Anda di halaman 1dari 9

KEKUATAN KETERANGAN AHLI DALAM PEMBUKTIAN

PERKARA PERDATA

m
er as
Disusun oleh :

co
eH w
Kelompok 8

o.
rs e
Richo Wembi Rajanun Nafis (11010116130335)
ou urc
Andre Wahyu Nugroho (11010116130346)
o

Adnan Shena Firdaus (11010116130348)


aC s
v i y re

Tri Fernando Farham (11010116130350)

Tirza Gracia Shekinah Hutagaol (11010116130357)


ed d
ar stu

Kelas : Hukum Acara Perdata D

Dosen : Marjo, S.H., M.Hum.


sh is
Th

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018

This study source was downloaded by 100000807853300 from CourseHero.com on 03-29-2021 01:39:49 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/32888461/KEKUATAN-KETERANGAN-AHLI-DALAM-PEMBUKTIAN-PERKARA-PERDATAdocx/
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang telah diberikan oleh dosen kami
dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Hukum Acara Perdata yang diampu oleh Bapak
Marjo, S.H., M.Hum. Adapun topik yang dibahas didalam makalah ini adalah mengenai
“KEKUATAN KETERANGAN AHLI DALAM PEMBUKTIAN PERKARA
PERDATA”. Dimana setelah membahas topik ini, diharapkan pembaca dapat memahami
mengenai bagaimana keterangan ahli berpengaruh dalam peyelesaian suatu perkara perdata.

m
er as
Kami sebagai Tim penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal

co
itu dikarenakan keterbatasan yang ada pada kami. Sehingga kami sangat mengharapkan saran

eH w
dan kritik yang membangun dari pembaca. Kiranya makalah ini memberikan banyak manfaat

o.
rs e
bagi kehidupan kita semua. Amin.
ou urc
o
aC s
v i y re

Semarang, 29 Juni 2018


ed d
ar stu
sh is

Penyusun
Th

This study source was downloaded by 100000807853300 from CourseHero.com on 03-29-2021 01:39:49 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/32888461/KEKUATAN-KETERANGAN-AHLI-DALAM-PEMBUKTIAN-PERKARA-PERDATAdocx/
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Judex debet judicare secundum allegata et probata, hakim harus memutus
berdasarkan pernyataan dan bukti-bukti. Jadi hakim dalam proses perdata terutama harus
menemukan dan menentukan peristiwanya atau hubungan hukumnya dan kemudian
memperlakukan atau menerapkan hukumnya terhadap peristiwa yang telah ditetapkannya
itu.1
Oleh sebab itu hakim perlu, tidak hanya mendengarkan pernyataan-pernyataan
parapihak saja, namun juga melihat bukti-bukti bahkan mendengarkan pihak ketiga yang
diajukan oleh parapihak untuk memperkuat dalil mereka. Hal ini dapat dilakukan oleh

m
hakim dalam sidang acara pembuktian.

er as
Dewasa ini, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kian mewarnai sidang

co
eH w
pembuktian. Alat bukti memang telah diatur oleh undang-undang, namun barang bukti

o.
dan keterangan-keterangan saksi maupun ahli berkembang menjadi lebih variatif.
rs e
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka hakim juga perlu mendengarkan
ou urc
pendapat ahli-ahli yang memiliki sangkut paut dengan perkara yang sedang
dipertimbangkannya. Hal ini sesuai dengan hakikat ilmu hukum sebagai ilmu yang
o

interdisipliner.
aC s

Hakikat ini, menurut Satjipto Rahardjo, dapat dilihat dari penggunaan berbagai
v i y re

disiplin ilmu pengetahuan untuk membantu menerangkan berbagai aspek yang


berhubungan dengan kehadiran hukum dalam masyarakat. Berbagai aspek hukum yang
ed d

ingin kita ketahui, ternyata tidak dapat dijelaskan dengan baik tanpa memanfaatkan
ar stu

disiplin-disiplin ilmu pengetahuan lain, seperti politik, antropologi, ekonomi, dan lain-
lain.2
Di Indonesia sendiri telah banyak bermunculan ahli-ahli dari berbagai disiplin ilmu
sh is

untuk menjelaskan fenomena-fenomena hukum terkini. Ahli-ahli tersebut kerap muncul di


Th

berbagai media massa. Namun tentunya tidak semua ahli dapat mempengaruhi hakim
dalam mengambil suatu putusan. Hanya ahli yang sesuai dengan peraturan perundangan
di waktu dan tempat yang tepat yang keterangannya dapat dijadikan pertimbangan oleh
hakim.

