Anda di halaman 1dari 13

RESUME CHAPTER 2 DAN 3

AKUNTANSI MANAJEMEN

Anggota Kelompok :
Shafa Nada Ariqa (195020300111033)
Fabian Anatoli Sojuangon (195020300111088)
Veronica Gracia Thamarlin (195020307111031)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
RESUME CHAPTER 2

KONSEP BIAYA DAN PERILAKU BIAYA

1. Definisi Biaya.
1) Biaya adalah uang tunai atau setara yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang dapat
memberikan manfaat bagi suatu organisasi di masa depan.
2) Biaya peluang adalah manfaat yang dikorbankan saat memilih salah satu alternatif.
3) Objek biaya adalah adalah komponen yang dapat diukur dan ditetapkank biayanya.
4) Aktivitas adalah unit dasar pekerjaan dalam sebuah organisasi.

2. Macam-macam Biaya.
Klasifikasi Biaya
1) Biaya Manufaktur.
Terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik atau biaya yang berhubungan dengan produksi.
2) Biaya Non Manufaktur.
Biaya yang dibebankan diawal untuk keseluruhan periode berjalan dan tidak
berhubungan dengan produksi. Terdiri dari biaya administrasi (berhubungan dengan
manajemen perusahaan) dan biaya penjualan (berhubungan dengan produk).

Jenis Biaya (berdasarkan perilaku)

1) Biaya Variabel. Biaya yang berubah-ubah sesuai intensitas penggunaannya.

2) Biaya Tetap. Biaya yang tidak berubah meskipun produksi ditingkatkan, dalam relevan
range tertentu.
3) Biaya Campuran. Gabungan biaya variable dan biaya tetap. Seperti pegawai yang
menerima gaji tetap dan komisi.

Hubungan antara penetapan biaya dengan objek biaya : biaya langsung dapat ditelusuri, biaya
tidak langsung tidak bisa ditelusuri. 3 cara untuk menetapkan harga :

1) Penetapan Langsung. Mengidentifikasi dan menetapkan biaya yang secara eksklusif dan
fisik terkait dengan objek biaya.
2) Penetapan Penelusuran. Menggunakan faktor yang dapat diamati untuk mengukur
penggunaan biaya suatu objek biaya.
3) Penetapan Tidak Langsung. Tidak berhubungan langsung dengan objek biaya, bisa jadi dan
tidak bisa jadi dialokasikan untuk objek biaya.

3. Pengaruh Aktivitas terhadap Biaya Tetap/Unit.

Unit Cost = Total Biaya Produksi

Jumlah Unit

*Biaya variable/unit tidak akan terpengaruh oleh jumlah produksi, namun biaya tetap/unit
berubah ketika jumlah produksi bertambah atau berkurang. Biaya tetap/unit digunakan untuk
menentukan harga produk.

4. Pemisahan Biaya Dengan Metode Tinggi Rendah, Scatterplot, dan Kuadrat Terendah.
Metode ini digunakan untuk memisahkan biaya semi variabel dari biaya tetap dan biaya
variabel agar dalam perhitungan tidak terjadi over calculate atau under calculate.

Y = a + bX
Keterangan :
Y = total biaya a = biaya tetap
b = biaya variabel per aktivitas X = jumlah aktivitas

Pemisahan ini dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu :


1) Metode Tinggi Rendah
Memisahkan biaya variabel dan biaya tetap dengan 2 titik, titik dengan aktivitas tertinggi
dan titik dengan aktivitas terendah. Dalam metode ini biaya bukan merupakan komponen
yang menimbulkan perubahan, namun tingkat aktivitas. Sehingga memungkinkan titik
aktivitas tertinggi dengan biaya terendah atau titik aktivitas terendah dengan biaya
tertinggi.
2) Scatterplot
Metode pemisahan biaya dengan cara membuat diagram dengan tingkat produksi dan biaya
yang dikeluarkan. Diagram ini dihubungkan dengan sebuah garis yang kemudian akan
ditentukan titik manakah yang paling melenceng diantara titik yang lain.
3) Kuadrat Terendah
Metode pemisahan biaya dengan menentukan garis terdekat dengan mencari jarak terdekat
diantara titik dan garis.
5. Manfaat Pemisahan Biaya.
Pemisahan biaya pada produk menjadi biaya variable,tetap dan semivariabel akan membantu
manajer dalam hal – hal berikut ini:
1. Melakukan fungsi perencanaan.

