Anda di halaman 1dari 33

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA: RISIKO PERILAKU KEKERASAN (Pencegahan dan


Pengelolaan Perilaku Agresif)
1. Pengertian Perilaku Kekerasan
a. Warren, dalam Townsend, (2015; 2018) mengungkapkan kemarahan dan agresif
sangat berbeda. Kemarahan adalah emosi yang sangat kuat, ketika rasa marah
ditekan, kemarahan bisa berubah menjadi kebencian yang sering dimanifestasikan
dalam perilaku negatif, pasif sampai agresif.
b. Stuart, (2016) mengemukakan agresif dan marah ditunjukkan dengan perilaku
melawan. Perilaku agresif adalah suatu kondisi dimana seseorang mengabaikan
hak asasi orang lain, mereka berfikir bahwa mereka harus berjuang untuk
kepentingannya dan mengharapkan perilaku yang sama dari orang lain, bagi
mereka hidup adalah pertempuran. Perilaku agresif ditunjukkan dengan kekerasan
fisik atau verbal, perilaku agresif sering menunjukkan sikap menutupi rasa kurang
kepercayaan diri. Kemarahan biasanya terjadi sebagai respon terhadap ancaman
yang dirasakan.
c. Asosiasi Psikologi Amerika mengemukakan bahwa kemarahan adalah keadaan
emosional yang bervariasi dalam intensitas ringan hingga kemarahan yang intens
(berat), hal ini disertai dengan perubahan fisiologis dan biologis, seperti
peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan kadar hormon epinerphine dan
norepinerphine, (Townsend, 2015; 2018).
d. Kemarahan adalah respon emosional terhadap frustasi keinginan, ancaman
terhadap kebutuhan seseorang (emosional dan fisik), atau tantangan (Varcarolis,
2014; 2018).
e. Kemarahan adalah respon emosional yang kuat, tidak nyaman terhadap provokasi
yang nyata atau yang dirasakan. Kemarahan timbul ketika seseorang frustasi,
terluka atau takut, (Videbeck, 2017)
f. Perilaku Kekerasan adalah merupakan tindakan yang tidak menyenangkan yang
melibatkan penggunaan kekuatan yang disengaja mengakibatkan atau berpotensi
melukai orang lain, (Varcarolis, 2018).
g. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologis (Kemenkes, 2017).
h. Perilaku Kekerasan adalah kemarahan yang di ekspresikan secara berlebihan dan
tidak terkendali secara verbal sampai dengan melukai/mencederai orang lain dan
merusak lingkungan, (PPNI, 2017)
i. Risiko Perilaku Kekerasan didefinisikan sebagai perilaku yang berisiko
membahayakan secara fisik, emosi dan atau seksual pada diri sendiri atau orang
lain (PPNI, 2017).
j. Risiko Perilaku Kekerasan terhadap orang lain adalah rentan melakukan perilaku
yang individu menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan orang lain secara fisik,
emosional dan /atau seksual, (NANDA-I, 2018-2020, Herdman, 2018).

Dari semua pernyataan diatas maka RISIKO PERILAKU KEKERASAN atau


agresif dapat didefinisikan sebagai perilaku dan keadaan emosional yang kuat,
perilaku tersebut rentan/berisiko mengancam dan membahayakan orang lain,
baik secara verbal, fisik, dan emosional serta seksual yang bervariasi dalam
intensitas ringan hingga kemarahan yang intens (berat), hal ini disertai dengan
perubahan fisiologis dan biologis, seperti peningkatan denyut jantung, tekanan
darah dan kadar hormon epinerphine dan norepinerphine.

Perilaku ini berbeda dengan PERILAKU KEKERASAN atau VIOLENCEdimana


Perilaku Kekerasan adalah merupakan tindakan atau perilaku yang tidak
menyenangkan/ kemarahan yang di ekspresikan secara berlebihan dan tidak
terkendali yang bertujuan melukai seseorang, baik secara fisik maupun
psikologis dan merusak lingkungan.
1. Pedoman Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa
TINDAKAN BERDASARKAN PERTEMUAN
No. Diagnosis Tindakan
1 2 3 4 5 dst 12
1. Risiko Klien/Klien 1. Identifikasi penyebab, tanda 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
Perilaku & gejala, RPK yang dilakukan, latihan fisik. Beri pujian latihan fisik & obat. latihan fisik & obat & latihan fisik1,2 & obat
Kekesaran akibat RPK 2. Latih cara mengontrol Beri pujian verbal. Beri pujian & verbal & spiritual.
2. Jelaskan cara mengontrol RPK: PK dengan obat (jelaskan 2. Latih cara 2. Latih cara mengontrol Beri pujian
fisik, obat, verbal, spiritual 6 benar: jenis, guna, mengontrol PK secara spiritual (2 kegiatan) 2. Nilai kemampuan
3. Latihan cara mengontrol RPK dosis, frekuensi, cara, verbal (3 cara, yaitu: 3. Masukkan pada jadual yang telah mandiri
secara fisik: tarik nafas dalam kontinuitas minum obat) mengungkapkan, kegiatan untuk latihan 3. Nilai apakah PK
dan pukul kasur dan bantal 3. Masukkan pada jadual meminta, menolak fisik, minum obat, verbal terkontrol
4. Masukan pada jadual kegiatan kegiatan untuk latihan fisik dengan benar) dan spiritual
untuk latihan fisik dan minum obat 3. Masukkan pada
jadual kegiatan untuk
latihan fisik, minum
obat dan verbal
Keluarga 1. Diskusikan masalah yg 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
dirasakan dalam merawat klien keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam
2. Jelaskan pengertian, tanda & merawat/melatih klien merawat/melatih klien merawat/melatih klien merawat/melatih
gejala, dan proses terjadinya fisik. Beri pujian fisik dan memberikan fisik, memberikan obat, klien fisik,
RPK (gunakan booklet) 2. Jelaskan 6 benar cara obat. Beri pujian latihan bicara yang baik memberikan obat,
3. Jelaskan cara merawat RPK memberikan obat 2. Latih cara & kegiatan spiritual. Beri cara bicara yang baik
4. Latih satu cara merawat RPK 3. Latih cara membimbing: cara pujian & kegiatan spiritual
dengan melakukan kegiatan memberikan/membimbin bicara yang baik 2. Jelaskan follow up ke dan follow up. Beri
fisik: tarik nafas dalam dan g minum obat 3. Latih cara RSJ/PKM, tanda pujian
pukul kasur dan bantal 4. Anjurkan membantu membimbing kegiatan kambuh, rujukan 2. Nilai kemampuan
5. Anjurkan membantu klien klien sesuai jadual dan spiritual 3. Anjurkan membantu keluarga merawat
sesuai jadual dan memberi memberi pujian 4. Anjurkan membantu klien sesuai jadual dan klien
pujian klien sesuai jadual dan memberikan pujian 3. Nilai kemampuan
memberikan pujian keluarga melakukan
kontrol ke RSJ/PKM
PANDUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
NO KEPERAWATAN KEMENKES, 2015 KEMENKES,2013 SDKI,2017
1. PERILAKU DEFINISI : DEFINISI : DEFINISI :
suatu bentuk perilaku yang Perilaku kekerasan adalah Kemarahan yang di ekspresikan
KEKERASAN
bertujuan untuk melukai suatu bentuk perilaku untuk secara berlebihan dan tidak
seseorang secara fisik maupun melukai atau mencederai diri terkendali secara verbal sampai
psikologis  sendiri, orang lain, lingkungan dengan mencederai orang lain
dan juga bisa secara verbal. dan/merusak lingkungan
1. Wajah memerah dan Atau tindak kekerasan
tegang merupakan satu agresi fisik PENYEBAB :
2. Pandangan tajam dari seseorang terhadap diri 1. Ketidakmampuan
3. Mengatupkan rahang sediri, orang lain dan mengendalikan dorongan
dengan kuat lingkungan, dan prilaku marah
4. Mengepalkan tangan kekerasan terjadi bisa karena 2. Stimulus lingkungan
5. Bicara kasar ada rasa curiga pada orang 3. Konflik interpersonal
6. Mondar mandir lain, halusinasi, reaksi 4. Perubahan status mental
7. Nada suara tinggi, kemarahan, dan karena ada 5. Putus obat
menjerit atau berteriak keinginan yang tidak terpenuhi 6. Penyalahgunaan zat/alkohol
8. Melempar atau memukul
benda/orang lain TANDA GEJALA GEJALA DAN TANDA MAYOR
1. Perilaku : SUBJEKTIF OBJEKTIF
Melukai diri sendiri, orang 1. Mengancam 1. Menyerang
lain,merusak lingkungan, 2. Mengumpat orang lain
dengan kata- 2. Melukai
mengamuk, menentang,
kata kasar diri
mengancam, mata 3. Suara keras sendir/oran
melotot 4. Bicara ketus g lain
3. Merusak
2. Verbal : lingukunga
Bicara kasar, intonasi n
tinggi, menghina orang 4. Perilaku
lain, menuntut, agresif
berdebat
GEJALA DAN TANDA MINOR
3. Emosi : SUBJEKTIF OBJEKTIF
(tidak tersedia) 1. Mata
Labil, mudah tersinggung, melotot
ekspressi tegang, marah- atau
marah, dendam, merasa pandangan
tidak aman. tajam
2. Tangan
4. Fisik : mengepal
Muka merah, Pandangan 3. Rahang
mengatup
tajam, napas pendek,
4. Wajah
keringat (+), tekanan memerah
darah meningkat 5. Postur
tubuh kaku

( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)
PANDUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
NO KEPERAWATAN KEMENKES, 2015 NANDA I,2017 SDKI,2017
2. RESIKO PERILAKU DEFINISI : DEFINISI : DEFINISI :
KEKERASAN suatu bentuk perilaku yang Rentan melakukan perilaku Beresiko membahayakan secara fisik,
bertujuan untuk melukai yang individu menunjukkan emosi dan atau seksual pada diri sendiri
seseorang secara fisik bahwa ia dapat atau orang lain
maupun psikologis  membahayakan orang lain
secara fisik, emosional FAKTOR RESIKO
DATA SUBYEKTIF: dan/atau seksual 1. Pemikiran waham/delusi
1) Ungkapan berupa 2. Curiga pada orang lain
ancaman FAKTOR RESIKO 3. Halusinasi
2) Ungkapan kata-kata 1. Bahasa tubuh negatif (mis 4. Berencana bunuh diri
kasar : postur tubuh kaku, 5. Disfungsi sistem keluarga
3) Ungkapan ingin mengepalkan 6. Kerusakan kognitif
memukul/ melukai jari/mengunci rahang, 7. Disorientasi atau konfudi
hiperaktivitas, terburu- 8. Kerusakan kontrol impuls
DATA OBYEKTIF: buru, cara berdiri 9. Persepsi pada lingkungan tidak
1) Wajah memerah dan mengancam) akurat
tegang 2. Gangguan fungsi kognitif 10. Alam perasaan depresi
2) Pandangan tajam 3. Gangguan neurologis (mis 11. Riwayat kekerasan pada hewan
3) Mengatupkan rahang : elektroensefalogram 12. Kelainan neurologis
dengan kuat (EEG) positif, trauma 13. Lingkungan tidak teratur
4) Mengepalkan tangan kepala, gangguan kejang) 14. Penganiayaan atau pengabaian
5) Bicara kasar 4. Gangguan psikosis anak
6) Suara tinggi, menjerit 5. Impulsif 15. Riwayat atau ancaman kekerasan
atau berteriak 6. Intoksikasi patologis terhadap diri sendiri atau orang lain
7) Mondar mandir 7. Kejam pada hewan 16. Impulsif
8) Melempar atau 8. Ketersediaan senjata 17. Ilusi
memukul 9. Komplikasi perinatal
benda/orang lain 10. Menyalakan api KONDISI KLINIS TERKAIT
11. Pelanggaran kendaraan 1. Penganiayaan fisik, psikologis atau
bermotor (mis : seksual
pelanggaran lalu lintas, 2. Sindrom otak organik (mis.penyakit
berkendara untuk alzheimer)
melepaskan kemarahan 3. Gangguan perilaku
12. Perilaku bunuh diri 4. Oppositional defiant disorder
13. Pola ancaman kekerasan 5. Depresi
(mis : ancaman verbal 6. Serangan panik
terhadap 7. Gangguan tourette
orang/masyarakat, 8. Delirium
sumpah serapah, 9. Demensia
membuat catatan/surat 10. Gangguan amnestik
ancaman, ancaman 11. Halusinasi
seksual) 12. Upaya bunuh diri
14. Pola perilaku kekerasan 13. Abnormalitas neurotransmitter otak
antisosial (mis: mencuri,
meminjam dengan
paksaan, memaksa
meminta hak istimewa,
memaksa mengganggu,
menolak untuk
makan/minum obat)
15. Pola perilaku kekerasan
terhadap orang lain (mis :
memukul/menendang/mel
udah/mencakar orang
lain, melempar
objek/menggigit orang,
menggigit seseorang,
percobaan perkosaan,
pelecehan seksual,
mengencingi/membuang
kotoran pada orang lain)
( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI


A. MASALAH UTAMA : GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI (Respon
Neurobilogis dan Gangguan Skizofrenia dan Psikotik)
1. Pengertian Halusinasi
a. Menurut Fontaine, (2009 dalam Satrio, dkk, 2015) halusinasi adalah terjadinya
penglihatan, suara, sentuhan, bau maupun rasa tanpa stimulus eksternal terhadap
organ-organ indera.
b. Gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi (Kemenkes, 2015).
c. Sedangkan NANDA-I, (2009-2011 dalam Satrio, dkk, 2015) juga menyatakan
bahwa gangguan persepsi sensori merupakan perubahan dalam jumlah dan pola
stimulus yang diterima disertai dengan penurunan berlebih distorsi atau kerusakan
respon beberapa stimulus.
d. Menurut PPNI, (2017) Gangguan persepsi sensori adalah perubahan persepsi
terhadap stimulus baik internal maupun ekternal yang disertai dengan respon yang
berkurang, berlebihan atau terdistorsi.
e. Menurut Stuart, (2013; 2016) halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang
terjadi pada respon neurobiologis yang maladaptif, klien mengalami distorsi
sensori sebagai hal yang nyata dan meresponnya, pada halusinasi, tidak ada
stimulus eksternal atau internal yang diidentifikasi.
d. Sedangkan menurut Townsend, (2015; 2018) halusinasi adalah persepsi sensorik
palsu tidak berhubungan dengan stimulus eksternal yang nyata, mungkin
melibatkan salah satu dari lima indera.
e. Menurut Videbeck, (2011; 2017) salah satu gejala utama psikosis skizofrenia
adalah halusinasi, halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah atau pengalaman
persepsi yang tidak ada dalam kenyataan. Halusinasi dapat melibatkan panca
indera dan sensasi tubuh.
f. Menurut Varcarolis, (2014; 2018) halusinasi adalah perubahan dalam persepsi
melibatkan kesalahan dalam menginterprestasi persepsi dan penerimaan realitas.
Halusinasi muncul ketika seseorang mempersepsikan pengalaman stimulus
dimana tanpa adanya stimulus external (contoh mendengar suara ketika tidak ada
seseorangpun yang mengajak bicara).
Dari semua pernyataan diatas maka GANGGUAN PERSEPSI SENSORI ATAU
HALUSINASI dapat didefinisikan sebagai gangguan persepsi/distorsi persepsi
palsu, dimana klien mempersepsikan sensorik yang salah atau pengalaman
persepsi yang tidak ada dalam kenyataan. Halusinasi dapat melibatkan panca
indera dan sensasi tubuh, pada halusinasi, tidak ada stimulus eksternal atau
internal yang diidentifikasi.
1. Pedoman Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa
TINDAKAN BERDASARKAN PERTEMUAN
No. Diagnosis Tindakan
1 2 3 4 5 dst 12
2. Gangguan Klien/Klien 1. Identifikasi halusinasi: 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
Sensori isi, frekuensi, waktu menghardik. Beri pujian latihan menghardik & latihan menghardik & obat latihan menghardik &
Persepsi: terjadi, situasi pencetus, 2. Latih cara mengontrol obat. Beri pujian & bercakap-cakap. Beri obat & bercakap-cakap &
Halusinasi....... perasaan, respon halusinasi dengan obat 2. Latih cara mengontrol pujian kegiatan harian. Beri
2. Jelaskan cara (jelaskan 6 benar: jenis, halusinasi dg bercakap- 2. Latih cara mengontrol pujian
mengontrol halusinasi: guna, dosis, frekuensi, cakap saat terjadi halusinasi dg melakukan 2. Latih kegiatan harian
hardik, obat, bercakap- cara, kontinuitas minum halusinasi kegiatan harian (mulai 2 3. Nilai kemampuan yang
cakap, melakukan kegiatan obat) 3. Masukkan pada jadual kegiatan) telah mandiri
3. Latih cara mengontrol 3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan 3. Masukkan pada jadual 4. Nilai apakah halusinasi
halusinasi dg menghardik kegiatan untuk latihan menghardik, minum kegiatan untuk latihan terkontrol
4. Masukan pada jadual menghardik dan minum obat dan bercakap- menghardik, minum obat,
kegiatan untuk latihan obat cakap bercakap-cakap dan
menghardik kegiatan harian
Keluarga 1. Diskusikan masalah yg 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
dirasakan dalam merawat keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam
klien merawat/melatih klien merawat/melatih klien merawat/melatih klien merawat/melatih klien
2. Jelaskan pengertian, menghardik. Beri pujian menghardik dan menghardik, memberikan menghardik &
tanda & gejala, dan proses 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat. Beri obat & bercakap-cakap. memberikan obat &
terjadinya halusinasi memberikan obat pujian Beri pujian bercakap-cakap &
(gunakan booklet) 3. Latih cara 2. Jelaskan cara 2. Jelaskan follow up ke melakukkan kegiatan
3. Jelaskan cara merawat memberikan/ bercakap-cakap dan RSJ/PKM, tanda kambuh, harian dan follow up. Beri
halusinasi membimbing minum melakukan kegiatan rujukan pujian
4. Latih cara merawat obat untuk mengontrol 3. Anjurkan membantu 2. Nilai kemampuan
halusinasi: hardik 4. Anjurkan membantu halusinasi klien sesuai jadual dan keluarga merawat klien
5. Anjurkan membantu klien sesuai jadual dan 3. Latih dan sediakan memberikan pujian 3. Nilai kemampuan
klien sesuai jadual dan memberi pujian waktu bercakap-cakap keluarga melakukan
memberi pujian dengan klien terutama kontrol ke RSJ/PKM
saat halusinasi
4. Anjurkan membantu
klien sesuai jadual dan
memberikan pujian
PANDUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
NO DIAGNOSIS
KEPERAWATAN KEMENKES, 2015 NANDA I, 2011 SDKI,2017
3. HALUSINASI DEFINISI : DEFINISI: DEFINISI :
(Gangguan Persepsi Gangguan persepsi dimana Perubahan dalam jumlah Perubahan persepsi terhadap stimulus
Sensori) klien mempersepsikan sesuatu atau pola baik internal maupun ekternal yang
yang sebenarnya tidak terjadi. stimuli/rangsangan yang disertai dengan respon yang
masuk disertai oleh berkurang, berlebihan atau terdistorsi
DATA SUBYEKTIF: berkurang, berlebihan,
1) Mendengar suara-suara terdistorsi atau gangguan PENYEBAB :
atau kegaduhan. respon terhadap stimuli. 1. Gangguan penglihatan
2) Mendengar suara yang 2. Gangguan pendengaran
mengajak bercakap- 3. Gangguan penghiduan
cakap. BATASAN 4. Gangguan perabaan
3) Mendengar suara KARAKTERISTIK 5. Hipoksia serebral
menyuruh melakukan  Perubahan pola 6. Penyalahgunaan zat
sesuatu yang berbahaya. perilaku 7. Usia lanjut
4) Melihat bayangan, sinar,  Perubahan 8. Pemajanan toksin lingkungan
bentuk geometris, bentuk kemampuan
kartun, melihat hantu atau penyelesaian masalah GEJALA DAN TANDA MAYOR
monster  Perubahan dalam SUBJEKTIF OBJEKTIF
5) Mencium bau-bauan sensori akut 1. Mendengar 1. Distorsi
seperti bau darah, urin,  Perubahan dalam suara bisikan sensori
feses, kadang-kadang bau pengunaan respon atau melihat 2. Respon tidak
itu menyenangkan. terhadap stimuli bayangan sesuai
6) Merasakan rasa seperti  Disorientasi 2. Merasakan 3. Bersikap
darah, urin atau feses  Halusinasi sesuatu seolah
7) Merasa takut atau senang melalui melihat,
 Kerusakan komunikasi
dengan halusinasinya indera mendengar,
 Irritabilitas
perabaan, mengecap,
 Konsentrasi kurang
DATA OBYEKTIF: penciuman, meraba, atau
 Kelelahan
1. Bicara atau tertawa perabaan,ata mencium
sendiri  Distorsi sensori u sesuatu
2. Marah-marah tanpa sebab pengecapan
3. Mengarahkan telinga ke
arah tertentu GEJALA DAN TANDA MINOR
4. Menutup telinga FAKTOR YANG SUBJEKTIF OBJEKTIF
5. Menunjuk-nunjuk ke arah BERHUBUNGAN 1. Menyatakan 1. Menyendiri
tertentu 1. Perubahan integrasi kesal 2. Melamun
6. Ketakutan pada sesuatu sensori 3. Konsentra
yang tidak jelas. 2. Perubahan penerimaan si buruk
7. Mencium sesuatu seperti sensori 4. Disorientas
sedang membaui bau- 3. Perubahan transmisi i waktu,
bauan tertentu. sensori tempat,
8. Menutup hidung. 4. Ketidakseimbangan orang atau
9. Sering meludah biokhemikal situasi
10. Muntah 5. Ketidakseimbangan 5. Curiga
11. Menggaruk-garuk elektrolit 6. Melihat ke
permukaan kulit 6. Peningkatan stimuli satu arah
lingkungan 7. Mondar-
7. Penurunan stimuli mandir
lingkungan 8. Bicara
8. Stres pikologis sendiri

( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)
ISOLASI SOSIAL

A. MASALAH UTAMA: ISOLASI SOSIAL (Gangguan Respon Sosial dan


Kepribadian)

1. PENGERTIAN ISOLASI SOSIAL


a. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain, (Kemenkes, 2017).
b. Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat,
terbuka, dan interdependen dengan orang lain, ( PPNI, 2017)
c. Isolasi sosial adalah kesendirian yang di alami oleh individu dan dianggap timbul
karena orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif atau mengancam ( NANDA
– I, 2018-2020)
d. Gangguan Interaksi Sosial adalah kurang atau kelebihan kuantitas atau tidak efektif
kualitas pertukaran sosialnya, ( NANDA – I, 2018-2020)
e. Gangguan Interaksi Sosial adalah tidak mampu membentuk hubungan yang
memuaskan, bertahan lama, intim dengan orang lain, interaksi disfungsional dengan
orang lain, penggunaan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil, Townsend,
(2018)
f. Gangguan Interaksi Sosial adalah kuantitas dan atau kualitas hubungan sosial yang
kurang atau berlebih, ( PPNI, 2017)

Dari semua pernyataan diatas maka ISOLASI SOSIAL atau ISOS dapat didefinisikan
sebagai kesendirian yang di alami oleh individu, ketidakmampuan untuk membina
hubungan yang erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain,
karena menganggap orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif atau
mengancam.

Hubungan ini berbeda dengan GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL dimana GIS/KIS


