Anda di halaman 1dari 13

TUGAS AKHIR EKONOMI MIKRO

MINI RISET
PERMINTAAN UBI KAYU DI SUMATERA UTARA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

SOPIA HANNA HUTAGALUNG


7143141090
D REGULER / PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Terbukanya sejumlah industri hilir yang memanfaatkan tanaman pertanian ubi kayu
asal Sumatera Utara (Sumut) diyakini bakal berdampak semakin cerahnya potensi
komoditas tersebut. Bahkan, luas areal pertaniannya digadang-gadang akan ikut bertambah
karenanya. Diselidiki dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, sejumlah petani sudah mulai
tidak lagi memanfaatkan tanaman ubi kayu sebagai tanaman sampingan, melainkan menjadi
tanaman utama pertaniannya. Ubi kayu sekarang ini potensinya sangat baik. Sebab, industri
hilirnya tersedia sangat banyak. Sehingga, dalam beberapa tahun belakangan petani sudah
memanfaatkan ubi kayu sebagai tanaman utama. Berdasarkan data realisasi tanaman, panen,
dan target ubi kayu Dinas Pertanian Sumut sampai dengan Januari 2014, total produksinya
mencapai 107.070 ton. Hasil pertanian ubi kayu ini khususnya yang telah diolah menjadi
tepung tapioka, permintaan ekspornya ke sejumlah negara juga sangat tinggi. Tak heran,
sejumlah areal perkebunan juga banyak yang memanfaatkan lahannya untuk menanam ubi
kayu.
Disaat perusahaan perkebunan tersedia maka petani melakukan replanting, juga
banyak yang memanfaatkan lahan yang belum terpakai keseluruhannya untuk menanam ubi
kayu. Dari segi pendapatan petani, ubi kayu ini juga sangat besar pemasukannya. Sebab, 1
hektarenya lahan pertanian ubi kayu bisa menghasilkan sebanyak 30 hingga 40 ton
persekali panen. Satu kilogramnya ubi kayu ini di tingkat petani dihargai Rp 1.000. Nah,
jika dikalikan dengan pendapatan per hektare yang bisa diperoleh, petani bisa untung yang
banyak. Itu sebabnya, ubi kayu ini mulai diincar petani sebagai tanaman utama karena
potensi pasarnya. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan akan bahan
panganpun semakin meningkat. Untuk mencegah terjadinya kerawanan pangan, maka perlu
dilakukan diversifikasi pangan yaitu dengan meningkatkan keanekaragaman pangan serta
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam pangan dengan
prinsip gizi seimbang. Salah satu bahan pangan alternatif yang bergizi dan dapat digunakan
untuk diversifikasi pangan adalah ubi kayu. Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan
yang merupakan sumber karbohidrat utama setelah padi, jagung, dan ubi jalar. Hal inilah
yang akan dianalisa pada miniriset tentang permintaan ubi kayu di Sumatera utara.

B. TUJUAN LAPORAN
Untuk mengetahui bagaimana analisis permintaan ubi kayu di Provinsi Sumatera
Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

C. MANFAAT LAPORAN
Secara akademik merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan mata
kuliah semester 1 pada jurusan Pendidikan Ekonomi. Khususnya mata kuliah Ekonomi
Mikro dan memperdalam ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah tentang
permintaan suatu barang dalam kegiatan ekonomi juga dapat memberi gambaran tentang
kegiatan dan aktifitas konsumen secara jelas dan nyata.

D. JENIS DAN SUMBER DATA


1.Jenis Data
a. Kuantitatif yaitu data berupa angka-angka dalam tabel, mengenai produksi tanaman ubi
kayu di Sumatera Utara setiap tahunnya.
b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi uraian – uraian atau penjelasan-
penjelasan serta keterangan tentang produktivitas ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara

2.SumberData
a. Data bersumber dari buku-buku pedoman serta teori-teori yang ada di Badan Pusat
Statistik yang hubungannya dengan pokok permasalahan yang diajukan.
BAB II
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI
Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas, sedangkan
alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas. Jadi tidak semua kebutuhan akan terpenuhi.
Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat mengkonsumsi barang/jasa yang
ia butuhkan. Sementara itu, yang dimaksud dengan kebutuhan masyarakat adalah
keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsikan barang dan jasa. Yang
dimaksud dengan permintaan adalah jumlah barang yang diminta konsumen pada suatu
waktu, yang didukung oleh daya beli. Yang dimaksud daya beli adalah kemampuan
konsumen untuk membeli sejumlah barang yang diinginkan, yang biasanya dinyatakan
dalam bentuk uang. Namun demikian daya beli tersebut juga relatif terbatas seperti halnya
sumber-sumber ekonomi lainnya.
Selain itu Tati Suhartati dan Joesron Fathurrozi (2002) juga memaparkan
pengertian permintaan dari kacamata ilmu ekonomi yaitu berbagai jumlah barang dan jasa
yang diminta pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Definisi ini
menunjukkan jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga, artinya
dalam berbagai tingkat harga terdapat sejumlah barang yang diminta. Skedul dan Kurva
Permintaan. Menurut Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo (2006) skedul
permintaan adalah suatu cara untuk menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang
diminta pada berbagai tingkat harga, yang ditunjukkan dengan tabulasi angka- angka harga
maupun jumlah permintaan.
Disamping dapat diungkapkan dalam bentuk tabel, permintaan akan suatu barang
dari seorang konsumen dapat pula diungkapkan dalam bentuk grafik atau dalam bentuk
persamaan matematik. Kalau sebuah permintaan diungkapkan dalam bentuk grafik tepatnya
disebut kurva permintaan atau garis permintaan, apabila permintaan tersebut bentuknya
dalam grafik merupakan garis lurus. Sedangkan apabila permintaan diungkapkan dalam
bentuk persamaan matematik maka dapat disebut sebagai fungsi permintaan. Katakanlah
permintaan terhadap suatu barang X hanya dipengaruhi oleh harganya. Dengan mengubah-
ubah harga, sementara pendapatan perorangan, selera, harga barang barang lain dianggap
tetap (cateris paribus). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan
(Demand) adalah sebagai berikut: 1) Perilaku konsumen / selera konsumen. Misalnya jika
Saat ini handphone blackberry sedang trend dan banyak yang beli, tetapi beberapa tahun
mendatang mungkin blackberry sudah dianggap kuno. 2) Ketersediaan dan harga barang
sejenis pengganti dan pelengkap. Misalnya Jika roti tawar tidak ada atau harganya
sangat mahal maka meises, selai dan margarine akan turun permintaannya. 3)
Pendapatan/penghasilan konsumen. Misalnya Orang yang punya gaji dan
tunjangan besar dia dapat membeli banyak barang yang dia inginkan, tetapi jika
pendapatannya rendah maka seseorang mungkin akan mengirit pemakaian barang yang
dibelinya agar jarang beli. 4) Perkiraan harga di masa depan. Artinya Barang yang harganya
diperkirakan akan naik, maka orang akan menimbun atau membeli ketika harganya masih
rendah misalnya seperti bbm/bensin. 5) Banyaknya/intensitas kebutuhan konsumen.
Misalnya Ketika flu burung dan flu babi sedang menggila, produk masker pelindung akan
sangat laris. Pada bulan puasa (ramadhan) permintaan belewah, timun suri, cincau, sirup, es
batu, kurma, dan lain sebagainya akan sangat tinggi dibandingkan bulan lainnya.
Permintaan adalah jumlah barang/jasa yang diinginkan dan mampu dibeli oleh
konsumen pada berbagai tingkat harga dalam jangka waktu tertentu dengan menganggap
faktor yang mempengaruhinya konstan/tetap (ceteris paribus). Manusia sebagai makhluk
sosial, tidak akan lepas dari orang lain terutama dalam memenuhi kebutuhannya. Setiap
manusia membutuhkaan produk  yang dihasilkan oleh orang lain (baik barang dan/atau
jasa) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai contoh sederhana saja, kita
membeli pasta gigi dan sikat gigi karena kita tadak mampu membuatnya, dan sebagainya.
Manusia akan selalu berusaha untuk memperoleh barang-barang yang disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan dan tingkat kemampuan untuk membelinya.
Begitu juga manusia (konsumen) dalam halnya pada pengelolaan ubi kayu. Ubikayu
merupakan sumber pangan utama karbohidrat setelah padi dan jagung. Di samping sebagai
bahan pangan karbohidrat juga dapat digunakan sebagai bahan pakan dan bahan baku
industri. Oleh karena itu pengembangan ubikayu sangat penting artinya di dalam upaya
penyediaan bahan pangan karbohidrat non beras, diversifikasi/ penganekaragaman
konsumsi pangan lokal, pengembangan industri pengolahan hasil dan sebagai sumber
devisa melalui ekspor serta upaya mendukung peningkatan ketahanan pangan dan
kemandirian pangan. Ubikayu mempunyai nilai gizi sebagai bahan pangan terutama sebagai
sumber karbohidrat.Beberapa keunggulan ubikayu adalah 1) kadar gizi makro (kecuali
protein) dan mikro tinggi, sehingga sejumlah penderita anemia dan kekurangan vitamin A
dan C di tengah masyarakat yang pangan pokoknya ubikayu relatif sedikit, 2) daun
mudanya sebagai bahan sayuran berkadar gizi makro dan mikro paling tinggi dan
proporsional dibandingkan dengan bahan sayuran lainnya, 3) kadar glikemik dalam darah
rendah, 4) kadar serat pangan larut tinggi, 5) dalam usus dan lambung berpotensi menjadi
probiotik, dan 6) secara agronomis mampu beradaptasi terhadap lingkungan marginal
sehingga merupakan sumber kalori potensial di wilayah yang didominasi oleh lahan
marginal dan iklim kering. Permintaan ubikayu terus meningkat baik untuk konsumsi,
pakan dan industri olahan (gaplek, chips, tapioka dan tepung kasava) dan bahan energi baru
terbarukan.

