Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KIMIA ORGANIK 3

Senyawa Obat

Disusun oleh :
Nama : Nur Azizah
NIM : 1804015274 (3B)
Dosen : Fatimah Nisma

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2019
1. Nitrobenzena

a. Pendahuluan
b. Alat
1. Erleneyer
2. Beaker glass
3. Pipet tetes
4. Lemari asam
5. Baskom
6. Labu alas bulat
7. Corong
8. Corong pisah
9. Refluks
10.Kertas saring
c. Bahan
1. HNO3 (p)
2. H2SO4 (p)
3. Aquadest
4. CaCl2
d. Prosedur
1. Dimasukkan HNO3 pekat ke dalam labu. Ditambah H2SO4 pekat untuk
membentuk ion Nitronium (NO2+) yang akan bertindak sebagai elektrofilik
dalam reaksi ini (Nitrasi cincin aromatis)  suhu dijaga agar tidak >60°C
 pakai penangas es
2. Ditambahkan benzene sebagai sumber inti aromatis dalam reaksi,kocok
perlahan-lahan sambil perhatikan suhunya
3. Refluks selama 40-45 menit dan jaga suhunya pakai thermometer yang
ditaruh pada penangas airnya  jaga agar suhu thermometer tidak >70°C
 sesekali kocok perlahan setelah 5-8 menit pemanasan
4. Campuran dituang pada 500 ml air dingin. Biarkan sampai terbentuk 2 fase
yg tidak saling campur
5. Buang lapisan atas (fase air) sebanyak mungkin  jangan sampai yg bawah
ikutan terbuang
6. Masukan corong pisah, lalu tampung Nitrobenzena (fase bawah)sebanyak
mungkin  buang kelebihan fase air lewat mulut corong pisah
7. Masukkan Nitrobenzena ke corong pisah lagi, tambahkan 25 ml
air  kocok  biarkan terbantuk 2 fase lagi  cek keasaman Nitrobenzena
dengan lakmus  pisahkan fase Nitrobenzena (bawah). Ulangi langkah ini
ad campuran asam. *Air digunakan untuk menarik asam (menetralkan asam)
yang masih ada pada campuran. Karena nanti kalo ada asam bisa
menggangu hasil reaksi waktu distilasi*
8. Tampung Nitrobenzena (yg sudah netral), lalu tambahkan CaCl2   berguna
sebagai pengering  menarik kelebihan air yg ada pada faseorganic agar
hasil yg diperoleh lebih murni  diamkan beberapa saat ad campuran
membentuk larutan jernih
9. Saring campuran dan masukkan ke labu distilasi leher pendek untuk
dilakukan distilasi dengan menggunakan penangas pasir dan pendingin
udara karena TD Nitrobenzena adalah 211°C
10. Tampung distilat antara 206-211°C
11. Destilasi nitrobenzene di timbang dan ukur indeks bias distilat yg diperoleh
d. sintesa
2. Ranitidine

a. Pendahuluan
Ranitidin, suatu obat golongan antagonis H2, adalah obat yang menurunkan
produksi asam lambung. Obat ini umumnya digunakan dalam pengobatan penyakit
ulkus peptikum, penyakit refluks gastroesofagus, dan sindrom Zollinger-Ellison.
b. Alat
1. Lumpang dan alu
2. Beaker glass
3. Gelas ukur
4. Erlenmeyer
5. Corong
c. Bahan
1. Ranitidin 0,15 g
2. Na Alginat 1%
3. Nipagin 0,015%
4. Propilenglikol 5%
5. Aquadest ad 60 ml

d. Prosedur
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Kalibrasi botol ad 60ml
3. Masukkan na alginat larutkan dengan air untuk na alginat ad larut
4. Masukkan nipagin gerus ad halus tambahkan aquadest fervida kedalam
lumpang, gerus ad larut masukkan dalam botol
5. Masukkan propilenglikol
6. Masukkan ranitidin, gerus ad larut, masukkan dalam botol
7. Tambahkan aquadest dalam botol ad batas kalibrasi
8. Lakukan uji evaluasi dan distribusi obat.
e. sintesis

