Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN PREMATURITAS DAN BAYI

BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

OLEH:

YULI PERMATA SARI

200202073

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan


kepada penulis dalam menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Prematuritas
Dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ” ini dengan lancar tanpa halangan yang berarti.
Makalah ini disusun dengan harapan mampu menambah dan meningkatkan wawasan
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Keperawatan Anak dan semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk kebaikan di kemudian hari. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Binjai, 10 Desember 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian bayi adalah jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun
yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor
penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana), serta
kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti
status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2012).
Cakupan angka kematian bayi (AKB) di enam tahun terakhir mengalami fluktuatif. dari
data yang bersumber pada dinas kesehatan kabupaten/kota, diketahui jumlah kematian bayi
di Aceh sebanyak 943 kasus dan lahir hidup 103.931 jiwa. Dengan menggunakan definisi
operasional yang telah ditetapkan untuk kedua indikator tersebut, maka AKB di Aceh
tahun 2017 sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup. Pencapaian tahun 2017 dibandingkan
dengan tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan.
Angka kematian bayi merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Berbagai upaya kesehatan dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. hal
ini disebabkan AKB sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu
perbaikan kondisi perekonomian yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang
meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya
tahan terhadap infeksi penyakit. (Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2017).
Prematuritas merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi dan
memiliki konsekuensi jangka panjang yang merugikan bagi kesehatan (Beck, Wojdyla,
Say). Di Indonesia sendiri angka kejadian prematur belum dapat dipastikan jumlahnya,
namun berdasarkan data Riskerdas Departemen Kesehatan tahun 2007, proporsi BBLR
mencapai 11.5%, meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili angka kejadian persalinan
prematur (Dirjen Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2010).
Sejak tahun 1961 WHO mengganti istilah prematuritas dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR). Hal ini di karenakan tidak semua bayi yang berat kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir bayi prematur. Menurut WHO (World Health Organization, 2010) pravalensi
BBLR dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 3,8% dan lebih sering terjadi
pada Negara - negara yang sering berkembang atau sosial ekonomi rendah, prevalensi
BBLR tahun 2013 menurut WHO adalah sebesar 10,2% di dunia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang
BBLR dan bayi prematur serta untuk meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai bayi
prematur dan bayi berat badan lahir   rendah (BBLR) agar pembaca mengetahui dan
mampu mengaplikasikan bagaimana penatalaksanaan maupun rencana asuhan keperawatan
yang dapat diberikan terhadap bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAYI PREMATUR

2.1 Definisi Bayi Prematur


Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu
ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy of Pediatric,
mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur. Bayi prematur adalah bayi yang
lahir dibawah 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2.500 gram (Manuaba, 2008). Bayi
prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37
minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Wong, 2008).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum 37 minggu
kehamilan, dengan berat badan 2500 gram atau kurang saat lahir, terlepas dari usia
kehamilan tepat atau di bawah 37 minggu (Broker, 2008). Secara patofisiologis menurut
Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan
bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan
ke bayi jadi berkurang.
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama
diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan
terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas bayi. Problem klinis terjadi lebih sering
pada bayi prematur dibandingkan dengan pada bayi lahir normal. Prematuritas
menimbulkan imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi
untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit. Bayi prematur dapat bertahan hidup
tergantung pada berat badannya, umur kehamilan, dan penyakit atau abnormalitas.
Prematur menyumbangkan 75% - 80% angka kesakitan dan kematian neonatus.
2.2 Etiologi Bayi Prematur
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR yaitu :
1. Faktor ibu.
a. Penyakit, seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilanyang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia.
d. Faktor kebiasaan ibu yang berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu
alkohol dan ibu pengguna narkotika.
2. Faktor Janin
Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian premature adalah hidramion,
kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
3. Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.

2.3 Klasifikasi Bayi Prematur


Menurut Rukiyah dan Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran premature dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:

1. Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK)


Bayi prematur SMK adalah bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang dari 37
minggu dan berat badannya sesuai dengan usia kehamilan. Derajat prematuritas
dapat di golongkan menjadi 3 kelompok, yaitu bayi sangat prematur, yaitu usia
gestasi bayi 24 - 30 minggu. Bayi prematur sedang, yaitu usia gestasi bayi 31 -36
minggu. Bayi prematur diambang batas, yaitu usia gestasi 37 – 38 minggu.
2. Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Bayi prematur KMK adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa gestasi tersebut. Bayi KMK merupakan bayi
yang mengalami gangguan dalam uterus, (intrauterine retardation = IUGR).IUGR
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Proportinate IUGR, yaitu janin yang menderitas distress yang lama
sebelum lahir, sehingga fisiknya berada dalam proporsi yang tidak
seimbang.
2. Disproportinate IUGR, yang terjadi akibat distress akut yang terjadi
beberapa minggu atau beberapa hari sebelum bayi lahir.

2.4 Tanda dan Gejala Bayi Prematur


Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), bayi prematur menunjukkan belum
sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan lemah, yaitu sebagai berikut:
1. Tanda-tanda bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK):
a. Kulit tipis dan mengkilap.
b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna.
c. Lanugo (rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
daerah punggung.
d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik.
e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora.
f. Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan dan testis kadang belum turun.
g. Garis telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk.
h. Kadang disertai dengan pernapasan yang tidak teratur.
i. Aktivitas dan tangisan lemah.
j. Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.

2. Tanda-tanda bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK):


a. Umur bayi bisa cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang dari 2500
gram.
b. Gerakannya cukup aktif dan tangisannya cukup kuat.
c. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis.
d. Pada bayi laki-laki testis mungkin sudah turun.
e. Bila kurang bulan maka jaringan payudara dan puting kecil.

2.5 Patofisiologi Bayi Prematur


Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui Secara jelas. Data
statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu Yang memiliki sosial
ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kekurangan perawatan pada ibu hamil karena tidak
melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama
kehamila, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus
kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yang masih muda,mempunyai kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor
tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi
untuk keluar sebelum waktunya.karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka
organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang
sangat khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.
Persalinan prematur dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor.
Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, riwayat abortus pada trimester II,
riwayat abortus pada trimester l lebih dari 2 kali. Faktor resiko mayor adalah kehamilan
multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1cm pada kehamilan 32
minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1cm pada kehamilan 32 minggu,
riwayat abortus pada trimester II lebih dari l kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya,
operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas
uterus.
2.6 Pemeriksaan Penunjang Bayi Prematur
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:

1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3. Neutrofil meningkat hingga 23.000-


24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih menandakan
polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari, dan 12
gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal kehidupan.
7. Pemeriksaan analisa gas darah.

2.7 Komplikasi Bayi Prematur


Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), terdapat beberapa masalah yang dapat
terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Masalah jangka pendeknya antara lain; gangguan metabolik, gangguan imunitas,
gangguan pernafasan, gangguan system peredaran darah, serta gangguan cairan dan
elektrolit. Sedangkan komplikasi jangka panjang sendiri antara lain, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, gangguan neurologi dan kognisi, gangguan atensi dan
hiperaktif, serta masalak fisik lainnya.

2.8 Penatalaksanaan Medis Bayi Prematur


Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau penanganan yang
dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta
pertahankan suhu tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

Sedangkan menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), ada beberapa penatalaksanaan


umum yang dapat dilakukan pada bayi prematur dan berat badan lahir rendah, yaitu
sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badannya belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya juga masih rendah, dan permukaan badan yang relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematur harus dirawat dalam inkubator sehingga panas tubuhnya
dapat sama atau mendekati dengan panas dalam rahim.

2. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi


Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan
susu, cara pemberian, dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi.

3. Pencegahan infeksi
Bayi prematur sangat mudah terserang infeksi, terutama disebabkan oleh infeksi
nosokomial. Hal ini karena kadar immunoglobulin serum bayi prematur masih
rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil dan efek sitotoksik limfosit juga masih
rendah serta fungsi imun yang belum berpengalaman. Oleh karena itu bayi
prematur tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
4. Penimbangan berat badan untuk melihat kondisi gizi atau nutrisi bayi yang erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh.
5. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi prematur dan BBLR
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar
30%-35% dengan menggunakan head box, karena konsentrasi O2 yang tinggi
dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi dan
dapat menimbulkan kebutaan.

6. Pengawasan jalan nafas


Terhambatnya jalan nafas dapat mengakibatkan asfiksia dan hipoksia yang akan
berakhir dengan kematian. Bayi prematur dapat berisiko mengalami serangan apneu
dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup
yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Oleh karena itu, perlu pembersihan jalan
nafas segera setelah bayi lahir.

2.9 Asuhan Keperawatan Bayi Prematur


1. Pengkajian
a. Biodata
a) Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.
b) Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c) Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d) Riwayat penyakit sekarang.
e) Riwayat penyakit keluarga.
f) Riwayat penyakit dahulu.
b. Pemeriksaan Fisik Ibu
a) Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
b) Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan
sekarang.
c) Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
d) Riwayat penyakit ibu.
e) Psikososial dan spiritual ibu.
f) Riwayat perkawinan.
c. Pemeriksaan Fisik Bayi
a) Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm.
b) Inspeksi
1) Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.
2) Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.
3) Kulit tipis, transparan dan mengkilap.
4) Rambut halus, tipis dan alis tidak ada.
5) Garis telapak kaki sedikit.
6) Retraksi sternum dengan iga
7) Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan).
c) Palpasi
1) Hati mudah dipalpasi.
2) Tulang teraba lunak.
3) Limpa mudah teraba ujungnya.
4) Ginjal dapat dipalpasi.
5) Daya isap lemah.
6) Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+).
d) Perkusi
e) Auskultasi
1) Nadi lemah.
2) Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot -otot pernafasan
dan penurunan ekspansi paru.
b. Ketidakadekuatan pemberian ASI b/d prematuritas.
c. Disfungsi motalitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas peristaltik di
dalam sistem gastrointestinal.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
menerima nutrisi.
e. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b/d penurunan jaringan lemak subkutan.
3. Intervensi Keperawatan
N TUJUAN INTERVENSI
O
1. Setelah dilakukan asuhan 1) Pertahankan jalan nafas yang
keperawatan selama 1x24 jam jalan paten.
nafas dalam kondisi bebas atau 2) Monitor aliran oksigen.
paten dan pola nafas mejadi efektif. 3) Observasi adanya tanda-tanda
distres respirasi seperti retraksi,
Kriteria Hasil : takipneu, apneu, sianosis.
4) Monitor tekanan darah, nadi,
1) Suara nafas bersih, tidak ada suhu, dan pernafasan.
sianosis, tidak ada dispneu, bayi 5) Monitor frekuensi dan kualitas
mampu bernapas dengan nadi.
mudah. 6) Monitor frekuensi dan irama
2) Irama nafas teratur, frekuensi pernafasan.
pernafasan dalam batas normal 7) Monitor pola pernapasan
(30-40 kali/menit pada bayi), abnormal.
tidak ada suara nafas abnormal. 8) Monitor suhu, warna, dan
3) Tanda-tanda vital dalam batas kelembaban kulit.
normal. 9) Monitor adanya sianosis perifer.
10) Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
2. Setelah dilakukan asuhan 1) Letakkan pentil dot di atas lidah
keperawatan selama 1x24 jam bayi bayi.
dapat diberikan minum ASI dengan 2) Monitor atau eveluasi reflek
efektif. menelan sebelum memberikan
Kriteria Hasil: susu.
3) Tentukan sumber air yang
1) Tetap mempertahankan laktasi. digunakan untuk mengencerkan
2) Perkembangan dan susu formula yang kental atau
pertumbuhan bayi dalam batas dalam bentuk bubuk.
normal. 4) Pantau berat badan bayi setiap
3) Kemampuan penyedia hari.
perawatan dalam melakukan 5) Bersihkan mulut bayi setelah
penghangatkan, pencairan, dan bayi diberikan susu.
penyimpanan ASI secara aman. 6) Fasilitasi proses bantuan
4) Berat badan bayi bertambah interaktif untuk membantu
20-30 gram/hari. mempertahanan keberhasilan
5) Tidak ada respon alergi proses pemberian ASI.
sistemik pada bayi. 7) Sediakan informasi tentang
6) Status respirasi seperti jalan laktasi dan teknik memompa ASI
napas, pertukaran gas, dan (secara manual atau elektrik),
ventilasi napas bayi adekuat. cara mengumpulkan dan
7) Tanda-tanda vital bayi dalam menyimpan ASI.
batas normal.
3. Setelah dilakukan asuhan 1) Monitor tanda-tanda vital.
2) Monitor status cairan dan
keperawatan selama 1x24 jam
elektrolit.
fungsi pencernaan dapat berfungsi 3) Monitor bising usus.
4) Catat intake dan output secara
secara efektif.
akurat.
Kriteria Hasil: 5) Kaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan
1) Tidak ada distensi abdomen.
elektrolit (membran mukosa
2) Peristaltik usus dalam batas kering, sianosis, jaundice).
6) Kolaborasi dengan ahli gizi
normal (3-5 kali/menit pada
tentang jumlah zat gizi yang
bayi). dibutuhkan.
3) Frekuensi, warna, konsistensi, 7) Pasang OGT jika diperlukan.
8) Monitor warna dan konsistensi
dan banyaknya feses dalam
dari naso gastric output atau oral
batas normal (frekuensi BAB gastric output.
9) Monitor terjadinya diare.
normal pada bayi 3-4 kali
dengan warna feses kekuningan
dan ukuran ampas minimal 2,5
cm, konsistensi lunak, tidak
keras dan tidak kering).
4) Tidak ada darah di feses.
5) Tidak terjadi diare dan tidak
muntah.
4. Setelah dilakukan asuhan 1) Kaji adanya alergi.
2) Kaji kesiapan bayi untuk
keperawatan selama 1x24 jam
menyusu langsung pada ibu.
asupan nutrisi berupa makanan dan 3) Berikan nutrisi secara parenteral
jika diperlukan.
cairan dalam keadaan seimbang
4) Kolaborasi dengan ahli gizi
dan tidak ada penurunan berat untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan bayi.
badan.
5) Monitor jumlah nutrisi dan
Kriteria Hasil: kandungan kalori.
6) Monitor adanya penurunan berat
1) Adanya peningkatan berat
badan.
badan sesuai dengan tujuan 7) Monitor terjadiya kulit kering
dan perubahan pigmentasi.
(berat badan bertambah 20-30
8) Monitor kadar albumin, total
gram/hari). protein, Hb, dan kadar Ht.
9) Catat adanya edema, hiperemik,
2) Tidak ada tanda-tanda
hipertonik papila lidah dan
malnutrisi (pada usia 2 minggu cavitas oral.
kebutuhan nutrisi mencapai
150 cc/kgbb/hari)
3) Menunjukkan peningkatan
fungsi mengisap dan menelan.
4) Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti.

5. Setelah dilakukan asuhan 1) Pertahankan suhu tubuh dalam


keperawatan selama 1x24 jam batas normal
termoregulasi bayi menjadi 2) Pantau suhu tubuh sampai stabil.
seimbang. 3) Pantau warna dan suhu kulit.
Kriteria Hasil: 4) Pantau dan laporkan adanya
1) Tanda-tanda vital normal. tanda hipotermi dan hipertermi.
2) Hidrasi adekuat dan tidak 5) Tingkatkan keadekuatan
menggigil. masukan cairan dan nutrisi.
3) Gula darah dalam batas normal 6) Tempatkan bayi pada inkubator
4) Kadar bilirubin dalam batas 7) Monitor suhu minimal tiap 2
normal jam.
2.10 Definisi Bayi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram (sampai
dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :

1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya.(Indrasanto, 2008)

2.11 Etiologi Bayi BBLR


1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi
gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35
tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan
oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian
pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata
lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat tertentu.
(Suryadi dan Yuliani, 2006 )
2.12 Klasifikasi BBLR
Menurut Ribek dkk. (2011), ada 3 klasifikasi dari berat badan lahir rendah, yakni:

 Berat badan lahir rendah sedang yaitu bayi lahir dengan berat badan 1501 sampai 2500 gram.
 Berat badan lahir sangat rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram.
 Berat badan lahir sangat rendah sekali yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1000
gram.

2.13 Tanda dan Gejala BBLR


Selain memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dari bayi normal, bayi BBLR juga akan
tampak:

 Lebih kurus.
 Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
 Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.

Bayi BBLR juga sering dilahirkan secara prematur. Masalah yang umum ditemui pada bayi seperti
ini adalah:

 Memiliki kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia).


 Memiliki masalah dalam menyusu.
 Memiliki hambatan dalam menaikkan berat badan.
 Kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat pada temperatur yang normal.
 Memiliki terlalu banyak sel darah merah yang membuat darah terlalu kental (polisitemia).

2.14 Patofisiologi BBLR


Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
(prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan
yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa
pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil
sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.

Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi prematur. Kapasitas vital
dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi.
Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar
lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila
prematuritas bayi lebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat.
Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih
jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh
karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ
lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi system imun yang
menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma
globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi,
system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi
dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan
yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang
belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan
panas dalam tubuh .(Ngastiyah, 2005)

2.15 Phatway Prematuritas dan BBLR


2.16 Pemeriksaan Penunjang BBLR
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ). (Ngastiyah, 2005)

2.17 Komplikasi BBLR


Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain

Hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas
(asfiksia), paten suktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, apnea of prematuruty dan
anemia
Adapun komplikasi yang timbul pada masa berikutnya yaitu: gangguan perkembangan,
gangguan pertumbuhan, gangguan penglihatan (retionopati), gangguan pendengaran, penyakit paru
kronis, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit, dan kenaikan frekuensi kelainan
bawaan.

2.18 Penatalaksanaan BBLR


Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai
berikut :

1. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat
dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam
incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan
berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

2. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator

3. Pelestarian suhu tubuh


Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam
suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
0
perawatan harus diatas 25 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0 C
untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram

4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan

5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang,
ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk
kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.

7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB

1 50- 65

2 100
2.19 Asuhan
3 125
Keperawatan
Pada 4 150 Bayi BBLR
1. 5 160 Pengkajian
Fokus
6 175
a. Sirkulasi :
7 200
Nadi apikal mungkin
cepat 14 225 dan atau tidak
teratur dalam batas
21 175
normal (120-160 dpm).
28 150
Mur- mur jantung yang
dapat didengar dapat
menandakan duktusarteriosus paten (PDA).

b. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).

c. Neuroensori
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32;
koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada
gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen
keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke
32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.

d. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodic (40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya
bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).

e. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin memar,
mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin
merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas
diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak
ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku m`ungkin pendek.

f. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris
menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada
skrotum.(IDAI, 2004)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru

b. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis

c. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik.

d. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.(Ngastiyah, 2005)

3. Intervensi Keperawatan
No TUJUAN INTERVENSI
.
1. Setelah mendapat tindakan a. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif). b. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : c. Monitor keefektifan jalan nafas,
a. Akral hangat kalau kerlu lakukan suction.
d. Lakukan auskultasi bunyi nafas
b. Tidak ada sianosis
tiap 4 jam
c. Tangisan aktif dan kuat e. Perthankan pemberian O2
f. Pertahankan bayi pada inkubator
d. RR : 30-40x/mt
dengan penghangat
e. Tidak ada retraksi otot g. Kolaborasii untuk X foto thorax
pernafasan
2. Setelah mendapatkan tindakan a. Pertahankan bayi pada
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
inkubator dengan kehangatan
gangguan hipotermi 37oC
Kriteria Hasil :
b. Beri popok dan selimut sesuai
a. Badan hangat
b. Suhu : 36,5-37oC kondisi
c. Ganti segera popok yang basah
oleh urine atau faeces
d. Hindarkan untuk sering
membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktuasi suhu dan
peningkatan laju metabolisme
e. Atur suhu ruangan dengan
panas yang stabil
3. Setelah mendapat tindakan a. Monitor tanda-tanda infeksi
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
(tumor, dolor, rubor, calor,
infeksi
Kriteria Hasil : fungsiolaesa)
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Lakukan cuci tangan sebelum
(tumor, dolor, rubor, calor,
fungsiolaesa) dan sesudah kontak dengan
b. Suhu tubuh normal (36,5-37oC)
bayi
c. Anjurkan kepada ibu bayi
untuk memakai jas saat masuk
ruang bayi dan sebelum
dan/sesudah kontak cuci tangan
d. Barikan gizi (ASI/PASI) secara
adekuat
e. Pastikan alat yang kontak
dengan bayi bersih/steril
f. Berikan antibiotika sesuai
program
g. Lakukan perawatan tali pusat
setiap hari
4. Setelah tindakan keperawatan 3x24 a. Kaji refleks menghisap dan
jam tidak terjadi gangguan nutrisi
menelan
Kriteria Hasil :
a. Diet yang diberikan habis tidak b. Monitor input dan output
ada residu
c. Berikan minum sesuai program
b. Reflek menghisap dan menelan
kuat lewat sonde/spin
c. BB meningkat 100 gr/3hr.
d. Sendawakan bayi sehabis
minum
e. Timbang BB tiap hari.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan keperawatan pada bayi dengan BBLR

( Berat Bayi Lahir Rendah ), maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal

8 Desember 2020 sampai 10 Desember 2020 jam 13.00 WIB. Anamnesa diperoleh dari Ibu Klien.

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas

Klien adalah seorang bayi perempuan yang lahir pada tanggal 30 Januari 2019 pada pukul 10.35

WIB yang bernama By. Ny “L” yang berusia 0 hari, klien anak ke empat dari Tn. M usia 49 tahun

dan Ny. L usia 48 tahun. Klien tinggal di daerah Rekesan – Sadangrejo – Rejoso – Pasuruan, orang

tua klien beragama Islam dan pekerjaan ayah adalah karyawan swasta dan ibu sebagai rumah

tangga. Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 28 Januari 2019 jam 10.35 WIB.

3.1.2 Identitas Saudara Kandung

Klien adalah anak ke empat dari Tn. M dan Ny. L. Anak pertama dari Tn. M dan Ny. L adalah Nn. N

yang berusia 20tahun ,An. M yang berusia 11 tahun, dan An. Ayang berumur 5 tahun hubungan

dengan klien adalah kakak.

3.1.3 Riwayat Keperawatan

3.1.3.1 Keluhan Utama atau alasan MRS

BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah ) dan reflex menghisap lemah

3.1.3.2 Riwayat Penyakit Saat Ini

Ny. L mengatakan melahirkan di rumah sakit di ruang OK pada pukul

10.35 WIB di tolong oleh dokter. Ny. L melahirkan bayi premature

dengan SC selama kurang lebih 2 jam beserta dengan pemulihan,

dengan jenis kelamin perempuan, dengan berat badan : 1600 gram,


panjang badan : 39 cm, dengan APGAR SCORE : 4-6, ketuban jernih,

letak kepala keluar terlebih dahulu, saat berada di Ruang Perinatologi

klien tampak sesak dan lemas.

Saat mengkaji di Ruang Perinatologi klien dengan keluhan

umum : gerak tangis (+), klien tampak lemah, kesadaran

Composmentis, tidak terpasang infus,tidak menggunakan alat bantu

nafas, tidak ada retraksi otot bantu nafas, sesak (-), reflex menghisap

lemah (+), dan diperoleh pemeriksaan fisik APGAR SCORE : 7-8.

3.1.3.3 Riwayat Kehamilan dan Persalinan

1) Prenatal Care

Ibu klien mengatakan bahwa selama hamil rutin control ke

dokter kandungan untuk memeriksakan kehamilannya kurang lebih 8

kali dan mendapat imunisasi TT tidak terkaji, dan selama hamil Ny. L

mengalami kenaikan berat badan 9kg.Ny. L tidak ada keluhan selama

hamil.

2) Natal Care

Ny. L mengatakan melahirkan di rumah sakit dengan usia kehamilan 7 bulan 2

minggu dengan lama persalinan kurang lebih 2 jam dengan SC, dengan bantuan

penolong persalinan dokter dan ada komplikasi eklamsi selama persalinan.


3) Post Natal

Kondisi klien lahir BBLR 1.600 gram, dengan panjang bayi (PB) 39 cm,

APGAR SCORE 4-6 dengan ketuban jernih.Klien dilakukan perawatan di

incubator.

3.1.4 Riwayat Tumbuh Kembang

Riwayat tumbuh kembang pada klien tidak terkaji

3.1.5 Pengkajian Keluarga ( genogram 3 generasi )

Keterangan :

: Laki-laki : Garis Pernikahan

: Perempuan : Meninggal

: Garis Keturunan : Garis tinggal serumah

: Pasien

Gambar 3.1 Genogram By. Ny. L


3.1.6 Riwayat Nutrisi

3.1.6.1 Pemberian ASI

Bayi Ny. L diberi susu formula, dan cara pemberian OGT dengan jumlah

pemberian 8x15cc/hari. Ny. L mengatakan bahwa belum mengetahui tentang

pentingnya ASI bagi anaknya. Data di peroleh dengan cara Ny. L di beri

pertanyaan tentang ASI dan pasien tidak bisa menjawab tentang ASI, Ibu pasien

tidak mengerti tentang perawatan BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah )

3.1.6.2 Pemberian Susu Formula

Klien di berikan susu formula dengan alasan ASI ibu belum keluar

sehingga klien diberi susu formula, dan reflek menghisap klien lemah (+), dengan

jumlah pemberian susu formula sebanyak 8x15cc/hari dan cara pemberian dengan

OGT.

3.1.7 Riwayat Psikososial

Ny. L mengatakan hubungan antar anggota keluarganya baik, dan bayi

Ny. L akan tinggal satu rumah dengan Ayah, Ibu dan Kakak, dan akan di asuh

oleh Ayah dan Ibunya sendiri. Ny. L mengatakan sengat cemas pada kondisi

anaknya dan ingin anaknya segera sembuh dan bisa pulang ke rumah.

3.1.8 Observasi dan Pengkajian fisik

3.1.8.1 Keadaan umum klien

Bayi Ny. L tampak lemah, dan reflek menghisap lemah

3.1.8.2 Tanda-tanda vital suhu : 37,5°C tempat pengukuran di aksila, frekuensi

nadi 120x/menit, dan frekuensi pernafasan respirasi : 38x/menit, Bayi di letakkan

di inkubator
70

3.1.8.3 Pemeriksaan Antropometri diperoleh : panjang badan 39cm, berat badan

lahir 1.600 gram, berat badan sekarang 1.700 gram, lingkar lengan 11 cm, lingkar

dada 26 cm, lingkar kepala 26 cm, SOB 36cm.

3.1.8.4 Sistem Pernafasan (B1)

Inpeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada sama kanan dan kiri,

klien tidak menggunakan alat bantu nafas, frekuensi pernafasan : 38x/menit tidak

ada batuk dan tidak ada sputum dan tidak ada retraksi otot bantu nafas, .Palpasi :

vocal premitusnya tidak terkaji, dengan perkusi thorak sonor,

Auskultasi : suara nafas vesikuler.

3.1.8.5 Sistem Kardiovaskuler (B2)

Inpeksi : Pulpasi kuat, tidak ada clubbing finger tidak juga sianosis.Palpasi

:CRT < 3 detik, perkusi : tidak terkaji dan Auskultasi : dengan bunyi jantung S1

dan S2 tunggal.

3.1.8.6 Sistem Persyarafan (B3)

Bentuk kepala simetris kanan/kiri, ubun-ubun datar, tidak ada caput,

kesadaran klien composmentis gerak tangis (+), dengan reflex suckling lemah (+),

reflek menggenggam ada tapi lemah, reflek babinsky ada tapi lemah, reflek moro

ada tapi lemah, dan reflek rooting ada tapi lemah, reflek patella ada tapi lemah,

dan tidak ada kejang, nyeri kepala tidak terkaji, istirahat tidur pasien tampak

selalu tidur dan sesekali membuka mata.

3.1.8.8 Sistem perkemihan (B4)

Labia minor menutupi labia mayor, klitoris menonjol, alat kelamin

normal, kebersihan kelamin bersih, bau urine khas, produksi urin 16cc/kg/BB

ml/hr, tempat yang di gunakan pempers.


3.1.8.9 Sistem Pencernaan (B5)

Mulut sianosis, Mukosa bibir kering, kondisi bibir simetris, lidah tampak

putih, jaringan lemak subkutan tipis, aerola payudara datar tidak ada tonjolan,

pada abdomen terdapat tali pusat, tidak ada lesi dan tanda-tanda infeksi pada tali

pusat. Peristaltic usus normal, dengan buang air besar (BAB) 15 cc/KgBB/jam

dengankonsistensi encer, warna kuning pucat, dengan bau yang khas.

3.1.8.10 Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)

Klien tampak lemah, tidak ada fraktur dan dislokasi, akral dingin, dan

turgor menurun, tidak lembab, tidak ada oedema, kulit bersih, warna kulit merah

muda, licin/ halus tampak tipis, lanugo banyak.

3.1.8.11 Sistem Pengindraan (B7)

Pupil isokor kanan/kiri, reflek cahaya positif kanan/kiri, konjungtiva

merah muda kanan/kiri tidak ada secret, telinga simetris kanan/kiri, bentuk telinga

normal kanan/kiri sedikit melengkung, lunak lambat membalik.

3.1.8.12 Sistem Endokrin (B8)

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan juga tidak ada pembesaran

kelenjar parotis, tidak hiperglikemi, juga hipoglikemia.

3.1.9 Pemeriksaan Diagnostik

3.1.10 Terapi tgl 30 Januari 2019

3.1.10.1 Injeksi vit K 1 mg, Fungsi : mencegah perdarahan BBL.

3.1.10.2 Injeksi viccilin 2 x 125 mg, Fungsi : mencegah ISPA.


3. 2 Analisa Data

Tanggal : 30 Januari 2019 Nama

Pasien : By. Ny. L Umur : 0 hari

Table 3.1 Analisa Data

No DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : - Premature Resiko

DO : K/U : Lemah ketidakseimbangan

- Daya hisap lemah (+) Fungsi organ otak nutrisi kurang dari

- Mukosa kering belum sempurna kebutuhan

- BBL : 1.600 gram

- BBS : 1.700 gram Reflek menelan

- BU : 8x15cc/kgBB/jam belum sempurna

- Jaringan lemak subkutan

tipis Resiko

ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

2 DS : - Premature Resiko

DO : K/U : Lemah ketidakefektifan

Kesadaran : Composmentis pola nafas


Fungsi organ paru
- Retraksi otot bantu
belum sempurna
pernafasan (-)
- Sesak (-) Pertumbuhan paru –

- Suara nafas vesikuler paru belum

- Sianosis (-) sempurna

- Tidak terpasang O2

Resiko

ketidakefektifan

pola nafas
3.2.1 Diagnosa Keperawatan Sesuai Dengan Prioritas Masalah

1. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Resiko ketidakefektifan pola nafas

3.2.2 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

1. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan reflek menghisap lemah.

2. Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imatunitas otot-otot

bantu nafas
3. 3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Tanggal : 30 Januari 2019

Nama Pasien :By. Ny. L

Umur : 0 hari

No. RM : 386xxx

Table 3.2 Rencana Tindakan Keperawatan (NANDA Nic Noc, 2015)

No.DX Tujuan/Kriteria hasil Intervensi PROBLEM

1. Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada 1. Untuk memahami

tindakan keperawatan keluarga pasien kebutuhan nutrisi

selama 3x24 jam tentang kebutuhan bayi

diharapkan gangguan nutrisi (pengertian,

pemenuhan nutrisi fungsi, macam-

tidak terjadi dengan macam nutrisi)

kriteria hasil : 2. Anjurkan kepada 2. Untuk memenuhi

- BB naik keluarga pasien kebutuhan nutrisi

- Asupan nutrisi untuk memberikan bayi

terpenuhi nutrisi (ASI

- Daya hisap kuat Eksklusif selama 6

- Membrane mukosa bulan)

lembab 3. Observasi BB 3. Untuk mengetahui

BU normal pasien ada peningkatan

atau penurunan

BB

4. Observasi intake 4. Untuk mengetahui


dan output nutrisi kebutuhan pasien

5. Observasi reflek 5. Mengetahui

hisap bayi kemampuan hisap

Kolaborasi dengan tim bayi

gizi Proses penyembuhan

2. Setelah diberikan 1. Jelaskan kepada 1. Keluarga mampu

tindakan keperawatan keluarga tentang memahami tentang

selama 1x24jam (definisi, etiologi ) pengertian dan

diharapkan pola nafas penyebab.

efektif dengan kriteria 2. Posisikan bayi pada 2. Untuk memberikan

hasil : posis abdomen atau posisi extensi dan

- Irama suara posisi terlentang memberikan rasa

irregular dengan gulungan nyaman dan bebas

- Suara nafas popok dibawah bahu untuk bernafas.

vesikuler untuk menghasilkan

- Tidak ada retraksi sedikit

hiperekstensi. 3. Mempertahankan
- Tidak ada sianosis
3. Memberikan jalan nafas.
- Mampu bernafas
rangsangan taktil
spontan
jika bayi apneu. 4. Mencegah
- Tanda-tanda vital
4. Observasi frekuensi terjadinya hipoksia
dalam batas normal
pernafasan dan pola
:
pernafasan
Frekuensi

pernafasan : 40 –
60 x/menit.

3 Setelah di lakukan 1. Jelaskan tentang 1. Meningkatkan

tindakan keperawatan ASI dan pentingnya pengetahuan tentang

selama 1x 30 menit di ASI ASI

harapkan klien

mengerti tentang ASI 2. Mengajarkan cara 2. Untuk mencegah

dan perawatan BBLR pemberian ASI yang tersedak pada saat

dengan kriteria hasil : benar menyusui bayi

- Klien mampu

menjelaskan kembali 3. Tanyakan kembali 3. Mereview kembali

tentang ASI tentang ASI, apa yang sudah di

- Klien mampu Pentingnya ASI dan informasikan

menjelaskan kembali cara pemberian ASI

pentingnya ASI yang benar

- Klien mampu

mengetahui cara

pemberian ASI yang

benar

- Klien mampu dan

mau memberikan ASI

esklusif
3. 4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien : By. Ny. L No.RM :386xxx Umur : 0 hari

Tabel 3.3 Implementasi Keperawatan

No. Nama / tanda


Tanggal Jam Implementasi
DX tangan

1. 30 Januari 09.25 1. Menjelaskan kepada keluarga

2019 tentang pentingnya

kebutuhan nutrisi

(pengertian, fungsi, macam-

macam nutrisi)

- Keluarga mampu memahami

penjelasan tersebut
09.45
2. Menganjurkan keluarga

pasien tentang pentingnya

memberikan nutrisi (ASI

Eksklusif selama 6 bulan)

- By. Ny. N di beri susu

formula karena ASI Ny. N

belum keluar.
09.59
3. Mengobservasi BB Pasien

- BBL : 1.600 gram

- BBS : 1.700 gram

- Dan penimbangan dilakukan

setiap hari
10.10 4. Mengobservasi intake dan

output.

- Susu formula 8x15cc (input)

- BAB dan BAK 15 cc/KgBB

10.20 5. Mengobservasi daya

hisap lemah (+)

10.30 6. Berkolaborasi dengan tim

gizi

2. 30 Januari 11.00 1. Menjelaskan kepada keluarga

2019 tentang kebutuhan oksigen

(definisi, etiologi)

- Dan keluarga mampu

memahami penjelasan

tersebut.
11.45
2. Memberikan rangsang taktil

jika bayi apneu, dengan cara

kaki disentil.

- Apneu (-)
12.00
3. Mengobservasi pernafasan

dan pola pernafasan

- Irama regular

- Rochi (-) Wheezing (-)

- Vesikuler (-)

- RR : 38x/menit
80

3.5 Evaluasi keperawatan

Nama pasien : By. Ny. L No.RM : 386xxx Umur : 1 hari

Tabel 3.4 Catatan Perkembangan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf

31 Resiko ketidakseimbangan S : -

Januari nutris kurang dari kebutuhan O : K/u : lemah

2019 tubuh berhubungan dengan - Daya hisap lemah (+)

reflex menghisap lemah - BBL : 1.600 gram

- BBS : 1.900 gram

- Membran mukosa

kering

- Jaringan lemak

subkutan tipis

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

No. 6

31 Resiko ketidakefektifan pola S : -

Januari nafas berhubungan dengan O : K/u : lemah

2019 imaturitas otot-otot Kesadaran : composmentis

pernafasan - GCS 4-5-6

- Sesak (-)

- Retraksi (-)

- Tidak terpasang nasal

canule
- Suara nafas : vesikuler

- Irama nafas : irregular

- RR : 38x/menit

- Sianosis

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

No. 3

Tabel 3.4 Catatan Perkembangan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf

01 Resiko ketidakseimbangan S : -

Februari nutris kurang dari O : K/u : lemah

2019 kebutuhan tubuh - Daya hisap lemah (-)

berhubungan dengan reflex - BBL : 1.600 gram

menghisap lemah - BBS : 1.800 gram

- Membran mukosa

kering

- Jaringan lemak

subkutan tipis

A : Masalah teratasi

sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

No. 6

01 Resiko ketidakefektifan S : -
Februari pola nafas berhubungan O : K/u : lemah

2019 dengan imaturitas otot-otot Kesadaran :

pernafasan composmentis

- GCS 4-5-6

- Sesak (-)

- Retraksi (-)

- Tidak terpasang nasal

canule

- Suara nafas : vesikuler

- Irama nafas : irregular

- RR : 40x/menit

- Sianosis (-)

A : Masalah teratasi

sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

No. 3
Nama pasien : By. Ny. L No.RM : 386xxx Umur : 3 hari

Tabel 3.5 Evaluasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf

02 Resiko ketidakseimbangan S : -

Februari nutris kurang dari kebutuhan O : K/u : lemah

2019 tubuh berhubungan dengan - Daya hisap lemah (-)

reflex menghisap lemah - BBL : 1.600 gram

- BBS : 1.800 gram

- Membran mukosa

kering

- Jaringan lemak

subkutan tipis

A : Masalah teratasi

sebagian

P : Intervensi dihentikan

pasien pulang

02 Resiko ketidakefektifan pola S : -

Februari nafas berhubungan dengan O : K/u : lemah

2019 imaturitas otot-otot Kesadaran : composmentis

pernafasan - GCS 4-5-6

- Sesak (-)

- Retraksi (-)

- Suara nafas : vesikuler

- Irama nafas : irregular


- RR : 40x/menit

- Sianosis (-)

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

pasien pulang
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama
diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan
terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas bayi. Problem klinis terjadi lebih sering
pada bayi prematur dibandingkan dengan pada bayi lahir normal. Prematuritas
menimbulkan imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi
untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit. Bayi prematur dapat bertahan hidup
tergantung pada berat badannya, umur kehamilan, dan penyakit atau abnormalitas.
Prematur menyumbangkan 75% - 80% angka kesakitan dan kematian neonatus.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum 37 minggu
kehamilan, dengan berat badan 2500 gram atau kurang saat lahir, terlepas dari usia
kehamilan tepat atau di bawah 37 minggu (Broker, 2008). Secara patofisiologis menurut
Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang
rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
4.1 Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang BBLR dan
bayi prematur dan problem solving yang efektif  dan juga sebaiknya kita
memberikan informasi atau health education mengenai BBLR dan bayi prematur
kepada para orang tua anak yang paling utama.

b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya BBLR dan
bayi prematur dan meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit (Edisi 2). Jakarta : EGC.

Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan. Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc. Mediaction: Yogyakarta

Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.

Proverawati, A & Sulistyorini, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Dilengkapi Dengan
Asuhan Pada Bblr Dan Pijat Bayi. Nuha Medika: Yogyakarta

Rukiyah, Yulianti. 2012. Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV. Trans Info MediA.

Surasmi, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.

Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak (Ed.2) Jakarta
: CV. Agung Seto.

Anda mungkin juga menyukai