adalah gangguan hubungan sosial, dimana seseorang dalam interaksinya dengan
orang lain berkurang atau berlebih baik secara kualitas maupun kuantitas
interaksi.
2. Pedoman Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa
TINDAKAN BERDASARKAN PERTEMUAN
No. Diagnosis Tindakan
1 2 3 4 5 dst 12
3. Isolasi Sosial Klien/Klien 1. Identifikasi penyebab isolasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
sosial: siapa yang serumah, berkenalan (berapa latihan berkenalan (berapa latihan berkenalan, bicara latihan berkenalan,
siapa yang dekat, yang tidak orang). Beri pujian orang) & bicara saat saat melakukan empat berbicara saat
dekat, dan apa sebabnya 2. Latih cara berbicara melakukan dua kegiatan kegiatan harian. Beri melakukan kegiatan
2. Keuntungan punya teman saat melakukan kegiatan harian. Beri pujian pujian harian dan sosialisasi.
dan bercakap-cakap harian (latih 2 kegiatan) 2. Latih cara berbicara 2. Latih cara bicara sosial: Beri pujian
3. Kerugian tidak punya teman 3. Masukkan pada jadual saat melakukan kegiatan meminta sesuatu, 2. Latih kegiatan harian
dan tidak bercakap-cakap kegiatan untuk latihan harian (2 kegiatan baru) menjawab pertanyan 3. Nilai kemampuan yang
4. Latih cara berkenalan berkenalan 2- 3 orang 3. Masukkan pada jadual 3. Masukkan pada jadual telah mandiri
dengan klien dan perawat klien, perawat dan tamu, kegiatan untuk latihan kegiatan untuk latihan 4. Nilai apakah isolasi
atau tamu berbicara saat melakukan berkenalan 4-5 orang, berkenalan >5 orang, sosial teratasi
5. Masukan pada jadual kegiatan harian berbicara saat melakukan orang baru, berbicara saat
kegiatan untuk latihan 4 kegiatan harian melakukan kegiatan
berkenalan harian dan sosialisasi
Keluarga 1. Diskusikan masalah yg 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
dirasakan dalam merawat klien keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam
2. Jelaskan pengertian, tanda merawat/melatih klien merawat/melatih klien merawat/melatih klien merawat/melatih klien
& gejala, dan proses berkenalan dan berbicara berkenalan, berbicara saat berkenalan, berbicara saat berkenalan, berbicara
terjadinya isolasi sosial saat melakukan kegiatan melakukan kegiatan melakukan kegiatan saat melakukan
(gunakan booklet) harian. Beri pujian harian. Beri pujian harian/RT, berbelanja. Beri kegiatan harian/RT,
3. Jelaskan cara merawat 2. Jelaskan kegiatan 2. Jelaskan cara melatih pujian berbelanja & kegiatan
isolasi sosial rumah tangga yang dapat klien melakukan kegiatan 2. Jelaskan follow up ke lain dan follow up. Beri
4. Latih dua cara merawat melibatkan klien sosial seperti berbelanja, RSJ/PKM, tanda kambuh, pujian
berkenalan, berbicara saat berbicara (makan, sholat meminta sesuatu dll rujukan 2. Nilai kemampuan
melakukan kegiatan harian bersama) di rumah 3. Latih keluarga 3. Anjurkan membantu keluarga merawat klien
5. Anjurkan membantu klien 3. Latih cara mengajak klien belanja klien sesuai jadual 3. Nilai kemampuan
sesuai jadual dan memberikan membimbing klien saat besuk kegiatan dan memberikan keluarga melakukan
pujian saat besuk berbicara dan memberi 4. Anjurkan membantu pujian kontrol ke RSJ/PKM
pujian klien sesuai jadual dan
4. Anjurkan membantu berikan pujian saat besuk
klien sesuai jadual saat
besuk
PANDUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
NO KEPERAWATAN KEMENKES, 2015 NANDA I,2017 SDKI,2017
4. ISOLASI SOSIAL DEFINISI : DEFINISI : DEFINISI :
Keadaan dimana seorang Kesendirian yang dialami oleh Ketidakmampuan untuk membina
individu mengalami individu dan dianggap timbul hubungan yang erat, hangat, terbuka,
penurunan atau bahkan karena orang lain dan sebagai dan interdependen dengan orang lain
sama sekali tidak mampu suatu pernyataan negatif atau
berinteraksi dengan orang mengancam PENYEBAB :
lain di sekitarnya. 1. Keterlambatan perkembangan
BATASAN KARAKTERISTIK 2. Ketidakmampuan menjalin
DATA SUBYEKTIF:  Afek datar, Afek sedih hubungan yang memuaskan
1) Perasaan sepi  Anggota subkultur 3. Ketidaksesuaian minat dengan
2) Perasaan tidak tertentu, Ingin sendirian tahap perkembangan
aman  Kesendirian yang 4. Ketidaksasuaian nilai-nilai dengan
3) Perasan bosan dan ditentukan oleh orang norma
waktu terasa lain 5. Ketidaksesuaian perilaku sosial
lambat  Keterlambatan dengan norma
4) Ketidakmampun perkembangan 6. Perubahan penampilan fisik
berkonsentrasi  Ketidakmampuan 7. Perubahan status mental
5) Perasaan ditolak memenuhi harapan 8. Ketidakadekuatan sumber daya
 orang lain personal (mis : disfungsi berduka,
 Ketidaksesuaian pengendalian diri buruk)
DATA OBYEKTIF: buadaya
1) Banyak diam GEJALA DAN TANDA MAYOR
 Kondisi difabel, Menarik
2) Tidak mau bicara diri SUBJEKTIF OBJEKTIF
3) Menyendiri 1. Merasa ingin 1. Menarik diri
 Menunjukkan
4) Tidak mau sendirian 2. Tidak
permusuhan
berinteraksi 2. Merasa tidak berminat/
 Merasa tidak aman
5) Tampak sedih aman menolak
ditempat umum
6) Ekspresi datar dan ditempat berinteraksi
 Nilai tidak sesuai dengan
dangkal umum dengan orang
norma budaya
7) Kontak mata lain atau
 Perasaan beda dari
kurang lingkungan
orang lain
 Preokupasi dengan
GEJALA DAN TANDA MINOR
pikiran sendiri
 Riwayat ditolak, Sakit SUBJEKTIF OBJEKTIF
 Tidak ada kontak mata,  Merasa 1. Afek datar
Tidak ada sistem berbeda 2. Afek sedih
pendukung dengan 3. Riwayat ditolak
 Tidak mempunyai tujuan orang lain 4. Menunjukkan
 Tindakan berulang,  Merasa permusuhan
Tindakan tidak berarti asyik denga 5. Tidak mampu
pikiran memenuhi
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN sendiri harapan ornag
9. Faktor-faktor yang  Merasa tidak lain
mempengaruhi hubungan mempunyai 6. Kondisi difabel
personal yang tujuan yang 7. Tindakan tidak
memuaskan (mis: jelas berarti
keterlambatan 8. Tidak ada
perkembangan) kontak mata
10. Gangguan kesehatan 9. Perkembangan
11. Ketidakmampuan terlambat
menjalin hubungan yang 10. Tidak
memuaskan bergairah/lesu
12. Minat tidak sesuai dengan
perkembangan
13. Nilai-nilai tidak sesuai
dengan norma budaya
14. Perilaku sosial tidak
sesuai norma
15. Perubahan penampilan
fisik
16. Perubahan status mental
17. Sumber personal yang
tidak adekuat (mis:
pencapaian buruk,
kesadaran diri buruk, tidak
ada afek dan
pengendalian diri buruk)

( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)
HARGA DIRI RENDAH KRONIK

B. MASALAH UTAMA: HARGA DIRI RENDAH KRONIK (Respon Konsep Diri dan
Gangguan Disosiatif)

2. PENGERTIAN KONSEP DIRI


- Wilkinson, (2016) mendefinisikan konsepdiri terbentuk dari evaluasi seseorang
terhadap penampilan fisiknya, kinerja seksual, kemampuan intelektual, keberhasilan
ditempat kerja, persahabatan dan persetujuan dari orang lain, kemampuan pemecahan
masalah dan abakat yang unik. Konsep diri yang sehat memiliki persepsi yang
sebagaian besar positif terhadap evaluasi diri.

- Sedangkan Townsend, (2015; 2018) menyatakan konsep diri merupakan


komponen kognitif dan pemikiran dari diri dan umumnya mengacu pada totalitas
sebuah sistem yang kompleks, terorganisir dan dinamis dari keyakinan, sikap dan
pendapat yang setiap orang anggap benar tentang keberadaan dirinya.

- Menurut Stuart, (2013; 2016) konsep diri terdiri dari semua nilai-nilai,
keyakinan dan ide-ide yang berkontribusi terhadap pengetahuan diri dan
mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lain, termasuk persepsi seseorang
tentang karakteristik dan kemampuan pribadi serta tujuan dan cita-cita seseorang.

C. DEFINISI HARGA DIRI RENDAH


Beberapa defini tentang harga diri rendah yang menjadi masalah utama pada bahasan ini
adalah:
1. Menurut Kemenkes RI (2017) harga diri rendah adalah individu cenderung menilai
dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2. Keseimbangan antara harapan diri kita dan kemampuan kita yang sebenarnya bisa
menjadi tidak pasti. Ketika kita berhasil melampaui ambisi kita, kita mengalami rasa
harga diri yang tinggi; tetapi ketika ambisi untuk mencapai tujuan ideal diri di luar
kemampuan, maka berisiko kehilangan harga diri/ harga diri rendah, (Wilkinson,
2016).
3. Harga Diri Rendah adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat ini, (PPNI, 2017).
4. Townsend, (2018) menyatakan individu dengan harga diri rendah menganggap diri
mereka tidak kompeten, tidak dapat dicintai, tidak aman, dan perilaku tidak layak dan
nyata yang menunjukkan perasaan mereka tentang diri mereka sendiri.
5. Harga Diri Rendah melibatkan evaluasi diri yang negatif dan berhubungan dengan
perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengkap,
tidak berharga dan tidak memadai, Keliat dkk, (2020).
6. Harga Diri Rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk yang berisiko
mengalami depresi dan skizofrenia. Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri.
Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional atau kronis (Satrio, dkk., 2015).
7. Harga Diri Rendah Kronik adalah evaluasi diri atau perasaan negatif tentang diri
sendiri atau kemampuan diri yang berlangsung minimal tiga bulan, (NANDA-I, 2018-
2020)
8. Risikoharga Diri Rendah Kronis adalah rentan terhadap evaluasi dan/atau perasaan
negatif tentang kemampuan diri dalam waktu lama, yang dapat menganggu
kesehatan, (NANDA-I, 2018-2020).
9. Harga Diri Rendah Situasional adalah munculnya persepsi negatif tentang makna diri
sebagai respons terhadap situasi saat ini, (NANDA-I, 2018-2020).
10. Risiko Harga Diri Rendah Situasional adalah rentan terjadi persepsi negatif tentang
makna diri sebagai respons terhadap situasi saat ini, yang menganggu kesehatan,
(NANDA-I, 2018-2020).