1 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1988, hal. 106

2 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 7

This study source was downloaded by 100000807853300 from CourseHero.com on 03-29-2021 01:39:49 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/32888461/KEKUATAN-KETERANGAN-AHLI-DALAM-PEMBUKTIAN-PERKARA-PERDATAdocx/
B. RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari permasalahan yang telah diuraikan dalam Sub Bab Latar Belakang,
dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan keterangan ahli sebagai alat bukti?
2. Bagaimana kedudukan keterangan ahli dalam HIR?
3. Keterangan ahli seperti apa yang sah sebagai alat bukti?

C. TUJUAN
Tujuan dari ditulisnya makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan keterangan ahli sebagai alat bukti;
2. Mengetahui kedudukan keterangan ahli dalam HIR;
3. Mengetahui syarat dan ketentuan yang dapat menjadikan keterangan ahli suatu alat
bukti yang sah.

m
er as
co
eH w
o.
rs e
ou urc
o
aC s
v i y re
ed d
ar stu
sh is
Th

This study source was downloaded by 100000807853300 from CourseHero.com on 03-29-2021 01:39:49 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/32888461/KEKUATAN-KETERANGAN-AHLI-DALAM-PEMBUKTIAN-PERKARA-PERDATAdocx/
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembuktian
Pembuktian merupakan tindakan yang dilakukan oleh para pihak dalam suatu
sengketa. Pembuktian ini bertujuan untuk menetapkan hukum diantara kedua belah pihak
yang menyangkut suatu hak sehingga diperoleh suatu kebenaran yang memiliki nilai
kepastian, keadilan, dan kepastian hukum.
Dalam pembuktian itu, maka para pihak memberi dasar-dasar yang cukup kepada
hakim dilarang melampaui batas yang diajukan oleh para pihak yang berperkara.
Berkaitan dengan materi pembuktian maka dalam proses gugat menggugat, beban
pembuktian dapat ditujukan kepada penggugat, tergugat, maupun pihak ketiga yang

m
melakukan intervensi. Pada prinsipnya, siapa yang mendalilkan sesuatu maka ia wajib

er as
membuktikannya.

co
eH w
Kebenaran yang diperoleh dari pembuktian berhubungan langsung dengan keputusan

o.
yang adil oleh hakim. Ada hal atau peristiwa yang dikecualikan atau tidak perlu diketahui
rs e
ou urc
oleh hakim, diantaranya :

1. Peristiwanya memang dianggap tidak perlu diketahui oleh atau tidak mungkin
o

diketahui oleh hakim.


aC s

2. Hakim secara ex officio dianggap mengenall peristiwanya, sehingga tidak perlu


v i y re

dibuktikan lebih lanjut.


3. Pengetahuan tentang pengalaman.3
ed d

Mengenai apa dan siapa yang dibuktikan dan membuktikan maka yang harus
ar stu

dibuktikan adalah peristiwanya, hakim dalam proses perdata haruslah menemukan


peristiwanya atau hubungan hukumnya kemudian menerapkan hokum terhadap peristiwa
sh is

yang tersebut, kaitan antara peristiwa dan hukum yang ada tersebut.
Th

Dari peristiwa tersebut yang harus dibuktikan adalah kebenarannya dimana kebenaran
itu haruslah kebenaran formil, yang artinya hakim tidak boleh melampaui batas yang
diajukan oleh yang berperkara, maka hakim tidak melihat kepada bobot atau isi, akan
tetapi kepada luas daripada pemeriksaan oleh hakim.

3 Sudikno Mertokusumo, Hukum acara perdata indonesia, (Yogyakarta: Liberty, Edisi VII, 2006), hlm.
133-134

This study source was downloaded by 100000807853300 from CourseHero.com on 03-29-2021 01:39:49 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/32888461/KEKUATAN-KETERANGAN-AHLI-DALAM-PEMBUKTIAN-PERKARA-PERDATAdocx/
Pasal 178 ayat 3 HIR (Ps. 189 ayat 3 Rbg.50 ayat 3 Rv) melarang hakim untuk
menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut, atau akan meluluskan lebih dari
yang dituntut. 4

Yang mencari kebenaran dan menetapkan peristiwa adalah hakim lalu yang wajib
membuktikan atau mengajukan alat alat bukti adalah yang berkepentingan didalam
perkara atau sengketa, berkepentingan bahwa gugatannya dikabulkan atau ditolak.