Pemisahan biaya ini membantu manajer merencanakan volume produksi, target laba dan
pendapatan penjualan agar perusahaan dapat mencapai titik impas serta menghindari
kerugian melalui analisis titik impas dan CVP ( Cost, Volume,Profit ).

2. Melakukan fungsi pengendalian.

Melalui pemisahan biaya, Manajer mengetahui tiap biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu produk maka Manajer dapat mengendalikan aktivitas produksi agar
menghasilkan produk yang sesuai target.

3. Melakukan pengambilan keputusan atas hasil evaluasi dan perbaikan.

Berdasarkan informasi atas biaya variable,tetap dan semivariable yang dikeluarkan akan di
evaluasi oleh manajer dengan aktivitas perusahaan dan hasil penjualan perusahaan. Ketika
salah satu item biaya yang telah dikeluarkan terbukti merugikan ataupun bisa lebih efisien,
maka Manajer dapat menggunakan informasi atas biaya untuk mengukur tingkat efisien
aktivitas perusahaan untuk menghasilkan dan menjual produk serta mengambil keputusan
atas kebijakan untuk menjaga tingkat efisiensi tersebut.
RESUME CHAPTER 3

ACTIVITY BASED COSTING & ACTIVITY BASED MANAGEMENT

3.1 Konsep Activity Based Management

Pendekatan atas biaya dan informasi operasional (input) untuk aktifitas manajerial ,seperti:

1) Analisis nilai ( value analysis )


2) Pengukuran kinerja operasi
3) Proses perbaikan berkelanjutan
4) Aktifitas pengambilan keputusan usaha yang dilakukan oleh perusahaan.

Perbedaan Activity Based Costing (ABC) dengan Activity Based Management (ABM)

ABC ABM
Mengelola aktivitas pada rantai bisnis pengelolaan aktivitas operasional perusahaan
perusahaan. atas penghitungan biaya dan upaya perbaikan
berkelanjutan untuk nilai tambah perusahaan
melalui alur operasional

Tujuan Utama ABM adalah akurasi dan ketepatan pembebanan biaya.

Sumber Informasi Utama ABM adalah Informasi yang dihasilkan oleh ABC.

Model Dimensi dari ABM

1) Dimensi Biaya
Dimensi yang berfokus pada Ketepatan dalam pembebanan biaya.
Menggunakan informasi dari Sistem ABC :
Penentuan biaya overhead tidak terkait dengan volume unit namun berdasarkan aktivitas yang
diperlukan untuk memproduksi output sehingga lebih tepat dan akurat.

Proses penentuan biaya overhead berdasarkan misal :

Jam Penyetelan Jam Pemeliharaan Jam Inspeksi Jumlah penanganan


bahan

Sistem pembebanan ini diperlukan ketika perusahaan memiliki kondisi:


- Produksi jenis produk yang heterogen
- Penggunaan otomatisasi pada proses produksi
- Komposisi biaya overhead yang beragam

Dasar untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dalam sistem ABC adalah Cost Driver.

Tingkatan Cost Driver:

Unit Batch Produk Pabrik


Biaya Pengemasan Biaya pengiriman, Biaya Iklan, Biaya Biaya Penyusutan,
Biaya pemeliharaan Paten Biaya Sewa

2) Dimensi Proses
Dimensi yang berfokus pada pengurangan biaya dengan menganalisis aktivitas.
Pendekatan:
ABM Operasional : untuk mengurangi biaya
Contoh : pengurangan biaya dapat dilakukan dengan menelusuri aktiivitas penyebab
untuk melakukan evaluasi dan perbaikan.
ABM Strategis : untuk meningkatkan profitabilitas kontinyu
Kegagalan dalam mengimplementasikan ABM :
- Kurangnya dukungan dari top management
- Gagal dalam mengintegrasikan sistem dan keterbatasan mengelola informasi

