Anda di halaman 1dari 17

MODUL 4

DIFRAKSI, PANJANG GELOMBANG CAHAYA, DAN POLARISASI

NAMA : MUHAMMAD FAKHRI HELMI

NIM : 101320108

KELAS : PE2B

TANGGAL PRAKTIKUM : 7/4/2021

PIMPINAN PRAKTIKUM : Rizky Miftahul A., S.Si


I INTISARI
Praktikum modul 4 yang berjudul difraksi, panjang gelombang cahaya, dan
polarisasi bertujuan untuk menentukan peristiwa fisis yang dialami oleh
cahaya dengan prinsip difraksi oleh kisi pada percobaan berlangsung,
menentukan panjang gelombang cahaya tampak dengan menggunakan
difraksi kisi, menentukan fenomena polarisasi gelombang cahaya dan
perputaran oleh benda padat. Praktikum kali ini dilakukan percobaan
sebanyak 4 kali yaitu, difraksi pada kisi, mengukur panjang gelombang
cahaya, polarisasi cahaya, dan perputaran bidang polarisasi oleh benda padat.
Praktikum ini dilakukan dengan cara memberikan cahaya dari kotak cahaya
yang diberi tenaga oleh catu daya dan mengarahkannya pada layar. Hasil
pengukuran yang didapat dan diamati ditulis sehingga diperoleh susunan
cahaya, dan panjang gelombang sebesar 706 nm untuk warna cahaya merah,
501 nm untuk warna cahaya hijau, dan 479 nm untuk warna cahaya biru.
Selain itu, Faktor -faktor yang mempengaruhi intensitas cahaya antara lain
sudut antara polarisasi sumber cahaya dengan filter polarisasi dan jarak
antara layar dan kisi mempengaruhi intensitas cahaya.
Keyword: difraksi, polarisasi, panjang gelombang, kisi, cahaya
II PENDAHULUAN

1. TUJUAN
a) Menentukan peristiwa fisis yang dialami oleh cahaya dengan prinsip difraksi
oleh kisi pada percobaan berlangsung.
b) Menentukan panjang gelombang cahaya tampak dengan menggunakan
difraksi kisi.
c) Menentukan fenomena polarisasi gelombang cahaya dan perputaran oleh
benda padat.

2. ALAT DAN BAHAN


Tabel 4.1 Daftar alat-alat percobaan difraksi dan panjang gelombang.
Nama Alat Jumlah

Kotak Cahaya 1

Pemegang kotak cahaya 1

Rel presisi 2

Penyambung rel 1

Kaki rel 2

Pemegang slaid diafragma 2

Kisi difraksi 1

Diafragma celah tunggal 1

Keping penutup 2

Diafragma 4 lingkaran 1
Layar Putih 6

Tumapakan penjepit 1

Lensa f=+50 mm 1

Lensa f=-100 mm 1

Diafragma anak panah 1

Catu daya 1

Kabel probe 2

Tabel 4.2 Daftar alat-alat percobaan polarisasi

Nama alat Jumlah


Kotak Cahaya 1
Pemegang kotak cahaya 1
Rel presisi 2
Penyambung rel 1
Kaki rel 1
Slaid polarisasi 2
Filter polarisasi 1
Layar putih 1
Tumapakan berpenjepit 6
Lensa f=+50 mm 1
Lensa f=-100 mm 1
Pemegang slaid diafragma 1
Catu daya 1
Kabel probe 2
3. DASAR TEORI
Difraksi
Menurut Umar (2008), Difraksi cahaya adalah suatu peristiwa menyebar dan
membelokkan panjang gelombang cahaya setelah melalui suatu penghalang.
Biasanya penghalang yang digunakan adalah kisi atau celah penghalang. Difraksi
akan terjadi apabila ukuran celah sebanding dengan panjang gelombang cahaya.
Peristiwa ini adalah konsekuensi dari prinsip Huygens, ketika panjang gelombang
melalui suatu masuk melewati celah yang sempit maka tiap titik pada celah akan
berperan sebagai sumber gelombang yang baru dengan arah rambat radial.
Penyebarannya akan membentuk suatu pola berupa pita gelap-terang dengan
intensitas maksimum pada bagian pusat. Persamaan umum pada difraksi dapat ditulis
dengan:
𝑚𝜆 = 𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝜃
(4.1)
Lambda menunjukkan panjang gelombang, d adalah jarak pada kisi, dan teta 𝜃
Adalah sudut difraksi dan m adalah orde pola difraksi.

