Anda di halaman 1dari 135

Halliday-Resnick

Fisika Dasar 2
https://educatech.in/physics-
project-on-electromagnetic-
Induksi
Elektromagnetik
induction/

Prof. Triyanta, Ph.D.


triyanta@fi.itb.ac.id

11
1
Hukum Induksi Faraday dan
Hukum Lenz
Eksperimen: loop kawat dihubungkan dengan
Galvanometer. Tidak ada baterai yang dihubungkan
dengan kawat. Sebuah magnet batang diletakkan di dekat
loop kawat

Halliday-Resnick

Ketika magnet digeser mendekati loop maka dalam kawat


timbul arus listrik dengan arah seperti gambar.
Karena tidak berasal dari baterai/sumber tegangan maka arus
tersebut dinamakan arus induksi. Arus induksi menimbulkan
2
medan magnetik (medan magnetik induksi) ke arah kanan.
Halliday-Resnick

Ketika magnet digeser menjauhi loop maka dalam kawat


timbul arus listrik (dinamakan arus induksi) dengan arah
seperti gambar.
Arus induksi menimbulkan medan magnetik (medan magnetik
induksi) ke arah kiri.

Dalam kedua kasus arah gerak magnet, arus induksi semakin


besar bila laju geser magnet semakin besar
3
Halliday-Resnick

Ketika magnet diam (tidak digeser), di mana pun posisinya,


arus induksi tidak terjadi.

Eksperimen lain:
Jarum Galvanometer
bergeser sesaat
ketika saklar ditutup
4
Halliday-Resnick
Analisis eksperimen:

Analisis eksperimen tersebut dilakukan


dengan memanfaatkan konsep fluks
magnetik:

Fluks magnetik = jumlah garis-garis medan


magnetik yang menembus suatu permukaan

 
 B =  B  dA
A

5
Ketika magnet bergeser maka kuat medan magnetik di dalam
loop kawat berubah: membesar ketika magnet mendekat loop
dan mengecil ketika magnet menjauhi loop.
Ketika magnet diam (tidak digeser) maka medan magnetik di
dalam loop tetap.
Jadi
Ketika magnet bergeser maka fluks magnetik dalam loop
kawat berubah: membesar ketika magnet mendekat loop dan
mengecil ketika magnet menjauhi loop.
Ketika magnet diam (tidak digeser) maka fluks magnetik di
dalam loop tetap.

6
Dengan kata lain, fluks magnetik yang berubah terhadap
waktu menimbulkan arus induksi.
Karena arus listrik berkaitan dengan sumber tegangan (gaya
gerak listrik) maka perubahan fluks magnetik tersebut
menimbulkan beda potensial yang dinamakan gaya gerak
listrik induksi (ggl induksi ind).
Jadi perubahan fluks magnetik (per satuan waktu) berkaitan
dengan timbulnya ggl induksi.
Eksperimen menunjukkan bahwa hubungan tersebut
berbentuk
d B
 ind =−
dt
7
Jika ada N buah loop kawat yang kesemuanya dihubungkan
ke Galvanometer yang sama maka diperoleh

d B Hukum
 ind = −N Faraday
dt
(GGL terinduksi dalam loop bila jumlah garis-garis
medan magnetik yang menembus bidang loop berubah)

Tanda negatif menyatakan hukum Lenz

Arah arus listrik yang terjadi menyebabkan


fluks magnetik induksi yang melawan
perubahan fluks magnetik asal 8
Halliday-Resnick

•Ketika magnet digeser mendekati loop maka medan


magnetik B dalam loop oleh magnet membesar (B ke arah
kiri).
•Perubahan medan magnetik dalam loop menimbulkan
perubahan fluks magnetik.
•Perubahan fluks magnetik menimbulkan arus (dinamakan
arus induksi)
•Arah arus induksi adalah sedemikian rupa sehingga medan
magnetik induksi Bind yang dihasilkannya ke arah kanan,
9
melawan perubahan fluks magnetik oleh B.
U S

U S

U S

10
U S

U S

U S

11
 
B (t1 ) = B1 (−iˆ), B(t 2 ) = B2 (−iˆ), B2  B1

→ B = ( B2 − B1 )(−iˆ)

→  B = B  nˆ A = −( B2 − B1 ) A
= − | B | A (nˆ = iˆ)

  
Bind = Bind iˆ →  ind = Bind  A = Bind A

ind mengurangi/melawan “pengurangan” fluks 12


magnetik
Halliday-Resnick

•Ketika magnet digeser menjauhi loop maka medan magnetik


B dalam loop oleh magnet mengecil (B ke arah kiri).
•Perubahan medan magnetik dalam loop menimbulkan
perubahan fluks magnetik.
•Perubahan fluks magnetik menimbulkan arus (dinamakan
arus induksi)
Arah arus induksi adalah sedemikian rupa sehingga medan
magnetik induksi Bind yang dihasilkannya ke arah kiri,
melawan perubahan fluks magnetik oleh B.
13
U S

U S

U S

14
 
B (t1 ) = B1 (−iˆ), B(t 2 ) = B2 (−iˆ), B2  B1

→ B = ( B2 − B1 )(−iˆ)

→  B = B  nˆ A = −( B2 − B1 ) A
= + | B | A (nˆ = iˆ)

  
Bind = Bind (−iˆ) →  ind = Bind  A = − Bind A

ind mengurangi/melawan penambahan fluks 15


magnetik
Arus Iind selalu menghasilkan Bind yang melawan
perubahan fluks magnetik penyebab (warna hijau).

16

r
U B A n̂ S

Fluks magnetik yang menembus penampang A


(B homogen):
 
 B =  B  dA = BA cos 
A
Perubahan Fluks magnetik per satuan waktu yang
menembus penampang A:
d B d
= ( BA cos  )
dt dt 17
GGL induksi terjadi bila fluks magnetic berubah:

d B d
 ind =− = − ( BA cos  )  0
dt dt
Yaitu bila
1. Medan magnetik B berubah terhadap waktu
(mis. Kedua magnet digeser
mendekat/menjauh)
2. Luas penampang A berubah terhadap waktu
(mis. Salah satu sisi bidang A digeser)
3. Arah normal bidang A diubah (mis. A diputar
terhadap poros vertikal
4. Kombinasi dari kedua/ketiga hal di atas.
18

r
U B A n̂ S

R
Misalkan A diputar
terhadap poros
d d
dengan laju putar
 ind = − ( BA cos  ) = − BA (cos t )
 yang konstan. dt dt
Maka =t
(t=0 ketika A mulai = BA sin t
diputar) 
ind GGL induksi yang terjadi
berupa tegangan bolak-
+BA bolak.
t
-BA
19
b

