Fisika Dasar 2
https://educatech.in/physics-
project-on-electromagnetic-
Induksi
Elektromagnetik
induction/
11
1
Hukum Induksi Faraday dan
Hukum Lenz
Eksperimen: loop kawat dihubungkan dengan
Galvanometer. Tidak ada baterai yang dihubungkan
dengan kawat. Sebuah magnet batang diletakkan di dekat
loop kawat
Halliday-Resnick
Eksperimen lain:
Jarum Galvanometer
bergeser sesaat
ketika saklar ditutup
4
Halliday-Resnick
Analisis eksperimen:
B = B dA
A
5
Ketika magnet bergeser maka kuat medan magnetik di dalam
loop kawat berubah: membesar ketika magnet mendekat loop
dan mengecil ketika magnet menjauhi loop.
Ketika magnet diam (tidak digeser) maka medan magnetik di
dalam loop tetap.
Jadi
Ketika magnet bergeser maka fluks magnetik dalam loop
kawat berubah: membesar ketika magnet mendekat loop dan
mengecil ketika magnet menjauhi loop.
Ketika magnet diam (tidak digeser) maka fluks magnetik di
dalam loop tetap.
6
Dengan kata lain, fluks magnetik yang berubah terhadap
waktu menimbulkan arus induksi.
Karena arus listrik berkaitan dengan sumber tegangan (gaya
gerak listrik) maka perubahan fluks magnetik tersebut
menimbulkan beda potensial yang dinamakan gaya gerak
listrik induksi (ggl induksi ind).
Jadi perubahan fluks magnetik (per satuan waktu) berkaitan
dengan timbulnya ggl induksi.
Eksperimen menunjukkan bahwa hubungan tersebut
berbentuk
d B
ind =−
dt
7
Jika ada N buah loop kawat yang kesemuanya dihubungkan
ke Galvanometer yang sama maka diperoleh
d B Hukum
ind = −N Faraday
dt
(GGL terinduksi dalam loop bila jumlah garis-garis
medan magnetik yang menembus bidang loop berubah)
U S
U S
10
U S
U S
U S
11
B (t1 ) = B1 (−iˆ), B(t 2 ) = B2 (−iˆ), B2 B1
→ B = ( B2 − B1 )(−iˆ)
→ B = B nˆ A = −( B2 − B1 ) A
= − | B | A (nˆ = iˆ)
Bind = Bind iˆ → ind = Bind A = Bind A
U S
U S
14
B (t1 ) = B1 (−iˆ), B(t 2 ) = B2 (−iˆ), B2 B1
→ B = ( B2 − B1 )(−iˆ)
→ B = B nˆ A = −( B2 − B1 ) A
= + | B | A (nˆ = iˆ)
Bind = Bind (−iˆ) → ind = Bind A = − Bind A
16
r
U B A n̂ S
d B d
ind =− = − ( BA cos ) 0
dt dt
Yaitu bila
1. Medan magnetik B berubah terhadap waktu
(mis. Kedua magnet digeser
mendekat/menjauh)
2. Luas penampang A berubah terhadap waktu
(mis. Salah satu sisi bidang A digeser)
3. Arah normal bidang A diubah (mis. A diputar
terhadap poros vertikal
4. Kombinasi dari kedua/ketiga hal di atas.
18
r
U B A n̂ S
R
Misalkan A diputar
terhadap poros
d d
dengan laju putar
ind = − ( BA cos ) = − BA (cos t )
yang konstan. dt dt
Maka =t
(t=0 ketika A mulai = BA sin t
diputar)
ind GGL induksi yang terjadi
berupa tegangan bolak-
+BA bolak.
t
-BA
19
b
a
r
U B A n̂ S
I=2 A.
23
Contoh:
Loop kawat dengan luas A diletakkan pada daerah
bermedan magnetik sehingga bidang A tegak lurus medan.
Bila medan magnetik berubah secara eksponensial
menurut B=Bmakse-at, a>0 konstan berapakah ggl induksi
dalam loop sebagai fungsi dari waktu?
− at
d dBmaks e
ind = − ( BA cos ) = − A cos 0
dt dt
− at
= AaBmakse
24
Halliday-Resnick 25
26
Medan Listrik Induksi
Flistrik = Fmagnet
| qE |=| qv B |= qvB sin
E = vB; jika = 90 0
E= = vB
l
GGL = = vBl
28
Jika konduktor digeser di
atas rel kawat berbentuk U
dengan hambatan R maka
konduktor akan mengalami
R
gaya magnetik ke kiri
(akibat gerakan muatan
dalam konduktor ke
bawah/ke atas). Agar
kecepatan konduktor ke
kanan konstan maka gaya
tarik terhadap konduktor ke d
kanan harus sama dengan | ind |= ( BA cos )
gaya magnetik tersebut.
dt
d
Selama pergeseran = B cos 0 L( x0 + vt ) = BLv
konduktor, loop yang dt
dibentuk konduktor dan
BLv
kawat U berubah luas →I =
menurut A(t)=L(x0+vt) R 29
Arah arus induksi dapat
pula ditentukan dengan
memanfaatkan hukum
Lenz.
R
Ketika konduktor digeser ke
kanan maka fluks magnetik
yang menembus loop
bertambah.
Arah arus induksi adalah
sedemikian rupa sehingga fluks
magnetik induksi yang
dihasilkannya harus melawan
penambahan fluks oleh medan R
luar.
Artinya medan magnetik induksi
harus berarah masuk bidang tulis
dan dengan demikian arah arus
induksi seperti tampak pada 30
gambar.
Daya
P = Fappl v = FB v = ILBv
BLv 2
= LBv =
R R
Rangkaian
R = BLv ekivalen
31
GGL induksi pada
batang yang berputar
34
Fluks
• Selama pergeseran sisi kanan kawat dari x=0 sampai
x=w jumlah garis gaya yang menembus loop bertambah
secara linear sehingga fluks berubah dari nol di x=0
sampai akhirnya sama dengan BA=Bl w di x=w.
• Selama pergeseran sisi kanan loop dari x=w sampai
x=3w fluks magnetik yang menembus loop tetap sama
dengan Bl w.
• Selama pergeseran sisi kanan loop dari x=3w sampai
x=4w nilai fluks berkurang linear dari Bl w sampai nol.
35
Fluks
magnetik
GGL
Ggl induksi
induksi sama dengan
negatif dari
gradien fluks
Gaya luar
36
Gaya magnetik
Selama pergeseran sisi kanan kawat dari x=0 sampai x=w, fluks yang
menembus loop kawat bertambah. Maka arus induksi harus menghasilkan
fluks yang melawan pertambahan tersebut. Berarti arus induksi mengalir
searah arah putar jarum jam. Sisi kanan kawat mengalami gaya Il B ke
arah kanan (sisi kiri tidak mengalami gaya karena berada di luar medan,
sisi atas mengalami gaya ke atas dan sisi bawah mengalami gaya ke
bawah dengan besar berubah dari nol sampai IwB. Total gaya: Il B.
37
Selama pergeseran sisi kanan dari x=3w sampai x=4w, fluks magnetik
berkurang sehingga arus induksi berarah berlawanan dengan arah jarum
jam. Kawat kanan tidak mengalami gaya karena berada di luar medan, kawat
kiri mengalami gaya Il B ke arah kanan dan kawat atas dan bawah
mengalami gaya yang berubah dari IwB ke nol dengan arah yang
berlawanan. Total gaya : Il B.
BLv B 2 L2v
ILB = LB =
R R
38
Cincin konduktor berada
dalam medan magnetik yang
besarnya berubah-ubah
Arah E tangensial
Energi potensial = usaha
q = F ds = qE ds
lingk
2r
= qE ds = qE 2r
0
E=
2r
1 d B 1 dBr 2 r dB
=− =− =−
2r dt 2r dt 2 dt 39
Arus Eddy
40
Sistem pengereman
Inti besi pada trafo
berbentuk lempengan
untuk meminimalisasi
arus Eddy
Halliday-Resnick
41
GGL DGN B BERUBAH
( TRAFO )
Halliday-Resnick
B=npIp B=nsIs nP
IS = IP
nS 42
Kekekalan energi : PS = PP
→ I SVS = I PVP
IP nS NS
→ VS = VP = VP VP
IS nP NP
Step up : VS>VP, NS>NP
Step down: VS<VP, NS<NP
43
Step up, step down, transmisi
tegangan tinggi
Halliday-Resnick
44
GGL DGN BERUBAH
( GENERATOR AC )
Halliday-Resnick 45
Hukum Faraday yang lebih umum
Untuk loop = E ds
sehingga Hukum
d B d B Faraday
=− → E ds = − dalam
dt dt bentuk
Integral
B dA = 0 ⎯⎯⎯⎯⎯→ B = 0
Teorema Gauss
47
B ds = 0 I ⎯⎯⎯⎯⎯→ B = 0 J
Teorema Stokes
d E Teorema Stokes E
B ds = 0 I + dt ⎯⎯⎯ ⎯⎯→ B = 0 J + t
Hukum Ampere-Maxwell Hukum Ampere-Maxwell
dalam bentuk integral dalam bentuk diferensial
Q
E =
E dA =0 0
B = 0
B dA = 0
d B B
E ds = − dt E = −
t
d E E
B ds = 0 I + dt B = 0 J +
t
49
Induktansi diri
Jika kapasitor menghasilkan medan listrik maka kumparan/induktor
menghasilkan medan magnetik.
Jika pada kumparan/solenoida mengalir arus listrik maka di dalam
kumparan timbul medan magnetik B sehingga terdapat fluks magnetik
=BA yang menembus penampang kumparan.
Jika arus listrik berubah terhadap waktu maka medan magnetik B(t)
yang terbentuk juga berubah terhadap waktu, demikian pula fluks
magnet B(t) yang menembus penampang kumparan.
Menurut hukum Faraday perubahan fluks magnetik menimbulkan GGL
induksi, yang berbentuk (tanda – menyatakan hukum Lenz):
d B
= −N
dt
50
GGL induksi tersebut menghasilkan arus induksi yang melawan
perubahan arus “asli” (arus dari sumber tegangan): Jika arus asli
bertambah besar maka arus induksi berusaha mengurangi
pertambahan tersebut. Bila arus asli berkurang maka arus induksi
berusaha mengurangi pengurangan tersebut. Oleh karena itu
polarisasi GGL induksi sesuai dengan gambar.
I’ I’
Selanjutnya
d d dI dI
= −N = −N −L
dt dI dt dt
d
L=N
dI 51
L dinamakan induktasi diri dari kumparan. Satuan induktansi diri:
Henry (H)=Vs/A.
Mengingat medan induksi magnetik untuk kumparan adalah
B = 0 nI
Maka
d d nIA
L=N N 0 = N0 nA
dI dI
53
Contoh: Induktansi kabel koaksial
Induktansi kabel
d B 0l b
L= = ln
dI 2 a
55
Rangkaian RL
L,r
Induktor dalam rangkaian listrik disimbolkan oleh
I(t) L,r
L,r
dI
S = L + Ir
S dt
dI
L,r Vab (t ) = L + Ir
a b dt
I = I m sin t
maka
dI
Vab (t ) = L = LI m cos t = LI m sin(t + 90 )
dt
= Vm sin(t + 90 ), Vm = LI m
t=0
Vm Vm
Im
Im
t
60
Contoh: Jika arus mengalir I=5cos100t ampere dari a ke b di mana
a dan b adalah ujung-ujung dari sebuah induktor dengan L=20 mH
dan r=0,1 ohm, tentukanlah Vab!
dI
Vab (t ) = L + Ir
dt
= (0,02 H )(5 10 −3 A)(−100rad / s ) sin 100t + (5 10 − 4 V ) cos100t
= (−10 10 −3V ) sin 100t + (0,5 10 −3V ) cos100t
61
Solusi umum rangkaian seri RL
I(t) L,r
L,r
Persamaan bagi rangkaian RL:
dI S
S = L + I (R + r)
dt
Solusinya dapat dituliskan sebagai I=I1+I2 dengan
I1 adalah solusi untuk kasus s=0 dan I2 konstan.
dI1
0=L + I1 ( R + r )
dt
dI dI 2
S = L 2 + I 2 ( R + r ), =0
dt dt
+
d ( I1 + I 2 )
S =L + ( I1 + I 2 )( R + r )
dt 62
dI1 dI1 R+r
0=L + I1 ( R + r ) → =− dt → I1 = I10 e −( R + r ) t / L
dt I1 L
dI 2 dI
S = L + I 2 ( R + r ), 2 = 0 → S = I 2 ( R + r ) → I 2 = S
dt dt R+r
−( R + r ) t / L S
I = I1 + I 2 = I10 e +
R+r
S
I=
R+r
(
1− e −( R + r )t / L
)
dI
Vinduktor = L = S e −( R + r ) t / L
dt
63
Mencari solusi dengan cara lain:
dI
S = L + I (R + r)
dt
Tuliskan (S konstan) x = S − I (R + r)
→ dx = −( R + r )dI
dx dI dI 1 dx
→ = −( R + r ) → =−
dt dt dt R + r dt
dI
L = S − I (R + r)
dt
L dx dx R+r
→− =x→ =− dt
R + r dt x L
x R+r R+r
→ ln = − t → x = x0 exp − t
x0 L L 64
R+r
S (t ) − I t ( R + r ) = S (0) − I 0 ( R + r )exp − t
L
R+r
S − I t ( R + r ) = S exp − t
L
S R + r
1 − exp − t = I t
R+r L
S
I (t ) = I t =
R+r
(
1− e )
−t / L
, L =
L
R+r
L=Tetapan waktu 65
S SL
I (t ) = I t =
R+r
(
1− e −t / L
)→ V induktor
dI
=L =
dt L ( R + r )
e −t / L = S e −t / L
SR
VR = RI =
R+r
(
1− e −t / L
)
I Vind VR
S S SR
R+r R+r
t t t
Tampak bahwa mula-mula tegangan induktor sama dengan tegangan
sumber dan arus sama dengan nol. Dengan berjalannya waktu
tegangan berkurang dan arus yang mengalir bertambah sehingga
pada waktu jauh kemudian tegangan induktor (karena L) nol dan arus
yang mengalir konstan sebesar /(R+r). Di lain pihak tegangan
resistor memiliki perilaku seperti arus listrik.
Apa yang terjadi ketika keadaan setimbang ini telah tercapai tiba-tiba
baterai diganti dengan hubungan pendek? 66
I(t) L,r
L,r
Situasi tersebut berkaitan dengan rangkaian di
samping. Maka
dI S
0 = L + I (R + r)
dt
Sesaat sebelum hubungan pendek dilakukan (namakan sesaat
sebelum t=0) arus yang mengalir sama dengan S/(R+r) sehingga
sesaat setelah hubungan pendek dilakukan arus yang mengalir
masih sama dengan S/(R+r). Arus selanjutnya mengikuti
persamaan di atas, yaitu:
dI R+r L
=− dt → I (t ) = I 0e −t / L = S e −t / L L =
I L R+r R+r
t
67
Tegangan induktor dan resistor juga berubah
secara eksponensial dan akhirnya nol:
dI −S
Vind =L =L e −t / L = − S e −t / L
dt (R + r ) L
SR −t / L −t / L
VR+Vind+Vr=0
VR = IR = e Se
R+r
Vind VR
S
t t
- S 68
Soal
Selama 10 detik pertama S1
ditutup dan S2 dibuka, dan
selanjutnya S1 dibuka dan S2
ditutup maka arus listrik yang
mengalir sebagai fungsi dari
waktu diungkapkan oleh grafik di
bawah: grafik A untuk induktor
dengan induktansi LA dan grafik
B untuk induktor dengan
induktansi LB. Mana yang benar:
LA>LB atau LA<LB?
(diasumsikan konstanta waktu
jauh lebih kecil dari 10 detik)
69
Energi tersimpan dalam induktor
L
Tinjau induktor sempurna, r=0. Maka
dI
Vab (t ) = L
dt
Energi yang tersimpan dalam induktor per satuan waktu
pada saat t:
dI
P = IVab = LI
dt
Energi yang tersimpan dalam induktor selama t detik dari t=0 adalah:
t t t
dI dI 2
E = Pdt = dt = 2 L dt = 12 L( I 2 − I 0 )
1 2
LI
0 0
dt 0
dt
= 12 LI 2 (pilih I 0 = 0)
2
2
1 0 N A Bl
0 N 2 A NI
= 2
L = , B= 0
l 0 N l l
Al 2 70
= B
20
Energi yang tersimpan per satuan volume selama t detik:
1 1
UL = B = 0 H 2
2
20 2
Jika di dalam induktor terdapat bahan magnetik dengan
permeabilitas maka
1 2 1
UL = B = H 2
2 2
71
Soal:
Tentukanlah
a. Tetapan waktu
b. Arus yang mengalir
pada saat t=2,0 s
setelah saklar ditutup.
c. Energi yang tersimpan
dalam induktor selama
2 detik pertama.
72
1 2 1
LI = ( 0,3H )( 0, 659A ) = 0, 065 J
2
E=
2 2
73
Induktansi bersama
Tinjau dua loop atau dua solenoida (coil)
yang diletakkan berdekatan.
Kumparan 1 dialiri arus I1(t). Namakan
medan magnetik oleh arus I1(t) sebagai B1(t).
Pada kumparan 1 timbul fluks magnetik 11
karena arus I1(t).
Sebagian/semua garis-garis medan ini
menembus kumparan 2 sehingga pada
kumparan 2 timbul fluks magnetik 21 oleh
I1(t) sehingga arus ini menimbulkan GGL
induksi pada kumparan 2:
d 21 d 21 dI1 dI
21 = − N 2 = −N2 − M 21 1
dt dI1 dt dt
d 21 21 M21: Induktansi bersama
M 21 = N 2 = N2 Ruas terakhir hanya benar untuk
dI1 I1 74
kasus fluks yang sebanding arus
d 21 d ( A2 B1 ) d ( A2 0 n1 I1 ) N N A
M 21 = N 2 = N2 = N2 = N 2 A2 0 n1 = 1 2 2 0
dI1 dI1 dI1 l1
21 AB A nI
N2 = N 2 2 1 = N 2 2 0 1 1 = N 2 A2 0 n1 = M 21
I1 I1 I1
d12 d12 dI 2 dI 2
12 = − N1 = − N1 − M 12
dt dI 2 dt dt
d12 12
M 12 = N1 = N1
dI 2 I2
12 AB A n I N N A
M 12 = N1 = N1 1 2 = N1 1 0 2 2 = N1 A1 0 n2 = 1 2 1 0
I2 I2 I2 l2
75
Jika kedua induktor memiliki volume sama, A1l1=A2l2,
maka M12=M21M
76
Soal:
Kumparan (1) dengan jumlah 20 lilitan melingkupi
batang silinder berisi udara. Panjang kumparan 10
cm dan luas penampang kumparan 3 cm2.
Kumparan (2) dengan jumlah lilitan 5 melingkupi
kumparan (1).
a. Hitunglah induktansi bersama kedua kumparan
b. Bila kumparan (1) dialiri arus I1(t)=2 cos100t,
hitunglah beda tegangan antara kedua ujung
kumparan (2).
c. Bila kumparan (2) dialiri arus I2(t)=2 cos100t,
sedangkan kumparan (1) dalam keadaan
terbuka, hitunglah beda tegangan antara kedua
ujung kumparan (2).
77
N1 N 2 A2 0 (20)(5)(0,0003m 2 )(4 10 −7 Tm 2 A−1 )
M 21 = = = 0,04H
l1 0,1m
dI1
21 = − M 21 = −(0,04H )(−200 sin(100t ) A) = 8 sin 100t V
dt
dI 2
12 = − M 12 = −(0,04H )(−200 sin(100t ) A) = 8 sin 100t V
dt
78
Induktansi ekivalen
Tinjau dua induktor yang dipasang secara seri
L1,r1 L2,r2
Induktansi bersama: M
c
a b
dI1 dI dI dI dI
Vab = I1r1 + L1 + M 2 = Ir1 + L1 + M = Ir1 + (L1 + M )
dt dt dt dt dt
dI2 dI1 dI dI dI
Vbc = I2r2 + L2 +M = Ir2 + L2 + M = Ir2 + (L2 + M )
dt dt dt dt dt
dI
Vac = Vab + Vbc = I (r1 + r2 ) + (L1 + L2 + 2M )
dt
dI
=º Ir + L L = L1 + L2 + 2M Induktansi ekivalen
dt 79
L = L1 + L2 + 2M Induktansi ekivalen
M 21 = M12 = M = L1L2
Ini berlaku untuk kopling penuh, yaitu bila semua garis medan
dari induktor 1 masuk ke induktor 2 (dan sebaliknya).
I dI dQ
0= + (R + r) , I =
C dt dt
dI dt
→ =− → I (t ) = I 0 e −t / C ,
I ( R + r )C
C = ( R + r )C C: tetapan
83
waktu
Pada t=0 I=I0 dan Q=0 maka
Q S
S = + I (R + r) → S = I0 (R + r) → I0 =
C R+r
S
I (t ) = e −t / C
R+r
t
S t
S C
Q(t ) = I (t )dt = e
−t / C
dt = (1 − e −t / C )
0
R+r 0
R+r
Q(t ) S C
VC (t ) = = (1 − e −t / C ) = S (1 − e −t / C )
C C(R + r)
SR
VR (t ) = RI (t ) = e −t / C
R+r
84
S
I I (t ) = e −t / C
R+r VC
I0 eS
t t
VR
VC SR
eS R+r
t t
85
Rangkaian LC
Tinjau rangkaian LC seperti pada gambar, dengan hambatan
dalam induktor diabaikan. Pada t=0 saklar ditutup sehingga
arus mengalir dari baterai dan kapasitor yang semula kosong
mulai terisi muatan listrik. Andaikan pada saat t arus yang
mengalir adalah I(t) maka menurut hukum Kirchhoff:
I(t) C S
Q dI
S
S = VC + VL = + L
L C dt
I(t) C S
d 2I 1
S 2
+ 2
I = 0, =
L dt LC
k m d 2x k
2
+ 2
x = 0, =
dt m
x
1
I = A sin( t + 0 ), =
Rangkaian LC dan LC
osilator harmonik
k
memiliki bentuk solusi x = A sin( t + 0 ), = 87
umum yang sama m
I(t) C S
d 2I 1
2
+ 2
I = 0, =
S dt LC
L
I = A sin( t + 0 )
88
fasor
VLm
Im
VCm
89
Cara lain
Q dI
S = VC + VL = + L
C dt
Q d 2Q
→ S = + L
C dt 2
d 2Q
→ C S = Q + CL
dt 2
d 2Q
→ 0 = (Q − C S ) + CL
dt 2
d 2 (Q − C S )
→ 0 = (Q − C S ) + CL
dt 2
d 2 (Q − C S )
→0= 2
+ 2
(Q − C S )
dt 90
→ (Q − C S ) = (Q − C S )0 + B{cos(t + 0 ) − cos( 0 )}
A
Tuliskan B = −
A
→ (Q − C S ) = (Q − C S )0 − {cos(t + 0 ) − cos( 0 )}
A
→ Q(t ) = Q0 − {cos(t + 0 ) − cos( 0 )}
dQ(t )
→ I (t ) = = A sin(t + 0 )
dt
Q(t ) Q0 A
→ VC (t ) = = − {cos(t + 0 ) − cos( 0 )}
C C C
dI (t )
→ VL (t ) = L = LA cos(t + 0 )
dt
Q0 A
S = VC (t ) + VL (t ) = − {cos(t + 0 ) − cos( 0 )} + LA cos(t + 0 )
C C 91
Keadaan awal (t =0)
→ Q(t ) = Q0
→ I (0) = A sin( 0 )
Q0
→ VC (0) =
C
→ VL (0) = LA cos( 0 )
Q0
→ S = VC (0) + VL (0) = + LA cos( 0 )
C
92
dQ(t )
I (t ) = = A sin(t + 0 )
dt
A A
VC (t ) = − cos(t + 0 ) + konst = sin(t + 0 − 90) + konst
C C
VL (t ) = LA cos(t + 0 ) = LA sin(t + 0 + 90)
t=−0/
VLm
Im
VCm
93
Pengosongan kapasitor: Misalkan setelah kapasitor terisi
penuh, baterai dilepas dan diganti dengan kabel.
Persamaan diferensialnya sama dengan sebelumnya tetapi dengan S=0:
Q dI
0 = VC + VL = + L I(t) C S
2
C dt
Q d Q
0= +L
C dt 2 L
d 2Q
0= + 2Q → Q(t ) = A cos t + B sin t
dt 2
dQ
→ I (t ) = = − A sin t + B cos t
dt
Q(t ) A cos t + B sin t
→ VC (t ) = =
C C
dI
→ VL (t ) = L = − L 2 ( A cos t + B sin t ) 94
dt
Pada t=0, Q=Qmaks dan I=0 sehingga VC=VCmaks-=S dan VL=0
Q (t ) = S C cos t
I (t ) = − S C sin t
VC (t ) = S cos t
VL (t ) = − L 2 S C cos t = − S cos t
95
Q (t ) = S C cos t
Q0 = Qmaks = S C
I (t ) = − S C sin t
I maks = S C = Qmaks
VC (t ) = S cos t
VL (t ) = − L 2 S C cos t = − S cos t
t Q(t) I(t)
0 Qmaks 0
T/4 0 −Imaks
T/2 −Qmaks 0
3T/4 0 Imaks
T Qmaks 0
96
97
I
Q(t ) = maks
cos t
I (t ) = − I maks sin t
→ U L + U C = 12 LI m 2 UL
Im
Qmaks =
½LIm2
konstan I maks = I m
(Kekekalan energi)
UC
(Qmaks)2/2C
99
I (t ) = − I m sin t = I m cos(t + 90)
VC (t ) = S cos t
VL (t ) = − S cos t = S cos(t + 180)
t=−T/4
VLm
Im VCm Im
t
VCm
VLm
100
Rangkaian RLC (seri)
I(t) S
C
S : konstan
a
S , r
R L mula - mula kapasitor kosong
b
Q dI
S = VC + VL + I ( R + r ) = + L + I ( R + r )
C dt
2 Turunkan thd
I d I dI
+ L 2 + (R + r) = 0 waktu
C dt dt
d 2I dI I Serupa dengan osilator
L 2 + (R + r) + = 0 (pegas) teredam
dt dt C
d 2x dx
m 2 + b + kx = 0 101
dt dt
Untuk hambatan kecil, persamaan di atas memiliki
solusi seperti solusi untuk osilator teredam lemah:
2
1 R
I (t ) = I 0e − Rt / 2 L cos d t , d = −
LC 2 L
I(t)
I0
102
Muatan pada kapasitor:
( )
t t t
I0
Q(t ) = I (t )dt = I 0 dte − Rt / 2 L
cos d t = dt e − Rt / 2 L +id t + e − Rt / 2 L −id t
0 0
2 0
− Rt / 2 L + i d t − Rt / 2 L −i d t t
I0 e e
= +
2 − R / 2 L + i d − R / 2 L − i d t =0
I 0 e − Rt / 2 L +id t − 1 e − Rt / 2 L −id t − 1
= +
2 − R / 2 L + i d − R / 2 L − i d
Q d 2Q dQ
+ L 2 + (R + r) =0
C dt dt
d 2Q dQ Q Serupa dengan osilator
L 2 + (R + r) + =0 (pegas) teredam
dt dt C
d 2x dx
m 2 + b + kx = 0
dt dt 104
Untuk hambatan kecil, persamaan di atas memiliki
solusi seperti solusi untuk osilator teredam lemah:
2
1 R
Q(t ) = Qmaks e − Rt / 2 L cos d t , d = −
LC 2 L
Q(t)
Qmaks
Muatan pada
setiap pelat
kapasitor bertukar
tanda dan makin
t lama berkurang,
akhirnya kosong
105
Q(t ) = Qmaks e − Rt / 2 L cos d t
dQ (t ) Qmaks R − Rt / 2 L
I (t ) = =− e cos d t − d Qmaks e − Rt / 2 L sin d t
dt 2L
R 2 + (2d L) 2
=− Qmaks e − Rt / 2 L cos(d t − )
2L
2d L
tan =
R
Akhirnya arus sama dengan nol:
t →
I (t ) = 0
106
Qmaks R − Rt / 2 L
I (t ) = − e cos d t − d Qmaks e − Rt / 2 L sin d t
2L
− AQmaks e − Rt / 2 L cos(d t − )
= − AQmaks e − Rt / 2 L [cos d t cos + sin d t sin ]
R 2 L
→ A cos = , A sin = d → tan = d
2L R
R R 2 + (2d L) 2 R 2 + (2d L) 2
→ A= =
2L R 2L
107
108
109
Kita akan menganalisis dengan arus sebagai acuan
Besar = Im
Arah: sesuai dengan
sudut fasa t+
I (t )
Im
t+
I(t)
110
Dalam menggambar fasor biasanya dipilih waktu t di
mana fasor berfasa nol
I (t )
Im
t+
I(t)
Im
111
Arus melalui Resistor
R
a b
I(t)
112
I (t ) VR (t )
Im VmR
t+ t+
I(t) VR(t)
Pada t+=0
I(t)
Im
VR(t)
VmR
113
Arus melalui Kapasitor
C
a b
I(t)
1
I m cos(t + )dt
C
Im
cos(t + − )
C 2
Im
I m C
VmC
114
I (t )
Im Im
t+ t+
VmC
VC (t )
Pada t+=0
Im
VmC
115
Arus melalui Induktor
a L b
I(t)
Diagram fasor
VmL
Im L
Im
116
VL (t )
I (t )
Im VmL Im
t+ t+
Pada t+=0
VmL
Im
117
Rangkaian RLC Seri
R L C
i(t) b
a
118
Metode trigonometri
119
Metode Fasor
Diagram fasor
XLIm
ZIm
RIm
XCIm
120
Diagram fasor Diagram fasor
XLIm XL
Vm Z
RIm R
XCIm XC
Z = R 2 + ( L − C ) 2 (impedansi)
−1 L − C
= tan
R 121
Diagram fasor
XL XL
Z
R
R
Z
XC XC
L> C tegangan Vab mendahului arus L< C tegangan Vab tertinggal arus
122
Resonansi:
keadaan dengan Im terbesar atau Z terkecil
Z min = R 2 + ( X L − X C ) 2 =R
min
1 1
X L = XC → L = → =
C LC
Im
res 123
Daya rata-rata rangkaian RLC seri
T
1
P= I m2 Z cos(t + ) cos(t + + )dt
T 0
1 2 T/2
= I m Z cos( )
2
124
125
T
0
cos(t + ) cos(t + + )dt
T T
= 0
cos(t + ) cos(t + ) cos( )dt − 0
cos(t + ) sin( t + ) sin( )dt
T T
= cos( ) cos (t + )dt − sin( ) cos( t + ) sin( t + )dt
2
0 0
cos(2t + 2 ) + 1
T sin( ) T
= cos( ) dt −
sin(t + )d (sin(t + ))
0 2 t =0
sin(2t + 2 ) T T sin( ) 2 T
= cos( ) + − sin (t + )
4 2 2 t =0
t =0
1 2
P = I m R = I rms R
2
2
127
Catatan: nilai RMS
R M S
128
I(t) =Im cos(t +) → Irms?
I m 2 T cos(2t + 2 ) + 1 Im2
=
T 0 2
dt =
2
I m2 Im
Akar I rms = =
2 2
129
V(t) =Vm cos(t + +) → Vrms?
Vm 2 T cos(2t + 2 + 2 ) + 1 Vm 2
=
T 0 2
dt =
2
Akar Vm 2 Vm
Vrms = =
2 2 130
Contoh: Ujian II 2011
300 60 mH 0,5 mF
Generator ac
Vm = 50 volt, = 104 rad/s 131
Z = R2 + (X L − X C )2
1 2
= R 2 + (L − )
C
2
1
= 300 + (10 4 )(60)(10 −3 ) −
2
(10 4 )(0,5)(10 −6 )
= 300 2 + (600 − 200) 2 = 300 2 + 400 2 = 25.10 4 = 500
Vm 50
Im = = A = 0,1 A
Z 500
X L − XC 600 − 200
= arctan = arctan 300 = 53o
= 0,93 rad
R
132
S (t ) = Vm sin ( t + )
= 50 sin (104 t + 0,93) volt
VC (t ) = I m X C sin ( t − / 2)
= (0,1)(200) sin (10 4 t − / 2)
= 20 sin (104 t − / 2) volt
2
Im 1 2
P =I 2
rms R = R = 2 Im R
2
1
= (0,1) 2 (300) = 1,5 watt
2 133
Rangkaian RLC (paralel)
I(t)
a
S , r
S : konstan
C L R mula - mula kapasitor kosong
b
S − Ir = VC = VL = VR
t
Q 1 dI 2
VC = =
C C
0
I1 dt , VL = L
dt
, VR = I 3 R
I = I1 + I 2 + I 3
134
135