NIM : 1611027
Hari : Kamis
Pembimbing Penguji
A. Konsep Keluarga
1. Definisi
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika berpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran social, seperti: suami, istri, anak, kaka, dan adik.
1. Tradisional
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
satu rumah.
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah
memisahkan diri.
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
e. The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek), dan
keponakan.
f. The single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian, atau karena ditinggalkan
(menyalahi hokum pernikahan).
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul
pada anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh: dapur,
kamar mandi, televise, telepon, dan lain-lain.
j. Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone/single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.
2. Non Tradisional
Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah.
b. The stepparent family
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara
yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama; sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu.
g. Group marriage-family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang
saling merasa saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagai sesuatu termasuk
seksual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama
lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan,
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupan.
3. Struktur Kekuatan Keluarga
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003) dibagi menjadi lima,
yaitu:
a) Mempertahankan motivasi
5. Socialization
c) Melepas anggota
6. Controls
1. Fungsi keagamaan
a. Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota
keluarga.
b. Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari
seluruh anggota keluarga.
c. Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman dari
ajaran agama.
d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang
tidak atau kurang diperolehnya disekolah dan di masyarakat.
e. Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
2. Fungsi budaya
a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang
timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk
ancaman dan tantangan yang datang dari luar.
c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.
5. Fungsi reproduksi
c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya
terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang.
d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera.
8. Fungsi pelestarian lingkungan
Tugas perkembangan keluarga antara lain membina hubungan yang harmonis dan
kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan,
membina hubungan dengan oranglain dengan menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri
menjadi orangtua.
b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda
sebagai sebuah unit, mempertahankan perkawinan yang memuaskan, memperluas
persaahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orangtua kakek
dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-
masing pasangan.
c. Tahap III, keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua beumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke III yaitu memenuhi kebutuhan
anggota keluarga, mensosiaisasikan keluarga, mengintergrasikan anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan
norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan
beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Tahap IV, keluarga denagn anak usia sekolah (anak tertua usia 6- 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga dalam tahap IV yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan dengan hubungan
teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan ,
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar
teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap ke V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri.,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka
antara orangtua dan anak-anak memberikan perhatian, memberikan kebebasan
dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka 2 arah
f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga
dengan memasukan anggota keluarga baru yang didaapat melalui perkawinan
anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu
orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri, membantu anak
mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara
orangtua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah
ditinggalkan anak.
g. Tahap VII, orangtua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension) Tugas
perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh
arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga
keintiman, merencanakan kegiatan yang akan dating, memperhatikan kesehatan
masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia.
1. Pengertian
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat
kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan
pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.( Price A, Sylvia, 2005).
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit
melampui separuh jumlah pasien arthritis.
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut.
Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas
60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya tulang
rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi
umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.
2. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang
bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini
menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya,
akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak
dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan adalah yang
terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. ( Soeroso, 2006 )
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkan malformasi
sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh
terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika
sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature. (Shiddiqui, 2008)
d. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering memberikan
tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga mempengaruhi sendi mana
yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai contoh, pada tukang jahit, osteoartritis
lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada
daerah pinggang. (Dewi SK. 2009)
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi
peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi (Soeroso, 2007).
f. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu mengakibatkan
seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan buruk merokok.
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah,
menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang
rawan (Eka Pratiwi,2007).
g. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang
wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih
sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis. (Soeroso, 2007)
h. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara
orang-orang kulit hitam dan Asia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai
pada orang – orang Amerika asli (Indian) dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan. (Soeroso J. et all, 2007).
3. Jenis Osteoartritis
sekunder. OA primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya faktor genetik yaitu
OA yang didasari oleh kelainan seperti kelainan endokrin, trauma, kegemukan, dan
inflamasi.
4. Manifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan
sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. (Soeroso J.
Et all, 2007). Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA
yang ditimbulkan oleh keainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul fibrosa, dan
spasme otot-otot di sekeliling sendi.
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi tidak
diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul
pada OA berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).Pada penelitian dengan
menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari
peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema sumsum tulang ( Felson,
2008).Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh,
inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju
ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).Nyeri
dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri
yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band
(Felson, 2008).
5. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
6. Pemeriksaan penunjang
Medis
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang
lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan
untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari
dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit (Ismayadi, 2004).
8. Komplikasi
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernayataan tentang faktor-faktor yang
mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi
perubahan yang diharapkan (Effendy, 1998).
4. Rencana keperawatan
a. Menyusun Prioritas
Setelah menentukan diagnosis keperawatan, selanjutnya adalah melakukan
prioritas masalah kesehatan. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa
keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala
prioritas Baylon dan Maglaya sebagai berikut :
1. Tentukan skor untuk tiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan bobot
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4. Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot
Tabel : Skala Bylon dan Maglaya
No Kriteria Nilai Bobot
.
1. Sifat masalah
a. Tidak / kurang sehat 3 1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
d. Mudah 2 2
e. Sebagian 1
f. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
g. Tinggi 3 1
h. Cukup 2
i. Mudah 1
4. Menonjolnya masalah
j. Masalah berat harus segera ditangani 2 1
k. Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani 1
l. Masalah tidak dirasakan 0
b. Penyusunan tujuan
Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa
keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu, maka tujuan
perawatan keluarga dapat dibagi menjadi :
1. Tujuan jangka panjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan
mandiri. Dan lebih baik ada batas waktunya, pemberian batas waktu ini
untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada waktu yang telah
ditentukan sebelumya.
2. Tujuan jangka pendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang
dihubungkan dengan keadaan mengancam kehidupan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan
keperawatan adalah :
1. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
2. Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai
3. Harus obyektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari kedua
belah pihak (keluarga dan perawat)
4. Mencakup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi
c. Penetapan kriteria standar
Merupakan standar evaluasi yang merupakan gambaran tentang
faktor – faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan
digunakan dalam membuat petimbangan. Bentuk standar dan kriteria ini
adalah pernyataan verbal (pengetahuan), sikap, dan psikomotor.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan standar adalah :
1. Berfokus pada keluarga
2. Singkat dan jelas
3. Dapat diobservasi dan diukur
4. Realistik.
d. Pembuatan rencana keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada keluarga
yang dilaksanakan oleh perawat, yang ditujukan kepada kegiatan yang
berhubungan denagn promosi, mempertahankan kesehatan keluarga.
Rencana tindakan keluarga diarahkan untuk dapat mengubah
pengetahuan, sikap, dan tindakan keluarga, sehinnga pada akhirnya keluarga
mampu memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga dengan bantuan minimal dari
perawat.
5. Tindakan keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini,
perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim
perawatan kesehatan dirumah.
6. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambunagn dengan ,elibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam
mencapai tujuan.
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan
dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif
yaitu dengan proses dan evaluasi akhir.
D. Intervensi Askep Keluarga
Diagnosa Keperawatan:
1) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
2) Risiko perencanaan aktifitas tidak efektif
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Festi, Pipit. 2018. Buku Ajar LANSIA, Lanjut Usia, Perspektif Dan Masalah
Fridman dalam Achjar.(2010).Keperawatan Keluarga: Teori dan praktek.Jakarta: EGC.
DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
= Perempuan
= Laki-laki
= Tinggal
serumah
Ny. M
Tn. Y
j. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. M merupakan keluarga single parent yang terdiri dari Ny. M,
serta anak kandung.
k. Suku bangsa
Keluarga Ny. M termasuk dalam suku bangsa jawa.
l. Agama
Keluarga Ny. M semua beragama Islam
m. Status sosial ekonomi keluarga
Semenjak suaminya meninggal Ny. M mendapat gaji pensiunan PNS dan juga
mendapat gaji dari pensiunan suaminya Tn.D yang sudah almarhum sebesar Rp.
2.000.000. Sedangkan penghasilan anaknya yaitu Tn. Y sebagai pegawai PNS
sekitar 3.500.000 sebagian dari penghasilannya ditabung untuk keperluan
mendadak.
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Ny. M biasanya diajak Tn.Y berkunjung kerumah cucunya yang berada diluar
kota. Namun semenjak pandemi COVID-19 hiburan hanya menonton tv
bersama dirumah.
2. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Ny. M sekarang pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia
dewasa. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri.,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka
antara orangtua dan anak-anak memberikan perhatian, memberikan kebebasan
dalam batasan tanggung jawab, dan penataan kembali peran dan kegiatan rumah
tangga.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga yang seharusnya dilalui oleh keluarga saat ini
keluarga merasa sudah terpenuhi, walaupun terkadang ada masalah yang timbul
kadang kurang dirasakan oleh keluarga, hanya saja keluarga merasa perlu
mempertahankan apa yang sudah ada.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Keluarga tidak mempunyai riwayat kesehatan yang serius.
Tn. D menikah dengan Ny.M dan dikarunia 4 orang anak. Anak pertama, kedua
dan ketiga sudah menikah dan berkeluarga. Ketiga anaknya yang sudah menikah
tersebut tinggal terpisah dari Ny.M sementara anaknya yang ke empat yaitu
Tn.Y tinggal bersama serumah dengan Ny.M. Ny.M menderita penyakit nyeri
sendi sejak 1 tahun yang lalu. Ny.M mengatakan sakitnya itu dikarenakan ia
pernah jatuh di tangga depan rumah, jika Ny.M melakukan banyak kegiatan
dirumah kadang panggulnya kambuh dan terasa sakit dibuat berjalan.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Keluarga tidak mempunyai riwayat kesehatan pada sebelumnya.
3. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
1) Denah rumah
Teras
R. Tamu K. Tidur U
K. Tidur K. Tidur
B T
r. klg Dapur
Toilet S
Halaman belakang
Keluarga besar
Ny.M
Teman kerja Ny.M
Tn.Y
Saudara
Kumpulan yasinan
dekat Ny.M
dan karang taruna
Tetangga
keterangan
4. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi
Dalam keluarga Ny. M pola komunikasi yang digunakan adalah pola
komunikasi terbuka, dengan menggunakan bahasa jawa sopan dan santun. Setiap
keluarga mempunyai hak untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya.
Komunikasi yang digunakan oleh keluarga adalah komunikasi dua arah. Dalam
keluarga Ny. M mengatakan tidak pernah terjadi suatu masalah dalam proses
komunikasi, apabila terjadi hanya hal kesalahpahaman kecil yang dapat
diselesaikan dengan membicarakannya bersama keluarga.
b. Struktur kekuatan atau kekuasaan keluarga
Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama.
Pengambilan keputusan adalah Ny. M dibuat dengan mempertimbangkan setiap
masukan dari anggota keluarga yaitu anaknya.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Ny. M yang sudah tidak mempunyai suami berperan sebagai kepala kelurga
dengan di bantu anaknya.
d. Nilai dan norma
Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya Jawa, keluarga mengatakan
landasan agama dalam keluarga sangat berperan penting sebagai pondasi
keutuhan keluarga. Keluarga Ny. M juga berusaha menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya dan tidak ada nilai dan norma budaya yang bertentangan
dengan kesehatan.
5. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afeksi
1) Kebutuhan – kebutuhan keluarga, pola – pola respon
Seluruh keluarga membutuhkan satu sama lain. Ny. M di bantu anaknya Tn. Y
mampu menggambarkan kebutuhan keluarga nya secara rinci, mulai dari
kebutuhan makanan, pakaian, dan kesehatan.
2) Hubungan keakraban
Setiap anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, ketika anak sakit
atau orang tua, secepat mungkin memeriksakan ke jasa pelayanan kesehatan
terdekat atau membelikan obat dan jamu di warung terdekat.
Ny.M Tn.Y
Saudara dekat
Tetangga
Ny.M
: hubungan baik
: hubungan sangat baik
……………………………
ANALISA DATA
Data Etiologi Diagnosa Keperawatan
Ds : Faktor resiko terjadinya Ketidakefektifan
- Ny.M mengatakan 1 tahun yang osteoarthritis (usia>65 tahun, manajemen kesehatan
lalu pernah jatuh di tangga teras wanita menopouse ) keluarga
depan rumah.
- Ny. M mengatakan nyeri
panggulnya kambuh jika dibuat Perubahan fisiologis tubuh
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
Intervensi Keperawatan
Keluarga mampu memutuskan untuk merawat, Keluarga mampu memutuskan untuk merawat
meningkatkan atau memperbaiki kesehatan. anggota keluarga yang sakit, membantu diri sendiri
NOC : Partisipasi keluarga dalam perawatan membangun kekuatan, beradaptasi dengan
profesional perubahan fungsi atau mencapai fungsi yang lebih
1. Keluarga dapat berpartisipasi dalam tinggi.
perencanaan perawatan NIC: Dukungan pengambilan keputusan
2. Keluarga dapat berpartisipasi dalam 1. Tentukan apakah terdapat perbedaan antara
menyediakan perawatan pandangan pasien dan pandangan penyedia
3. Keluarga dapat bekerjasama dalam perawatankesehatan mengenai kondisi pasien.
menentukan perawatan 2. Bantu pasien untuk mengklarifikasi nilai dan
harapan yang mungkin akanmembantu dalam
membuat pilihan yang penting dalam hidupnya.
3. Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan dan
kerugian dari setiap alternatif pilihan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga untuk Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
meningkatkan atau memperbaiki kesehatan. sakit dan memberikan dukungan dalam
NOC : kontrol nyeri meningkatkan status kesehatan.
1. Klien mampu mengenali kapan nyeri NIC : Manajemen nyeri
terjadi 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
2. Klien mampu menggambarkan faktor yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
penyebab frekuensi, kualitas, intensitas, intensitas atau
3. Klien dapat mengenali apa yang terkait beratnya nyeri dan faktor pencetus.
dengan gejala nyeri 2. Tentukan akibat dari pengelaman nyeri
terhadap kualitas hidup pasien (misalnya
tidur, nafsu makan, pengertian, perasaan,
hubungan, performa kerja, dan tanggung
jawab peran)
3. Gali bersama klien faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat nyeri.
4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur.
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan: Keluarga mampu memodifikasi lingkungannya
kontrol resiko dan keamanan NIC : pencegahan jatuh
NOC : perilaku pencegahan jatuh 1. Identifikasi kekurangan baik kognitif atau
1. Klien dapat meminta bantuan fisik dari pasien yang mungkin meningkatkan
2. Keluarga klien dapat menempatkan potensi jatuh pada lingkungan tertentu.
penghalang untuk mencegah jatuh 2. Identifikasi perilaku dan faktor yang
3. Klien dapat menggunakan alat bantu yang mempengaruhi resiko jatuh
benar 3. Kaji ulang riwayat jatuh bersama dengan
4. Keluarga klien dapat memberikan pasien dan keluarga
pencahayaan yang memadai. 4. Sediakan alat bantu (misalnya tongkat) untuk
menyeimbangkan gaya berjalan.
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
kesehatan NIC : panduan sistem pelayanan kesehatan
NOC : Pengetahuan sumber- sumber kesehatan 1. Menjelaskan sistem perawatan kesehatan
1. Klien tahu kapan untuk mendapatkan segera, cara kerja dan apa yang bisa di
bantuan dari seseorang profesional harapkan pasien atau keluarga
kesehatan 2. Bantu pasien atau keluarga untuk
2. Klien tahu sumber - sumber perawatan berkoordinasi dan mengkomunikasikan
3. Klien tahu pentingnya perawatan lebih perawatan kesehatan
lanjut 3. Bantu pasien atau keluarga memilih
4. Klien tahu rencana perawatan tindak lanjut profesional perawatan kesehatan yang tepat
5. Klien tahu strategi untuk mengakses 4. Dorong untuk konsultasi dengan profesional
layanankesehatan perawatan kesehatan dengan tepat
Implementasi
No Hari, Tanggal, Diagnosa Implementasi TTD
jam Keperawatan
1 Sabtu, 5 Manajemen 1. Melakukan identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
September kesehatan
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri yang dirasakan oleh
2020 keluarga tidak
Pukul: 13.00 efektif klien
2. Melakukan identifikasi skala nyeri yang dirasakan klien
3. Melakukan identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup klien
4. Menjelaksan cara penanganan nyeri ketika nyeri terasa
seperti dengan teknik non farmakologis yaitu distraksi
relaksasi
5. Mendiskusikan perubahan gaya hidup dengan
mengurangi aktivitas yang berat
6. Mengatur diet untuk keluarga dengan lansia dengan
melibatkan keluarga dalam perawatan
Evaluasi
No Hari, Diagnosa Evalusi TTD
Tanggal, Keperawatan
Jam
1 Sabtu, 5 S: Ny. T mengatakan sudah mengetahui
September cara untuk meredakan rasa nyeri yang
15.00 dirasakan
O: Ny. T mengatakan sudah bisa melakukan
penanganan nyeri ketika sedang timbul atau
terasa
- P : Nyeri timbul ketika terlalu lama
melakukan suatu aktivitas
- Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
- R : Nyeri di bagian lutut kiri
- S : Skalan nyeri 4
- T : hilang timbul
A: Masalah teratasi sebagian
P: Melanjutkan intervensi