Sesuai pasal 283 HIR “Barang siapa beranggapan mempunyai suatu hak atau suatu
keadaan untuk menguatkan haknya atau menyangkal hak orang lain, harus membuktikan
hak atau keadaan itu (KUH Perdata 1865 ; HIR. 163).Selanjutnya mengenai beban
pembuktian, kedua belah pihak, baik penggugat maupun tergugat dapat dibebani dengan
pembuktian. Terutama penggugat yang wajib membuktikan peristiwa yang diajukannya,

m
er as
sedang tergugat berkewajiban membuktikan kebenaran bantahannya. Dalam pembuktian

co
eH w
terdapat beberapa teori pembuktian

o.
1. Teori Pembuktian yang bersifat menguatkan belaka (bloot affirmatief).
rs e
Teori ini mengemukakan sesuatu harus membuktikannya dan bukan yang
ou urc
mengingkari atau menyangkalnya. Dasar hokum teori ini adalah pendapat bahwa
hal hal yang negative tidak mungkin dibuktikan (negativa opn sunt probanda).
o

2. Teori Hukum Subjektif


aC s

Teori ini menggambarkan suatu proses perdata itu selalu merupakan pelaksanaan
v i y re

hokum subjektif atau bertujuan memepertahankan hokum subjektif, dan siapa


yang mengemukakan atau mengaku mempunyai sesuatu hak harus
ed d

membuktikannya. Teori ini berdasarkan pada pasal 1865 BW “Pasal 1865 Setiap
ar stu

orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau menunjuk suatu peristiwa untuk
meneguhkan haknya itu atau untuk membantah suatu hak orang lain, wajib
sh is

membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang dikemukakan itu.”


3. Teori Hukum Objektif
Th

Teori ini mengajukan tuntutan hak atau gugatan berarti bahwa penggugat minta
kepada hakim agar hakim menerapkan ketentuan-ketentuan hokum objektif
terhadap peristiwa yang diajukan.
4. Teori Hukum Publik Menurut
Teori ini mencari kebenaran suatu peristiwa didalam peradilan merupakan
kepentingan publik.
5. Teori Hukum Acara

4 Reglement Biusten Govesten (RBg), Hlm. 18.

This study source was downloaded by 100000807853300 from CourseHero.com on 03-29-2021 01:39:49 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/32888461/KEKUATAN-KETERANGAN-AHLI-DALAM-PEMBUKTIAN-PERKARA-PERDATAdocx/
Asas audi et alteram atau juga asas kedudukan proseusuil yang sama daripada para
pihak di muka hakim yang merupakan asas pembagian beban pembuktian menurut
teori ini.5
B. Alat Bukti
Dalam proses pembuktian di pengadilan tentu diperlukan alat bukti yang mendukung
para pihak. Alat bukti tersebut diajukan guna menyakinkan hakim. Dalam Pasal 164 HIR
disebutkan ada 5 macam alat bukti yaitu :
1. Surat, diatur dalam Pasal 165 – 169 HIR
2. Saksi, diatur dalam Pasal 169 – 172 HIR
3. Persangkaan, diatur dalam Pasal 173 HIR
4. Pengakuan, diatur dalam Pasal 174 – 176 HIR
5. Sumpah, diatur dalam Pasal 177 HIR

Dalam praktiknya meskipun Pasal 164 HIR menyebutkan 5 macam alat bukti, ada alat

m
bukti lain yang tidak disebutkan dalam Pasal 164 HIR. Alat bukti tersbut adalah :

er as
co
1. Pemeriksaan setempat, diatur dalam Pasal 153 HIR

eH w
2. Keterangan Ahli, diatur dalam Pasal 154 HIR

o.
3. Alat bukti tertulis yang dipegang penyimpan umum, diatur dalam Pasal 138 (2)
rs e
HIR
ou urc
4. Pengetahuan Hakim, diatur dalam Pasal 78 UU No,1 tahun 2950

C. Keterangan Ahli
o

Keterangan dari pihak ketiga untuk memperoleh kejelasan bagi hakim dari suatu
aC s
v i y re

peristiwa yang di sengketakan, kecuali dari saksi, juga diperoleh dari keterangan ahli,
yang dalam praktek sering di sebut saksi. Keterangan ahli adalah keterangan pihak ketiga
yang objektif dan bertujuan untuk membantu Hakim dalam pemeriksaan guna menambah
ed d

pengetahuan hakim sendiri. Laporan seorang ahli yang telah di angkat dapat diberikan
ar stu

baik secara lisan maupun tertulis yang diperkuat dengan sumpah.


