beri pujian. Kaji ulang risiko dan lingkungan. Beri pujian. dan lingkungan serta kegiatan positif diri, keluarga dan
(jika percobaan segera rujuk) bunuh diri Kaji risiko bunuh diri yang dipilih. Beri pujian lingkungan. Beri pujian
2. Identifikasi benda-benda 2. Latih cara 2. Diskusikan harapan dan 2. Latih tahap kedua kegiatan 2. Evaluasi tahapan
berbahaya dan mengendalikan diri dari masa depan mencapai masa depan kegiatan mencapai
mengankannya (lingkungan dorongan bunuh diri: buat 3. Diskusikan cara mencapai 3. Masukkan pada jadual harapan masa depan
aman untuk klien) daftar aspek positif harapan dan masa depan latihan berpikir positif tentang 3. Latih kegiatan harian
3. Latihan cara keluarga dan lingkungan, 4. Latih cara-cara mencapai diri, keluarga dan lingkungan, 4. Nilai kemampuan yang
mengendalikan diri dari latih afirmasi/berpikir harapan dan masa depan serta kegiatan yang dipilih telah mandiri
dorongan bunuh diri: buat aspek positif keluarga dan secara bertahap (setahap untuk persiapan masa depan 5. Nilai apakah risiko
daftar aspek positif diri lingkungan demi setahap) bunuh diri teratasi
sendiri, latihan 3. Masukkan pada jadual 5. Masukkan pada jadual
afirmasi/berpikir aspek latihan berpikir positif latihan berpikir positif
positif yang dimiliki tentang diri, keluarga dan tentang diri, keluarga dan
4. Masukan pada jadual lingkungan lingkungan dan tahapan
latihan berpikir positif 5 kali kegiatan yang dipilih
per hari
Keluarga 1. Diskusikan masalah yg 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Evaluasi kegiatan
dirasakan dalam merawat keluarga dalam dalam memberikan pujian dalam memberikan pujian, keluarga dalam
klien memberikan pujian dan dan penghargaan pada klien penghargaan, menciptakan memberikan pujian,
2. Jelaskan pengertian, tanda penghargaan atas serta menciptakan suasana suasana keluarga yang positif penghargaan,
& gejala, dan proses keberhasilan dan aspek positif dalam keluarga. Beri dan kegiatan awal dalam menciptakan suasana
terjadinya risiko bunuh diri positif klien. Beri pujian pujian mencapai harapan masa depan. yang positif dan
(gunakan booklet) 2. Latih cara memberi 2. Bersama keluarga Beri pujian membimbing langkah-
3. Jelaskan cara merawat penghargaan pada klien berdiskusi dengan klien 2. Bersama keluarga berdiskusi langkah mencapai
risiko bunuh diri dan menciptakan suasana tentang harapan masa depan tentang langkah dan kegiatan harapan masa depan.
4. Latih cara memberikan positif dalam keluarga: serta langkah-langkah untuk mencapai harapan masa Beri pujian
pujian hal positif klien, tidak membicarakan mencapainya depan 2. Nilai kemampuan
memberi dukungan keburukan anggota 3. Anjurkan membantu klien 3. Jelaskan follow up ke keluarga merawat klien
pencapaian masa depan keluarga sesuai jadual dan berikan RSJ/PKM, tanda kambuh, 3. Nilai kemampuan
5. Anjurkan membantu klien 3. Anjurkan membantu pujian rujukan keluarga melakukan
sesuai jadual dan klien sesuai jadual dan 4. Anjurkan membantu klien kontrol ke RSJ/PKM
memberikan pujian memberi pujian sesuai jadual dan memberikan
pujian
PANDUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
NO KEPERAWATAN KEMENKES, 2015 NANDA I,2017 SDKI,2017
( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)
4. PENGERTIAN WAHAM
p. Gangguan Proses Pikir: waham adalah gangguan dalam aktivitas dan
pengoperasian kognitif, NANDA – I, (2014)
q. Waham adalah keyakinan pribadi berdasarkan kesimpulan yang salah dari realitas
eksternal, Stuart, (2013; 2016)
r. Waham adalah suatu keyakinan yang salah dipertahankan secara kuat atau terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan, Kemenkes, (2017).
s. Klien dengan Skizofrenia biasanya mengalami delusi/waham adalah keyakinan
yang menetap, salah tanpa dasar dan tidak sesuai kenyataan, Videback, (2017).
t. Waham adalah Keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan
secara kuat atau terus-menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan, PPNI,
(2017).
u. Delusi/waham adalah keyakinan pribadi yang salah yang tidak konsisten dengan
kecerdasan atau latar belakang budaya seseorang, seseorang tersebut secara kontinu
meyakininya meskipun ada bukti yang jelas bahwa itu salah dan tidak rasional,
Townsend, (2018).
v. Waham/delusi adalah keyakinan salah yang dipertahankan meskipun tidak ada
bukti yang mendukungnya, Varcarolis, (2018)
w. Waham adalah keyakinan salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah
tentang realiatas eksternal dan dipertahankan dengan kuat, Keliat, dkk, (2020)
( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A., & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Keliat, B.A., dkk. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta
Kemenkes RI, (2017) Modul Pelatihan Bagi Perawat Tentang Penatalaksanaan Kasus
Gangguan Jiwa Di FKTP, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan ,
Jakarta
PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 3 Revisi, DPP PPNI, Jakarta
Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 9th ed. Missouri : Mosby,
Inc.
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 10th edition. Missouri :
Mosby Elsevier, Inc.
Stuart, G.W, Keliat B.A, Pasaribu, J. (2016). Prinsif dan Praktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart, Edisi Indonesia 10, Mosby: Elsevier, Singapore, Pte.Ltd.
Satrio, Damayanti, Ardinata (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2KM), IAIN Radin Intan Lampung, Lampung
Satrio, K.L,dkk,(2019). Buku Kerja Mahasiswa: Praktek Keperawatan Jiwa Program Profesi
Ners, DIKLAT RSJD Provinsi Lampung, Penerbit Gemilang, Surabaya, Jawa Timur
Townsend, M.C. (2015). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-
Based Practice. 8th edition. Philadelphia: F.A. Davis Company
Townsend, M.C. (2018). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-
Based Practice. 9th edition. Philadelphia: F.A. Davis Company
Videbeck, S.L. (2011). Psychiatric Mental Health Nursing. 5th. Wolter Kluwer Health.
Lippincott Williams & Wilkins, China
Videbeck, S.L. (2017). Psychiatric Mental Health Nursing 7th edition Wolter Kluwer, China
Varcarolis & Halter M.J. (2014). Varcarolis’s Foundations of Psychiatric Mental Health
Nursing A Clinical Approach. 7th edition Missouri : Saunders Elsevier, USA
Varcarolis & Halter M.J. (2018). Varcarolis’s Foundations of Psychiatric Mental Health
Nursing A Clinical Approach. 8th edition Missouri : St. Louis