 a
r
U B A n̂ S

Misalkan luas A diubah dengan menggeser sisi kiri ke


arah kanan (lihat gambar) maka
d dA
 ind = − ( BA cos  ) = − B cos 
dt dt

Jika sisi kiri menggeser dengan laju konstan v


maka A(t)=a(b-vt) sehingga
dA
 ind = − B cos  = Bav cos  GGL induksi
20
dt konstan
Aplikasi:
Ground Fault
Interupter

b) Ketika piranti basah dan


menimbulkan kebocoran
arus ke ground maka arus
pada pada kawat 2 (dari
piranti) berubah sehingga
arus netto kedua kawat tidak
a) Dalam keadaan normal, Halliday-Resnick
nol dan menimbulkan
kawat 1 dan 2 yang medan magnetik. Medan ini
menghubungkan piranti listrik menginduksi ggl pada coil
dan sumber PLN teraliri arus dan ggl ini dimanfaatkan
sama besar berlawanan arah untuk men-trigger circuit
sehingga tidak menimbulkan breaker untuk menghentikan
medan magnetik di dalam arus listrik
21
cincin besi.
Aplikasi: Gitar listrik
a) Pada tali gitar dipasang
metal yang dimagnetisasi
sehingga berperan sebagai
magnet.
Di samping tali gitar terdapat
kumparan dengan magnet di
dalamnya. Magnet ini
membuat metal pada tali
termagnetisasi menjadi
sebuah magnet.
Halliday-Resnick

b) Ketika tali bergetar pada suatu frekuensi tertentu maka metal


yang termagnetisasi akan menginduksi kumparan sehingga
timbul ggl induksi yang di-input-kan ke penguat (amplifier)
output dari amplifier dihubungkan dengan loud speaker
sehingga dihasilkan gelombang suara yang kita dengar
22
Contoh:
Kumparan dengan 200 lilitan memiliki hambatan listrik total
2 ohm. Setiap lilitan berbentuk persegi dengan sisi 18 cm.
Kumparan diletakkan pada medan magnetik uniform
sehingga bidang lilitan tegak lurus dengan medan
magnetik. Bila medan magnetik berubah dari 0 sampai 0,50
Tesla selama 0,80 detik berapakah besar ggl induksi dalam
kumparan ketika medan magnetik berubah. Berapakah
besar arus yang timbul pada saat itu?

I=2 A.

23
Contoh:
Loop kawat dengan luas A diletakkan pada daerah
bermedan magnetik sehingga bidang A tegak lurus medan.
Bila medan magnetik berubah secara eksponensial
menurut B=Bmakse-at, a>0 konstan berapakah ggl induksi
dalam loop sebagai fungsi dari waktu?
− at
d  dBmaks e
 ind = − ( BA cos  ) = − A cos 0
dt dt
− at
= AaBmakse

GGL induksi turun secara eksponensial, nilai maksimum


terjadi pada saat awal (t=0)

24
Halliday-Resnick 25
26
Medan Listrik Induksi

Medan listrik induksi terjadi karena gerakan batang


konduktor menyebabkan timbulnya Gaya Lorenz
F=q v x B pada muatan bebas konduktor.
Terjadilah polarisasi muatan yang menyebabkan 27
terjadinya medan listrik imbas.
• Besarnya medan listrik imbas pada batang
konduktor yang digerakkan dalam pengaruh
medan magnet B dapat dihitung dari
kesetimbangan gaya listrik dan gaya magnet:

Flistrik = Fmagnet
  
| qE |=| qv  B |= qvB sin 
E = vB; jika  = 90 0

E= = vB
l
GGL =  = vBl

28
Jika konduktor digeser di
atas rel kawat berbentuk U
dengan hambatan R maka
konduktor akan mengalami
R
gaya magnetik ke kiri
(akibat gerakan muatan
dalam konduktor ke
bawah/ke atas). Agar
kecepatan konduktor ke
kanan konstan maka gaya
tarik terhadap konduktor ke d
kanan harus sama dengan |  ind |= ( BA cos  )
gaya magnetik tersebut.
dt
 d
Selama pergeseran = B cos 0 L( x0 + vt ) = BLv
konduktor, loop yang dt
dibentuk konduktor dan
BLv
kawat U berubah luas →I =
menurut A(t)=L(x0+vt) R 29
Arah arus induksi dapat
pula ditentukan dengan
memanfaatkan hukum
Lenz.
R
Ketika konduktor digeser ke
kanan maka fluks magnetik
yang menembus loop
bertambah.
Arah arus induksi adalah
sedemikian rupa sehingga fluks
magnetik induksi yang
dihasilkannya harus melawan
penambahan fluks oleh medan R
luar.
Artinya medan magnetik induksi
harus berarah masuk bidang tulis
dan dengan demikian arah arus
induksi seperti tampak pada 30
gambar.
Daya

P = Fappl v = FB v = ILBv
BLv 2
= LBv =
R R

Rangkaian
R  = BLv ekivalen

31
GGL induksi pada
batang yang berputar

d = Edr = Bvdr = Brdr


BL2
L
→  =  Brdr =
0
2

Kecepatan tangensial batang menyebabkan muatan (+) dalam


konduktor mengalami gaya magnetik ke arah poros. Dengan
demikian ada arus induksi dari luar ke poros. Artinya ada ggl
induksi dengan ujung luar berpotensial lebih tinggi dari pada
potensial di poros.
32
Gaya magnetik pada batang
konduktor
Konduktor diberi kecepatan
awal vi kemudian dilepaskan
(tidak ditarik lagi). Apa yang
terjadi kemudian?

Konduktor hanya mengalami gaya magnetik ke kiri saja


sehingga (m massa konduktor)
2 2 • Kecepatan konduktor
dv BLv B L v mengecil secara
F = ma = m = − ILB = − LB = −
dt R R eksponensial dan
B 2 L2 mR kemudian konduktor diam.
−t / 
→ d ln v = − dt → v = v0 e ,  = 2 2 • Arus induksi mengecil
mR B L secara eksponensial dan
BLv BLv0 −t / akhirnya nol.
→I = = e 33
R R
Loop kawat persegi bergerak dari daerah tanpa
medan magnetik memasuki daerah bermedan
magnetik dan keluar dari daerah bermedan
magnetik.
Bagaimanakah fluks magnetik yang menembus
loop, ggl induksi pada loop, dan gaya yang harus
diberikan pada loop agar loop bergerak dengan
kecepatan tetap?

34
Fluks
• Selama pergeseran sisi kanan kawat dari x=0 sampai
x=w jumlah garis gaya yang menembus loop bertambah
secara linear sehingga fluks berubah dari nol di x=0
sampai akhirnya sama dengan BA=Bl w di x=w.
• Selama pergeseran sisi kanan loop dari x=w sampai
x=3w fluks magnetik yang menembus loop tetap sama
dengan Bl w.
• Selama pergeseran sisi kanan loop dari x=3w sampai
x=4w nilai fluks berkurang linear dari Bl w sampai nol.

35
Fluks
magnetik

GGL
Ggl induksi
induksi sama dengan
negatif dari
gradien fluks

Gaya luar

36
Gaya magnetik
Selama pergeseran sisi kanan kawat dari x=0 sampai x=w, fluks yang
menembus loop kawat bertambah. Maka arus induksi harus menghasilkan
fluks yang melawan pertambahan tersebut. Berarti arus induksi mengalir
searah arah putar jarum jam. Sisi kanan kawat mengalami gaya Il B ke
arah kanan (sisi kiri tidak mengalami gaya karena berada di luar medan,
sisi atas mengalami gaya ke atas dan sisi bawah mengalami gaya ke
bawah dengan besar berubah dari nol sampai IwB. Total gaya: Il B.

Selama pergeseran sisi kanan kawat dari


x=w sampai x=3w, fluks magnetik tidak
berubah sehingga arus induksi tidak ada
dan dengan demikian kawat tidak
mengalami gaya magnetik. Total gaya: nol

37
Selama pergeseran sisi kanan dari x=3w sampai x=4w, fluks magnetik
berkurang sehingga arus induksi berarah berlawanan dengan arah jarum
jam. Kawat kanan tidak mengalami gaya karena berada di luar medan, kawat
kiri mengalami gaya Il B ke arah kanan dan kawat atas dan bawah
mengalami gaya yang berubah dari IwB ke nol dengan arah yang
berlawanan. Total gaya : Il B.

BLv B 2 L2v
ILB = LB =
R R
38
Cincin konduktor berada
dalam medan magnetik yang
besarnya berubah-ubah

Arah E tangensial
Energi potensial = usaha

   
q =  F  ds =  qE  ds
lingk
2r
= qE  ds = qE 2r
 0
E=
2r
1 d B 1 dBr 2 r dB
=− =− =−
2r dt 2r dt 2 dt 39
Arus Eddy

Arus induksi pada konduktor yang bergerak di daerah bermedan


magnetik yang medan magnetiknya berubah dalam konduktor.
Untuk konfigurasi medan magnet seperti pada gambar, arus
membentuk loop dengan arah berlawanan arah dengan arah
putar jarum jam ketika masuksisi kiri bawah magnet dan searah
arah putar jarum jam ketika meninggalkan sisi kanan bawah
magnet.

40
Sistem pengereman
Inti besi pada trafo
berbentuk lempengan
untuk meminimalisasi
arus Eddy

Halliday-Resnick

41
GGL DGN B BERUBAH
( TRAFO )

Halliday-Resnick

B=npIp B=nsIs nP
IS = IP
nS 42
Kekekalan energi : PS = PP
→ I SVS = I PVP
IP nS NS
→ VS = VP = VP  VP
IS nP NP
Step up : VS>VP, NS>NP
Step down: VS<VP, NS<NP

Kenapa transmisi tegangan tinggi?

Tegangan tinggi→arus I kecil (agar kekekalan energi terjamin)


Disipasi energi (daya disipasi PD=I2R) kecil bila I kecil.

43
Step up, step down, transmisi
tegangan tinggi

Halliday-Resnick

44
GGL DGN  BERUBAH
( GENERATOR AC )

Halliday-Resnick 45
Hukum Faraday yang lebih umum

 
Untuk loop  =  E  ds

sehingga Hukum
d B   d B Faraday
 =− →  E  ds = − dalam
dt dt bentuk
Integral

Melalui teorema Stokes, persamaan


di atas equivalen dengan
 Hukum
 B Faraday
 E = − dalam
t bentuk
difenrensial 46
  Q Teorema Gauss  
 E  dA = ⎯⎯⎯⎯⎯→   E =
0 0
Hukum Gauss Hukum Gauss
dalam bentuk dalam bentuk
integral diferensial

  
 B  dA = 0 ⎯⎯⎯⎯⎯→   B = 0
Teorema Gauss

Hukum Gauss Hukum Gauss


untuk medan untuk medan
magnet dalam magnet dalam
bentuk integral bentuk diferensial

(hukum tiadanya monopol magnetik)

47
   
 B  ds = 0 I ⎯⎯⎯⎯⎯→   B = 0 J
Teorema Stokes

Hukum Ampere Hukum Ampere


dalam bentuk dalam bentuk
integral diferensial


  d E Teorema Stokes   E
 B  ds = 0 I + dt ⎯⎯⎯ ⎯⎯→   B = 0 J + t
Hukum Ampere-Maxwell Hukum Ampere-Maxwell
dalam bentuk integral dalam bentuk diferensial

(Modifikasi Maxwell terhadap hukum


Ampere agar konsisten dengan hukum
kekekalan muatan)
48
Persamaan Maxwell

Bentuk integral Bentuk diferensial

  Q  
E =
 E  dA =0 0
  
B = 0
 B  dA = 0 
  d B  B
 E  ds = − dt  E = −
t

  d E   E
 B  ds = 0 I + dt   B = 0 J +
t

49
Induktansi diri
Jika kapasitor menghasilkan medan listrik maka kumparan/induktor
menghasilkan medan magnetik.
Jika pada kumparan/solenoida mengalir arus listrik maka di dalam
kumparan timbul medan magnetik B sehingga terdapat fluks magnetik
 =BA yang menembus penampang kumparan.
Jika arus listrik berubah terhadap waktu maka medan magnetik B(t)
yang terbentuk juga berubah terhadap waktu, demikian pula fluks
magnet B(t) yang menembus penampang kumparan.
Menurut hukum Faraday perubahan fluks magnetik menimbulkan GGL
induksi, yang berbentuk (tanda – menyatakan hukum Lenz):

d B
 = −N
dt

50
GGL induksi tersebut menghasilkan arus induksi yang melawan
perubahan arus “asli” (arus dari sumber tegangan): Jika arus asli
bertambah besar maka arus induksi berusaha mengurangi
pertambahan tersebut. Bila arus asli berkurang maka arus induksi
berusaha mengurangi pengurangan tersebut. Oleh karena itu
polarisasi GGL induksi sesuai dengan gambar.

I’ I’

Selanjutnya
d d dI dI
 = −N = −N  −L
dt dI dt dt
d
L=N
dI 51
L dinamakan induktasi diri dari kumparan. Satuan induktansi diri:
Henry (H)=Vs/A.
Mengingat medan induksi magnetik untuk kumparan adalah

B =  0 nI
Maka
d d nIA
L=N N 0 = N0 nA
dI dI

Induktansi diri solenoida per satuan panjang


L
= 0 n 2 A
l
Tampak bahwa induktansi diri dari induktor/kumparan bernilai
konstan. Dengan demikian GGL induksi pada kumparan
sebanding dengan perubahan arus listrik per satuan waktu.
Lebih lanjut
N0 nIA N
L = N0 nA  = 52
I I
Contoh: Tentukanlah induktansi diri dari sebuah
solenoida berinti udara yang terdiri atas 300 lilitan dengan
panjang dan luas penampang solenoida 25,0 cm dan
4,00 cm2. Tentukanlah GGL induksi solenoida apabila
arus yang melaluinya berkurang 50,0 A/s.

53
Contoh: Induktansi kabel koaksial

Kabel koaksial: kabel yang berbentuk dua konduktor berbentuk


silinder pipih yang sepusat. Kabel ini digunakan pada berbagai
piranti listrik seperti pengeras suara di mana arus mengalir dari
sumber ke piranti melalui silinder dalam dan kembali ke sumber
dengan besar yang sama melalui silinder luar.
Tinjau kable koaksial dengan panjang l, jari-
jari silinder dalam a dan silinder luar b. Arus
yang mengalir I.
Berdasarkan hukum Ampere, medan
magnetik di dalam silinder dalam dan di luar
silinder luar sama dengan nol. Medan
magnetik di antara kedua silinder berarah
tangensial dan besarnya sama di setiap titik
berjarak sama dari sumbu simetri kabel.
54
Medan magnetik di titik berjarak r dari pusat kabel, dengan
a<r<b dapat diperoleh melalui hukum Ampere:
  0 I
0 I =  B  ds =
Linkaran
 Bds = B 2r → B =
Linkaran
2r
Fluks magnetik di dalam kabel sama dengan
b
0 I 0 I
  
b
B = B  dA = BdA = ldr = l ln
2 r 2 a
bidang bidang r =a

Induktansi kabel

d B 0l b
L= = ln
dI 2 a

55
Rangkaian RL
L,r
Induktor dalam rangkaian listrik disimbolkan oleh

Rangkaian RL adalah rangkaian induktor, resistor, dan


sumber tegangan. Tinjau rangkaian RL seri sbb

L,r Karena GGL induksi pada induktor


I(t) L,r
melawan sumber maka (andaikan
tidak ada hambatan pada sumber
S tegangan)
R
 dI 
 S +  − L  = I (R + r)
 dt 
dI
→  S = L + I (R + r)
dt 56
Jika R=0 maka

I(t) L,r
L,r
dI
 S = L + Ir
S dt

Sehingga secara umum, beda tegangan antara ujung-ujung


induktor yang dialiri arus listrik adalah

dI
L,r Vab (t ) = L + Ir
a b dt

Perhatikan bahwa bila arus konstan maka V=Ir , artinya


induktor berperilaku seperti resistor.
57
Jika r=0 dan arus listrik berbentuk

I = I m sin t
maka

dI
Vab (t ) = L = LI m cos t = LI m sin(t + 90 )
dt
= Vm sin(t + 90 ), Vm = LI m

Perhatikan sudut fasa di dalam fungsi sinus dari arus dan


tegangan. Sudut fasa pada arus listrik I adalah t sedangkan pada
tegangan Vab adalah t +90.
Sudut fasa pada tegangan Vab lebih besar 90 daripada sudut fasa
pada arus listrik. Kita katakan beda tegangan pada induktor
berbeda fasa 90 di depan arus listrik.
Periksa: apakah kesimpulan yang sama diperoleh bila I=Imcos t?
58
I = I m sin t
Vab (t ) = Vm sin( t + 90 ), Vm = X L I m , X L =  L

t=0

Vm Vm
Im

Im
t

Vab: beda tegangan antara dua ujung induktor dengan


mengabaikan/mengeluarkan resistansinya
59
Saat-saat ketika arus bernilai maksimum:

I = I m → sin t = 1 → t =  / 2 + n2 , n = 0,1,2


→ t =  / 2 + n2 /  =  (1 + 4n) / 2
= ,−7 / 2 ,−3 / 2 ,  / 2 , 5 / 2 , 9 / 2 , 
Pada saat-saat itu beda tegangan antara ujung-ujung induktor
sama dengan nol.

sin t = 1 → cos t = 0 → V = Vm cos t = 0

60
Contoh: Jika arus mengalir I=5cos100t ampere dari a ke b di mana
a dan b adalah ujung-ujung dari sebuah induktor dengan L=20 mH
dan r=0,1 ohm, tentukanlah Vab!

dI
Vab (t ) = L + Ir
dt
= (0,02 H )(5 10 −3 A)(−100rad / s ) sin 100t + (5 10 − 4 V ) cos100t
= (−10 10 −3V ) sin 100t + (0,5 10 −3V ) cos100t

61
Solusi umum rangkaian seri RL
I(t) L,r
L,r
Persamaan bagi rangkaian RL:
dI S
 S = L + I (R + r)
dt
Solusinya dapat dituliskan sebagai I=I1+I2 dengan
I1 adalah solusi untuk kasus s=0 dan I2 konstan.

dI1
0=L + I1 ( R + r )
dt
dI dI 2
 S = L 2 + I 2 ( R + r ), =0
dt dt
+
d ( I1 + I 2 )
S =L + ( I1 + I 2 )( R + r )
dt 62
dI1 dI1 R+r
0=L + I1 ( R + r ) → =− dt → I1 = I10 e −( R + r ) t / L
dt I1 L
dI 2 dI 
S = L + I 2 ( R + r ), 2 = 0 →  S = I 2 ( R + r ) → I 2 = S
dt dt R+r
−( R + r ) t / L S
 I = I1 + I 2 = I10 e +
R+r

Mula-mula GGL induksi mampu melawan arus dari baterai sehingga


pada t=0 I=0. Maka I10=–/(R+r) dan

S
I=
R+r
(
1− e −( R + r )t / L
)
dI
Vinduktor = L =  S e −( R + r ) t / L
dt

63
Mencari solusi dengan cara lain:
dI
 S = L + I (R + r)
dt
Tuliskan (S konstan) x =  S − I (R + r)
→ dx = −( R + r )dI
dx dI dI 1 dx
→ = −( R + r ) → =−
dt dt dt R + r dt
dI
L =  S − I (R + r)
dt
L dx dx R+r
→− =x→ =− dt
R + r dt x L
x R+r  R+r 
→ ln = − t → x = x0 exp − t
x0 L  L  64
 R+r 
 S (t ) − I t ( R + r ) =  S (0) − I 0 ( R + r )exp − t
 L 

Untuk S konstan dan karena pada t=0, I=0→I0=0

 R+r 
 S − I t ( R + r ) =  S exp − t
 L 
S   R + r 
1 − exp − t   = I t
R+r   L 

S
I (t ) = I t =
R+r
(
1− e )
−t /  L
, L =
L
R+r
L=Tetapan waktu 65
S SL
I (t ) = I t =
R+r
(
1− e −t /  L
)→ V induktor
dI
=L =
dt  L ( R + r )
e −t /  L =  S e −t /  L

SR
VR = RI =
R+r
(
1− e −t /  L
)
I Vind VR
S S SR
R+r R+r

t t t
Tampak bahwa mula-mula tegangan induktor sama dengan tegangan
sumber dan arus sama dengan nol. Dengan berjalannya waktu
tegangan berkurang dan arus yang mengalir bertambah sehingga
pada waktu jauh kemudian tegangan induktor (karena L) nol dan arus
yang mengalir konstan sebesar /(R+r). Di lain pihak tegangan
resistor memiliki perilaku seperti arus listrik.
Apa yang terjadi ketika keadaan setimbang ini telah tercapai tiba-tiba
baterai diganti dengan hubungan pendek? 66
I(t) L,r
L,r
Situasi tersebut berkaitan dengan rangkaian di
samping. Maka
dI S
0 = L + I (R + r)
dt
Sesaat sebelum hubungan pendek dilakukan (namakan sesaat
sebelum t=0) arus yang mengalir sama dengan S/(R+r) sehingga
sesaat setelah hubungan pendek dilakukan arus yang mengalir
masih sama dengan S/(R+r). Arus selanjutnya mengikuti
persamaan di atas, yaitu:

dI R+r  L
=− dt → I (t ) = I 0e −t / L = S e −t / L L =
I L R+r R+r

Ternyata arus mengalir I


transien dari besar
mengecil secara I0
eksponensial dan akhirnya
nol.

t
67
Tegangan induktor dan resistor juga berubah
secara eksponensial dan akhirnya nol:

dI −S
Vind =L =L e −t / L = − S e −t / L
dt (R + r ) L
SR −t /  L −t /  L
VR+Vind+Vr=0
VR = IR = e  Se
R+r
Vind VR

S

t t

- S 68
Soal
Selama 10 detik pertama S1
ditutup dan S2 dibuka, dan
selanjutnya S1 dibuka dan S2
ditutup maka arus listrik yang
mengalir sebagai fungsi dari
waktu diungkapkan oleh grafik di
bawah: grafik A untuk induktor
dengan induktansi LA dan grafik
B untuk induktor dengan
induktansi LB. Mana yang benar:
LA>LB atau LA<LB?
(diasumsikan konstanta waktu
jauh lebih kecil dari 10 detik)

69
Energi tersimpan dalam induktor
L
Tinjau induktor sempurna, r=0. Maka

dI
Vab (t ) = L
dt
Energi yang tersimpan dalam induktor per satuan waktu
pada saat t:
dI
P = IVab = LI
dt
Energi yang tersimpan dalam induktor selama t detik dari t=0 adalah:
t t t
dI dI 2
E =  Pdt =  dt = 2 L  dt = 12 L( I 2 − I 0 )
1 2
LI
0 0
dt 0
dt
= 12 LI 2 (pilih I 0 = 0)
2

2

1  0 N A  Bl 
  0 N 2 A  NI 

= 2 
   L = , B= 0 
 l   0 N   l l 
Al 2 70
= B
20
Energi yang tersimpan per satuan volume selama t detik:

1 1
UL = B = 0 H 2
2

20 2
Jika di dalam induktor terdapat bahan magnetik dengan
permeabilitas  maka

1 2 1
UL = B = H 2
2 2

71
Soal:
Tentukanlah
a. Tetapan waktu
b. Arus yang mengalir
pada saat t=2,0 s
setelah saklar ditutup.
c. Energi yang tersimpan
dalam induktor selama
2 detik pertama.

72
1 2 1
LI = ( 0,3H )( 0, 659A ) = 0, 065 J
2
E=
2 2
73
Induktansi bersama
Tinjau dua loop atau dua solenoida (coil)
yang diletakkan berdekatan.
Kumparan 1 dialiri arus I1(t). Namakan
medan magnetik oleh arus I1(t) sebagai B1(t).
Pada kumparan 1 timbul fluks magnetik 11
karena arus I1(t).
Sebagian/semua garis-garis medan ini
menembus kumparan 2 sehingga pada
kumparan 2 timbul fluks magnetik 21 oleh
I1(t) sehingga arus ini menimbulkan GGL
induksi pada kumparan 2:
d 21 d 21 dI1 dI
 21 = − N 2 = −N2  − M 21 1
dt dI1 dt dt
d 21  21 M21: Induktansi bersama
M 21 = N 2 = N2 Ruas terakhir hanya benar untuk
dI1 I1 74
kasus fluks yang sebanding arus
d  21 d ( A2 B1 ) d ( A2 0 n1 I1 ) N N A
M 21 = N 2 = N2 = N2 = N 2 A2 0 n1 = 1 2 2 0
dI1 dI1 dI1 l1
 21 AB A nI
N2 = N 2 2 1 = N 2 2 0 1 1 = N 2 A2 0 n1 = M 21
I1 I1 I1

Dengan cara yang sama

d12 d12 dI 2 dI 2
 12 = − N1 = − N1  − M 12
dt dI 2 dt dt
d12 12
M 12 = N1 = N1
dI 2 I2
12 AB A n I N N A
M 12 = N1 = N1 1 2 = N1 1 0 2 2 = N1 A1 0 n2 = 1 2 1 0
I2 I2 I2 l2

75
Jika kedua induktor memiliki volume sama, A1l1=A2l2,
maka M12=M21M

Dalam kasus ini


dI 2
 12 = − M
dt
dI1
 21 = − M
dt

76
Soal:
Kumparan (1) dengan jumlah 20 lilitan melingkupi
batang silinder berisi udara. Panjang kumparan 10
cm dan luas penampang kumparan 3 cm2.
Kumparan (2) dengan jumlah lilitan 5 melingkupi
kumparan (1).
a. Hitunglah induktansi bersama kedua kumparan
b. Bila kumparan (1) dialiri arus I1(t)=2 cos100t,
hitunglah beda tegangan antara kedua ujung
kumparan (2).
c. Bila kumparan (2) dialiri arus I2(t)=2 cos100t,
sedangkan kumparan (1) dalam keadaan
terbuka, hitunglah beda tegangan antara kedua
ujung kumparan (2).

77
N1 N 2 A2 0 (20)(5)(0,0003m 2 )(4 10 −7 Tm 2 A−1 )
M 21 = = = 0,04H
l1 0,1m
dI1
 21 = − M 21 = −(0,04H )(−200 sin(100t ) A) = 8 sin 100t V
dt

Dengan mengambil M12=M21 maka

dI 2
12 = − M 12 = −(0,04H )(−200 sin(100t ) A) = 8 sin 100t V
dt

78
Induktansi ekivalen
Tinjau dua induktor yang dipasang secara seri
L1,r1 L2,r2
Induktansi bersama: M

c
a b
dI1 dI dI dI dI
Vab = I1r1 + L1 + M 2 = Ir1 + L1 + M = Ir1 + (L1 + M )
dt dt dt dt dt
dI2 dI1 dI dI dI
Vbc = I2r2 + L2 +M = Ir2 + L2 + M = Ir2 + (L2 + M )
dt dt dt dt dt
dI
Vac = Vab + Vbc = I (r1 + r2 ) + (L1 + L2 + 2M )
dt
dI
=º Ir + L L = L1 + L2 + 2M Induktansi ekivalen
dt 79
L = L1 + L2 + 2M Induktansi ekivalen

Dua induktor dengan induktansi diri L1 dan L2 yang


dipasang seri seperti pada gambar sebelumnya ekivalen
dengan sebuah induktor dengan induktansi L= L1 + L2 +2M

Bila kumparan 2 dipasang sehingga arah arus berlawanan


dengan arah arus pada kumparan 1 (lihat gambar bawah)
maka L= L1 + L2 -2M.
Untuk kopling penuh:
L1,r1 L2,r2 semua garis medan dari
kumparan 1 masuk ke
kumparan 2 dan
sebaliknya maka
c
a b
M= L1L2
80
Bukti: F 11 F 12
Kumparan 1: L1 = N1 , M12 = N1
I1 I2
F 22 F 21
Kumparan 2: L2 = N2 , M21 = N2
I2 I1
F 11 F 22 B1 A1 B2 A2
L1L2 = N1 N2 = N1N2
I1 I2 I1 I2
F 12 F 21 B2 A1 B1 A2
M12 M21 = N1 N2 = N1N2
I2 I1 I2 I1
M21M21 = L1L2
B1 A1 B2 A2
= N1N2 = L1L2
I1 I2
Kumparan identik: M21 = M12 = M ® M = L1L2 81
N1 A1 0
2
N 2 A2  0
2
N1 N 2 A2l2  0
L1 = , L2 = M 21 =
l1 l2 l1l2
N1 N 2 A1 A2 0
2 2 2 N1 N 2 A1l1 0
L1 L2 = M 12 =
l1l2 l1l2
N1 N 2 A1 A2  0 N1 N 2 A1l1 A2l2  0
L1 L2 = =
l1l2 l1l2

Untuk dua induktor dengan luas sama, maka

M 21 = M12 = M = L1L2
Ini berlaku untuk kopling penuh, yaitu bila semua garis medan
dari induktor 1 masuk ke induktor 2 (dan sebaliknya).

Untuk kopling sebagian M = k L1L2 , k  1 82


Rangkaian RC
I(t) C S
a
Vab =  S − Ir 
 Q
S , r Q 
 S = + I (R + r)
R Vab = VC + IR = + IR C
C 
b

Untuk sumber tegangan dc: S konstan


→ turunan terhadap waktu pada persamaan di atas

I dI dQ
0= + (R + r) , I =
C dt dt
dI dt
→ =− → I (t ) = I 0 e −t / C ,
I ( R + r )C
 C = ( R + r )C C: tetapan
83
waktu
Pada t=0 I=I0 dan Q=0 maka

Q S
 S = + I (R + r) →  S = I0 (R + r) → I0 =
C R+r
S
I (t ) = e −t /  C
R+r
t
S t
 S C
Q(t ) =  I (t )dt = e
−t /  C
dt = (1 − e −t / C )
0
R+r 0
R+r

Q(t )  S C
VC (t ) = = (1 − e −t / C ) =  S (1 − e −t / C )
C C(R + r)
SR
VR (t ) = RI (t ) = e −t /  C
R+r
84
S
I I (t ) = e −t /  C
R+r VC
I0 eS

t t

VR
VC SR
eS R+r

t t

85
Rangkaian LC
Tinjau rangkaian LC seperti pada gambar, dengan hambatan
dalam induktor diabaikan. Pada t=0 saklar ditutup sehingga
arus mengalir dari baterai dan kapasitor yang semula kosong
mulai terisi muatan listrik. Andaikan pada saat t arus yang
mengalir adalah I(t) maka menurut hukum Kirchhoff:
I(t) C S
Q dI
S
 S = VC + VL = + L
L C dt

Jika diturunkan terhadap d 2I I


waktu 2
+ =0
dt LC
I d 2I
0= + L 2 d 2I 1
C dt 2
+  2
I = 0, =
dt LC 86
Jadi rangkaian LC (dengan sumber tegangan tetap) seperti
osilator harmonik (pegas)

I(t) C S
d 2I 1
S 2
+  2
I = 0, =
L dt LC

k m d 2x k
2
+  2
x = 0, =
dt m
x
1
I = A sin( t +  0 ), =
Rangkaian LC dan LC
osilator harmonik
k
memiliki bentuk solusi x = A sin( t +  0 ), = 87
umum yang sama m
I(t) C S
d 2I 1
2
+  2
I = 0, =
S dt LC
L

I = A sin( t +  0 )

88
fasor

VLm

Im

VCm

89
Cara lain
Q dI
 S = VC + VL = + L
C dt
Q d 2Q
→ S = + L
C dt 2
d 2Q
→ C S = Q + CL
dt 2
d 2Q
→ 0 = (Q − C S ) + CL
dt 2
d 2 (Q − C S )
→ 0 = (Q − C S ) + CL
dt 2
d 2 (Q − C S )
→0= 2
+  2
(Q − C S )
dt 90
→ (Q − C S ) = (Q − C S )0 + B{cos(t +  0 ) − cos( 0 )}
A
Tuliskan B = −

A
→ (Q − C S ) = (Q − C S )0 − {cos(t +  0 ) − cos( 0 )}

A
→ Q(t ) = Q0 − {cos(t +  0 ) − cos( 0 )}

dQ(t )
→ I (t ) = = A sin(t +  0 )
dt
Q(t ) Q0 A
→ VC (t ) = = − {cos(t +  0 ) − cos( 0 )}
C C C
dI (t )
→ VL (t ) = L = LA cos(t +  0 )
dt
Q0 A
 S = VC (t ) + VL (t ) = − {cos(t +  0 ) − cos( 0 )} + LA cos(t +  0 )
C C 91
Keadaan awal (t =0)
→ Q(t ) = Q0
→ I (0) = A sin( 0 )
Q0
→ VC (0) =
C
→ VL (0) = LA cos( 0 )
Q0
→  S = VC (0) + VL (0) = + LA cos( 0 )
C

92
dQ(t )
I (t ) = = A sin(t +  0 )
dt
A A
VC (t ) = − cos(t +  0 ) + konst = sin(t +  0 − 90) + konst
C C
VL (t ) = LA cos(t +  0 ) = LA sin(t +  0 + 90)

t=−0/
VLm

Im

VCm

93
Pengosongan kapasitor: Misalkan setelah kapasitor terisi
penuh, baterai dilepas dan diganti dengan kabel.
Persamaan diferensialnya sama dengan sebelumnya tetapi dengan S=0:

Q dI
0 = VC + VL = + L I(t) C S
2
C dt
Q d Q
0= +L
C dt 2 L

d 2Q
0= +  2Q → Q(t ) = A cos t + B sin t
dt 2
dQ
→ I (t ) = = − A sin t + B cos t
dt
Q(t ) A cos t + B sin t
→ VC (t ) = =
C C
dI
→ VL (t ) = L = − L 2 ( A cos t + B sin t ) 94
dt
Pada t=0, Q=Qmaks dan I=0 sehingga VC=VCmaks-=S dan VL=0

Qmaks = Q(0) = A, Qmaks = CVCmaks = C S → A = C S


0 = I (0) = B → B = 0

Q (t ) =  S C cos t
I (t ) = − S C sin t
VC (t ) =  S cos t
VL (t ) = − L 2 S C cos t = − S cos t

95
Q (t ) =  S C cos t
Q0 = Qmaks =  S C
I (t ) = − S C sin t
I maks =  S C = Qmaks
VC (t ) =  S cos t
VL (t ) = − L 2 S C cos t = − S cos t

t Q(t) I(t)
0 Qmaks 0
T/4 0 −Imaks
T/2 −Qmaks 0
3T/4 0 Imaks
T Qmaks 0

96
97
I
Q(t ) = maks

cos t

I (t ) = − I maks sin t

Perubahan energi per detik (daya)


dI
uL = VL I = L I = − L( I maks )2  cos t sin t
dt 1 1
2 = → L =
QI I maks 2 LC C
uC = VC I = = cos t sin t
C C Kekekalan
→ u L + uC = 0 energi
98
Energi tersimpan
dI d
uL = L I= 1
2
LI 2 → U L = 12 LI 2 = 12 LI m 2 sin 2 t , I m  I maks
dt dt
Q dQ d I m2
uC = = 1
Q2 → UC = 1
Q2 = 1
cos 2 t = 12 LI m 2 cos 2 t
C dt dt 2C 2C 2C
2

→ U L + U C = 12 LI m 2 UL
Im
Qmaks = 
½LIm2
konstan I maks = I m

(Kekekalan energi)
UC

(Qmaks)2/2C

99
I (t ) = − I m sin t = I m cos(t + 90)
VC (t ) =  S cos t
VL (t ) = − S cos t =  S cos(t + 180)

t=−T/4
VLm

Im VCm Im

t

VCm
VLm

100
Rangkaian RLC (seri)
I(t) S
C
 S : konstan
a

S , r
R L mula - mula kapasitor kosong
b

Q dI
 S = VC + VL + I ( R + r ) = + L + I ( R + r )
C dt
2 Turunkan thd
I d I dI
+ L 2 + (R + r) = 0 waktu
C dt dt
d 2I dI I Serupa dengan osilator
L 2 + (R + r) + = 0 (pegas) teredam
dt dt C
d 2x dx
m 2 + b + kx = 0 101
dt dt
Untuk hambatan kecil, persamaan di atas memiliki
solusi seperti solusi untuk osilator teredam lemah:
2
1  R 
I (t ) = I 0e − Rt / 2 L cos d t , d = − 
LC  2 L 

I(t)
I0

Arus mengalir bolak-


balik, namun semakin
berkurang, dan
t akhirnya kosong

102
Muatan pada kapasitor:

( )
t t t
I0
Q(t ) =  I (t )dt = I 0  dte − Rt / 2 L
cos d t =  dt e − Rt / 2 L +id t + e − Rt / 2 L −id t
0 0
2 0
− Rt / 2 L + i d t − Rt / 2 L −i d t t
I0  e e 
=  + 
2  − R / 2 L + i d − R / 2 L − i d t =0
I 0  e − Rt / 2 L +id t − 1 e − Rt / 2 L −id t − 1 
=  + 
2  − R / 2 L + i d − R / 2 L − i d 

Muatan akhir kapasitor:


t → I  −1 −1 
Q(t ) = 0

 + 
2  − R / 2 L + i  d − R / 2 L − i d 
I0 R/L I0 I 0 C
= = RC =
2 ( R / 2 L) + d
2 2
2 2 103
Kapasitor dalam keadaan penuh, batere dilepas,
dihubungsingkatkan S
I(t) C
a
0 = VC + VL + I ( R + r )
R L
Q dI
= + L + I (R + r) b
C dt

Q d 2Q dQ
+ L 2 + (R + r) =0
C dt dt
d 2Q dQ Q Serupa dengan osilator
L 2 + (R + r) + =0 (pegas) teredam
dt dt C
d 2x dx
m 2 + b + kx = 0
dt dt 104
Untuk hambatan kecil, persamaan di atas memiliki
solusi seperti solusi untuk osilator teredam lemah:
2
1  R 
Q(t ) = Qmaks e − Rt / 2 L cos d t , d = − 
LC  2 L 

Q(t)
Qmaks
Muatan pada
setiap pelat
kapasitor bertukar
tanda dan makin
t lama berkurang,
akhirnya kosong

105
Q(t ) = Qmaks e − Rt / 2 L cos d t

dQ (t ) Qmaks R − Rt / 2 L
I (t ) = =− e cos d t − d Qmaks e − Rt / 2 L sin d t
dt 2L
R 2 + (2d L) 2
=− Qmaks e − Rt / 2 L cos(d t −  )
2L
2d L
tan  =
R
Akhirnya arus sama dengan nol:

t →
I (t ) = 0
106
Qmaks R − Rt / 2 L
I (t ) = − e cos d t − d Qmaks e − Rt / 2 L sin d t
2L
 − AQmaks e − Rt / 2 L cos(d t −  )
= − AQmaks e − Rt / 2 L [cos d t cos  + sin d t sin  ]

R 2 L
→ A cos  = , A sin  = d → tan  = d
2L R
R R 2 + (2d L) 2 R 2 + (2d L) 2
→ A= =
2L R 2L

107
108
109
Kita akan menganalisis dengan arus sebagai acuan

I(t)=Im cos(t+) Fasor (vektor)


arus I (t )

Besar = Im
Arah: sesuai dengan
sudut fasa t+

I (t )
Im

t+

I(t)

110
Dalam menggambar fasor biasanya dipilih waktu t di
mana fasor berfasa nol

I (t )
Im

t+

I(t)

Fasor arus saat t= - /


sehingga t+=0

Im
111
Arus melalui Resistor
R
a b

I(t)

112
I (t ) VR (t )
Im VmR

t+ t+

I(t) VR(t)

Pada t+=0

I(t)
Im

VR(t)
VmR

113
Arus melalui Kapasitor
C
a b

I(t)


1
I m cos(t +  )dt
C
Im 
cos(t +  − )
C 2

Im
I m C
VmC

114
I (t )
Im Im

t+ t+

I(t) = Im cos (t +) VC(t)= VmCcos(t +−/2)

VmC

VC (t )
Pada t+=0

Im

VmC

115
Arus melalui Induktor
a L b

I(t)

Diagram fasor

VmL
Im  L

Im

116
VL (t )
I (t )
Im VmL Im

t+ t+

I(t) = Im cos (t +) VL(t)= VmLcos(t ++/2)

Pada t+=0
VmL

Im

117
Rangkaian RLC Seri

R L C

i(t) b
a

118
Metode trigonometri

119
Metode Fasor

Diagram fasor

XLIm
ZIm

RIm

XCIm

120
Diagram fasor Diagram fasor

XLIm XL
Vm Z

 

RIm R

XCIm XC

Z = R 2 + (  L − C ) 2 (impedansi)

−1  L − C
 = tan
R 121
Diagram fasor

XL XL
Z
 R

R
Z
XC XC

L> C tegangan Vab mendahului arus L< C tegangan Vab tertinggal arus

122
Resonansi:
keadaan dengan Im terbesar atau Z terkecil

Z min = R 2 + ( X L − X C ) 2 =R
min
1 1
X L = XC → L = → =
C LC

Im

res 123
Daya rata-rata rangkaian RLC seri

T

1
P= I m2 Z cos(t +  ) cos(t +  +  )dt
T 0

1 2 T/2
= I m Z cos( )
2

124
125
T
0
cos(t +  ) cos(t +  +  )dt
T T
=  0
cos(t +  ) cos(t +  ) cos( )dt −  0
cos(t +  ) sin( t +  ) sin( )dt
T T
= cos( )  cos (t +  )dt − sin( )  cos( t +  ) sin( t +  )dt
2
0 0
cos(2t + 2 ) + 1
T sin( ) T
= cos( )  dt − 
sin(t +  )d (sin(t +  ))
0 2  t =0

 sin(2t + 2 ) T T  sin( ) 2 T
= cos( )  + − sin (t +  )
 4 2  2 t =0
 t =0

 sin(2T + 2 ) − sin 2 T  sin( )


= cos( ) 
 4
+ −
2 2
(
sin 2 (T +  ) − sin 2 ( ) )
 sin(4 + 2 ) − sin 2 T  sin( )
= cos( ) 
 4
+ −
2 2
(
sin 2 (2 +  ) − sin 2 ( ) )
T
= cos( )
2 126
 L − C R R
tan  = → cos  = =
R R 2 + (  L − C )2 Z

1 2
P = I m R = I rms R
2
2

127
Catatan: nilai RMS

R M S

root mean square

Akar  rata-rata  kuadrat

128
I(t) =Im cos(t +) → Irms?

Kuadrat I (t )2 = I m 2 cos 2 (t +  )


Rata-rata dari kuadrat arus T

1
I (t ) 2 dt
T 0
1 T 2
=
T 0 
I m cos 2 (t +  )dt

I m 2 T cos(2t + 2 ) + 1 Im2
=
T 0  2
dt =
2

I m2 Im
Akar I rms = =
2 2
129
V(t) =Vm cos(t + +) → Vrms?

Kuadrat V (t ) 2 = Vm 2 cos 2 (t +  +  )


Rata-rata dari kuadrat arus
T

1
V (t )2 dt
T 0
1 T 2
=
T 0 
Vm cos 2 (t +  +  )dt

Vm 2 T cos(2t + 2 + 2 ) + 1 Vm 2
=
T 0  2
dt =
2

Akar Vm 2 Vm
Vrms = =
2 2 130
Contoh: Ujian II 2011

Perhatikan rangkaian RLC seri pada gambar di bawah. Andaikan


arus sesaat yang mengalir dalam rangkaian dinyatakan dalam
I(t)=Imsin(t) dengan Im, , t berturut-turut dalam satuan ampere,
rad/s dan sekon. Tentukanlah
a) impedansi rangkaian, amplitudo arus dalam rangkaian (Im),
dan beda fase antara tegangan generator terhadap arus
rangkaian,
b) tegangan sesaat pada generator ac dan pada kapasitor,
c) daya rata-rata rangkaian.

300  60 mH 0,5 mF

Generator ac
Vm = 50 volt,  = 104 rad/s 131
Z = R2 + (X L − X C )2
1 2
= R 2 + (L − )
C
2
 1 
= 300 +  (10 4 )(60)(10 −3 ) −
2

 (10 4 )(0,5)(10 −6 ) 
= 300 2 + (600 − 200) 2 = 300 2 + 400 2 = 25.10 4 = 500 

Vm 50
Im = = A = 0,1 A
Z 500

 X L − XC   600 − 200 
 = arctan   = arctan  300  = 53o
= 0,93 rad
 R   

132
 S (t ) = Vm sin ( t +  )
= 50 sin (104 t + 0,93) volt

VC (t ) = I m X C sin ( t −  / 2)
= (0,1)(200) sin (10 4 t −  / 2)
= 20 sin (104 t −  / 2) volt

2
 Im  1 2
P =I 2
rms R =  R = 2 Im R
 2
1
= (0,1) 2 (300) = 1,5 watt
2 133
Rangkaian RLC (paralel)
I(t)
a

S , r
 S : konstan
C L R mula - mula kapasitor kosong
b

 S − Ir = VC = VL = VR
t
Q 1 dI 2
VC = =
C C 
0
I1 dt , VL = L
dt
, VR = I 3 R

I = I1 + I 2 + I 3

134

135

Anda mungkin juga menyukai