3.2 Keterkaitan antara Activity Based Costing dengan Activity Based Management.
ABM membutuhkan informasi dari ABC untuk melakukan Efisiensi.
Berikut keterkaitan antara ABC dengan ABM:

Digunakan ABM untuk:

Membantu perbaikan dalam Upaya yang dilakukan ABM:


membuat keputusan untuk
mengurangi pemborosan
biaya mengeliminasi aktivitas tidak
bernilai tambah dan tetap
Informasi dari ABC memberikan pelayanan yang
baik untuk pelanggan.
membantu menganalisis
usaha perbaikan
berkelanjutan untuk
menambah profitablitas.
Efisiensi biaya dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

Jika :
- aktivitas nilai
hasil dari analisis tambah = upaya
Analisis untuk
Identifikasi (apakah aktivitas perbaikan
evaluasi atas
aktivitas melalui dengan nilai berkelanjutan
aktivitas yang
ABC tambah atau - bukan nilai
dilakukan
bukan) tambah = proses
eliminasi dan
reduksi biaya

3.3 Konsep Process Value Analysis dan kaitannya dengan Aktivitas Pengelolaan Biaya (Cost
Reduction).

Definisi:
Process Value Analysis : pendekatan akuntansi pertanggungjawaban yang tidak ditekan
langsung terhadap biaya karena biaya hanya sebagai dampak atas aktivitas yang dilaksanakan.

PVA akan mengidentifikasi aktivitas berikut.


1) Aktiviitas bernilai tambah (Value-added activity)
 Aktivitas yang diperlukan dalam operasional untuk menjadi sebuah produk yang
kemudian digunakan oleh perusahaan sebagai komoditi utama penghasil laba dan
memberi nilai bagi pelanggan.
 Menimbulkan value-added costs ( biaya yang seharusnya menjadi beban operasional
perusahaan).
Kategori Aktivitas :
a. Aktivitas mandatory : muncul karena syarat compliance terhadap peraturan dan hukum
yang belaku.
b. Aktivitas discretionary : muncul karena kebijakan dan planning oleh perusahaan.

Syarat aktivitas dinyatakan bernilai tambah:

1. Menyebabkan perubahan kondisi yang tidak tergantikan oleh aktivitas lain.


2. Aktivitas yang menghubungkan dengan keberlanjutan aktivitas lainnya.
Contoh : pemotongan kayu agar dapat melakukan perakitan kayu.
2) Aktivitas tak bernilai tambah
 Aktivitas yang tidak berdampak pada proses pembuatan menjadi produk serta nilai bagi
pelanggan.
 Ciri – ciri: tidak memenuhi kriteria aktivitas bernilai.
 Fokus Manajemen: mereduksi biaya yang muncul dari aktivitas tak bernilai tambah.
 Contoh aktivitas tak bernilai tambah:
Aktivitas Inspeksi : aktifitas deteksi kondisi bukan aktivitas perubahan kondisi
 Pendeteksian dan pereduksian dilakukan dengan dihilangkan, direduksi, diganti
ataupun dibagikan.

3) Pengukuran Kinerja Aktivitas


 Dalam ukuran kinerja aktivitas keuangan dan nonkeuangan.
 Menitikberatkan efisiensi, kualitas dan waktu penyelesaian dengan perbandingan input
dan output.
3.4 Process Value Analysis (PVA) untuk Tujuan Aktivitas Pengelolaan Biaya (Cost
Reduction)

Aktivitas Bisnis Perusahaan

Value Added Activities Non-value Added


(Valuable) Activities (Waste)