Menurut Prof. Wirjono Prodjodikoro, bahwa keterangan seorang ahli tidak dianggap
sh is

sebagai alat bukti, karena keterangan seorang ahli hanya merupakan pendapat seseorang
Th

tentang sesuatu hal yang memerlukan keahlian tertentu.6


Secara umum pengertian ahli adalah orang yang memiliki pengetahuan khusus
dibidang tertentu. Raymond Emson menyebut, “specialized are as of knowledge”.7

5 Muhammad Shofiyan, http://shofie-artikel.blogspot.com/2015/12/makalah-pembuktian-hukum-


acara-perdata.html, diakses Rabu, 13 Juni 2018

6 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia (Bandung: Penerbit Sumur Bandung,
1984), hlm. 121

7 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm . 789

This study source was downloaded by 100000807853300 from CourseHero.com on 03-29-2021 01:39:49 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/32888461/KEKUATAN-KETERANGAN-AHLI-DALAM-PEMBUKTIAN-PERKARA-PERDATAdocx/
Jadi menurut hukum seseorang baru ahli apabila dia:
1. Memiliki pengetahuan khusus atau spesialisasi
2. Spesialisasi tersebut dapat berupa skill ataupun pengalaman
3. Sedemikian rupa spesialisasinya menyebabkan ia mampu membantu
menemukan fakta melebihi kemampuan umum orang biasa (ordinary people).8
Dari pengertian diaatas tidak semua orang dapat diangkat sebagai ahli. Apalagi jika
dikaitkan dengan perkara yang sedang diperiksa, spesialisasinya mesti sesuai dengan
bidang yang disengketakan. Dalam keterangan sebuah ahli ada beberapa hal yang perlu
dicermati terkait :
1. Pengangkatan Ahli
Cara pengangkatan ahli diatur dalam Pasal 154 ayat (1) HIR dan Pasal 215-216
Rv. Menurut ketentuan ini, pengangkatan ahli dapat dilakukan sendiri oleh hakim
secara “Ex Officio” karena jabatannnya, dan atas permintaan salah satu pihak.

m
er as
2. Alasan Pengangkatan Ahli

co
Alasan adanya pengangkatan ahli, pertama didasarkan karena keahliannya di

eH w
bidang perkara yang disengketakan, kedua masih terdapat hal-hal yang belum

o.
rs e
jelas, ketiga berdasarkan laporan atau keterangan ahli mampu memberi opini atau
ou urc
pendapat mengenai kasus yang diperkarakan sesuai dengan spesialisasi yang
dimilikinya.
o

3. Bentuk dan Penyampaian Pendapat Ahli


aC s

Bentuk dan penyampaian pendapat ahli dapat berupa (Vide Pasal 154 HIR):
v i y re

a. berupa laporan tertulis dan lisan;


b. laporan disampaikan dalam persidangan;
c. laporan dikuatkan dengan sumpah.
ed d
ar stu

Nilai ketentuan pembuktian dari keterangan ahli bersifat bebas artinya terserah kepada
hakim untuk menilai keterangan tersebut. Jika dianggap bahwa keterangan relevan dan
sh is

dapat menjernihkan duduk persoalan yang timbul di sidang pengadilan, maka hakim
dapat mengambil keterangan itu dalam pertimbanganya namun jika dianggap
Th

keteranganya tidak relevan atau meragukan, maka hakim dapat mengesampingkan


keterangan tersebut dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.9
Dalam menilai formalitas seorang ahli setidaknya harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

8 Ibid, 789

9 M Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), Hlm. 304

This study source was downloaded by 100000807853300 from CourseHero.com on 03-29-2021 01:39:49 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/32888461/KEKUATAN-KETERANGAN-AHLI-DALAM-PEMBUKTIAN-PERKARA-PERDATAdocx/
1. Bahwa ahli adalah seorang yang memiliki pengetahuan khusus di bidangnya baik
karena pendidikan maupun karena pengalamanya.
2. Bahwa pengetahuan yang ahli miliki berhubungan langsung dengan tindak pidana
atau persoalan yang akan dimintakan pendapat atau kesimpulannya

m
er as
co
eH w
o.
rs e
ou urc
o
aC s
v i y re
ed d
ar stu
sh is
Th

This study source was downloaded by 100000807853300 from CourseHero.com on 03-29-2021 01:39:49 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/32888461/KEKUATAN-KETERANGAN-AHLI-DALAM-PEMBUKTIAN-PERKARA-PERDATAdocx/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai