Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nadya Aulia Alfina

NIM : 6411420131

1. Komponen Darah
Darah pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama, yaitu plasma darah dan
sesl-sel darah. Plasma darah merupakan komponen penyusun darah yang paling
banyak, yaitu sebesar 55% dari bagian darah. Plasma darah terdiri atas protein-protein
darah seperti immunoglobin, albumin, protein, nutrisi, hormon, gas terlarut, serta zat
hasil ekskresi. Walaupun terlihat banyak penyusunnya, tetapi 90% dari plasma darah
adalah air.
Bagian darah yang kedua yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah ini dibagi menjadi
tiga komponen penyusun yakni sel darah merah/eritrosit yang berfungsi mengangkut
oksigen dalam darah ke semua sel tubuh, sel darah putih/ leukosit yang berfungsi
sangat penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit, dan keping darah
(trombosit/platelet). Ketiga komponen sel darah tersebut memiliki fungsi dan
perannya masing-masing.

2. Haemoglobin dan Mekanismenya dalam Mengangkut Oksigen


Haemoglobin adalah molekul yang terdiri atas kandungan heme (zat besi) dan
rantai polipeptida globin (alfa, beta, gamma, dan delta) yang berada di dalam eritrosit
serta bertugas untuk mengangkut oksigen. Haemoglobin juga merupakan pigmen
pemberi warna merah pada darah.
Fungsi dari haemoglobin yaitu mengankut oksigen dari paru-paru dalam
peredaran darah untuk dibawa ke jaringan. Ikatan haemoglobin dengan oksigen
disebut oksihemoglobin (HbO2). Selain itu, haemoglobin juga mengangkut
karbonmonoksida dan dengan karbonmonoksida membentuk ikatan karbon
monoksihemoglobin (HbCO). Haemoglobin juga berperan dalam keseimbangan pH
darah.
Haemoglobin mempunyai afnitas (daya gabung) terhadap oksigen, dan dengan
oksigen dapat membentuk ikatan oksihemoglobin di dalam sel arah merah. Melalui
fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan. Setiap gram
haemoglobin dapat mengikat 1,34 ml O2 dalam kondisi jenuh. Sedangkan
karboksihemoglobin merupakan heamoglobin yang mengikat karbonmonoksida (CO)
akibat dari CO yang bebas dalam tubuh, CO memiliki afnitas 210 kali lebih besar
dibanding O2 terhadap haemoglobin.
Hemoglobin mengikat oksigen untuk membentuk oksihemoglobin, oksigen
menempel pada fe 3+¿¿ dalam heme, Hb + O2 → HbO2
Afinitas hemoglobin terhadap O2 di pengaruhi oleh PH, suhu, dan kosentrasi
2,3 di fosfosgliserat (2,3-DPG) dalam sel darah merah. 2,3-DPG dalam H’
berkompentesi dengan O2 untuk berikatan dengan hemoglobin terhadap O2 dengan
menggeser 4 rantai peptide.
Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbon
monoksida hemoglobin atau karbolasi hemoglobin. Hb + CO2 → HbCO2
Afinitas hemoglobin untuk oksigen jauh lebih rendah dari pada afinitasnya
terhadap karbon monoksida sehingga menggantikan O2 pada hemoglobin dan
menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut oksigen.
3. Golongan Darah A, B, dan O
Sistem golongan darah A, B, O ditemukan oleh Karl Landsteiner. Pada sistem
ini, golongan arah ditentukan oleh aglutinogen dan aglutinin. Aglutinogen merupakan
jenis protein yang dapat menggumpal (aglutinasi) dan terdapat di eritrosit. Sedangkan
aglutinin merupakan jenis serum antibodi yang dapat menggumpalkan aglutinogen.
Aglutinin ini terdapat di plasma darah.
Aglutinogen dan aglutinin masing-masing terbagi lagi menjadi dua jenis.
Aglutinogen terbadi menjadi aglutinogen A dan aglutinogen B. Sedangkan aglutinin
terbagi menjadi α dan β. Aglutinin α menggumpalkan aglutinogen A dan aglutinin β
menggumpalkan aglutinogen B. Lebih jelasnya seperti tabel berikut ini :

Golongan Darah Aglutinin Aglutinogen


A β A
B α B
AB - A dan B
O α dan β -

Golongan darah O merupakan donor universal, sedangkan golongan darah AB


adalah resipien universal. Donor universal (O) dapat mendonorkan darahnya ke
semua golongan darah dan hanya dapat mendapat donor dari golongan darah O saja.
Sedangkan resipien universal (AB) dapat menerima darah dari seluruh golongan darah
namun hanya dapat mendonorkan ke golongan darah AB saja.

4. Mekanisme Penggumpalan darah atau Pembekuan Darah (Koagulasi)


Penggumpalan darah merupakan respon alami tubuh untuk menghentikan
pendarahan dan menyembuhkan luka. Mekanisme pembekuan darah berlangsung
secara bertahap sedemikian rupa sehingga salah satu faktor koagulasi diubah menjadi
aktif di akhiri dengan pembentukan fibrin (bekuan). Faktor pembekuan darah adalah
protein yang terdapat dalam darah (plasma) yang berfungsi dalam proses koagulasi.
Proses pembekuan darah ini memiliki tujuan untuk mengatasi vascular injury
sehingga tidak terjadi pendarahan berlebih, tetapi proses pembekuan darah ini
dilokalisir pada daerah injury.
Pembekuan darah memiliki reaksi mendasar yaitu perubahan protein plasma
yang larut, dimana terjadi pembentukan fibrin yang tidak larut dari fibrinogen. Inisiasi
proses koagulasi dapat terjadi melalui salah satu dari dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik
dan jalur intrinsik. Terlepas dari jalur mana yang merupakan proses awal, dua jalur
tersebut akan menyatu menjadi jalur bersama yang merupakan jalur akhir. Hasil dari
proses ini adalah perubahan faktor koagulasi terlarut yang beredar membentuk bekuan
fibrin menyerupai agar-agar dengan sel darah yang terperangkap, sehingga terbentuk
bekuan darah setelah perbaikan jaringan yang rusak, maka sebagian gumpalan itu
akan dimusnahkan oleh sisitem fagositik mononuklear.
Terdapat beberapa fase penting pada mekanisme ini, di antaranya fase
pembentukan sumbatan oleh platelet (keping darah) dan fase pembekuan darah.
Proses pembekuan darah atau koagulasi adalah proses kompleks, di mana darah
membentuk gumpalan (bekuan darah) guna menutup dan memulihkan luka, serta
menghentikan pendarahan. Proses pembekuan darah normal melalui serangkaian
interaksi yang kompleks, yaitu sebagai berikut:
 Trombosit membentuk sumbatan
Trombosit bereaksi ketika pembuluh darah rusak atau ada luka.
Mereka menempel pada dinding daerah yang luka dan bersama-sama
membentuk sumbatan. Sumbatan dibentuk guna menutup bagian yang
rusak, agar menghentikan darah yang keluar. Trombosit juga
melepaskan bahan kimia untuk menarik lebih banyak trombosit dan
sel-sel lain untuk melanjutkan tahap berikutnya.
 Pembentukan bekuan darah
Faktor-faktor pembekuan memberi sinyal terhadap satu sama lain,
untuk melakukan reaksi berantai yang cepat. Reaksi ini dikenal sebagai
kaskade koagulasi. Pada tahap akhir kaskade ini, faktor koagulasi yang
disebut trombin mengubah fibrinogen menjadi helai-helai fibrin. Fibrin
bekerja dengan cara menempel pada trombosit untuk membuat jaring
yang memerangkap lebih banyak trombosit dan sel. Gumpalan
(bekuan) pun menjadi lebih kuat dan lebih tahan lama
 Penghentian proses pembekuan darah
Setelah bekuan darah terbentuk dan perdarahan terkendali. Protein-
protein lain akan menghentikan faktor pembekuan, agar gumpalan
tidak berlanjut lebih jauh dari yang diperlukan.
 Tubuh perlahan-lahan membuang sumbatan
Ketika jaringan kulit yang rusak sembuh, otomatis sumbatan tidak
diperlukan lagi. Helai fibrin pun hancur, dan darah mengambil kembali
trombosit dan sel-sel dari bekuan darah.

5. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat
darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah adalah tekanan
dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap dinding arteri. Tekanan darah
seseorang meliputi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah
sistolik merupakan tekanan darah waktu jantung menguncup, berdetak dan
memompakan darah. Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah saat jantung
istirahat di antara detakan. Selain untuk diagnosis dan klasifikasi, tekanan darah
diastolik memang lebih penting daripada sistolik.
Tekanan darah umumnya diukur dengan alat yang disebut
sphygmomanometer. Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, pengukur
tekanan, dan sebuah manset dari karet. Alat ini mengukur tekanan darah dalam unit
yang disebut millimeter air raksa (mmHg). Menurut JNC 7 klasifikasi tekanan darah
dibedakan menjadi 4 yaitu normal, prehipertensi, hipertensi stadium I, dan hipertensi
stadium II dengan rentang tekanan sistolik dan diastolik sebagai berikut:

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Distolik (mmHg)


Normal Sistolik <120 dan Diastolik <80
Prehipertensi Sistolik 120-139 dan Diastolik 80-89
Hipertensi stadium I Sistolik 140-159 dan Diastolik 90-99
Hipertensi stadium II Sistolik >160 dan Diastolik >100

Bedasarkan tabel klasifikasi tekanan darah di atas, tekanan darah yang normal
adalah berkisar antara 90 mmHg sampai 119 mmHg untuk tekanan sistolik sedangkan
untuk tekanan diastolik adalah sekitar 60 mmHg sampai 79 mmHg. Tekanan darah di
bawah 90/60 mmHg dikategorikan sebagai hipotensi atau tekanan darah rendah,
sedangkan di atas 140/90 mmHg sudah dikategorikan sebagai tekanan darah tinggi.

6. Denyut Nadi
Denyut nadi adalah suatu gelombang yang dapat diraba pada arteri apabila
darah dipompa keluar dari jantung. Denyut nadi mudah diraba pada suatu tempat
dimana terdapat arteri melintas.
Denyut nadi yang dapat diraba tersebut merupakan gelombang bertekanan
yang meregang di dinding arteri sepanjang perjalanannya. Jantung manusia normal,
setiap denyutnya berasal dari nodus SA (irama sinus normal). Metabolisme dalam
suatu organ akan semakin besar dan aliran darahnya juga akan mengalami hal yang
sama. Hal ini menyebabkan kompensasi jantung dengan mempercepat denyutnya dan
memperbesar banyaknya aliran darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh.
Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh kebutuhan aliran darah, sistem
kemoreseptor dan sistem baroreseptor. Sistem kemoreseptor menerima rangsang dari
dalam darah berupa kadar oksigen, kadar karbondioksida dan ion hidrogen, sedangkan
sistem baroreseptor dirangsang oleh perubahan tekanan arteri yang cepat 8 yang
kemudian direspon dengan penurunan denyut jantung dan denyut nadi. Frekuensi
denyut nadi dapat diukur dengan cara menekan arteri radialis menggunakan ujung jari
telunjuk dan jari tengah hingga pulsasi yang maksimal dapat terdeteksi. Lokasi pada
tubuh yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi antara lain: A. Temporalis
superfisial, A. Facialis, A. carotis (pada leher di bagian bawah rahang bawah), A.
Radialis (pada bagian ventral pergelangan tangan), A. Ulnaris, A. Brachialis (bagian
ventral siku atau di bawah m. Biceps), A. Femoralis, A. Popliteal, A. Posterior tibial
(di samping maleolus medialis), A. Dorsalis pedis (bagian tengan dorsum pedis).
Pengukuran denyut jantung selama aktivitas merupakan metode untuk menilai
cardiac strain. Telemetri dengan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG) adalah alat
yang biasa digunakan untuk menghitung denyut jantung. Pengukuran denyut jantung
atau denyut nadi dapat dilakukan secara manual melalui lokasi tubuh yang dilewati
oleh arteri radialis, memakai stopwatch dalam penghitungan waktunya dengan
menggunakan waktu selama 10, 15, 30 atau pun 60 detik.

Anda mungkin juga menyukai