Dari semua pernyataan diatas maka HARGA DIRI RENDAH KRONIK atau HDR
Kronik dapat didefinisikan sebagai evaluasi diri atau perasaan negatif tentang diri
sendiri atau kemampuan diri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri yang
berlangsung minimal tiga bulan

Evaluasi ini berbeda dengan HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL dimana HDRS
adalah munculnya persepsi negatif tentang makna diri sebagai respons terhadap
situasi saat ini, cenderung menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari
orang lain.
2. Pedoman Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa
TINDAKAN BERDASARKAN PERTEMUAN
No. Diagnosis Tindakan
1 2 3 4 5 dst 12
4. Harga Diri Klien/Klien 1. Identifikasi kemampuan melakukan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
Rendah kegiatan dan aspek positif klien (buat pertama yang telah pertama dan kedua pertama, kedua, dan latihan dan berikan
Kronik daftar kegiatan) dilatih dan berikan yang telah dilatih dan ketiga yang telah dilatih pujian.
2. Bantu klien menilai kegiatan yang pujian berikan pujian dan berikan pujian 2. Latih kegiatan
dapat dilakukan saat ini (pilih dari 2. Bantu klien memilih 2. Bantu klien 2. Bantu klien memilih dilanjutkan sampai tak
daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan kegiatan kedua yang memilih kegiatan kegiatan keempat yang terhingga
yang dapat dilakukan saat ini akan dilatih ketiga yang akan akan dilatih 3. Nilai kemampuan
3. Bantu klien memilih salah satu 3. Latih kegiatan kedua dilatih 3. Latih kegiatan yang telah mandiri
kegiatan yang dapat dilakukan saat ini kedua (alat dan cara) 3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara) 4. Nilai apakah harga
untuk dilatih 4. Masukkan pada jadual ketiga (alat dan cara) 4. Masukkan pada jadual diri klien meningkat
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat kegiatan untuk latihan: 4. Masukkan pada kegiatan untuk latihan:
dan cara melakukannya) dua kegiatan masing2 jadual kegiatan untuk empat kegiatan masing-
5. Masukan pada jadual kegiatan untuk dua kali per hari latihan: tiga kegiatan, masing dua kali per hari
latihan dua kali per hari masing-masing dua
kali per hari
Keluarga 1. Diskusikan masalah yg dirasakan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
dalam merawat klien keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam
2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, membimbing klien membimbing klien membimbing klien membimbing klien
dan proses terjadinya harga diri melaksanakan kegiatan melaksanakan melaksanakan kegiatan melakukan kegiatan
rendah (gunakan booklet) pertama yang dipilih dan kegiatan pertama pertama, kedua dan yang dipilih oleh klien.
3. Diskusikan kemampuan atau aspek dilatih klien. Beri pujian dan kedua yang telah ketiga. Beri pujian Beri pujian
positif klien yang pernah dimiliki 2. Bersama keluarga dilatih. Beri pujian 2. Bersama keluarga 2. Nilai kemampuan
sebelum dan setelah sakit melatih klien dalam 2. Bersama keluarga melatih klien melakukan keluarga mmbimbing
4. Jelaskan cara merawat harga diri melakukan kegiatan melatih klien kegiatan keempat yang klien
rendah terutama memberikan pujian kedua yang dipilih klien melakukan kegiatan dipilih 3. Nilai kemampuan
semua hal yang positif pada klien 3. Anjurkan membantu ketiga yang dipilih 3. Jelaskan follow up ke keluarga melakukan
5. Latih keluarga memberi tanggung klien sesuai jadual dan 3. Anjurkan RSJ/PKM, tanda kontrol ke RSJ/PKM
jawab kegiatan pertama yang dipilih memberi pujian membantu klien kambuh, rujukan
klien: bimbing dan beri pujian sesuai jadual dan 4. Anjurkan membantu
6. Anjurkan membantu klien sesuai berikan pujian klien sesuai jadual dan
jadual dan memberikan pujian memberikan pujian
PANDUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
NO KEPERAWATAN KEMENKES, 2015 NANDA I,2017 SDKI,2017
5. HARGA DIRI DEFINISI : DEFINISI : DEFINISI :
RENDAH KRONIK Penilaian atau Evaluasi diri/perasaan Evaluasi atau perasaan negatif terhadap
perasaan negatif negatif tentang diri sendiri diri sendiri atau kemampuan klien seperti
tidak berarti, tidak berguna, tidak berdaya
tentang diri atau atau kemampuan diri yang
yang berlangsung dalam waktu lama dan
kemampuan diri yang berlangsung lama
terus menerus
telah berlangsung
lama. BATASAN PENYEBAB :
KARAKTERISTIK 1. Terpapar situasi traumatis
DATA SUBJEKTIF 1. Bergantung pada 2. Kegagalan berulang
1. Hal negatif diri sendiri pendapat orang lain 3. Kurangnya pengakuan dari orang lain
atau orang lain 2. Ekspresi rasa bersalah 4. Ketidakefektifan mengatasi masalah
2. Perasaan tidak 3. Ekspresi rasa malu kehilangan
5. Gangguan psikiatri
mampu 4. Enggan mencoba hal
6. Penguatan negatif berulang
3. Pandangan hidup baru
7. Ketidaksesuaian budaya
yang pesimis 5. Kegagalan hidup
4. Penolakan terhadap berulang GEJALA DAN TANDA MAYOR
kemampuan diri 6. Kontak mata kurang
SUBJEKTIF OBJEKTIF
5. Menilai diri tidak 7. Melebih-lebihkan
1. Menilai diri 1. Enggan
mampu menghadapi umpan balik negatif negatif (mis. mencoba hal
situasi tentang diri sendiri Tidak berguna, baru
6. Menolak atau 8. Menolak umpan balik tidak tertolong) 2. Berjalan
merasionalisasi positif tentang diri 2. Merasa menunduk
masukan positif sendiri malu/bersalah 3. Postur tubuh
tentang diri dan 9. Meremehkan 3. Merasa tidak menunduk
berlebihan umpan kemampuan mengatasi mampu
melakukan
balik negatif tentang situasi
apapun
diri 10. Pasif
4. Meremehkan
7. Ragu-ragu dalam 11. Perilaku bimbang kemampuan
mencoba hal- 12. Perilaku tidak asertif mengatasi
hal/situasi baru 13. Secara berlebihan masalah
mencari penguatan 5. Merasa tidak
DATA OBJEKTIF 14. Seringkali mencari memiliki
1. Penurunan penegasan kelebihan atau
produktivitas kemampuan
positif
2. Ekpresi FAKTOR YANG
6. Melebih-
malu/bersalah BERHUBUNGAN
lebihkan
3. Tidak berani 1. Gangguan Psikiatrik penilaian
menatap lawan 2. Kegagalan Berulang negatif tentang
bicara 3. Ketidaksesuaian diri sendiri
4. Lebih banyak Budaya 7. Menolak
menundukkan 4. Ketidaksesuaian penilaian positif
kepala saat Spiritual tentang diri
berinteraksi 5. Koping Terhadap sendiri
GEJALA DAN TANDA MINOR
5. Bicara lambat Kehilangan tidak efektif
dengan nada suara 6. Kurang Kasih Sayang SUBJEKTIF OBJEKTIF
lemah 7. Kurang keanggotaan 1. Merasa sulit 1. Konsentrasi
Dalam Kelompok konsentrasi kurang
8. Kurang respek dari 2. Sukit tidur 2. Lesu dan tidak
3. Mengungkap bergairah
orang lain
kan 3. Berbicara pelan
9. Merasa afek tidak keputusasaa dan lirih
sesuai
10. Merasa persetujuan n 4. Pasif
orang lain tidak cukup 5. Perilaku tidak
11. Penguatan negatif asertif
6. Mencari
berulang
penguatan
12. Terpapar peristiwa
secara
traumatik berlebihan
7. Bergantung
pada pendapat
orang lain
8. Sulit membuat
keputusan

( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan
DIFISIT PERAWATAN DIRI

A. PENGERTIAN
1. Kebersihan adalah ilmu tentang kesehatan dan pemeliharaannya. Kebersihan Diri
adalah perawatan diri yang digunakan seorang untuk melakukan fungsi-fungsi seperti
mandi, toilet, kebersihan tubuh secara umum, dan perawatan. Kebersihan adalah
masalah yang sangat pribadi yang ditentukan oleh nilai-nilai dan praktik individu.
( Kozier, 2016).
2. Kebersihan dijelaskan sebagai aktivitas yang terlibat dalam menjaga kebersihan diri
dan berdandan, (Wilkinson, 2016).
3. Kebersihan Diri akan mempengaruhi kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan
klien. Pemeliharaan kebersihan mencakup membersihkan dan membersihkan tubuh
dengan menjaga kebersihan serta penampilan. (Potter & Perry, 2017).
4. Kebersihan Diri adalah suatu tindakan untuk mandi, menggosok gigi, dan
menggunakan benang gigi dan bersantai, merangsang pencitraan diri yang positif,
merangsang kulit yang sehat, dan membantu mencegah infeksi serta penyakit,
(Potter & Perry, 2017).
5. Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktvitas
perawatan diri, (PPNI, 2017).
6. Menurut Keliat, (2020) Defisit perawatan diri meliputi ketidakmampuan dalam
kebersihan diri, berpakaian, makan dan minum, eliminasi dan lingkungan.
7. Menurut NANDA – I, (2018-2020) membagi defisit perawatan diri terdiri dari 4
diagnosis: defisit perawatan diri mandi, berpakaian, makan dan eliminasi.
8. Defisit Perawatan Diri :Mandi adalah ketidakmampuan melakukan pembersihan diri
secara seksama dengan mandiri; Defisit Perawatan Diri : Berpakaian adalah
ketidakmampuan untuk mengenakan atau melepas pakaian secara mandiri; Defisit
Perawatan Diri : Makan adalah ketidakmampuan makan secara mandiri; dan Defisit
Perawatan Diri : Eliminasi adalah ketidakmampuan untuk melakukan secara mandiri
tugas yang berkaitan dengan eliminasi fekal dan urine, NANDA – I, (2018-2020).

