Anda di halaman 1dari 5

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE

AKBID PARAMATA RAHA


2015

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karuniaNyalah,
makalah yang berjudul “Asfiksia Pada Bayi Bari Lahir Dan Penanganannya” ini bisa
diselesaikan. Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang
asfiksia pada bayi baru lahir dan penanganannya agar dapat menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas pada neonatus,. Sehingga dengan mengetahui penanganannya yang benar, seorang
tenaga kesehatan dapat segera mengambil tindakan sehingga dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan neonatus yang optimal.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan
tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses
penulisannya, yang senantiasa memotivasi.

Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.Penulis telah
berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah
ini belumlah sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Raha,    November 2015

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.         LATAR BELAKANG.
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di
bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal.Penyebab kematian neonatal
di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum,
infeksi lain, dan kealainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian
bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau
dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional.Untuk menurunkan angka
kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan
dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal sangat
penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam penanganan bayi baru lahir.

1.2.         RUMUSAN MASALAH


1.      Apakah definisi asfiksia neonatorum?
2.      Apakah penyebab asfiksia?
3.      Bagaimana tanda gejala asfiksia?
4.      Bagaimana mencegah asfiksia?
5.      Bagaimanakah penanganan asfiksia neonatorum?

1.3.         TUJUAN DAN MANFAAT


1.      Untuk  mengetahui apa yang dimaksud dengan asfiksia neonatorum.
2.      Untuk mengetahui apa penyebab dari asfiksia neonatorum.
3.      Untuk mengetahui bagaimana tanda gejala serta diagosa pada asfiksia  pada bayi baru lahir.
4.      Untuk mengetahui bagaimana cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir.
5.      Untuk mengetahui bagaimana penanganan asfiksia pada bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.       Definisi Asfiksia Neonatorum


Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada
saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan
tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
(Asuhan Persalinan Normal, 2007).
2.2.       Penyebab Asfiksia Neonatorum
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.Hipoksia bayi di dalam
rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru
lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
1. Preeklampsia dan eklampsia
2. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3. Partus lama atau partus macet
4. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
1. Lilitan tali pusat
2. Tali pusat pendek
3. Simpul tali pusat
4. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
1. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
3. Kelainan bawaan (kongenital)
4. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

2.3  Patofisiologi
Penularan TBC Paru terjadi karena kuman mycobacterium tuberculosis. dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat hidup dalam
udara bebas selama kurang lebih 1-2 jam, tergantung pada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
yang buruk dan kelembaban. Suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari– hari sampai
berbulan–bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada jalan
nafas atau paru–paru.

2.4.  Tanda Gejala


Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
1.        Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
2.        Warna kulit kebiruan
3.        Kejang
4.        Penurunan kesadaran

Penanganan awal terhadap Bayi Asfiksia


Penangananya yaitu : penanganan awal terhadap  bayi asfiksia bisa disebut dengan “JAIKAN”
1.      Jaga  bayi tetap hangant
2.      Atur posisi bayi
3.      Isap lendir
4.      Keringkan
5.      Atur kembali posisi bayi
6.      Nilai

Apabila bayi bernapas spontan lanjutkan asuhan bayi baru lahir   normal apabila bayi tidak
bernafas maka lanjutkan resusitasi

2.5  Penanganan Asfiksia pada bayi baru lahir


Setelah melakukan jaikan, lakukan resusitasi pada bayi baru lahir yaitu dengan cara meniup
udara melalui alat tabung, sungkup, sebanyak 2 kali dengan kedalaman 30 cm untuk membuka
alfeoli. Ketika di pompa atau ditiup, sambil melihat dada bayi apakah sudah mengembang atau
belum jika belum mengembang maka periksa posisi sungkup, posisi bayi dan periksa apakah
masih ada lender pada mulut bayi.  Jika dada mengembang, maka lakukan resutitasi kembali
sebanyak 20 x  selama 20 detik dengan kedalaman 20 cm.  Setelah itu menilai pernapasan bayi
selama 30 detik.  Jika belum bernapas kontan lanjutkan fentilasi dan jika sudah bernapas lakukan
penanganan bayi baru lahir normal melanjutkan pentilasi kembali sebanyak 20 x selama 30 detik
dengan kedalaman 20 cm, melakukan penilaian kembali selam 30 detik jika sudah bernapas
lakukan penanganan pasca resivitasi bayi baru lahir normal dan jika masih bernapas megap-
megap tetap melanjutkan petilasi selama 20 menit dengan menyiapkan rujukan dan juga masih
belum bernapas hentikan resivitasi.  

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada
saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan
tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir
mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :

3.2  Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan
kepada pembaca.Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Ø  Departement Kesehatan RI : Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan.(2007). Jakarta
Ø  Sarwono prawirohardjo.2002.Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Ø  Wiknjosastro, 1999.Asfiksia pada bayi baru l

Anda mungkin juga menyukai