3. Sulfacetamid
a. Pendahuluan
Sulfasetamida atau N-(4-aminophenyl) sulfonyl-acetamide, adalah serbuk
hablur putih yang tidak berbau dan memiliki rasa pahit. Senyawa ini termasuk
golongan sulfonamida, merupakan turunan N-tersubstitusi dari senyawa
sulfanilamid, berkompetisi dengan p-amino benzoat didalam sintesis enzimatik
asam folat. Bentuk garam dari sulfasetamida, yaitu natrium sulfasetamid mudah
larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, serta praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter. Tetes mata natrium sulfasetamid dapat disterilkan dengan
beberapa cara, misalnya dengan autoklaf, pemanasan, bakterisida, dan penyaringan
menggunakan penyaring bakteri. Larutan sulfasetamida mengalami hidrolisis oleh
pemanasan, akan mengubah sulfasetamida menjadi sulfanilamida yang dapat
mengkristal dan mengendap.
b. Alat
1. Cawan Uap
2. Timbangan
3. Kaca arloji
4. Oven
5. Penjepit kayu
6. Lumping
7. Alu
8. Kertas perkamen
c. Bahan
1. Sulfacetamid
2. Setil alcohol
3. Adeps lanae
4. Paraffin cair
5. Vaselin flavum
d. Prosedur
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Semua alat- alat yang digunakan disterilkan dengan oven dan autoklaf sesuai
petunjuk sterilisasi alat diatas.
3. Basis salep (setil alkohol, adeps lanae, paraffin cair, vaselin flavum)
ditimbang 50 % berlebih dari jumlah yang diminta dalam cawan penguap
yang dihampar kain batis dan telah ditimbang. Ditutup cawan penguap
dengan kaca arloji besar, disterilkan dalam oven suhu 150oC selama 30
menit.
4. Basis salep steril diperas panas-panas (jepit ujung kain batis dengan dua
pinset steril, satukan dalam satu jepitan, pinset lain digunakan menekan
bagian bawah jepitan mendesak leburan basis melewati kain batis),
ditimbang sejumlah yang diperlukan.
5. Sejumlah tertentu basis yang telah dingin digerus halus dalam
mortir steril lalu ditambahkan zat aktif dan digerus hingga homogen.
6. Ditambahkan sisa basis sedikit demi sedikit ke dalam gerusan zat aktif dan
digerus hingga homogen.
7. Ditimbang sediaan sejumlah yang diperlukan di atas kertas perkamen steril,
digulung dengan bantuan pinset steril. Gulungan kertas sedemikian rupa
agar dapat dimasukkan ke dalam tube steril yang ujungnya telah ditutup.
Kertas perkamen dicabut dari tube jika zat aktif tersatukan dengan logam
tube. Jika tidak maka kertas perkamen dibiarkan tinggal dalam tube sebagai
perintang antara zat aktif dengan logam tube.
8. Ditekuk dasar tube minimal dua kali dengan penekuk logam.
e. sintesis

4. Loratadine
a. Pendahuluan
Loratadine merupakan salah satu obat golongan antihistamin yang bekerja
panjang dengan aktivitas antagonis terhadap reseptor histamin perifer H1 yang
selektif. Antihistamin sendiri ditujukan untuk mengurangi gejala pada penyakit
rhinitis alergi dan urtikaria kronik. Generasi kedua dari antihistamin memiliki
fungsi yang sama tanpa disertai efek sedasi atau mengantuk karena berkurangnya
efek antikolinergik pada sistem saraf pusat. Efek sedasi atau mengantuk ini
merupakan efek yang tidak diinginkan oleh pasien yang memiliki pekerjaan seperti
supir atau mereka yangmengoperasikan alat - alat berat, dan juga mereka yang
memiliki pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Loratadine sendiri
merupakan generasi kedua dari antihistamin, khususnya antagonis reseptor H1.
Obat ini memiliki kelebihan yaitu dosisnya yang rendah untuk mencapai efek
terapi dan juga frekuensi penggunaan yang hanya sekali sehari.
b. Alat
1. Lumpang
2. Alu
3. Beaker glass
4. Gelas ukur
5. Corong

c. Bahan
1. Loratadine
2. Nipagin 0,015%
3. Sorbitol 15%
4. Alcohol 70%
5. Aquadest

d. Prosedur
1. Siapkan alat dan bahan, setarakan timbangan, timbang bahan
2. Kalibrasi botol ad 60 ml
3. Loratadine (bahan aktif) larutkan dengan etanol secukupnya dalam
Erlenmeyer ad larut, masukan dalam botol
4. Nipagin larutkan dengan aqua fervida dalam Erlenmeyer, masukan dalam
botol
5. Masukan sorbitol dengan aquadest ad batas kalibrasi
6. Tutup, kocok botol, beri etiket, label
7. Uji evaluasi dan distribusi obat

e. Sintesis

5. Coffein
a. Pendahuluan
komponen utama daun teh adalah selulosa, sebagai materi pendukung utama
semua sel tumbuhan. Selulosa aalah suatu polimer dari glukosa. Karena selulosa
tidak larut dalam air, maka selulosa ini tidak menjadi masalah dalam prosedur
isolasi kofein. Disisi lain kofein larut dalam air dan merupakan komponen utama
dalam larutan ekstraknya yang disebut teh.
Kafein adalah suatu basa dan akan dapat bereaksi dengan asam membentuk
garam. Dengan asam salisilat derivate garam kafein, yaitu kafein salisilat akan
terbentuk dan dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kofein yang di isolasi dari
daun teh.
b. Alat
6. Erlenmeyer
7. Cawan uap
8. Corong Buchner
9. Kaca arloji
10.Refluks
11.Beaker glass
12.Erlenmeyer
13.Gelas ukur
14.Pipet tetes
15. Kertas saring
16. Corong pisah
c. Bahan
1. Serbuk daun teh 50 g
2. Etanol 150 ml
3. MgO 12,5 g
4. Kloroform 15 ml
5. Aquadest
6. H2SO4 10% 12,5 ml
7. NaOH 1%
8. Methanol
d. Prosedur
1. Siapkan alat dan bahan, timbang bahan
2. Masukan serbuk teh 50 g + etanol 150 ml di refluks selama 30 menit.
3. Saring dengan penyaring teh lalu tambahkan MgO 12,5 g + Aq.dest 50 ml,
uapkan diatas waterbath (diaduk sesekali) sampai kering (M1)
4. Hasil M1 + aq.dest 125 ml, panaskan, lalu saring panas – panas (filtrate 1)
5. Hasil residu + aq.dest 63 ml, panaskan, lalu saring panas – panas (filtrate 2)
6. Campurkan filtrate 1 dan filtrate 2 + H2SO4 10% 12,5 ml (diukur dulu,
dibagi 3 beaker glass sama rata) panaskan sampai 1/3 volume lalu saring
panas – panas (ekstrak)
7. Masukan ekstrak ke corong pisah dan tambahkan kloroform 5 ml di lemari
asam (lakukan 3x perlakuan)
8. Ekstrak yang di ambil masukan dalam cawan uap, lalu tambahkan NaOH
1% dan aquadest dengan perbandingan yang sama (min. 1ml : 1ml, maks.
3ml : 3ml) sampai warna kuning hilang (bening)
9. Larutan kloroform bening yang ada dalam cawan uap, di uapkan diatas
hotplate sampai terbentuk endapan Kristal kasar
10. Hasil Kristal kasar dimasukan dalam pot plastic
11. Rekristalisasi dengan cara sublimasi
12. Lakukan uji kualitatif
e. sintesis

Anda mungkin juga menyukai