Dari semua pernyataan diatas maka DEFISIT PERAWATAN DIRI dapat didefinisikan
sebagai gangguan kemampuan atau ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri secara mandiri, termasuk untuk terlibat dalam menjaga kebersihan
diri seperti mandi, berganti pakaian, makan dan eliminasi.
1. Pedoman Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa

TINDAKAN BERDASARKAN PERTEMUAN


No. Diagnosis Tindakan
1 2 3 4 5 dst 12
5. Defisit Klien/Klien 1. Identifikasi masalah 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
Perawatan perawatan diri: kebersihan diri. Beri kebersihan diri dan kebersihan diri, berdandan, latihan perawatan diri:
Diri kebersihan diri, pujian berdandan. Beri pujian makan & minum. Beri pujian kebersihan diri,
berdandan, 2. Jelaskan cara dan alat 2. Jelaskan cara dan 2. Jelaskan cara BAB dan berdandan, makan &
makan/minum, BAB/BAK untuk berdandan alat makan dan minum BAK yang baik minum, BAB & BAK.
2. Jelaskan pentingnya 3. Latih cara berdandan 3. Latih cara makan 3. Latih BAB dan BAK yang Beri pujian
kebersihan diri setelah kebersihan diri: dan minum yang baik baik 2. Latih kegiatan harian
3. Jalaskan cara dan alat sisiran, rias muka untuk 4. Masukkan pada 4. Masukkan pada jadual 3. Nilai kemampuan
kebersihan diri perempuan; sisiran, jadual kegiatan untuk kegiatan untuk latihan yang telah mandiri
4. Latih cara menjaga cukuran untuk pria latihan kebersihan diri, kebersihan diri, berdandan, 4. Nilai apakah
kebersihan diri: mandi dan 4. Masukkan pada jadual berdandan dan makan makan & minum dan perawatan diri telah
ganti pakaian, sikat gigi, kegiatan untuk & minum yang baik BAB&BAK baik
cuci rambut, potong kuku kebersihan diri dan
5. Masukan pada jadual berdandan
kegiatan untuk latihan
mandi, sikat gigi (2 kali per
hari), cuci rambut (2 kali
per minggu), potong kuku
(satu kali per minggu)
Keluarga 1. Diskusikan masalah yg 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Evaluasi kegiatan
dirasakan dalam merawat keluarga dalam keluarga dalam dalam merawat/melatih keluarga dalam
klien merawat/melatih klien merawat/melatih klien klien kebersihan diri, merawat/melatih klien
2. Jelaskan pengertian, kebersihan diri. Beri kebersihan diri dan berdandan, makan & dalam perawatan diri:
tanda & gejala, dan proses pujian berdandan. Beri pujian minum. Beri pujian kebersihan diri,
terjadinya defisit 2. Latih dua (yang lain) 2. Bimbing keluarga 2. Bimbing keluarga berdandan, makan &
perawatan diri (gunakan cara merawat : Makan & merawat kebersihan merawat BAB dan BAK klien minum, BAB & BAK.
booklet) minum, BAB & BAK diri dan berdandan dan 3. Jelaskan follow up ke Beri pujian
3. Jelaskan cara merawat 3. Anjurkan membantu makan & minum klien RSJ/PKM, tanda kambuh, 2. Nilai kemampuan
defisit perawatan diri klien sesuai jadual dan 3. Anjurkan membantu rujukan keluarga merawat klien
4. Latih dua cara memberi pujian klien sesuai jadual dan 4. Anjurkan membantu klien 3. Nilai kemampuan
merawat : kebersihan diri berikan pujian sesuai jadual dan keluarga melakukan
dan berdandan memberikan pujian kontrol ke RSJ/PKM
5. Anjurkan membantu
klien sesuai jadual dan
memberikan pujian
PANDUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
NO KEPERAWATAN KEMENKES, 2015 NANDA I,2017 SDKI,2017

6. DEFISIT DEFINISI : DEFINISI : DEFINISI :


PERAWATAN DIRI Gangguan kemampuan untuk Hambatan kemampuan untuk Tidak mampu melakukan atau
melakukan aktifitas perawatan melakukan atau menyelesaikan menyelesaikan aktvitas perawatan diri
diri (kebersihan diri, berhias,
aktivitas mandi secara mandiri
makan, toileting)
PENYEBAB :
DATA SUBYEKTIF: BATASAN KARAKTERISTIK 1. Gangguan muskuloskeletal
1. Malas mandi 1. Ketidakmampuan 2. Gangguan neuromuskuler
2. Tidak mau menyisir membasuh tubuh 3. Kelemahan
rambut 2. Ketidakmampuan 4. Gangguan psikologis dan/atau
3. Tidak mau menggosok mengakses kamar mandi psikotik
gigi 3. Ketidakmampuan 5. Penurunan motivasi/minat
4. Tidak mau memotong
mengambil perlengkapan
kuku
mandi GEJALA DAN TANDA MAYOR
5. Tidak mau berhias/
berdandan 4. Ketidakmampuan SUBJEKTIF OBJEKTIF
6. Tidak bisa / tidak mau mengatur air mandi 1. Menolak 1. Tidak mampu
menggunakan alat 5. Ketidakmampuan melakukan mandi/mengen
mandi / kebersihan diri mengeringkan tubuh perawatan akan
7. Tidak menggunakan 6. Ketidakmampuan diri pakaian/makan/
alat makan dan minum
menjangkau sumber air ke toilet/
saat makan dan
berhias secara
minum
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN mandiri
8. BAB dan BAK
sembarangan 1. Ansietas 2. Minat
9. Tidak membersihkan 2. Gangguan fungsi kognitif melakuakn
diri dan tempat BAB 3. Gangguan perawatan diri
dan BAK setelah BAB muskuloskeletal kurang
dan BAK 4. Gangguan neuromuskular
10. Tidak mengetahui 5. Gangguan persepsi GEJALA DAN TANDA MINOR
cara perawatan diri
6. Kelemahan SUBJEKTIF OBJEKTIF
yang benar
7. Kendala lingkungan (tidak tersedia) (tidak tersedia)
2.
DATA OBYEKTIF 8. Ketidakmampuan
1) Badan bau, kotor, merasakan bagian tubuh
berdaki, rambut dan 9. Ketidakmampuan
gigi kotor, kuku merasakan hubungan
panjang dan kotor, spasial
tidak menggunakan 10. Nyeri
alat-alat mandi,tidak
11. Penurunan motivasi
mandi dengan benar
2) Rambut kusut,
berantakan, kumis dan
jenggot tidak
rapi,pakaian tidak rapi,
tidak mampu
berdandan.
3) Makan dan minum
sembarangan,
berceceran, tidak
menggunakan alat
makan; tidak mampu
menyiapkan makanan,
memindahkan
makanan ke alat
makan, memegang
alat makan,
menyelesaikan
makan.
4) BAB dan BAK tidak
pada tempatnya, tidak
membersihkan diri
setelah BAB dan BAK,
tidak mampu menjaga
kebersihan toilet
( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)
PERILAKU BUNUH DIRI

D. MASALAH UTAMA: RISIKO BUNUH DIRI (Respon Protektif Diri dan Perilaku
Bunuh Diri)

3. PENGERTIAN PERILAKU BUNUH DIRI


g. Perilaku Mencederai Diri Secara Langsung adalah segala bentuk kegiatan bunuh
diri, seperti ide bunuh diri, ancaman, upaya dan bunuh diri yang berhasil. Perilaku
Mencederai Diri Secara Tidak Langsung adalah setiap kegiatan yang berbahaya
bagi kesehatan fisik seseorang dan yang berpotensi menyebabkan kematian, Stuart,
(2013; 2016)
h. Percobaan Bunuh Diri adalah upaya tindakan mandiri yang diambil oleh seseorang
yang akan menyebabkan kematian jika tidak dihentikan, Stuart, (2013; 2016)
i. Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupan. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan
berbagai cara. Beberapa cara bunuh diri antara lain gantung diri, minum racun,
memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi, Kemenkes,
(2017).
j. Risiko Bunuh Diri adalah berisiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan, PPNI, (2017).
k. Risiko Bunuh Diri adalah rentan terhadap menyakiti diri sendiri dan cidera yang
mengancam nyama, NANDA-I, (2018-2020)
l. Bunuh Diri adalah tindakan membunuh dirinya secara disengaja, Videback, (2017).
m. Bunuh Diri adalah tindakan sengaja untuk membunuh diri sendiri dengan cara
apapun, Varcarolis, (2014; 2018).
n. Bunuh Diri bukanlah diagnosis atau kelainan, itu adalah perilaku khususnya
perilaku sesorang untuk mengakhiri hidupnya, Townsend, (2015; 2018).
o. Bunuh diri adalah tindakan sukarela membunuh diri sendiri, ini adalah tindakan
merusak diri sendiri yang fatal dengan niat eksplisit untuk mati, Boyd, M.A.
(2018).

Dari semua pernyataan diatas maka BUNUH DIRI atau BD dapat didefinisikan sebagai
perilaku yang secara sengaja untuk membunuh diri sendiri dan mengakhiri
hidupnya.
Perilaku ini berbeda dengan RISIKO BUNUH DIRI dimana RBD adalah perilaku
yang berisiko menyakiti diri sendiri menyebabkan kematian jika tidak dihentikan
2. Pedoman Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa
TINDAKAN BERDASARKAN PERTEMUAN
No. Diagnosis Tindakan
1 2 3 4 5 dst 12
6. Risiko Bunuh Klien/Klien 1. Identifikasi beratnya 1. Evaluasi kegiatan berpikir 1. Evaluasi kegiatan berpikir 1. Evaluasi kegiatan berpikir 1. Evaluasi kegiatan
Diri masalah risiko bunuh diri: positif tentang diri sendiri, positif tentang diri, keluarga positif tentang diri, keluarga latihan peningkatan
isarat, ancaman, percobaan beri pujian. Kaji ulang risiko dan lingkungan. Beri pujian. dan lingkungan serta kegiatan positif diri, keluarga dan
(jika percobaan segera rujuk) bunuh diri Kaji risiko bunuh diri yang dipilih. Beri pujian lingkungan. Beri pujian
2. Identifikasi benda-benda 2. Latih cara 2. Diskusikan harapan dan 2. Latih tahap kedua kegiatan 2. Evaluasi tahapan
berbahaya dan mengendalikan diri dari masa depan mencapai masa depan kegiatan mencapai
mengankannya (lingkungan dorongan bunuh diri: buat 3. Diskusikan cara mencapai 3. Masukkan pada jadual harapan masa depan
aman untuk klien) daftar aspek positif harapan dan masa depan latihan berpikir positif tentang 3. Latih kegiatan harian
3. Latihan cara keluarga dan lingkungan, 4. Latih cara-cara mencapai diri, keluarga dan lingkungan, 4. Nilai kemampuan yang
mengendalikan diri dari latih afirmasi/berpikir harapan dan masa depan serta kegiatan yang dipilih telah mandiri
dorongan bunuh diri: buat aspek positif keluarga dan secara bertahap (setahap untuk persiapan masa depan 5. Nilai apakah risiko
daftar aspek positif diri lingkungan demi setahap) bunuh diri teratasi
sendiri, latihan 3. Masukkan pada jadual 5. Masukkan pada jadual
afirmasi/berpikir aspek latihan berpikir positif latihan berpikir positif
positif yang dimiliki tentang diri, keluarga dan tentang diri, keluarga dan
4. Masukan pada jadual lingkungan lingkungan dan tahapan
latihan berpikir positif 5 kali kegiatan yang dipilih
per hari
Keluarga 1. Diskusikan masalah yg 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Evaluasi kegiatan
dirasakan dalam merawat keluarga dalam dalam memberikan pujian dalam memberikan pujian, keluarga dalam
klien memberikan pujian dan dan penghargaan pada klien penghargaan, menciptakan memberikan pujian,
2. Jelaskan pengertian, tanda penghargaan atas serta menciptakan suasana suasana keluarga yang positif penghargaan,
& gejala, dan proses keberhasilan dan aspek positif dalam keluarga. Beri dan kegiatan awal dalam menciptakan suasana
terjadinya risiko bunuh diri positif klien. Beri pujian pujian mencapai harapan masa depan. yang positif dan
(gunakan booklet) 2. Latih cara memberi 2. Bersama keluarga Beri pujian membimbing langkah-
3. Jelaskan cara merawat penghargaan pada klien berdiskusi dengan klien 2. Bersama keluarga berdiskusi langkah mencapai
risiko bunuh diri dan menciptakan suasana tentang harapan masa depan tentang langkah dan kegiatan harapan masa depan.
4. Latih cara memberikan positif dalam keluarga: serta langkah-langkah untuk mencapai harapan masa Beri pujian
pujian hal positif klien, tidak membicarakan mencapainya depan 2. Nilai kemampuan
memberi dukungan keburukan anggota 3. Anjurkan membantu klien 3. Jelaskan follow up ke keluarga merawat klien
pencapaian masa depan keluarga sesuai jadual dan berikan RSJ/PKM, tanda kambuh, 3. Nilai kemampuan
5. Anjurkan membantu klien 3. Anjurkan membantu pujian rujukan keluarga melakukan
sesuai jadual dan klien sesuai jadual dan 4. Anjurkan membantu klien kontrol ke RSJ/PKM
memberikan pujian memberi pujian sesuai jadual dan memberikan
pujian
PANDUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
NO KEPERAWATAN KEMENKES, 2015 NANDA I,2017 SDKI,2017

8. RISIKO BUNUH DIRI DEFINISI: DEFINISI : DEFINISI :


Perilaku merusak diri yang Rentan terhadap menyakiti diri Beresiko melakukan upaya menyakiti
langsung dan disengaja sendiri dan cedera yang diri sendiri untuk mengakhiri
untuk mengakhiri kehidupan mengancam jiwa kehidupan

DATA SUBJEKTIF FAKTOR RESIKO : FAKTOR RESIKO :


1. Merasa hidupnya tak 1. Perilaku (mis : Impulsif,  Gangguan Prilaku (mis :
berguna lagi membeli obat dalam euphoria mendadak setelah
2. Ingin mati jumlah banyak, membeli depresi, perilaku mencari
3. Pernah mencoba bunuh senjata, memberikan senjata berbahaya, membeli
diri harta milik/kepemilikan, obat dalam jumlah banyak,
4. Mengancam bunuh diri pemulihan euphoric yang membuat surat warisan)
5. Merasa bersalah / sedih tiba-tiba dari depresi  Demografi (mis : lansia, status
/ marah / putus asa / mayor, perubahan perceraian, janda/duda,
tidak berdaya performa/kinerja ekonomi rendah,
disekolah yang nyata, pengangguran)
DATA OBJEKTIF perubahan prilaku yang  Gangguan fisik
1. Ekspresi murung nyata, riwayat upaya  Masalah social (mis : berduka,
2. Tak bergairah bunuh diri) tidak berdaya, putus asa,
3. Banyak diam 2. Demografik (mis : kesepian, kehilangan
4. Ada bekas percobaan janda/duda, jenis kelamin hubungan yang penting, isolasi
bunuh diri pria, Ras ( mis: orang social)
kulit putih, suku Asli-  Gangguan psikologis (mis :
Amerika), status penganiayaan masa kanak-
perceraian, Usia (mis: kanak, riwayat bunuh diri
lansia, pria dewasa sebelumnya, remaja
muda, remaja) homoseksual, gangguan
3. Gangguan fisik (mis : psikiatrik, penyakit psikiatrik,
nyeri kronik, penyakit penyalahgunaan zat)
fisik, penyakit terminal)
4. Psikologis (mis : KONDISI KLINIS TERKAIT
gangguan psikiatrik, 1. Sindrom otak akut/kronis
penyalahgunaan zat, rasa 2. Ketidakseimbangan hormone
bersalah, remaja (mis ; premenstrual syndrome,
homoseksual, riwayat postpartum psychosis)
bunuh diri dalam 3. Penyalahgunaan zat
keluarga, riwayat 4. Post traumatic stress disorder
penganiayaan masa (PTSD)
kanak-kanak (mis: fisik, 5. Penyakit kronis/terminal (mis :
psikologis, seksual) kanker)
5. Situasional (mis : akses
pada senjata,
institusionalisasi,
kehilangan autonomi,
kehilangan kemandirian,
ketidakstabilan ekonomi,
pension, relokasi, remaja
yang tinggal di tatanan
non-tradisional (mis:
pusat rehabilitasi anak,
penjara, rumah singgah,
rumah grup/kelompok),
tinggal sendiri)
6. Sosial (mis : berduka,
bunuh diri
masal/kelompok,
gangguan kehidupan
keluarga, isolasi social,
kehilangan hubungan
yang penting, kesepian,
kurang dukungan social,
masalah disiplin, masalah
hukum, putus asa, tidak
berdaya)

( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)

GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM


E. MASALAH UTAMA: WAHAM (Respon Neurobiologis, Skizofrenia dan Gangguan
Psikotik)

4. PENGERTIAN WAHAM
p. Gangguan Proses Pikir: waham adalah gangguan dalam aktivitas dan
pengoperasian kognitif, NANDA – I, (2014)
q. Waham adalah keyakinan pribadi berdasarkan kesimpulan yang salah dari realitas
eksternal, Stuart, (2013; 2016)
r. Waham adalah suatu keyakinan yang salah dipertahankan secara kuat atau terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan, Kemenkes, (2017).
s. Klien dengan Skizofrenia biasanya mengalami delusi/waham adalah keyakinan
yang menetap, salah tanpa dasar dan tidak sesuai kenyataan, Videback, (2017).
t. Waham adalah Keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan
secara kuat atau terus-menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan, PPNI,
(2017).
u. Delusi/waham adalah keyakinan pribadi yang salah yang tidak konsisten dengan
kecerdasan atau latar belakang budaya seseorang, seseorang tersebut secara kontinu
meyakininya meskipun ada bukti yang jelas bahwa itu salah dan tidak rasional,
Townsend, (2018).
v. Waham/delusi adalah keyakinan salah yang dipertahankan meskipun tidak ada
bukti yang mendukungnya, Varcarolis, (2018)
w. Waham adalah keyakinan salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah
tentang realiatas eksternal dan dipertahankan dengan kuat, Keliat, dkk, (2020)

