Anda di halaman 1dari 3

4.

Gizi Remaja
Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan
dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan besi
dapat menimbulkan anemia dan keletihan, kondisi yang menyebabkan mereka tidak
mampu merebut kesempatan bekerja. Remaja memerlukan lebih banyak besi dan wanita
membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid.
Dampak negative kekurangan mineral kerap tidak kelihatan sebelum mereka mencapai usia
dewasa. Kekurangan kalsium di usia muda merupakan penyebab osteoporosis di usia
lanjut, dan keadaan ini tidak dapat ditanggulangi dengan meningkatkan konsumsi besi
ketika (tanda) penyakit ini tampak.
Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan
pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut
hingga ke dewasa, dan lansia.Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu factor
risiko penyakit degenerative seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, arthritis,
penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan
berbagai gangguan kulit.
Penurunan kandungan lemak, gula, dan garam (ketiga zat ini banyak terkandung
dalam makanan “modern”) dapat memperbaiki penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan
diabetes melitus. Selain itu, penurunan tersebut-yang disertai dengan peningkatan makanan
berserat, berdampak positif pada pencegahan penyakit lain yang biasanya muncul di usia
dewasa, misalnya kanker kolon.
Ada tiga alasan mengapa remaja dikatakan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan
dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua,
perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan
zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat,
meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang
makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.

Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan psikososial.
Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan.
Salah satu contoh dari keterpengaruhan adalah remaja yang memilih menjadi vegetarian.
Selain itu, adanya kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak makan,
tidak jarang berujung pada anoreksia nervosa.
Remaja putri sering melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan.
Sebagian besar kudapan bukan hanya hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung
zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu makan.
Junk food disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak ada
sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A, dan C;
sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai
penyedia kaori lebih dari 50% total kalori yang terkandung dalam makanan itu.
a. Protein
Penghitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan degan pola tumbuh, bukan
usia kronologis. Untuk remaja putra, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0,29-0,32
g/cm tinggi badan. Sementara remaja putri hanya 0,27-0,29 g/cm.
b. Mineral dan vitamin
Kebutuhan akan semua jenis mineral juga meningkat. Peningkatan kebutuhan akan
besi dan kalsium paling mencolok karena kedua mineral ini merupakan komponen
penting pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg
(praremaja) sampai 1200 mg (remaja).
Peningkatan kebutuhan akan energy dan zat gizi sekaligus memerluka tambahan
vitamin di atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin, riboflavin, dan
niacin harus ditambah sejajar dengan pertambahan energi. Vitamin ini diketahui
berperan dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan
mengisyaratkan pertambahan asupan vitamin B6, B12, dan asam folat. Ketiga jenis
vitamin ini berperan dalam sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan
jaringan baru tidak cepat rusak, asupan vitamin A, C, dan E juga perlu ditingkatkan di
samping vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar
vitamin C dalam serum remaja cukup rendah, terutama mereka yang mematangkan
sayur dan buah serta perokok. Dampak negative yang ditimbulkan oleh alkohol antara
lain defisiensi vitamin B, terutama B1, B12, dan asam folat. Sementara pada usia
remaja, kebutuhan akan vitamin itu sendiri meningkat. Defisiensi vitamin B 1
mengakibatkan degenerasi jaringan saraf dan otot.
Secara fisik, remaja masih terus tumbuh. Jika kemudian mereka hamil, kalori serta
zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan harus dihitung dan ditambahkan ke
dalam kebutuhan kalori selama hamil. Jumlah kalori yang diperlukan bergantung
pada kecepatan pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Jika berat badan seorang
remaja perlu ditambahkan 5 kg dalam satu tahun, setidaknya dibutuhkan energy
sebanyak 25.000 kkal.

Anda mungkin juga menyukai