Anda di halaman 1dari 4

Seekor Lalat yang Lupa Namanya

Dahulu kala, ada seekor lalat yang sangat rajin dan suka membantu orang
lain. Pada suatu hari akan diadakan sebuah festival, maka dengan senang hati
ia membantu. Dengan sepenuh hati ia untuk membantu dan melakukan
pekerjaannya, saking fokusnya ia tiba-tiba lupakan namanya.

Kemudian, ia bertanya kepada seorang wanita tua yang duduk di bawah


pohon. “Nenek, apa kau tahu siapa namaku?” tanyanya. Tapi, sang nenek tidak
tahu dan menyuruhnya untuk bertanya pada anak lelakinya.

Lalat itu pun terbang menghampiri anak lelaki nenek dan bertanya mengenai
namanya. Ia pun menjawab kalau tidak tahu dan menarankan lalat untuk
bertanya pada kapak di tangannya. Si lalat menurut dan bertanya pada kapak
tersebut, tapi dia tidak menemukan jawaban yang ia inginkan.

Hewan terbang itu pun bertanya kepada orang yang ia temui, tetapi selalu
disuruh untuk bertanya kepada yang lain. Begitu seterusnya hingga pada
akhirnya ia bertemu dengan seekor kuda dan bertanya kembali. “Kuda, apakah
kau tahu namaku?” tanyanya pasrah.

Jawaban kuda pun tak memuaskan, ia malah menyuruh lalat untuk bertanya
pada anak yang masih didalam perutnya. “Bayi kecil, apakah kau tahu
namaku?” tanyanya kali ini dengan lelah.

Bayi kecil itu menjawab “la.. la.. la..” Belum sampai si bayi menyelesaikan
kalimatnya lalat itu pun berkata “Oh kau benar, namaku  lalat. Terimakasih
sudah mengingat namaku bayi kecil,” Setelah mengetahui namanya, ia pun
kembali ke rumah dengan riang karena akhirnya ia berhasil mengingat
namanya.
Kisah Lucu Cicit si Tikus

Di sebuah hutan, hiduplah seekor tikus bernama Cicit. Cicit mempunyai ukuran tubuh
yang sangat kecil. Hal itu membuatnya merasa takut ketika bertemu hewan yang
mempunyai ukuran lebih besar daripada dirinya.

“Kenapa aku berukuran sangat kecil, tapi mereka semua lebih besar daripada aku. Apa
yang harus kulakukan?” batinnya.

Keesokan harinya, ia menemukan sebuah kain putih di samping rumahnya. Awalnya ia


tak tahu harus ia apakan benda tersebut. Kemudian, sebuah ide jahil terlintas di
benaknya.

Cicit masuk ke dalam rumah kemudian mengambil sebuah pena. Ia lalu sepasang mata
dan bibir pada kain berwarna putih tersebut. Dengan sedemikian rupa, Cicit
menggambarnya menyerupai hantu.

Ia beraksi di jalan dekat rumahnya, karena kebetulan jalan tersebut memang ramai
dilewati oleh hewan-hewan lain. Hewan pertama yang masuk perangkapnya adalah
seekor kelinci. Melihat ada bayangan hantu, kelinci itu pun lari tunggang langgang.

Kemudian, seekor rusa melewati jalan tersebut. Ketika rusa melihat hantu tersebut, ia
juga berlari menjauh sambil berteriak.

Tak hanya  kelinci  atau rusa, singa yang melintasi jalan tersebut juga ketakutan. Melihat
hal itu, tikus pun merasa puas. Ia merasa kini tak ada yang perlu ia takuti lagi.

Hingga pada suatu hari ada badai yang akan datang. Para hewan mau tak mau harus
melewati jalan tersebut supaya sampai di rumah lebih cepat.

Cicit pun kembali bersiap untuk menakuti mereka lagi. Namun nahas, kain yang
menutupinya terbawa angin dan rahasianya pun terbongkar.

Awalnya, para hewan tersebut marah mengetahui perbuatan Cicit. Namun, Cicit berjanji
untuk tak mengulanginya lagi dan mereka pun memaafkannya .
Kisah Lucu Seekor Keledai dan Serigala

Dahulu kala, hiduplah seorang buruh cuci yang mempunyai seekor keledai.
Pada siang hari, si keledai membantu sang pemilik dan pada malam harinya ia
dilepas untuk menikmati udara malam. Keledai menggunakan kesempatan
tersebut untuk pergi ke ladang terdekat dan memakan sayuran segar di sana.

Dari serangkaian perjalanan malamnya tersebut, ia bertemu dengan seekor


serigala. Karena sering bertemu, keduanya pun menjadi teman. Hingga pada
suatu hari, serigala mengajak keledai untuk mengunjungi sebuah ladang yang
penuh dengan mentimun segar yang dan letaknya juga tidak jauh.

Sesampainya di ladang tersebut, mereka banyak sekali makan mentimun. Hal


itu membuat hati si keledai begitu senang.

“Serigala, aku sangat bahagia sekali hari ini. Lihatlah bulan purnama itu, ia
sangat cantik, kan? Ia membuatku ingin sekali bernyanyi.”

Serigala mengatakan padanya bahwa itu merupakan ide yang buruk


mengingat mereka tidak seharusnya berada di ladang tersebut. Lebih baik
jangan membuat suara karena akan membuat mereka ketahuan. Namun,
keledai tidak mengindahkannya dan tetap menyanyikan sebuah  lagu.

Karena tak mau ketahuan, serigala pergi keluar dengan dalih akan berjaga
jaga apabila si petani datang. Tak lama kemudian, petani yang mendengar
suara keledai pun bergegas menuju ke tempat tersebut. Ia pergi kesana dengan
membawa tongkat dan batu. Lalu, keledai dipukul dan dilempari hingga lebam.

Keledai itu berjalan pincang keluar dari ladang tersebut. Saat ia mendekat,
serigala pun berkata “Keledai, kamu bernyanyi sangat bagus. Tak heran jika
petani itu memberimu hadiah.”

Anda mungkin juga menyukai