Dari semua pernyataan diatas maka GANGGUAN PROSES PIKIR; WAHAM


dapat didefinisikan sebagai suatu keyakinan yang salah, tidak sesuai kecerdasan
atau latar belakang budaya seseorang dipertahankan secara kuat atau menetap
tidak sesuai dengan kenyataan, meskipun ada bukti yang jelas bahwa itu salah
dan tidak rasional.
2. Pedoman Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa
TINDAKAN BERDASARKAN PERTEMUAN
No. Diagnosis Tindakan
1 2 3 4
7. Gangguan Klien/Klien 1. Identifikasi tanda dan gejala 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
Proses waham 2. pemenuhan kebutuhan pemenuhan kebutuhan pemenuhan kebutuhan pemenuhan kebutuhan,
Pikir/GPP: Bantu orientasi realitas: Panggil klien dan berikan klien, kegiatan yang klien,kegiatan yang telah kegiatan yang dilatih dan
Waham.... nama, orientasi waktu, orang pujian dilakukan klien dan berikan dilatih, dan minum obat minum obat. Beri pujian
dan tempat/lingkungan 2. Diskusikan pujian Berikan pujian 2. Nilai kemampuan yang
3. Diskusikan kebutuhan klien kemampuan yang 2. Jelaskan tentang obat 2. Diskusikan kebutuhan telah mandiri
yang tidak terpenuhi dimiliki yang diminum (6 benar: lain dan cara 3. Nilai apakah frekuensi
4. Bantu klien memenuhi 3. Latih kemampuan jenis, guna, dosis, memenuhinya munculnya waham
kebutuhannya yang realistis yang dipilih, berikan frekuensi, cara, kontinuitas 3. Diskusikan berkurang, apakah waham
5. Masukan pada jadual pujian minum obat) dan tanyakan kemampuan yang terkontrol
kegiatan pemenuhan 4. Masukkan pada manfaat yang dirasakan dimiliki dan memilih
kebutuhan jadual pemenuhan klien yang akan dilatih.
kebutuhan dan 3. Masukkan pada jadual Kemudian latih
kegiatan yang telah pemenuhan kebutuhan, 4. Masukkan pada jadual
dilatih kegiatan yang telah dilatih pemenuhan kebutuhan,
dan obat kegiatan yang telah
dilatih, minum obat
Keluarga 1. Diskusikan masalah yg 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
dirasakan dalam merawat klien keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam
2. Jelaskan pengertian, tanda & membimbing klien membimbing memenuhi membimbing memenuhi membimbing memenuhi
gejala, dan proses terjadinya memenuhi kebutuhan klien dan kebutuhan klien, kebutuhan klien,
waham (gunakan booklet) kebutuhannya. Beri membimbing klien membimbing klien membimbing klien
3. Jelaskan cara merawat: tidak pujian melaksanakan kegiatan melaksanakan kegiatan melaksanakan kegiatan
disangkal, tidak 2. Latih cara yang telah dilatih. Beri yang telah dilatih dan yang telah dilatih, minum
diikuti/diterima (netral) memenuhi kebutuhan pujian minum obat. Berikan obat. Berikan pujian
4. Latih cara mengetahui klien 2. Jelaskan obat yang pujian 2. Nilai kemampuan
kebutuhan klien dan 3. Latih cara melatih diminum oleh klien dan 2. Jelaskan follow up ke keluarga merawat klien
mengetahui kemampuan klien kemampuan yang cara membimbingnya RSJ/PKM, tanda 3. Nilai kemampuan
5. Anjurkan membantu klien dimiliki klien 3. Anjurkan membantu klien kambuh, rujukan keluarga melakukan
sesuai jadual dan memberi 4. Anjurkan membantu sesuai jadual dan 3. Anjurkan membantu kontrol ke RSJ/PKM
pujian klien sesuai jadual dan memberikan pujian klien sesuai jadual dan
memberi pujian memberikan pujian
PANDUAN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
NO DIAGNOSIS KEMENKES, 2015 NANDA I, 2011 SDKI,2017
KEPERAWATAN
7. WAHAM DEFINISI : DEFINISI :
Gangguan Proses Keyakinan yang salah DEFINISI : Keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang
Pikir yang dipertahankan Gangguan dalam dipertahankan secara kuat atau terus-menerus
secara kuat/terus aktivitas dan namun tidak sesuai dengan kenyataan.
menerus namun tidak pengoperasian
sesuai dengan kognitif PENYEBAB :
kenyataan. 1. Factor biologis : kelainan genetic/keturunan,
BATASAN kelainan neurologis (mis: gangguan system
DATA SUBYEKTIF: KARAKTERISTIK limbic, gangguan ganglia basalis, tumor otak)
1) Memiliki 1. Dissonance kognitif 2. Factor psikodinamik (mis: isolasi social,
kekuatan luar 2. Distrabiliti hipersensitif)
biasa. 3. Egosentris 3. Maladaptasi
2) Ada yang sedang 4. Hipervigilance 4. Stress berlebihan
mengintai atau 5. Hipovigilance
mengancamnya. 6. Interprestasi GEJALA DAN TANDA MAYOR
3) Televisi atau lingkungan tidak SUBJEKTIF OBJEKTIF
radio menyiarkan akurat 1. Mengungkapkan isi 1. Menunjukkan
hal-hal yang 7. Berpikir inappropiat waham perilaku sesuai isi
berkaitan dengan 8. Penurunan memori waham
dirinya 2. Isi piker tidak
4) Ada bagian FAKTOR YANG sesuai realitas
tubuhnya BERHUBUNGAN
3. Isi pembicaraan
mengalami Untuk dikembangkan
sulit dimengerti
gangguan
GEJALA DAN TANDA MINOR
DATA OBYEKTIF SUBJEKTIF OBJEKTIF
1) Menggunakan 1. Merasa sulit 1. Curiga berlebihan
pakaian atau berkonsentrasi 2. Waspada
atribut yang aneh 2. Merasa khawatir berlebihan
2) Ekspresi 3. Bicara berlebihan
ketakutan 4. Sikap menentang/
3) Tanda-tanda atau permusuhan
cemas 5. Wajah tegang
4) Membatasi 6. Pola tidur
interaksi dengan berubah
orang lain 7. Tidak mampu
mengambil
keputusan
8. Flight of idea
9. Produktifitas kerja
menurun
10. Tidak mampu
merawat diri
11. Menarik diri

( Diambil dari Satrio K.L.,dkk (2018), Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan)

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A., & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Keliat, B.A., dkk. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta

Kemenkes RI, (2017) Modul Pelatihan Bagi Perawat Tentang Penatalaksanaan Kasus
Gangguan Jiwa Di FKTP, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan ,
Jakarta

NANDA-I, (2014). Nursing Diagnoses : Definitions & Classification 2012-2014.


Philadelphia: NANDA International

NANDA-I, (2018). Nursing Diagnoses : Definitions & Classification 2018-2020.


Philadelphia: NANDA International

PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 3 Revisi, DPP PPNI, Jakarta

Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 9th ed. Missouri : Mosby,
Inc.

Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 10th edition. Missouri :
Mosby Elsevier, Inc.

Stuart, G.W, Keliat B.A, Pasaribu, J. (2016). Prinsif dan Praktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart, Edisi Indonesia 10, Mosby: Elsevier, Singapore, Pte.Ltd.

Satrio, Damayanti, Ardinata (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2KM), IAIN Radin Intan Lampung, Lampung

Satrio, K.L,Waluyo, A, Fiolasari, Y, (2018). Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan:


Definisi dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan, Penerbit
Gemilang, Surabaya, Jawa Timur.

Satrio, K.L,dkk,(2019). Buku Kerja Mahasiswa: Praktek Keperawatan Jiwa Program Profesi
Ners, DIKLAT RSJD Provinsi Lampung, Penerbit Gemilang, Surabaya, Jawa Timur

Townsend, M.C. (2015). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-
Based Practice. 8th edition. Philadelphia: F.A. Davis Company

Townsend, M.C. (2018). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-
Based Practice. 9th edition. Philadelphia: F.A. Davis Company

Videbeck, S.L. (2011). Psychiatric Mental Health Nursing. 5th. Wolter Kluwer Health.
Lippincott Williams & Wilkins, China

Videbeck, S.L. (2017). Psychiatric Mental Health Nursing 7th edition Wolter Kluwer, China

Varcarolis & Halter M.J. (2014). Varcarolis’s Foundations of Psychiatric Mental Health
Nursing A Clinical Approach. 7th edition Missouri : Saunders Elsevier, USA

Varcarolis & Halter M.J. (2018). Varcarolis’s Foundations of Psychiatric Mental Health
Nursing A Clinical Approach. 8th edition Missouri : St. Louis

Anda mungkin juga menyukai