PRODUKTIVITAS TANAMAN UBI KAYU DI SUMATERA UTARA


A. PERKEMBANGAN LUAS TANAM, LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN
PRODUKSI
Perkembangan luas tanam, produktivitas dan produksi ubikayu selama periode
2008-2012 cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan masing-masing 1,84%,
3,03% dan 1,17% per tahun, sedangkan luas panen ubikayu berfluktuasi dan cenderung
menurun dengan penurunan rata-rata sebesar 1,85% per tahun,
secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Menurunnya luas panen ubikayu nasional disebabkan luas usahatani semakin terbatas
karena persaingan penggunaan lahan dengan komoditi tanaman pangan lainnya dan
tanaman kayukayuan. Dari table tersebut kita dapat melihat bahwa perkembangan luas
tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi ubi kayu, setiap tahunnya mengalami
peningkatan ini menandakan bahwa permintaan produsen terhadap ubi kayu juga meningkat
disamping karena permintaan konsumen terhadap ubi kayu juga.

Grafik perkembangan luas panen, produktivitas dan produksi :


Melihat kondisi saat ini meskipun secara umum produksi ubikayu menunjukkan
angka tren yang positif, namun komoditi ubikayu masih dianggap sebagai komoditas
inferior, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Rendahnya minat petani melakukan budidaya ubikayu akibat rendahnya insentif yang
diperoleh dibanding dengan menanam komoditas lainnya;
2. Persaingan penggunaan sumberdaya lahan dengan komoditas lain.
3. Pola tanam belum diterapkan secara optimal;
4. Rendahnya produktivitas di tingkat petani (rata-rata hanya mencapai 10 -20 ton/ha),
sedangkan beberapa varietas unggul yang sudah dilepas mempunyai potensi produksi 25-
ton/ha, besarnya kesenjangan tersebut disebabkan belum dilakukannya penerapan teknologi
anjuran secara optimal;
5. Kelembagaan/kemitraan belum tumbuh dan berkembang
6. Sistem pemasaran belum berjalan dengan baik.

B. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN IMPOR


Kebutuhan ubikayu nasional selain dipenuhi dari produksi dari dalam negeri,
Sumatera Utara juga mengimpor ubikayu (dalam bentuk tapioka).Nilai impor ubikayu
dicapai pada tahun 2011, yaitu sebesar 435.423 ton sedangkan terendah dicapai pada tahun
2002, yaitu sebesar 25.977 ton.Rincian pada Tabel 2.
C. PERKEMBANGAN KONSUMSI
Perkembangan ketersediaan dan konsumsi ubikayu tahun 2001 - 2012 selengkapnya
terinci pada Tabel 3.
Keterangan: *) Aram II 2012., Sumber : - Data Ekspor dan Impor dari Buletin Indikator
Sektor Pertanian,
- Jumlah Penduduk Berdasarkan Data dari BPS (dengan perkiraan laju pertumbuhan
penduduk 1,49% per tahun)

Dari tabel diatas sudah terlihat sangat jelas dimana tingkat produksi ubi kayu di
Sumatera Utara secara umum mengalami peningkatan. Namun produksi paling tinggi
berada pada tahun 2011. Peningkatan tingkat produksi ini juga tersebar merata di seluruh
kabupaten/Kota di Sumatera utara yang dapat kita lihat pada tabel di atas. Peningkatan
produksi ubi kayu menunjukkan bahwa jumlah permintaan ubi kayu di Sumatera Utara juga
meningkat karna pada dasarnya ubi kayu merupakan jenis pangan selain beras dan jagung.

D. PERKEMBANGAN HARGA
Membaiknya harga ubi kayu di Sumatera Utara dalam beberapa tahun terakhir ini
merupakan salah satu faktor yang mendorong meningkatnya minat petani untuk menanam
ubi kayu. Dari tahun 2008-2012 harga bulanan ubi kayu meningkat rata-rata 12,77 % per
tahun. Pada tahun 2008 harganya adalah rata-rata 2.306,- per kg per tahun dan pada tahun
2012 harganya adalah rata-rata 3.699,- per kg per tahun. Faktor penyebab membaiknya
harga ubi kayu tersebut juga karna permintaan konsumen maupun produsen untuk
mengolah ubi kayu menjadi barang yang dapt dikonsumsi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari keterangan- keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa permintaan Sumatera
Utara terhadap ubi kayu meningkat dari total produksi yang dihasilkan oleh petani produsen
baik permintaan domestik maupun permintaan dari luar negeri. Juga produksi ubi kayu di
Sumatera Utara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan kualitas umbi yang
cukup baik. Baik dikonsumsi ataupun di olah menjadi bahan tepung tapioka, gaplek, dan
olahan lainnya. Secara serempak variable harga ubi kayu tingkat produsen, harga beras, dan
tingkat pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh nyata terhadap permintaan ubi kayu
Sumatera Utara. Produksi ubu kayu Sumatera Utara memiliki prospek yang baik untuk
dipertahankan atau ditingkatkan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi dengan
mempertahankan teknik-teknik budidaya.

Anda mungkin juga menyukai