Penyusun :
Kelompok 4
PRODI FARMASI
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tauhid secara bahasa berasal dari kata wahhada – yuwahhidu yang artinya menjadikan
sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilah syar’i, tauhid berarti
mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai, Mengatur dan mengikhlaskan
(memurnikan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-
Nya serta menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat Al-Ulya (sifat-
sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.
Ilmu tauhid belum dikenal pada masa Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya
melainkan baru dikenal pada masa kemudiannya, setelah ilmu-ilmu keislaman satu persatu
muncul dan setelah orang banyak suka membicarakan alam ghaib atau metafisika.
Tauhid merupakan hal yang paling penting dalam aspek ‘aqīdaĥ. Pondasi pendidikan
anakpun dimulai dari penanaman nilai-nilai tauhid kepada anak. “Syahādāt” dalam ażan
yang diperdengarkan pada anak yang baru lahir sebagai bukti pentingnya menanamkan
tauhid semenjak dini. Tauhidpun merupakan seruan pertama dakwah para Rasūl. Tauhid
juga merupakan tonggak penentu keselamatan seorang hamba di hadapan Rabbnya kelak.
Mempelajari tauhid merupakan hal pokok yang sudah menjadi keharusan bagi
seseorang untuk mempelajarinya. Untuk itu, sudah menjadi keharusan pula bagi orang tua
untuk mendahulukan penanaman tauhid semenjak dini kepada putra-putrinya.
Sebagaimana ungkapan Ibnu Qayyim dalam kitab Tuḥfat Al-Maudūd yang dikutip oleh
Rahman bahwa dirahasiakan dilakukan ażan dan iqāmaĥ di telinga bayi yang baru lahir
mengandung harapan yang optimis agar mula-mula suara yang terdengar oleh telinga bayi
adalah seruan ażan yang mengandung makna keagungan dan kebesaran Allah serta
syahādāt yang menjadi syarat utama bagi seorang yang masuk Islam. Hal yang sama
dianjurkan pula agar yang bersangkutan dituntut untuk mengucapkan kalimat tauhid ini saat
sedang meregang nyawa meninggalkan dunia yang fana ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tauhid
Tauhid menurut bahasa adalah meng-Esakan. Sedangkan menurut syariat adalah
meyakini keesaan Allah. Adapun yang disebut ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan
tentang akidah atau kepercayaan kepada Allah dengan didasarkan pada dalil-dalil yang
benar. Tidak ada yang menyamainya dan tak ada padanan bagi-Nya. Mustahil ada yang
mampu menyamai-Nya. Dalilnya dari firman-firman Allah, di samping dalil-dalil aqliyah :
“Dia adalah Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan, dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula, dijadikan-Nya
kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia, dan
Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
1. Transformasi ketauhidan
Transformasi ketauhidan adalah mewujudkan ketauhdian kepada Allah dalam
bentuk amal nyatadalam kehidupan sehari-hari. Karena kita menyadari betul bahwa Allah
senantiasa bersama kita, maka kita senantiasa menjaga perilaku kita dari hal-hal buruk
misalnya kesombongan, berbuat zalim, menyakiti orang lain, merugikan orang lain, dan
setersunya. Sebaliknya, kita selalu terdorong unatu melakukan hal-hal yang baik misalnya
bersikap ramah, menolong orang lain, peduli, empati pada sesame, dan setersunya. Intinya
kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat benar-benar membawa manfaat bagi orang
lain.
2. Transendensi kehidupan
Jadi seharusnya, pertama kali yang kita beri ucapan terima kasih adalah Allah, baru
manusia. Demikian juga misalnya kita menerima musibah. Musibah harus menyadarkan kita
bahwa itu adalah ujian, peringatan, atau bahkan azab dari Allah. Intinya semuanya perilaku
kehidupan ini, kecuali ada ikhtiar lahiriah dan jawaban-jawaban rasional yang tak boleh
ketinggalan harus dihubungkan dengan Allah. Jika kita membutuhkan pertolongan, jika kita
punya masalah, jika kita ingin berbagi cerita, dan seterusnya, maka Allah-lah pihak pertama
yang kita jadikan tempat berbagi, tempat memohon, dan tempat melabuhkan perasaan.
Mengapa? Karena Dia-alah Yang Maha Mendengar. Dia-lah Yang Maha Peduli.
Macam Tauhid
Ulama ilmu tauhid mengklasifikasikan ada dua macam tauhid yakni tauhid rubbubiyyah
dan tauhid uluhiyyah. Rubbubiyyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama
Alla SWT. Yaitu “Rabb”. Nama ini mempunyai beberpa arti, antara lain Al-Murrabi
(pemelihara), An-nashir (penolong), Al-malik (pemilik), al-Mushlih (yang memperbaiki), As-
Sayyid (tuan) dan Al-Wali (wali). Dalam terminology syariat islam, istilah tauhid Rubbubiyyah
berarti; percaya bahwa Allahlah satu-satunya pencipta, pemilik,pengendali alam raya yang
dengan takdir-Nya ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan
sunnah-sunnahnya.
1. Tauhid Rubbubiyah
Tauhid rubbubiyyah ialah pengakuan, bahwa seluruh alam ini, baik alam nyata (alam
benda) atau alam gaib (alam roh), diciptakan ole satu Tuhan. Tuhan yang satu ialah Tuhan
yang menciptakan alam benda, diantaranya bumi, langit, bulan, matahari, binatang, dan
lain-lain. Tuhan yang satu itu jugalah yang menciptakan makhluk gaib, antara lain, jin,
malaikat dan iblis. Tuhan yang satu itulah yang menghidupkan segala sesuatu, Tuhan yang
satu itu jugalah yang menumbuhkan segala tumbuhan dan tanaman. Tuhan yang satu itu
jugalah yang menciptakan diri manusia dengan segala kelengkapannya dengan sangat
sempurna, tidak ada tuhan selain Dia (Allah SWT) yang menciptakan segala sesuatu.
Artinya: “sesungguhnya tuhan kami ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakannya pula) matahari, bulan dan bintang-
bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah, Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A’raf [7]:
54)
3. ٍ ض َج ِم ْيعًا ثُ َّم ا ْست ٰ َٓوى اِلَى ال َّس َم ۤا ِء فَ َس ٰ ّوىه َُّن َس ْب َع َسمٰ ٰو
ْ ت ۗ َوهُ َو بِ ُك ِّل ش
َي ٍء َعلِ ْي ٌم َ َه َُو الَّ ِذيْ خَ ل
ِ ْق لَ ُك ْم َّما فِى ااْل َر
Artinya: “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 29)
Artinya: “dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS: Asy-Syu’araa [26]:
80)
5. ُاِ َّن هّٰللا َ هُ َو ال َّر َّزا ُق ُذو ۡالقُ َّو ِة ۡال َمتِ ۡين
Artinya: “ Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kokoh.” (QS: Adzaariyat [51]: 58).
1. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah diambil dari kata “ilah” yang berarti; yang disembah dan yang ditaati.
Kata ini digunakan untuk menyebut sesembahan yang hak dan yang batil. Pengertian tauhid
uluhiyah dalam terminology syariat islam ialah mengesakan Allah SWT daalm ibadah dan
ketaatan, atau mengesakan Allah SWT. Dalam perbuatan seperti shalat, puasa, zakat, haji,
nazar, menyembelih sembelihan, rasa takut, rasa harap dan cinta. Maksudnya semua itu
dilakukan yakni bahwa kita melaksanakan perintah Allah SWT. Dan meninggalkan larangan
Allah SWT. Sebagai bukti ketaatan dan semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT. Olrh
karena itu implementasi tauhid uluhiyah hanya bias terjadi dengan dua dasar. Pertama;
memberikan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah SWT. Semata tanpa adanya sekutu
yang lain. Kedua: hendaknya semua bentuk ibadah itu sesuai dengan perintah Allah SWT.
Dan meninggalkan larangannya melakukan maksiat.
Tauhid uluhiyah ialah, keyakinan dan kepasrahan hanya kepada Allah kita menyembah,
memuja, memuji dan meminta pertolongan, hanya kepada Allahlah kita beribadah dan
berzikir. Hanya kepada Allahlah kita menyandarkan segala perjalanan hidup yang dialami.
Hanya kepada Allahlah kita bergantung, seseorang yang telah terpatri dengan tauhid
uluhiyah ia akan menghindarkan diri dari perbuatan syirik seperti mempercayai benda-
benda yang mengandung kekuatan supranatural (seperti cicin, kertas, benda-benda
pustaka, dan lain sebagainya), ia juga menghindari diri dari pemujaan kepada orang-orang
pintar (dukun).yang ia yakini hanya Allah SWT zat yang menggenggam segala sesuatu dialam
semesta ini. Tidak ada ibadah dan ketaatan kecuali hanya untuk Allah SWT semata.
Tauhid uluhiyan merupakan tauhid yang paling mendasar, diatas tauhid uluhiyah
kehidupan dijalankan dan disyariat ditegakkan. Tidak ada perintah dan ketaatan kecuali
hanya kepada Allah SWT. Itulah sebabnya setiap kali Allah SWT mengutus seseorang rasul,
Allah SWT selalu menyertakan tauhid uluhiyah sebagai missi utama.
Artinya: “ dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan kami
wahyukan kepadanya: “bahwasannya tidak ada tuhan (yang hak) melainkan aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan aku.” (QS: Al-Anbiyah [21]: 25)
Artinya: “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidsk mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggung jawabnya.” (QS: Al-Isra [16]: 36)
c. َ ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن
س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن ُ َو َما خَ لَ ْق
Artinya: “ dn aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-ku. (QS: Adz-Zariyat [51]: 56)
Artinya: ‘sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-nya dengan sesuatu pun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (QS: An-Nisa [4]: 36)
e. َ ِص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ ەۙ ُحنَفَ ۤا َء َويُقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َوي ُْؤتُوا ال َّز ٰكوةَ َو ٰذل
ك ِديْنُ ْالقَيِّ َم ۗ ِة هّٰللا
ِ َِو َمٓا اُ ِمر ُْٓوا اِاَّل ِليَ ْعبُدُوا َ ُم ْخل
Artinya: “padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepadanya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya
mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang
lurus. (QS: Al-Bayinah [98]: 5)
(Meng-esakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifat-Nya) ialah meyakini secara
mantab bahwa Allah menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat
kekurangan, dan bahwa Dia berbeda dengan seluruh makhluk-Nya.
Caranya adalah dengan menetapkan (mengakui) nama-nama dan sifat-sifat Allah yang
Dia sandangkan untuk Dirinya atau disandangkan oleh Rasulullah dengan tidak melakukan
tahrif (pengubahan) lafazh atau maknanya, tidak ta’thil (pengabaian) yakni menyangkal
seluruh atau sebagaian nama dari sifat itu, tidak takyif (pengadaptasian) dengan
menentukan esensi dan kondisinya, dan tidak tasybih (penyerupaan) dengan sifat-sifat
makhluk.
Dari definisi diatas jelaslah bahwa tauhid asma wa sifat berdiri di atas tiga asas. Barang
siapa menyimpang darinya, maka ia tidak termasuk orang yang meng-esakan Allah dalam
hal nama sifat-Nya. Ketiga asas itu adalah:
a. meyakini bahwa Allah SWT maha suci dari kemiripan dengan makhluk dan
darisegala kekurangan.
b. Mengimani seluruh nama dan sifat Allah SWT yang disebutkan dalam al-Qur’an
dan as-Sunnah tanpa mengurangi atau menambah-nambahi dan tanpa
mengubah atau mengabaikannya.
c. Menutup keinginan untuk mengetahui kaifiyyah (kondisi) sifat-sifat itu.
Adapun asas yang pertama, yakni meyakini bahwa Allah Maha Suci dari kemiripan
dengan mahluk dalam sifat-sifat-Nya, ini didasarkan pada firman Allah SWT:
Artinya : “Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya”. (QS. Al-Ikhlash: 4)
Al-Qurthubi, saat menafsirkan firman Allah, “Tidak ada yang sama dengan-Nya
sesuatu apa pun,”mengatakan, “Yang harus diyakini dalam bab ini adalah bahwa Allah
SWT, dalam hal keagungan, kebesaran, kekuasaan, dan keindahan nama serta ketinggian
sifat-Nya, tidak satupun dari makhluk-Nya yang menyerupai-Nya dan tidak pula dapat
diserupai dengan makhluk-Nya. Dan sifat yang oleh syariat disandangkan kepada
Pencipta dengan kepada makhluk, pada hakikatnya esensinya berbeda meskipun
lafazhnya sama. Sebab, sifat Allah Yang tidak Berpemulaan (qadim) pasti berbeda
dengan sifat makhluk-Nya.
Bersaksi dengan laa ilaaha illa-Allah harus dengan tujuh syarat.Tanpa syarat-syarat
itu kesaksian tersebut tidak akan bermanfaat bagi yang mengikrarkannya. Secara singkat
tujuh syarat itu ialah :
Pengalaman tauhid merupakan pengalaman yang bersifat suci, maka pengalaman ini
dalam kehidupan manusia akan menjadi sumber inspirasi kehidupan jiwa dan pendidikan
kemanusiaan yang tinggi. Hal ini disebabkan tauhid akan mendidik jiwa manusia untuk
mengikhlaskan seluruh hidup dan kehidupannya kepada Allah semata. Tujuan hidup
hanyalah Allah dan harapan yang dikejarnya adalah keridhaan-Nya, yang akhirnya akan
membawa konsekuensi pembinaan karakter yang agung dan menjadi manusia yang suci,
jujur, dan teguh memegang amanah Allah.
Pendidikan tauhid sangatlah penting, karena mempunyai relevansi dengan konsep tauhid itu
sendiri. Menurut Jalaluddin Rahmat, pengajaran tauhid menjadi penting karena beberapa
hal :
1. Tauhid mendasari seluruh pemikiran kita tentang dunia, tauhid adala weltanschaung
kita.
2. secara otomatis, konseptualisasi tauhid menyiratkan konseptualisasi syirik yang
mempunyai implikai-implikasi sosial.
3. Tauhid adalah konsepsi Islam yang dapat dipertentangkan denan sekularisme,
humanisme atau eksistensialisme.Awal munculnya manusia sampai sekarang yang
masih tetap komitmen untuk membebaskan manusia dari keterikatan yang
membelenggu kehidupan menuju kemerdekaan yang hakiki dan tinggi, yang semua
itu akan berorientasi pada pengakuan akan keesaan Allah.
Dalam posisi yang kedua ini, manusia akan kehilangan jati dirinya sebagai ahsani
taqwim. Oleh karena itu rekonstruksi manusia harus selalu diupayakan dan hal ini
merupakan suatu kebutuhan dengan menginternalisasikan, membiasakan dan
mentranformasikan nilai-nilai ilahi yang tertinggi melalui pendidikan tauhid.
Manusia yang kehilangan pegangan hidup meskipun mereka bergelimang dalam materi
namun merana secara mental dan spritual. Mereka akan mudah terperosok ke dalam
tingkah laku yang tidak mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan, bahkan mereka dapat
berperilaku menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini bila dibiarkan maka pada
gilirannya akan menghancurkan peradaban umat manusia. Padahal tujuan hidup manusia
adalah semata-mata untuk mengabdi kepada Allah.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al
Qashshash: 77).
Pada ayat di atas Allah memperingatkan kita agar menyiapkan dengan serius masa depan
kehidupan kita di akhirat. Tapi kita tidak boleh juga melalaikan kehidupan dunia. Kita harus
semangat bekerja, semangat berikhtiar sesuai dengan apa yang kita bisa.
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kedukaan, aku berlindung
kepada-Mu dari lemah dan malas, aku berlindung kepada-Mu dari takut (miskin) dan kikir,
aku berlindung kepada-Mu dari banyaknya hutang dan paksaan orang-orang.”
Namun demikian, upaya kita dalam mencari dunia jangan sampai melalaikan yang
utama, yaitu mempersiapkan akhirat. Pekerjaan dunia adalah perantara untuk menggapai
akhirat. Di sela-sela pekerjaan kita, kita tak boleh melalaikan ibadah. Bahkan ibadah itulah
yang harus menjadi fokus kita. Pekerjaanpun harus kita niatkan ibadah.
Karena salah dalam menjalani akitivitas. Dunia yang mestinya dijadikan nomor dua
malah dijadikan nomor satau sampai melalaikan ibadah kepada Allah. Dia tak pernah
melibatkan Allah dalam kehidupannya sehingga hidupnya penuh masalah. Terlalu semangat
pada urusan dunia tapi santai bahkan mengabaikan urusan ibadah.
Padahal seharusnya yang nomor satu itu ibadah, urusan kepada Allah. Setelah itu
baru urusan dunia. Inilah tips yang diajarkan Allah. Ini ditegaskan dalam beberapa ayatNya:
َي لِلص َّٰلو ِة ِم ْن يَّوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْسعَوْ ا اِ ٰلى ِذ ْك ِر هّٰللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي ۗ َع ٰذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن
َ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا نُوْ ِد
“Wahai orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan sholat Jum’at, maka
berlarilah kalian mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al-Jum’ah : 9)
“Dan bersegeralah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan menuju surga…” (QS. Ali
Imron : 133)
“Dialah yang menjadikan bumi mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rizkiNya.” (QS. Al-Mulk : 15)
Berbeda dengan seorang musrik yang hatinya terbagi untuk Ilaah selain Allah dan
ma`buudaat (yang di`ibadati selain Allah `Azza wa Jalla) yang banyak suatu saat ia
menghadap kepada orang hidup, pada saat lain ia menghadap kepada orang yang mati.
Artinya terkadang ia meminta kepada yang hidup sebagai perantara (wasilah) antara ia
dengan Allah Jalla wa `Alaa untuk menyampaikan hajat hajat mereka, seperti tuan guru,
kyai, jin, syaithon dan lain sebagainya. Adapun pada yang mati, seperti berziarah kekuburan
para wali yang dikeramatkan, sunan sunan, tempat tempat keramat, dan sejenisnya. Ini
adalah ciri hati orang yang sudah terpecah pecah akibat kesyirikan demikian pula orang-
orang yang aqidahnya tidak lurus, tauhidnya tersesat lagi tidak tepat kepada Allah Subhaana
wa Ta`aalaa, kehidupannya bahkan demikian dan disangsikan, dari sinilah perkataan Nabi
Yusuf `Alaihi wa Sallaam kepada orang yang didalam penjara tersebut, dimana Allah
Tabaaraka wa Ta`aalaa telah mengabadikan di dalam al Quraan, Allah berfirman:
Artinya “ Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik Ilaah-ilaah yang
bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ?” (Yusuf : 39)
ََّاحد ًۚا ٓاَل ِا ٰلهَ اِاَّل هُ ۗ َو ُسب ْٰحنَهٗ َع َّما يُ ْش ِر ُكوْ ن هّٰللا
ِ ارهُ ْم َو ُر ْهبَانَهُ ْم اَرْ بَابًا ِّم ْن ُدوْ ِن ِ َو ْال َم ِسي َْح ا ْبنَ َمرْ يَ ۚ َم َو َمٓا اُ ِمر ُْٓوا اِاَّل لِيَ ْعبُد ُْٓوا اِ ٰلهًا و
َ َاِتَّخَ ُذ ْٓوا اَحْ ب
Artinya : “Mereka telah menjadikan orang orang alim mereka dan rahib rahib mereka
sebagai ilah selain Allah, dan (juga mereka meng ilahkan) al Masih putera Maryam, padahal
mereka hanya disuruh beribadah hanya kepada Allah saja, tidak ada Ilaah yang berhak untuk
di`ibadati selain Dia, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (Q.S at-Taubah :
31)
Ketika Rasulullahi Shollallahu `Alaihi wa Sallam membaca ayat ini datanglah `Adiy bin
Haatim kepada beliau, saat itu di dadanya masih ada salib, berkata `Adiy bin Haatim :
“sesungguhnya kami tidak pernah meng`ibadati mereka”, Rasulullah menanggapi;
“Bukankah mereka itu megharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah Subhaana wa
Ta`aalaa lalu kalianpun ikut mengharamkannya?, dan bukankah mereka itu menghalalkan
apa yang telah diharamkan oleh Allah `Azza wa Jalla lalu kalianpun ikut menghalalkannya
juga?” `Adiy menjawab : “Benar”! maka beliau bersabda : “Itulah ibadah mereka kepada
orang orang yang `alim dan rahib mereka!” Hadist ini diriwayatkan oleh : At-Tirmidzi dan
dinyatakan hasan oleh beliau. Demikian pula orang orang nashara telah menjadikan Isa bin
Maryam sebagai Ilah (di`ibadati oleh mereka selain Allah Tabaaraka wa Ta`aalaa),
dikalangan mereka berpecah belah didalam memahami tentang `Isa bin Maryam,
sebahagian mereka mengatakan, `Isa adalah Ilah, sebahagian lain mengatakan, anak Allah,
serta trinitas ini merupakan perpecahan yang terjadi didalam tubuh nashara tersebut.
Sedangkan orang mukmin dia hanya beribadah kepada Allah saja, ia mengetahui apa
yang diridhoi oleh Allah dan yang dimurka -Nya, sehingga ia hanya akan melakukan apa yang
membuatNya ridho dan hatinya tentram. Sementara orang-orang musrikin (orang-orang
musrik) meng`ibadahi ilah ilah yang sangat banyak, `ibadah mereka ditujukan kadang
kadang kepada jin, syaithon, kuburan kuburan para wali atau orang sholeh, kyai, dukun
dukun dan lain sebagainya. Demikianlah tujuan mereka dalam ber`ibadah, maka akibat dari
yang demikian tauhid mereka tidak benar. Terkadang ma`buud selain Allah Jalla wa `Alaa
tersebut menginginkannya kekanan, sedangkan lainnya kekiri, seseorang itu akan menjadi
terombang ambing diantara peribadatan selain Allah Ta`aalaa itu, dia tidak memiliki prinsip
dan ketetapan sedikitpun. Dan keadaan ini sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Allah
didalam surat Taha ayat: 124-126. Allah berfirman :
)125( ص ْيرًا ُ قَا َل َربِّ لِ َم َحشَرْ تَنِ ْٓي اَ ْعمٰ ى َوقَ ْد ُك ْن
ِ َت ب
Artinya “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya
kehidupan yang sangat sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada hari kiamat nanti
dalam keadaan buta.” Berkata dia : “Ya Rabku, kenapa Engkau menghimpunkan saya dalam
keadaan buta, padahal aku dahulunya di dunia adalah seorang yang melihat?” Allah
berkata : “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat ayat Kami, maka kamu melupakannya,
dan begitu juga pada hari ini kamu dilupakan.” (Surat Taha : 124-126)
Maka dari itu, sebahagian besar kaum muslimin yang tidak memiliki prinsip dan
ketetapan tauhid mereka berbondong-bondong berziarah kekuburan kuburan para wali
yang dikeramatkan, meminta (berdo`a) kepada mereka supaya hajat mereka dikabulkan
oleh Allah Ta`aalaa. Mereka menjadikan para wali tersebut sebagai wasilah (perantara)
antara mereka dengan Allah Tabaaraka wa Ta`aalaa. Ini merupakan salah satu bentuk
kesyirikan yang telah dilakukan oleh kafir Quraisy dahulu. Misalnya kuburan di Hadhramaut
(Yaman) yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat Indonesia, pada umumnya banyak
kalangan menduga itu adalah kuburan Nabi Hud, akan tetapi sanadnya zhulumat (penuh
dengan kegelapan), dari Indonesia ribuan yang berangkat kesana untuk mengambil berkah,
menyampaikan hajat-hajat mereka kepadanya, inaa lillah wa ina ilaihi roji’uun ini adalah
kesyirikan yang sangat besar. Pelakunya akan kekal di neraka kalau dia tidak bertaubat
sebelum meninggal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas yang membahas mengenai tauhid yaitu sebuah ilmu yangn
mempelajari bagaimana beriman kepada sang pencipta dengan baik dan benar
Tauhid dari segi bahasa mentauhidkan sesuatu berarti menjadikan sesuatu itu esa. Dari
segi syari tauhid ialah mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri
tetapkan melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma Was Sifat.
3.2 Saran
Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan mahasiswa pada khususnya dan Umat
Islam pada umumnya dapat memahami Tauhid, sehingga dapat mengenal Allah SWT serta
dapat mengamalkannya dengan ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengenal Allah SWT sebagai Tuhan yang esa dan yang patut disembah, kita
akan terhindar dari perbuatan syirik. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang
dilindungi Allah SWT dari perbuatan syirik yang mengantar kita ke neraka jahannam.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, Shalih. 2001. Kitab Tauhid I . Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.