Askep Prematur Dan BBL Yuli
Askep Prematur Dan BBL Yuli
OLEH:
200202073
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Keperawatan Anak dan semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk kebaikan di kemudian hari. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAYI PREMATUR
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.
3. Pencegahan infeksi
Bayi prematur sangat mudah terserang infeksi, terutama disebabkan oleh infeksi
nosokomial. Hal ini karena kadar immunoglobulin serum bayi prematur masih
rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil dan efek sitotoksik limfosit juga masih
rendah serta fungsi imun yang belum berpengalaman. Oleh karena itu bayi
prematur tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
4. Penimbangan berat badan untuk melihat kondisi gizi atau nutrisi bayi yang erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh.
5. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi prematur dan BBLR
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar
30%-35% dengan menggunakan head box, karena konsentrasi O2 yang tinggi
dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi dan
dapat menimbulkan kebutaan.
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya.(Indrasanto, 2008)
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat tertentu.
(Suryadi dan Yuliani, 2006 )
2.12 Klasifikasi BBLR
Menurut Ribek dkk. (2011), ada 3 klasifikasi dari berat badan lahir rendah, yakni:
Berat badan lahir rendah sedang yaitu bayi lahir dengan berat badan 1501 sampai 2500 gram.
Berat badan lahir sangat rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram.
Berat badan lahir sangat rendah sekali yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1000
gram.
Lebih kurus.
Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.
Bayi BBLR juga sering dilahirkan secara prematur. Masalah yang umum ditemui pada bayi seperti
ini adalah:
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan
yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa
pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil
sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi prematur. Kapasitas vital
dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi.
Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar
lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila
prematuritas bayi lebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat.
Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih
jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh
karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ
lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi system imun yang
menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma
globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi,
system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi
dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan
yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang
belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan
panas dalam tubuh .(Ngastiyah, 2005)
Hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas
(asfiksia), paten suktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, apnea of prematuruty dan
anemia
Adapun komplikasi yang timbul pada masa berikutnya yaitu: gangguan perkembangan,
gangguan pertumbuhan, gangguan penglihatan (retionopati), gangguan pendengaran, penyakit paru
kronis, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit, dan kenaikan frekuensi kelainan
bawaan.
1. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat
dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam
incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan
berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
2. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang,
ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk
kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
1 50- 65
2 100
2.19 Asuhan
3 125
Keperawatan
Pada 4 150 Bayi BBLR
1. 5 160 Pengkajian
Fokus
6 175
a. Sirkulasi :
7 200
Nadi apikal mungkin
cepat 14 225 dan atau tidak
teratur dalam batas
21 175
normal (120-160 dpm).
28 150
Mur- mur jantung yang
dapat didengar dapat
menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
b. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
c. Neuroensori
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32;
koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada
gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen
keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke
32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
d. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodic (40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya
bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
e. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin memar,
mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin
merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas
diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak
ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku m`ungkin pendek.
f. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris
menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada
skrotum.(IDAI, 2004)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru
d. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.(Ngastiyah, 2005)
3. Intervensi Keperawatan
No TUJUAN INTERVENSI
.
1. Setelah mendapat tindakan a. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif). b. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : c. Monitor keefektifan jalan nafas,
a. Akral hangat kalau kerlu lakukan suction.
d. Lakukan auskultasi bunyi nafas
b. Tidak ada sianosis
tiap 4 jam
c. Tangisan aktif dan kuat e. Perthankan pemberian O2
f. Pertahankan bayi pada inkubator
d. RR : 30-40x/mt
dengan penghangat
e. Tidak ada retraksi otot g. Kolaborasii untuk X foto thorax
pernafasan
2. Setelah mendapatkan tindakan a. Pertahankan bayi pada
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
inkubator dengan kehangatan
gangguan hipotermi 37oC
Kriteria Hasil :
b. Beri popok dan selimut sesuai
a. Badan hangat
b. Suhu : 36,5-37oC kondisi
c. Ganti segera popok yang basah
oleh urine atau faeces
d. Hindarkan untuk sering
membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktuasi suhu dan
peningkatan laju metabolisme
e. Atur suhu ruangan dengan
panas yang stabil
3. Setelah mendapat tindakan a. Monitor tanda-tanda infeksi
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
(tumor, dolor, rubor, calor,
infeksi
Kriteria Hasil : fungsiolaesa)
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Lakukan cuci tangan sebelum
(tumor, dolor, rubor, calor,
fungsiolaesa) dan sesudah kontak dengan
b. Suhu tubuh normal (36,5-37oC)
bayi
c. Anjurkan kepada ibu bayi
untuk memakai jas saat masuk
ruang bayi dan sebelum
dan/sesudah kontak cuci tangan
d. Barikan gizi (ASI/PASI) secara
adekuat
e. Pastikan alat yang kontak
dengan bayi bersih/steril
f. Berikan antibiotika sesuai
program
g. Lakukan perawatan tali pusat
setiap hari
4. Setelah tindakan keperawatan 3x24 a. Kaji refleks menghisap dan
jam tidak terjadi gangguan nutrisi
menelan
Kriteria Hasil :
a. Diet yang diberikan habis tidak b. Monitor input dan output
ada residu
c. Berikan minum sesuai program
b. Reflek menghisap dan menelan
kuat lewat sonde/spin
c. BB meningkat 100 gr/3hr.
d. Sendawakan bayi sehabis
minum
e. Timbang BB tiap hari.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
TINJAUAN KASUS
Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan keperawatan pada bayi dengan BBLR
( Berat Bayi Lahir Rendah ), maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal
8 Desember 2020 sampai 10 Desember 2020 jam 13.00 WIB. Anamnesa diperoleh dari Ibu Klien.
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas
Klien adalah seorang bayi perempuan yang lahir pada tanggal 30 Januari 2019 pada pukul 10.35
WIB yang bernama By. Ny “L” yang berusia 0 hari, klien anak ke empat dari Tn. M usia 49 tahun
dan Ny. L usia 48 tahun. Klien tinggal di daerah Rekesan – Sadangrejo – Rejoso – Pasuruan, orang
tua klien beragama Islam dan pekerjaan ayah adalah karyawan swasta dan ibu sebagai rumah
tangga. Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 28 Januari 2019 jam 10.35 WIB.
Klien adalah anak ke empat dari Tn. M dan Ny. L. Anak pertama dari Tn. M dan Ny. L adalah Nn. N
yang berusia 20tahun ,An. M yang berusia 11 tahun, dan An. Ayang berumur 5 tahun hubungan
nafas, tidak ada retraksi otot bantu nafas, sesak (-), reflex menghisap
1) Prenatal Care
kali dan mendapat imunisasi TT tidak terkaji, dan selama hamil Ny. L
hamil.
2) Natal Care
minggu dengan lama persalinan kurang lebih 2 jam dengan SC, dengan bantuan
Kondisi klien lahir BBLR 1.600 gram, dengan panjang bayi (PB) 39 cm,
incubator.
Keterangan :
: Perempuan : Meninggal
: Pasien
Bayi Ny. L diberi susu formula, dan cara pemberian OGT dengan jumlah
pentingnya ASI bagi anaknya. Data di peroleh dengan cara Ny. L di beri
pertanyaan tentang ASI dan pasien tidak bisa menjawab tentang ASI, Ibu pasien
Klien di berikan susu formula dengan alasan ASI ibu belum keluar
sehingga klien diberi susu formula, dan reflek menghisap klien lemah (+), dengan
jumlah pemberian susu formula sebanyak 8x15cc/hari dan cara pemberian dengan
OGT.
Ny. L akan tinggal satu rumah dengan Ayah, Ibu dan Kakak, dan akan di asuh
oleh Ayah dan Ibunya sendiri. Ny. L mengatakan sengat cemas pada kondisi
anaknya dan ingin anaknya segera sembuh dan bisa pulang ke rumah.
di inkubator
70
lahir 1.600 gram, berat badan sekarang 1.700 gram, lingkar lengan 11 cm, lingkar
Inpeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada sama kanan dan kiri,
klien tidak menggunakan alat bantu nafas, frekuensi pernafasan : 38x/menit tidak
ada batuk dan tidak ada sputum dan tidak ada retraksi otot bantu nafas, .Palpasi :
Inpeksi : Pulpasi kuat, tidak ada clubbing finger tidak juga sianosis.Palpasi
:CRT < 3 detik, perkusi : tidak terkaji dan Auskultasi : dengan bunyi jantung S1
dan S2 tunggal.
kesadaran klien composmentis gerak tangis (+), dengan reflex suckling lemah (+),
reflek menggenggam ada tapi lemah, reflek babinsky ada tapi lemah, reflek moro
ada tapi lemah, dan reflek rooting ada tapi lemah, reflek patella ada tapi lemah,
dan tidak ada kejang, nyeri kepala tidak terkaji, istirahat tidur pasien tampak
normal, kebersihan kelamin bersih, bau urine khas, produksi urin 16cc/kg/BB
Mulut sianosis, Mukosa bibir kering, kondisi bibir simetris, lidah tampak
putih, jaringan lemak subkutan tipis, aerola payudara datar tidak ada tonjolan,
pada abdomen terdapat tali pusat, tidak ada lesi dan tanda-tanda infeksi pada tali
pusat. Peristaltic usus normal, dengan buang air besar (BAB) 15 cc/KgBB/jam
Klien tampak lemah, tidak ada fraktur dan dislokasi, akral dingin, dan
turgor menurun, tidak lembab, tidak ada oedema, kulit bersih, warna kulit merah
merah muda kanan/kiri tidak ada secret, telinga simetris kanan/kiri, bentuk telinga
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan juga tidak ada pembesaran
1 DS : - Premature Resiko
- Daya hisap lemah (+) Fungsi organ otak nutrisi kurang dari
tipis Resiko
ketidakseimbangan
kebutuhan
2 DS : - Premature Resiko
- Tidak terpasang O2
Resiko
ketidakefektifan
pola nafas
3.2.1 Diagnosa Keperawatan Sesuai Dengan Prioritas Masalah
bantu nafas
3. 3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Umur : 0 hari
No. RM : 386xxx
atau penurunan
BB
hiperekstensi. 3. Mempertahankan
- Tidak ada sianosis
3. Memberikan jalan nafas.
- Mampu bernafas
rangsangan taktil
spontan
jika bayi apneu. 4. Mencegah
- Tanda-tanda vital
4. Observasi frekuensi terjadinya hipoksia
dalam batas normal
pernafasan dan pola
:
pernafasan
Frekuensi
pernafasan : 40 –
60 x/menit.
harapkan klien
- Klien mampu
- Klien mampu
mengetahui cara
benar
esklusif
3. 4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
kebutuhan nutrisi
macam nutrisi)
penjelasan tersebut
09.45
2. Menganjurkan keluarga
belum keluar.
09.59
3. Mengobservasi BB Pasien
setiap hari
10.10 4. Mengobservasi intake dan
output.
gizi
(definisi, etiologi)
memahami penjelasan
tersebut.
11.45
2. Memberikan rangsang taktil
kaki disentil.
- Apneu (-)
12.00
3. Mengobservasi pernafasan
- Irama regular
- Vesikuler (-)
- RR : 38x/menit
80
31 Resiko ketidakseimbangan S : -
- Membran mukosa
kering
- Jaringan lemak
subkutan tipis
P : Intervensi dilanjutkan
No. 6
- Sesak (-)
- Retraksi (-)
canule
- Suara nafas : vesikuler
- RR : 38x/menit
- Sianosis
P : Intervensi dilanjutkan
No. 3
01 Resiko ketidakseimbangan S : -
- Membran mukosa
kering
- Jaringan lemak
subkutan tipis
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
No. 6
01 Resiko ketidakefektifan S : -
Februari pola nafas berhubungan O : K/u : lemah
pernafasan composmentis
- GCS 4-5-6
- Sesak (-)
- Retraksi (-)
canule
- RR : 40x/menit
- Sianosis (-)
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
No. 3
Nama pasien : By. Ny. L No.RM : 386xxx Umur : 3 hari
02 Resiko ketidakseimbangan S : -
- Membran mukosa
kering
- Jaringan lemak
subkutan tipis
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dihentikan
pasien pulang
- Sesak (-)
- Retraksi (-)
- Sianosis (-)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
pasien pulang
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama
diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan
terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas bayi. Problem klinis terjadi lebih sering
pada bayi prematur dibandingkan dengan pada bayi lahir normal. Prematuritas
menimbulkan imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi
untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit. Bayi prematur dapat bertahan hidup
tergantung pada berat badannya, umur kehamilan, dan penyakit atau abnormalitas.
Prematur menyumbangkan 75% - 80% angka kesakitan dan kematian neonatus.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum 37 minggu
kehamilan, dengan berat badan 2500 gram atau kurang saat lahir, terlepas dari usia
kehamilan tepat atau di bawah 37 minggu (Broker, 2008). Secara patofisiologis menurut
Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang
rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
4.1 Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang BBLR dan
bayi prematur dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita
memberikan informasi atau health education mengenai BBLR dan bayi prematur
kepada para orang tua anak yang paling utama.
b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya BBLR dan
bayi prematur dan meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit (Edisi 2). Jakarta : EGC.
Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan. Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc. Mediaction: Yogyakarta
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.
Proverawati, A & Sulistyorini, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Dilengkapi Dengan
Asuhan Pada Bblr Dan Pijat Bayi. Nuha Medika: Yogyakarta
Rukiyah, Yulianti. 2012. Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV. Trans Info MediA.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak (Ed.2) Jakarta
: CV. Agung Seto.