Gambar 4.1. Difraksi pada kisi

𝑦
𝑡𝑎𝑛𝜃 =
𝐿
(4.2)
tan𝜃 ≈ sin𝜃 ≈ 𝜃= 𝑦/L

(4.3)

Dengan mensubstitusi persamaan 4.3 ke persamaan 4.1 maka diperoleh

𝜆𝐿𝑚
y=
𝑑

(4.4)

y merupakan pusat dari jarak dari pusat ke titik terang pertama.

Polarisasi

Sugiyono (2009) menyatakan bahwa polarisasi adalah suatu peristiwa terjadinya


suatu berkas cahaya mengalami penyerapan sebagian arah getar cahaya, akibatnya
intensitas yang keluar lebih sedikit dibandingkan yang masuk. Tanpa adanya
polarisasi sinar matahari akan sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi. Pada
umumnya, polarisasi hanya terjadi pada gelombang elektromagnetik.

Gambar 4.2. Bidang osilasi dari gelombang cahaya yang terpolarisasi

Saat filter polarisasi di letakkan pada sumber cahaya yang tidak mengalami polarisasi
maka terdapat medan listrik dengan arah yang sejajar dengan arah filter polarisasi
yang nantinya akan diteruskan (I) akan menjadi setengah dari intensitas sumber (𝐼_0):

1
I =2 𝐼0
(4.5)

Namun pada sumber cahaya yang terpolarisasi intensitas cahaya yang diteruskan akan
bergantung pada sudut (\𝑡ℎ𝑒𝑡𝑎) antara arah polarisasi sumber cahaya dengan arah
filter polarisasi, sehingga yang diteruskan (I):

I = 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 θ

(4.6)

Gambar 4.2. (a) Cahaya yang tidak terpolarisasi menjadi terpolarisasi setelah

melewati filter polarisasi. (b) Jumlah cahaya yang diteruskan oleh filter P2

bergantung pada sudut antara arah polarisasi filter P2 dan filter P1 dimana

cahaya yang akan diteruskan oleh filter P2 yang telah terpolarisasi pada filter
P1.
4. PROSEDUR PERCOBAAN
1.Difraksi dan Panjang Gelombang Cahaya

Percobaan 1: Difraksi pada kisi

Gambar 4.3 Percobaan difraksi pada kisi


Langkah:
1. Peralatan disiapkan
2. Peralatan dirangkai seperti gambar di atas.
3. Catu daya dinyalakan
4. Jarak antara lampu dengan lensa f=+50mm diatur dengan jarak 5 cm
5. Letak lensa f=+100mm diatur supaya muncul bayangan celah tunggal yang tajam
nampak di layar putih
6. Pemegang slaid diafragma diletakkan di belakang lensa f=+100 mm
7. Kemudian, Kisi dimasukkan di antara lensa f=+100 dan layar putih.
8. Sinar yang jatuh pada layar diamati
9. Catu daya dimatikan
Percobaan 2: Mengukur panjang gelombang cahaya

Gambar 4.4 Percobaan pengukuran panjang gelombang cahaya dengan

prinsip kisi difraksi.


Langkah:
1. Peralatan disiapkan
2. Peralatan dirangkai seperti gambar di atas.
3. Catu daya dinyalakan
4. Jarak antara lampu dengan lensa f=+50mm diatur dengan jarak 5 cm
5. Letak lensa f=+100mm diatur supaya muncul bayangan celah tunggal yang tajam
nampak di layar putih
6. Pemegang slaid diafragma diletakkan di belakang lensa f=+100 mm
7. Kemudian, kisi dimasukkan ke dalamnya.
8. Kisi digeser mendekati atau menjauhi layar
9. Filter cahaya yang berwarna merah, hijau, dan biru dimasukkan pada celah
pemegang kotak cahaya kemudian diukur:
• L = Jarak kisi ke layar
• y = jarak antara garis terang pusat dengan garis terang di samping garis
terang pusat.
10. Hasil pengamatan dicatat dan Catu daya dimatikan
2. Polarisasi

Percobaan 1: Polarisasi Cahaya

Gambar 4.5 Percobaan polarisasi cahaya

Langkah:

1. Peralatan disiapkan dan dirangkai seperti gambar diatas.


2. Catu daya dinyalakan
3. Jarak antara lampu dengan lensa f=+50mm diatur dengan jarak 5 cm
4. Polarisator diletakkan di belakang lensa f=+50mm dilubangi kedua tumapakan
berpenjepit
5. Analisator diletakkan di depan lensa f=+100mm dilubangi kedua tumapakan
berpenjepit
6. Kedua filter polarisasi diatur agar memiliki arah (skala) yang sama
7. Analisator dputar hingga 360˚
8. Perubahan diamati dan hasil pengamatan dicatat.
9. Catu daya dimatikan
Percobaan 2: Perputaran bidang polarisasi oleh benda padat

Gambar 4.6. Percobaan perputaran bidang polarisasi oleh benda padat

Langkah:

1. Peralatan disiapkan dan dirangkai seperti gambar diatas.


2. Catu daya dinyalakan
3. Jarak antara lampu dengan lensa f=+50mm diatur dengan jarak 5 cm
4. Polarisator diletakkan di belakang lensa f=+50mm dilubangi kedua tumapakan
berpenjepit
5. Analisator diletakkan di depan lensa f=+100mm dilubangi kedua tumapakan
berpenjepit
6. Kedua filter polarisasi diatur agar memiliki arah (skala) yang sama
7. Slaid polarisasi diletakkan di antara polarisator dan analisator
8. Polarisator diputar hingga 360˚
9. Perubahan diamati dan hasil pengamatan dicatat.
10. Catu daya dimatikan
III DATA DAN PENGOLAHAN DATA
Difraksi
Percobaan 1

Tabel 4.3 Hasil pengamatan difraksi dengan kisi


No Orde Difraksi Susunan Cahaya

1 Orde 0 (terang pusat) Putih


2 Orde 1 Hijau, Kuning, Jingga, Merah
3 Orde 2 Biru, hijau, kuning, jingga, merah
4 Orde 3 Ungu, biru, hijau, kuning, jingga, merah

Percobaan 2

Tabel 4.4 Hasil pengamatan panjang gelombang


Warna Cahaya y(mm) L(mm) λ (nm)

Merah 52.94 150 706


Hijau 37.54 150 501
Biru 35.94 150 479

Ket: menggunakan kisi difraksi (N) 500 garis/mm


Pengamatan pada orde 1
d = 1/N = 1/500 =0.002 mm
𝑚 ⅆ𝑦 1×0.002 𝑚𝑚 ×53.94 𝑚𝑚
𝜆𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = = 706 nm
𝐿 150 𝑚𝑚
𝑚 ⅆ𝑦 1×0.002 𝑚𝑚 ×37.54 𝑚𝑚
𝜆ℎ𝑖𝑗𝑎𝑢 = = = 501 nm
𝐿 150 𝑚𝑚
𝑚 ⅆ𝑦 1×0.002 𝑚𝑚 ×35.94 𝑚𝑚
𝜆𝑏𝑖𝑟𝑢 = = = 479 nm
𝐿 150 𝑚𝑚
Polarisasi
Percobaan 1

Tabel 4.5. Hasil pengamatan percobaan polarisasi cahaya

No Sudut Rotasi Cahaya pada Layar No Sudut Rotasi Cahaya pada Layar
1 0 Terang 4 135 Redup
2 45 Redup 5 180 Terang
3 90 Gelap 6 270 Gelap
Catatan: 𝐼𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = I₀. cos²ø
• 𝐼𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = I₀, maka cahaya pada layar akan terang
• 𝐼𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 < I₀, maka cahaya pada layar akan redup
• 𝐼𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 0, maka cahaya pada layar akan gelap

Percobaan 2

Tabel 4.6. Hasil pengamatan percobaan perputaran bidang polarisasi oleh


benda padat (tanpa filter Warna)

No Sudut Rotasi Cahaya pada Layar No Sudut Rotasi Cahaya pada Layar
1 0 Kuning 4 135 Merah, Hijau
2 45 Kuning, Jingga 5 180 Merah
3 90 Hijau 6 270 Hijau, Biru
IV PANDUAN PEMBAHASAN
Pola cahaya difraksi muncul karena terjadinya pembelokan pada celah yang
sempit. Karena gelombang cahaya mengalami pembengkokan sehingga
terjadilah peristiwa gelombang setengah lingkaran di celah bagian belakang.
Pola-pola yang terbentuk pada layar adalah pola yang memiliki daerah gelap,
redup, dan terang akibat interferensi konstruktif dan destruktif.

Cahaya polikromatik dan monokromatik menunjukkan pola gelap dan terang.


Namun, cahaya polikromatik menghasilkan warna pelangi dikarenakan cahaya
ini masuk ke sebuah medium yang panjang gelombangnya berbeda dan
mengalami indeks refraksi yang berbeda-beda juga. Hal ini yang tidak bisa
dialami cahaya monokromatik. Dengan demikian, cahaya polikromatik dapat
menghasilkan warna pelangi sekaligus pola terang dan gelap sedangkan
monokromatik hanya menampilkan pola terang-gelap saja.

Perubahan jarak antara kisi difraksi menuju layar mempengaruhi banyaknya pola
gelap-terang pada layar. Dengan begitu, percobaan kali ini sesuai dengan teori
pada celah young yang menyatakan ketika cahaya yang diberikan dengan sudut
konstan tetapi jarak kisi berbeda-beda, sehingga simpangan lebih besar
dihasilkan oleh kisi yang diletakkan lebih jauh.

Ketika bidang polarisasi dari pengamatan perilaku cahaya yang melewati dua
buah filter polarisasi akan menghasilkan cahaya yang terang dan gelap. Hal ini
dapat dipastikan dengan jelas ketika polarisator dan analisator sejajar sudutnya
sehingga cahaya yang tampak pada layar akan maksimum. Sementara itu, ketika
polarisator dan analisator berbeda sudutnya akan mengalami pencahayaan
minimum akibat dari filter yang menghamburkan cahayanya.
Mencari panjang gelombang pada percobaan kali ini dengan menggabungkan
persamaan (4.1) dan (4.3). sehingga menjadi persamaan:

𝜆𝐿𝑚
y=
𝑑

y = jarak dari pusat ke titik terang pertama


𝜆 = panjang gelombang cahaya
𝐿 = jarak kisi ke layar
𝑚 = orde
𝑑 = lebar celah

Faktor -faktor yang mempengaruhi intensitas cahaya antara lain sudut antara
polarisasi sumber cahaya dengan filter polarisasi. Selain itu, jarak antara layar
dan kisi mempengaruhi intensitas cahaya. Faktor tambahan lainnya seperti
refleksi cahaya dan kualitas warna cahaya.

Berdasarkan referensi, panjang gelombang pada ruang hampa untuk warna biru
antara 400-500 nm, hijau 500-550 nm, dan merah 700 nm. Seperti pada gambar
dibawah ini:

Gambar 4.7. Panjang Gelombang dalam ruang hampa.


Data yang kira peroleh adalah 706 nm untuk merah, 501 nm untuk hijau, dan 479
untuk biru. Dengan demikian, hasil yang diperoleh sesuai dengan referensi yang
berlaku.

V KESIMPULAN
1. Penetuan peristiwa fisis yang dialami oleh cahaya dengan prinsip difraksi
oleh kisi pada percobaan berlangsung berbeda – beda pada setiap orde.
Pada orde 0 susunan cahayanya hanya putih namun pada orde 1,2, dan 3
mulai menujukan warna-warna yang semakin banyak ketika orde-nya
makin besar. Selain itu, data dapat dilihat pada percobaan 1 bagian
difraksi.
2. Penentuan panjang gelombang cahaya tampak dengan menggunakan
difraksi kisi terlihat jelas pada tabel 4.4. Data ini menunjukkan perbedaan
warna pada setiap panjang gelombang.
3. Penentuan fenomena polarisasi gelombang cahaya dan perputaran oleh
benda padat dapat dilihat pada tabel 4.6. Data yang diperoleh pada
menujukan perbedaan warna tiap sudut yang telah dientukan.

DAFTAR PUSTAKA
Arthur, B. 2003. Fundamentals Of Modern Physics Sixth Edition. United States of
America: The Mc-Graw-Hill Companies, Inc.
Liu, Y. 2006. Handbook of Advance Magnetic Materials. New York: John Willey.
Sugiyono, V. (2009). Jurus sakti menaklukkan Fisika Sma. Surabaya : Linguakata.
Umar, D. E. (2008). Buku Pintar Fisika. Jakarta: Media Pusindo.

Anda mungkin juga menyukai