Emphasized Eliminasi Aktivitas

Evaluate Pemilihan/Penggantian
Aktivitas

Improve Pengurangan Aktivitas

Sharing Activity

Cost Efficiency &


Effectiveness, Profit
Optimization
PVA memiliki tujuan untuk mengelola biaya (cost reduction) dengan cara memangkas
(mengeliminasi/mereduksi) sumber-sumber inefisiensi dari sumber daya perusahaan yang
cenderung melekat pada aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah yang terjadi di sepanjang
proses bisnis perusahaan. Berikut merupakan 4 cara pengurangan biaya berdasarkan analisis
aktivitas:

1. Eliminasi aktivitas

Dalam hal ini eliminasi aktivitas merupakan upaya perusahaan menghilangkan sepenuhnya
aktivitas yang tidak bernilai tambah dalam proses bisnis perusahaan dengan tujuan untuk
menghemat konsumsi biaya karena perusahaan mengurangi konsumsi sumber daya terkait.

2. Pemilihan/penggantian aktivitas

Perusahaan bisa jadi memiliki beberapa alternatif aktivitas yang dapat dieksekusi untuk
menjaga proses bisnis tetap berjalan. Perusahaan harus memilih alternatif aktivitas yang
memberikan konsekuensi biaya terendah. Namun, perusahaan harus melakukan analisis yang
bersifat teknikal dan strategis secara mendalam ketika memilih alternatif aktivitas tersebut agar
perusahaan tidak terkena dampak negatif dalam jangka panjang karena salah memilih alternatif
aktivitas.

3. Pengurangan aktivitas

Pengurangan aktivitas ini dapat menjadi rencana jangka pendek perusahaan dengan
menghilangkan aktivitas tidak bernilai tambah secara bertahap dan memperbaiki tingkat
efisiensi dari rantai aktivitas yang ada di perusahaan. Pengurangan aktivitas ini dilakukan jika
aktivitas tidak bernilai tambah tidak dapat langsung dieliminasi secara keseluruhan.

4. Sharing activity

Sharing activity dilakukan dengan mengoptimalkan atribusi aktivitas yang dilakukan terhadap
beberapa produk atau proses yang secara simultan diselenggarakan oleh perusahaan di waktu
yang sama.

3.5 Konsep Kaizen Costing dalam Kaitannya dengan Upaya Pengurangan Biaya Produk
dan Proses

Kaizen Costing merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengurangi biaya (mengacu
pada aktivitas tidak bernilai tambah) berbagai produk dan proses dengan cara perbaikan
berkelanjutan yang bersifat konstan dan terus meningkat.
Siklus Kaizen/Siklus PDCA Siklus Pemeliharaan

1. Plan (business models, business


plan, business approaches, dan
methodology)

2. Do (approach deployment, results


achievement, dan corrective
actions)

3. Check (performance assessment


dan review)

4. Act (preventing, improving, re-


engineering, communicating,
recognizing, dan rewarding)

Siklus Kaizen/Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Art)

1. Plan yang berarti merencanakan apa yang ingin diperbaiki dan dicapai untuk periode yang
akan datang dan bagaimana mengatasinya.

2. Do yang berarti melaksanakan solusi dari hasil perencanaan sebelumnya untuk memperbaiki
apa yang sedang diperbaiki.
3. Check yang berarti pengecekan atau pemeriksaan hasil dari pelaksanaan dan dibandingkan
dengan apa yang ingin dicapai sebelumnya.

4. Act yang berarti menetapkan standar yang akan menjadi acuan dalam bekerja kemudian
memulai siklus selanjutnya, yaitu siklus pemeliharaan.

Siklus Pemeliharaan

Rangkaian dari siklus pemeliharaan adalah Standar-Lakukan-Periksa-Bertindak. Diawali


dengan standar yang telah ditetapkan lalu melakukan berbagai aktivitas dan periksa hasilnya
apakah sesuai dengan standar baru atau tidak. Jika tidak, upaya perbaikan harus ditindaklanjuti.

3.6 Melakukan Activity Performance Measurement dengan Menggunakan Pendekatan


Process Value Analysis

Yang menjadi ukuran dalam kinerja aktivitas adalah ukuran keuangan yang memberikan
pengaruh dalam bentuk uang, seperti:

1. Laporan biaya bernilai tambah dan tidak bernilai tambah, disusun dengan cara memisahkan
biaya-biaya tersebut sesuai dengan aktivitasnya, yaitu bernilai tambah dan tidak bernilai
tambah dengan tujuan membantu manajer perusahaan menemukan aktivitas mana yang tidak
efisien sehingga dapat segera dilakukan treatment dan peningkatan keefisienan terhadap
aktivitas tersebut.

2. Pelaporan tren, berguna untuk perbaikan aktivitas dengan cara mengurangi biaya agar dapat
mengetahui seberapa besar penurunan yang terjadi pada aktivitas tidak bernilai tambah setiap
periodenya.

3. Peran standar kaizen, dalam hal pengurangan biaya mengacu pada aktivitas tidak bernilai
tambah dengan menggunakan pendekatan siklus PDCA.

4. Benchmarking, yaitu pendekatan untuk menjadi yang terbaik dalam melakukan aktivitas
dengan cara membandingkan dan mengambil contoh dari proses bisnis sejenis dengan
rangkaian aktivitas yang telah menunjukkan performa terbaiknya dan efisien dalam konsumsi
biayanya.

5. Perhitungan biaya siklus hidup.


3.7 Laporan Akuntansi Manajemen untuk Activity Performance Measurement (Value &
Non-value Added Activity Cost Report)

Penetapan ukuran output dalam suatu aktivitas sangat diperlukan guna menghitung berapa
besar biaya bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Setelah ditetapkan, jumlah standar biaya
bernilai tambah dapat ditetapkan.

Contoh:

Suatu perusahaan melakukan 4 aktivitas untuk produksi, yaitu pembelian peralatan, perakitan,
pengerjaan ulang, dan pemeriksaan. Setelah dianalisis, diketahui bahwa aktivitas pengerjaan
ulang dan pemeriksaan merupakan aktivitas tidak bernilai tambah sehingga harus ditiadakan.

Catatan:

SQ: tingkat output bernilai tambah

SP: harga standar per unit dari ukuran output

AQ: penggunaan kuantitas sesungguhnya sumber daya fleksibel

Aktivitas Penggerak SQ AQ SP (dalam puluhan


Aktivitas ribu rupiah)
Pembelian peralatan Pesanan 1.650 2.100 400
Perakitan Jam tenaga kerja 150.000 175.000 8
Pengerjaan ulang Jam pengerjaan 0 100.000 10
ulang
Pemeriksaan Jam pemeriksaan 0 83.000 12

Dalam pembuatan laporan analisis biaya aktivitas, biaya-biaya diklasifikasikan menjadi biaya
bernilai tambah dan biaya tidak bernilai tambah kemudian dijumlahkan untuk mengetahui
biaya aktualnya.
Aktivitas Biaya Bernilai Tambah Biaya Tidak Bernilai Biaya Aktual
(SP x SQ) (dalam Tambah {(AQ – SQ) x (dalam puluhan
puluhan ribu rupiah) SP} (dalam puluhan ribu rupiah)
ribu rupiah)
Pembelian peralatan 660.000 180.000 840.000
Perakitan 1.200.000 200.000 1.400.000
Pengerjaan ulang 0 1.000.000 1.000.000
Pemeriksaan 0 996.000 996.000
Total 1.860.000 2.376.000 4.236.000

Dari tabel di atas diketahui bahwa total biaya tidak bernilai tambah sebesar Rp23.760.000.000.
Biaya tidak bernilai tambah tersebut menjadi fokus dari manajemen untuk mengeliminasi atau
menguranginya. Eliminasi atau pengurangan biaya tidak bernilai tambah tersebut menjadi isu
penting bagi perusahaan karena aktivitas-aktivitas tersebut merupakan sumber inefisiensi yang
dapat menurunkan keunggulan kompetitif perusahaan dibandingkan dengan pesaing-
pesaingnya. Dengan memangkas biaya tidak bernilai tambah, perusahaan dapat menghasilkan
produk dengan biaya yang jauh lebih rendah dan akan meningkatkan value for customers dan
juga mampu mengoptimalkan perolehan laba perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai