Anda di halaman 1dari 49

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Telah disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada


keluarga Ny. M di Desa Karangrejo, Kecamatan Karangrejo, Tulungagung.

Nama : Nabela Pradina Pasha

NIM : 1611027

Hari : Kamis

Tanggal : 24 September 2020

Pembimbing Penguji

(Anita Rahmawati., M. Kep., Ns.) (Ning Arti


Wulandari., M. Kep., Ns)
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA

A. Konsep Keluarga

1. Definisi

Keluarga sebagai bagian sub sistem didalam masyarakat memiliki karakteristik


yang unik dalam kehidupan keluarga tersebut. Banyak ahli menguraikan
pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan social masyarakat. Berikut akan
dikemukakan beberapa pengertian keluarga.
a. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang
sama atau yang berbeda dan saling mengikutsertakan dalam kehidupan yang terus
menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikatan
emosional dan adanya pembagian tugas antara satu dengan yang lainnya (menurut
buku keperawatan keluarga karya Tantut Susanto tahun 2012).
b. Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga
mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi social, peran
dan tugas (Allender dan Spradley, 2001).

Dari beberapa pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa


karakteristik keluarga adalah (Depkes, 2000):

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika berpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran social, seperti: suami, istri, anak, kaka, dan adik.

4. Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan


perkembangan fisik, psikologis, dan social anggota.
2. Tipe Keluarga

Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola


kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga juga akan
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe
keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

1. Tradisional

a. The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.

b. The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
satu rumah.
c. Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah
memisahkan diri.
d. The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
e. The extended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek), dan
keponakan.
f. The single parent family

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian, atau karena ditinggalkan
(menyalahi hokum pernikahan).
g. Commuter family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul
pada anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.
h. Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
i. Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh: dapur,
kamar mandi, televise, telepon, dan lain-lain.
j. Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone/single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.
2. Non Tradisional

a. The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah.
b. The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara
yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama; sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.


e. Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana ‘marital


partners’.
f. Cohabitating family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu.
g. Group marriage-family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang
saling merasa saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagai sesuatu termasuk
seksual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama
lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan,
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara didalam


waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j. Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen


karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
k. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupan.
3. Struktur Kekuatan Keluarga

Kekuasaan mempunyai banyak arti termasuk pengaruh, control, dominasi, dan


pengambilan keputusan.Secara umum, kekuasaan/kekuatan keluarga adalah
kemapuan individu untuk mengontrol, memengaruhi dan mengubah tingkah laku
anggota keluarga.Komponen utama dari struktur kekuatan adalah pengaruh dan
pengambilan keputusan.

Pengaruh/kekuasan dominasi adalah tingkat penggunaan tekanan formal informal


kepada orang lain dan berhasil dalam memaksakan pandangannya meskipun
awalnya dilakukan, sedangkan pembuatan keputusan adalah proses pencapaian
persetujuan untuk melakukan serangkaian tindakan atau status quo. Dengan kata
lain, pembuatan keputusan merupakan alat untuk menyelesaikan segala sesuatu
dan melalui pengambilan keputusan ini kekuasaan dimanifestasikan. Berkaitan
dengan pengambilan keputusan, istilah yang erring digunakan adalah
otoritas/wewenang. Otoritas atau wewenang adalah istilah yang menyatakan
keyakinan yang dianut bersama oleh anggota keluarga, yang didasarkan secara
kultur dan normative serta menyatakan seseorang mempunyai hak untuk
mengambil keputusan dan menerima posisi kepemimpinan.

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003) dibagi menjadi lima,
yaitu:

a. Fungsi afektif dan koping: keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota,


membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi
stress.

b. Fungsi sosialisasi: keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap,


dan mekanisme koping; memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam
pemecahan masalah.
c. Fungsi reproduksi: keluarga melahirkan anaknya.

d. Fungsi ekonomi: keluarga memberikan financial untuk anggota keluarganya dan


kepentingan di masyarakat.
e. Fungsi fisik atau perawatan kesehatan: keluarga memberikan keamanan,
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan
istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

Fungsi keluarga menurut Allender & Spardley (2001):


1. Affection

a) Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan

b) Mengembangkan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual

c) Menambah anggota baru

2. Security and acceptance

a) Mempertahankan kebutuhan fisik

b) Menerima individu sebagai anggota

3. Identity and satisfaction

a) Mempertahankan motivasi

b) Mengembangkan peran dan self-image

c) Mengidentifikasi tingkat social dan kepuasan

4. Affiliation and companionship

a) Mengembangkan pola komunikasi

b) Mempertahankan hubungan yang harmonis

5. Socialization

a) Mengenal kultur (nilai dan perilaku)

b) Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal

c) Melepas anggota

6. Controls

a) Mempertahankan control social

b) Adanya pembagian kerja


c) Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada
Indonesia membagi fungsi keluarga menjadi delapan dengan bentuk operasional yang
dapat dilakukan oleh setiap keluarga (UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994),
yaitu:

1. Fungsi keagamaan

a. Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota
keluarga.
b. Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari
seluruh anggota keluarga.
c. Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman dari
ajaran agama.
d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang
tidak atau kurang diperolehnya disekolah dan di masyarakat.
e. Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
2. Fungsi budaya

a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma


dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.
b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan
budaya asing yang tidak sesuai.
c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga, anggotanya mencari pemecahan
masalah dari berbagai pengaruh negative globalisasi dunia.
d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat
berperilaku yang baik (positif) sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya
masyarakat/bangsa untuk menunjang terwujudnya norma keluarga kecil bahagia
sejahtera.
3. Fungsi cinta kasih

a. Menumbuh-kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar-anggota


keluarga (suami-isteri-anak) ke dalam symbol- simbol nyata (ucapan, tingkah
laku) secara optimal dan terus menerus.
b. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar-anggota keluarga maupun
antar-keluarga yang satu dengan lainnya secara kuantitatif dan kualitatif.
c. Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam
keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang.
d. Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan
menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
4. Fungsi perlindungan

a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang
timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk
ancaman dan tantangan yang datang dari luar.
c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.
5. Fungsi reproduksi

a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik


bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
b. Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal
usia, pendewasaan fisik maupun mental.

c. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu


melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam
keluarga.
d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
6. Fungsi sosialisasi

a. Menyadari, merencanakan, dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana


pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama.
b. Menyadari, merencanakan, dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat
tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan
yang di jumpainya, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal- hal yang
diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan
mental), yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
d. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga
tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam
rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil
bahagia sejahtera.
7. Fungsi ekonomi

a. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga


dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.
b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.

c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya
terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang.
d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera.
8. Fungsi pelestarian lingkungan

a. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan intern keluarga.


b. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan ektern keluarga.
c. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi, selaras,
dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat
sekitarnya.
d. Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola
hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

5. Tahapan dan perkembangan keluarga

Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan


keluarga, untuk memberika pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan
kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada
keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap
perkembangan keluarga menurut Dufall & Miller tahun 1985; Carter & Mc
Goldrick tahun 1988, mempunyai tugas perkembangan yang berbeda seperti:
a. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru

Tugas perkembangan keluarga antara lain membina hubungan yang harmonis dan
kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan,
membina hubungan dengan oranglain dengan menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri
menjadi orangtua.

b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda
sebagai sebuah unit, mempertahankan perkawinan yang memuaskan, memperluas
persaahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orangtua kakek
dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-
masing pasangan.
c. Tahap III, keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua beumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke III yaitu memenuhi kebutuhan
anggota keluarga, mensosiaisasikan keluarga, mengintergrasikan anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan
norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan
beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Tahap IV, keluarga denagn anak usia sekolah (anak tertua usia 6- 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga dalam tahap IV yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan dengan hubungan
teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan ,
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar
teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap ke V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri.,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka
antara orangtua dan anak-anak memberikan perhatian, memberikan kebebasan
dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka 2 arah
f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga
dengan memasukan anggota keluarga baru yang didaapat melalui perkawinan
anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu
orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri, membantu anak
mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara
orangtua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah
ditinggalkan anak.
g. Tahap VII, orangtua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension) Tugas
perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh
arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga
keintiman, merencanakan kegiatan yang akan dating, memperhatikan kesehatan
masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia.

Tugan perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu mempertahankan pengaturan


hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
memperthanakan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan, mempertahankan ikatan antar keluarga generasi, meneruskan untuk
memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian yang menyenangkan antar
pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga,
berkebun, mengasuh cucu.

6. Tugas keluarga di bidang kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di


dalam bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan. Ada 5 tugas keluarga
dalam bidang kesehatan yang harus di lakukan( Fridman dalam Achjar, 2010).

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya perubahan sekecil apapun yang di


alami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung
jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera di catat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas
ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siap diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka
segeralah melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
atau bahkan bisa teratasi. Jika keluarga mempuyai keterbatasan agar meminta
bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat
membatu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu mudah. Perawat ini
dapat di lakukan di rumah apabila keluarga mempunyai kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk
memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi
(Suparyanto , 2012).
d. Memodifikasi lingkungan keluarga seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi
keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya
pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga
dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak pada kesehatan
keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas
kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap pengunaan fasilitas kesehatan,
apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang
kurang baik dipersepsikan keluarga (Achjar, 2010).
B. KONSEP ASKEP OSTEOARTHTRITIS

1. Pengertian

Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat
kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan
pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.( Price A, Sylvia, 2005).
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit
melampui separuh jumlah pasien arthritis.
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut.
Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas
60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya tulang
rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi
umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.
2. Etiologi

Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang
bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini
menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya,
akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak
dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan adalah yang
terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. ( Soeroso, 2006 )
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkan malformasi
sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh
terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika
sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature. (Shiddiqui, 2008)
d. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering memberikan
tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga mempengaruhi sendi mana
yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai contoh, pada tukang jahit, osteoartritis
lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada
daerah pinggang. (Dewi SK. 2009)
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi
peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi (Soeroso, 2007).
f. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu mengakibatkan
seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan buruk merokok.
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah,
menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang
rawan (Eka Pratiwi,2007).
g. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang
wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih
sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis. (Soeroso, 2007)
h. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara
orang-orang kulit hitam dan Asia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai
pada orang – orang Amerika asli (Indian) dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan. (Soeroso J. et all, 2007).
3. Jenis Osteoartritis

Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA Primer dan OA

sekunder. OA primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya faktor genetik yaitu

adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan OA sekunder adalah

OA yang didasari oleh kelainan seperti kelainan endokrin, trauma, kegemukan, dan

inflamasi.

4. Manifestasi klinis

Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan
sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. (Soeroso J.
Et all, 2007). Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA
yang ditimbulkan oleh keainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul fibrosa, dan
spasme otot-otot di sekeliling sendi.

Karakteristik Nyeri pada osteoartritis dibedakan menjadi 2 Fase :

1. Fase Nyeri Akut.


Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul, dan diperberat oleh
aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang dengan istirahat.

2. Fase Nyeri kronis


Kekakuan pada kapsul sendi dapat menyebabkan kontraktur (tertariknya) sendi dan
menyebabkan terbatasnya gerakan. Penderita akan merasakan gerakan sendi tidak licin
disertai bunyi gemeretak (Krepitus). Sendi terasa lebih kaku setelah istrahat. Perlahan-
lahan sendi akan bertambah kaku.
Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan adalah sebagai
berikut :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu
terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. (Soeroso, 2006).
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara
radiologis). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi
hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris
(seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) (Soeroso, 2006).

Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi tidak
diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul
pada OA berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).Pada penelitian dengan
menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari
peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema sumsum tulang ( Felson,
2008).Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh,
inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju
ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).Nyeri
dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri
yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band
(Felson, 2008).

b. Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
pertambahan rasa nyeri( Soeroso, 2006 ).
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup
lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 ).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan
adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring
dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu
(Soeroso, 2006 ).
e. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk
permukaan sendi berubah ( Soeroso, 2006 ).
f. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena adanya
synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan
penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
g. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman
yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini
selalu berhubungan dengan nyeri kastrena menjadi tumpuan berat badan terutama pada
OA lutut ( Soeroso, 2006 ).

5. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi.

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal


ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa


tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan
mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga
sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus. ( Soeparman ,1995).

6. Pemeriksaan penunjang

Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung


adanya Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :

a. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa kartilago


sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang, pembentukan osteofit
(tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi
tulang.
b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.
c. Pemeriksa artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum
tampak di foto polos.
d. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga
tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji
laboratorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis
lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini
meningkat secara normal paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit
mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas.
7. Penatalaksanaan

Medis
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.

b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).

c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang
lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan
untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari
dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

f. Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang


meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai
seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan
mandi dari pancuran panas.

Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat


otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih
baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan
sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot
periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari
beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.

g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit (Ismayadi, 2004).

8. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila


penyakit ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah
terjadi kelumpuhan.

C. KONSEP ASKEP KELUARGA


Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008):
1. Pengkajian
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota
keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam data sekunder :
a. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber
pelayanan kesehatan yang bisa digunakan keluarga serta pengalaman-
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) System pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut
oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afektif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b) Fungsi sosialisasi yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
berhubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan yaitu menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga yaitu, mampu menganal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu
memnafaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, emnciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
2. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi
permasalahan.
e) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan
harapan keluarga terhadap petugas kesehatanyang ada.
2. Analisa data
Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah analisa data yaitu
mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan maslah kesehatan dan
keperawatan keluarga.
Cara analisa data adalah :
1. Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang tekumpul dalam format
pengkajian.
2. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhab biopsiko-sosial dan spiritual.
3. Membandingkan dnegan standart
4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan.

3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernayataan tentang faktor-faktor yang
mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi
perubahan yang diharapkan (Effendy, 1998).

4. Rencana keperawatan
a. Menyusun Prioritas
Setelah menentukan diagnosis keperawatan, selanjutnya adalah melakukan
prioritas masalah kesehatan. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa
keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala
prioritas Baylon dan Maglaya sebagai berikut :
1. Tentukan skor untuk tiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan bobot
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4. Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot
Tabel : Skala Bylon dan Maglaya
No Kriteria Nilai Bobot
.
1. Sifat masalah
a. Tidak / kurang sehat 3 1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
d. Mudah 2 2
e. Sebagian 1
f. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
g. Tinggi 3 1
h. Cukup 2
i. Mudah 1
4. Menonjolnya masalah
j. Masalah berat harus segera ditangani 2 1
k. Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani 1
l. Masalah tidak dirasakan 0

b. Penyusunan tujuan
Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa
keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu, maka tujuan
perawatan keluarga dapat dibagi menjadi :
1. Tujuan jangka panjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan
mandiri. Dan lebih baik ada batas waktunya, pemberian batas waktu ini
untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada waktu yang telah
ditentukan sebelumya.
2. Tujuan jangka pendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang
dihubungkan dengan keadaan mengancam kehidupan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan
keperawatan adalah :
1. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
2. Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai
3. Harus obyektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari kedua
belah pihak (keluarga dan perawat)
4. Mencakup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi
c. Penetapan kriteria standar
Merupakan standar evaluasi yang merupakan gambaran tentang
faktor – faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan
digunakan dalam membuat petimbangan. Bentuk standar dan kriteria ini
adalah pernyataan verbal (pengetahuan), sikap, dan psikomotor.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan standar adalah :
1. Berfokus pada keluarga
2. Singkat dan jelas
3. Dapat diobservasi dan diukur
4. Realistik.
d. Pembuatan rencana keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada keluarga
yang dilaksanakan oleh perawat, yang ditujukan kepada kegiatan yang
berhubungan denagn promosi, mempertahankan kesehatan keluarga.
Rencana tindakan keluarga diarahkan untuk dapat mengubah
pengetahuan, sikap, dan tindakan keluarga, sehinnga pada akhirnya keluarga
mampu memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga dengan bantuan minimal dari
perawat.
5. Tindakan keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini,
perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim
perawatan kesehatan dirumah.
6. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambunagn dengan ,elibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam
mencapai tujuan.
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan
dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif
yaitu dengan proses dan evaluasi akhir.
D. Intervensi Askep Keluarga
Diagnosa Keperawatan:
1) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
2) Risiko perencanaan aktifitas tidak efektif
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan

1. Ketidakefektifan Pengetahuan promosi kesehatan Pendidikan kesehatan


pemeliharaan Dipertahankan pada skala 3 Aktifitas:
kesehatan ditingkatkan ke skala 4 1. Identifikasi factor yang
Indikator : dapat meningkatkan
1. Keluarga mampu motivasi untuk berperilaku
meningkatkan perilaku sehat.
kesehatan 2. Tentukan pengetahuan
2. Keluarga mampu melakukan kesehatan dan gaya hidup
pencegahan dan perilaku keluarga
pengendalian penyakit 3. Berikan ceramah untuk
3. Keluarga mampu menyampaikan informasi
memeriksakan kesehatan kepada keluarga
yang direkomendasikan 4. Gunakan berbagai strategi
4. Keluarga mampu dan intervensi utama dalam
meningkatkan perilaku program pendidikan
pencegahan cedera yang kesehatan
tidak diinginkan 5. Rancang dan
5. Keluarga tau tentang efek implementasikan strategi
kesehatan yang merugikan untuk mengukur outcome
akibat penggunanan obat klien secara berkala selama
dan setelah berakhirnya
program
2. Risiko Perilaku patuh: aktivitas yang Peningkatan keterlibatan
perencanaan disarankan keluarga
aktifitas tidak Dipertahankan pada skala 3 Aktivitas:
efektif ditingkatkan pada skala 4 1. Bangun hubungan pribadi
Indikator: dengan klien dan anggota
1. Keluarga mampu membahas keluarga yang akan terlibat
aktivitas yang dalam perawatan
direkomendasikan oleh 2. Identifikasi kemampuan
professional kesehatan anggota keluarga untuk
2. Keluarga mampu terlibat dalam perawatan
mengidentifikasi hambatan klien
aktivitas 3. Dorong anggota keluarga
3. Keluarga mampu dank lien untuk membantu
menggunakan strategi untuk dalam mengembangkan
meningkatkan keamanan rencana perawatan, termasuk
4. Keluarga mampu hasil yang diharapakan dan
mengidentifikasi gejala yang pelaksanaan rencana
perlu dilaporkan perawatan
5. Keluarga mampu 4. Berikan informasi penting
mengidentifikasi gejala yang kepada anggota keluarga
dialami selama aktivitas mengenai kondisi klien
kepada professional 5. Informasikan faktor-faktor
kesehatan yang dapat meningkatkan
kondisi klien menjadi lebih
baik pada anggota keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Festi, Pipit. 2018. Buku Ajar LANSIA, Lanjut Usia, Perspektif Dan Masalah
Fridman dalam Achjar.(2010).Keperawatan Keluarga: Teori dan praktek.Jakarta: EGC.
DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA


Hari, tanggal : Sabtu, 12 September 2020 Jam : 08.00 WIB
1. DATA UMUM
a. Nama Kepala Keluarga : Ny. M
b. Umur KK : 68 Tahun
c. Alamat dan telepon : Ds.karangrejo, kec. karangrejo, kab. tulungagung
d. Pekerjaan KK : Ibu rumah tangga
e. Pendidikan KK : SMP
f. Agama KK : Islam
g. Suku bangsa KK : Jawa
h. Komposisi keluarga :
No Nama JK Hub. dg Umur Pendidikan Agama Pekerjaan
KK Terakhir
1. Ny. M P Ibu 70 SMP Islam Ibu Rumah Tangga
2. Tn. Y L Anak 33 S1 Islam PNS
i. Genogram
Keterangan :
= Meninggal

= Perempuan

= Laki-laki

= Tinggal
serumah

Ny. M

Tn. Y

j. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. M merupakan keluarga single parent yang terdiri dari Ny. M,
serta anak kandung.
k. Suku bangsa
Keluarga Ny. M termasuk dalam suku bangsa jawa.
l. Agama
Keluarga Ny. M semua beragama Islam
m. Status sosial ekonomi keluarga
Semenjak suaminya meninggal Ny. M mendapat gaji pensiunan PNS dan juga
mendapat gaji dari pensiunan suaminya Tn.D yang sudah almarhum sebesar Rp.
2.000.000. Sedangkan penghasilan anaknya yaitu Tn. Y sebagai pegawai PNS
sekitar 3.500.000 sebagian dari penghasilannya ditabung untuk keperluan
mendadak.
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Ny. M biasanya diajak Tn.Y berkunjung kerumah cucunya yang berada diluar
kota. Namun semenjak pandemi COVID-19 hiburan hanya menonton tv
bersama dirumah.
2. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Ny. M sekarang pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia
dewasa. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri.,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka
antara orangtua dan anak-anak memberikan perhatian, memberikan kebebasan
dalam batasan tanggung jawab, dan penataan kembali peran dan kegiatan rumah
tangga.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga yang seharusnya dilalui oleh keluarga saat ini
keluarga merasa sudah terpenuhi, walaupun terkadang ada masalah yang timbul
kadang kurang dirasakan oleh keluarga, hanya saja keluarga merasa perlu
mempertahankan apa yang sudah ada.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Keluarga tidak mempunyai riwayat kesehatan yang serius.
Tn. D menikah dengan Ny.M dan dikarunia 4 orang anak. Anak pertama, kedua
dan ketiga sudah menikah dan berkeluarga. Ketiga anaknya yang sudah menikah
tersebut tinggal terpisah dari Ny.M sementara anaknya yang ke empat yaitu
Tn.Y tinggal bersama serumah dengan Ny.M. Ny.M menderita penyakit nyeri
sendi sejak 1 tahun yang lalu. Ny.M mengatakan sakitnya itu dikarenakan ia
pernah jatuh di tangga depan rumah, jika Ny.M melakukan banyak kegiatan
dirumah kadang panggulnya kambuh dan terasa sakit dibuat berjalan.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Keluarga tidak mempunyai riwayat kesehatan pada sebelumnya.
3. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
1) Denah rumah
Teras

R. Tamu K. Tidur U

K. Tidur K. Tidur
B T
r. klg Dapur

Toilet S

Halaman belakang

2) Keadaan lingkungan dalam rumah


Rumah yang ditempati keluarga Ny.M adalah rumah milik sendiri. Rumah Ny.
M terlihat rapi dan bersih lantainya bertekel dengan adanya ruang tamu, 3 kamar
tidur, dapur yang bersebelahan dengan ruang keluarga dan toilet. Masing –
masing kamar memiliki jendela dan penerangan yang cukup. Di belakang rumah
terdapat halaman buat jemuran. Posisi rumah berdekatan dengan tetangga.

3) Keadaan lingkungan di luar rumah


a) Pemanfaatan halaman
Halaman rumah digunakan untuk menjemur pakaian dan terdapat beberapa
tanaman hias.
b) Sumber air minum
Keluarga memiliki sumur yang letaknya di belakang rumah. Dan dalam
mengambil air keluarga memanfaatkan sanyo.
c) Pembuangan air kotor
Keluarga memiliki selokan untuk membuang limbah keluarga. Selokan
tersebut mengalir ke daerah yang lebih rendah dan dalam keadaan terbuka
lancar untuk resapan.
d) Pembuangan sampah
Untuk pembuangan sampah keluarga selalu mengumpulkan terlebih dahulu
semua sampah selanjutnya sampah tersebut akan dibakar.
e) Jamban
Jenis jamban yang digunakan adalah wc duduk dengan pembuangan
langsung ke tanah.
f) Sumber pencemaran
Tetangga Ny M mempunyai hewan peliharaannya yaitu berada di halaman
belakang rumah yang agak berdekatan dengan ruang dapur.
g) Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Ny. M tinggal di desa, dimana jarak antara rumah Ny.M dengan
tetangga cukup berdekatan, hubungan bertetangga terjalin baik. Dimana
sebelum adanya pandemi covid-19 ini mereka sering berkumpul tetapi
untuk saat ini keluarga Ny. M serta para tetangga lebih memilih untuk tetap
dirumah masing-masing.
h) Mobilitas geografi keluarga
Dari awal Ny.M tetap tinggal di rumah yang sekarang. Alat transportasi
yang digunakan keluarga sehari-hari adalah sepeda motor dan sepeda
onthel.
i) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga mempunyai hubungan yang baik dengan tetangga. Anak Ny.M
yaitu Tn.Y mengikuti yasinan yang ada di desa satu minggu sekali.
j) Sistem pendukung keluarga dan ecomap
Faktor pendukung keluarga dalam keluarga Ny. M adalah keluarga
besar/saudara-saudara Ny. M yang tinggal berdekatan. Dimana apabila
keluarga Ny. M memerlukan bantuan maka keluarga yang lain akan
membantu.

Keluarga besar
Ny.M
Teman kerja Ny.M
Tn.Y

Saudara
Kumpulan yasinan
dekat Ny.M
dan karang taruna

Tetangga
keterangan

: hubungan sangat kuat


: hubungan kuat
: hubungan timbal balik

4. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi
Dalam keluarga Ny. M pola komunikasi yang digunakan adalah pola
komunikasi terbuka, dengan menggunakan bahasa jawa sopan dan santun. Setiap
keluarga mempunyai hak untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya.
Komunikasi yang digunakan oleh keluarga adalah komunikasi dua arah. Dalam
keluarga Ny. M mengatakan tidak pernah terjadi suatu masalah dalam proses
komunikasi, apabila terjadi hanya hal kesalahpahaman kecil yang dapat
diselesaikan dengan membicarakannya bersama keluarga.
b. Struktur kekuatan atau kekuasaan keluarga
Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama.
Pengambilan keputusan adalah Ny. M dibuat dengan mempertimbangkan setiap
masukan dari anggota keluarga yaitu anaknya.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Ny. M yang sudah tidak mempunyai suami berperan sebagai kepala kelurga
dengan di bantu anaknya.
d. Nilai dan norma
Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya Jawa, keluarga mengatakan
landasan agama dalam keluarga sangat berperan penting sebagai pondasi
keutuhan keluarga. Keluarga Ny. M juga berusaha menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya dan tidak ada nilai dan norma budaya yang bertentangan
dengan kesehatan.
5. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afeksi
1) Kebutuhan – kebutuhan keluarga, pola – pola respon
Seluruh keluarga membutuhkan satu sama lain. Ny. M di bantu anaknya Tn. Y
mampu menggambarkan kebutuhan keluarga nya secara rinci, mulai dari
kebutuhan makanan, pakaian, dan kesehatan.
2) Hubungan keakraban
Setiap anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, ketika anak sakit
atau orang tua, secepat mungkin memeriksakan ke jasa pelayanan kesehatan
terdekat atau membelikan obat dan jamu di warung terdekat.

Ny.M Tn.Y

Saudara dekat
Tetangga
Ny.M

: hubungan baik
: hubungan sangat baik

3) Perpisahan dan kekerabatan


Dalam keluarga hanya terjadi keterpisahan yang bersifat sementara, ketika salah
seorang anggota keluarga ada yang harus pergi keluar kota, sehingga
komunikasi dilakukan melalui telepon.
b. Fungsi sosial
1) Cara pola asuh pada anak
Keluarga Ny. M mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan interaksi sosial
pada anaknya dengan tetangga dan masyarakat yaitu dengan membiarkan
anaknya bersosialisasi dengan teman sebayanya di tempat kerja dan di rumah.
2) Siapa yang menjadi pelaku sosialisasi anak–anak
Yang menjadi pelaku sosial dijalankan oleh suami dan istri secara bersama-
sama.
3) Nilai anak-anak dalam keluarga
Ny.M mengatakan anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dirawat
dengan baik.
4) Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola asuh
Faktor budaya yang mempengaruhi pola pengasuhan anak yaitu kondisi etnis
dan suku yang lebih menitikberatkan urusan keseharian anak lebih banyak
ditangani ibu karena waktu terbanyak bersama Ny.M.
5) Estimasi resiko masalah pengasuhan
Saat ini keluarga tidak memiliki masalah dalam mengasuh anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Keadaan kesehatan
Keluarga dalam keadaan sehat, hanya saja Ny. M sering merasakan sakit pada
bagian panggulnya, tetapi Ny. M tetap dapat melakukan aktivitas seperti biasa .
Ny. M mengatakan karena setiap hari mengonsumsi pil pereda nyeri dari
perawat praktik dan meminum jamu di warung.
2) Kebersihan perorangan
Keluarga mengatakan mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari, cuci rambut
maksimal 3 hari sekali dan gosok gigi pada waktu mandi. Ny. M mandi 2 kali
dalam sehari.
3) Penyakit yang sering diderita
Nyeri sendi pada Ny. M akibat jatuh ditangga teras depan rumah sejak 1 tahun
sebelumnya.
4) Penyakit keturunan
Tidak memiliki penyakit keturunan.
5) Penyakit kronis atau menular
Tidak memiliki penyakit menular. Pada keluarga ini hanya Ny. M yang memiliki
penyakit osteoartritis.
6) Kecacatan
Tidak memiliki kecacatan yang dialami oleh keluarga.
7) Pola makan
Pola makan baik, 3 kali sehari.
8) Pola istirahat
Pola istirahat keluarga cukup 7-8 jam/hari.

9) Ketergantungan obat atau bahan


Anggota keluarga tidak ada yang memiliki ketergantungan pada obat.
10) Mencari pelayanan kesehatan
Anggota keluarga mencari pelayanan kesehatan terdekat yaitu perawat praktik.
Akhir-akhir ini hanya membeli jamu dan minyak urut di warung terdekat karena
rawan virus covid-19.
11) Fungsi reproduksi
Ny. M mengatakan sudah tidak menstruasi.
6. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Keluarga mengatakan merasa tidak ada masalah yang dirasakan dalam waktu
kurang dari enam bulan ini. Semua dirasakan oleh keluarga baik-baik saja. Tn.Y
mengatakan merasa agak repot merawat Ny. M ketika sedang menderita
osteoartritis karena harus membagi waktu antara bekerja dan merawat Ny. M
yang sakit. Tn.Y mengatakan karena Ny. M tidak mau dirawat dengan anggota
keluarga yang lain dengan alasan takut merepotkan dan takut terinfeksi virus
covid-19.
b. Kemampuan berespon terhadap stressor
Ny. M mengatakan apabila ada masalah yang dirasa sangat berat maka mereka
akan memecahkannya secara bersama-sama, dibicarakan bersama kemudian
dicari jalan keluar yang terbaik.
c. Strategi koping yang digunakan
Jika terdapat masalah dalam keluarga, keluarga lebih suka berunding bersama
untuk memecahkannya atau meminta pendapat pada orang yang lebih tahu.
Apabila terdapat keluarga yang sakit dan pada waktu itu tidak mempunyai uang
keluarga mempergunakan uang tabungan yang disimpan di bank.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Hari/ Tgl : Sabtu, 12 September 2020
No Nama TB BB LLA TD N R S Keterangan
Cm Kg Cm Mm/Hg x/’ x/’ ºC keluhan
Ny. M
mengatakan
nyeri pada
panggulnya
1 Ny. M 155 65 - 130/100 88 20 36 saat kambuh
dan dibuat
gerak terasa
seperti tertusuk
jarum.
Tidak ada
2 Tn. Y 170 70 - 110/70 76 20 36,3
keluhan

8. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN


KELUARGA
a. Persepsi terhadap masalah
Keluarga menganggap masalah kesehatan Ny.M adalah masalah yang wajar karena
Ny. M sudah tua. Keluarga menggap orang yang sudah lanjut usia pasti selalu
memiliki masalah kesehatan. Namun keluarga kurang tau perawatan yang dapat
dilakukan ketika Ny. M mengalami nyeri pada pinggulnya.
b. Harapan terhadap masalah
Keluarga mengatakan ingin mendapatkan berbagai informasi mengenai kesehatan
demi menjaga kesehatan anggota keluarganya. Terutama untuk kesehatan Ny. M
perlukah meminum obat terus atau tidak.
Perawat yang mengkaji,

……………………………
ANALISA DATA
Data Etiologi Diagnosa Keperawatan
Ds : Faktor resiko terjadinya Ketidakefektifan
- Ny.M mengatakan 1 tahun yang osteoarthritis (usia>65 tahun, manajemen kesehatan
lalu pernah jatuh di tangga teras wanita menopouse ) keluarga
depan rumah.
- Ny. M mengatakan nyeri
panggulnya kambuh jika dibuat Perubahan fisiologis tubuh

duduk terlalu lama dan dibuat (perubahan hormon, degenerasi sel


karena usia)
mengerjakan pekerjaan rumah
yang berat.
- Ny.M mengatakan bergantung
Penipisan tulang rawan sendi
pada obat dan tidak teratur
(peradangan pada persendian)
dalam minum obat, Ny.M
hanya minum saat merasa sakit
atau nyeri. Nyeri akut
Do :
- Klien tampak memegang Kurang terpapar informasi,
panggulnya ketidakefektifan manajemen
- Ny.M banyak bertanya tentang kesehatan keluarga
nyeri sendi.
- P : Nyeri timbul ketika terlalu
lama melakukan suatu aktivitas
- Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
- R : Nyeri di bagian lutut kiri
- S : Skalan nyeri 4
- T : hilang timbul

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


. Keperawatan
1. Manajemen kesehatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Keluarga mampu mengenal masalah psikososial dan
keluarga tidak efektif 1x24 jam keluarga mampu : perubahan gaya hidup:
NIC : Pengajaran : proses penyakit (arthritis)
Keluarga mampu mengenal masalah tentang
1. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
pengetahuan kesehatan dan perilaku sehat:
mungkin diperlukan untuk mencegah
NOC : Pengetahuan : Rejimen penanganan
komplikasi di masa yang akan dating
1. Klien dapat mengetahui tentang proses
2. Intruksikan pasien mengenai tindakan untuk
penyakit
mencegah atau meminimalkan efek samping
2. Klien dapat mengetahui tentang manfaat
penanganan dari penyakit sesuai kebutuhan
perawatan
3. Jelaskan alasan dibalik terapi yang
3. Klien mengerti tanggung jawab perawatan
direkomendasikan
diri untuk pengobatan yang sedang
4. Berikan informasi pada pasien mengenai
berlangsung.
kondisi sesuai kebutuhan
5. Diskusikan pilihan terapi/ penanganan

Keluarga mampu memutuskan untuk merawat, Keluarga mampu memutuskan untuk merawat
meningkatkan atau memperbaiki kesehatan. anggota keluarga yang sakit, membantu diri sendiri
NOC : Partisipasi keluarga dalam perawatan membangun kekuatan, beradaptasi dengan
profesional perubahan fungsi atau mencapai fungsi yang lebih
1. Keluarga dapat berpartisipasi dalam tinggi.
perencanaan perawatan NIC: Dukungan pengambilan keputusan
2. Keluarga dapat berpartisipasi dalam 1. Tentukan apakah terdapat perbedaan antara
menyediakan perawatan pandangan pasien dan pandangan penyedia
3. Keluarga dapat bekerjasama dalam perawatankesehatan mengenai kondisi pasien.
menentukan perawatan 2. Bantu pasien untuk mengklarifikasi nilai dan
harapan yang mungkin akanmembantu dalam
membuat pilihan yang penting dalam hidupnya.
3. Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan dan
kerugian dari setiap alternatif pilihan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga untuk Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
meningkatkan atau memperbaiki kesehatan. sakit dan memberikan dukungan dalam
NOC : kontrol nyeri meningkatkan status kesehatan.
1. Klien mampu mengenali kapan nyeri NIC : Manajemen nyeri
terjadi 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
2. Klien mampu menggambarkan faktor yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
penyebab frekuensi, kualitas, intensitas, intensitas atau
3. Klien dapat mengenali apa yang terkait beratnya nyeri dan faktor pencetus.
dengan gejala nyeri 2. Tentukan akibat dari pengelaman nyeri
terhadap kualitas hidup pasien (misalnya
tidur, nafsu makan, pengertian, perasaan,
hubungan, performa kerja, dan tanggung
jawab peran)
3. Gali bersama klien faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat nyeri.
4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur.
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan: Keluarga mampu memodifikasi lingkungannya
kontrol resiko dan keamanan NIC : pencegahan jatuh
NOC : perilaku pencegahan jatuh 1. Identifikasi kekurangan baik kognitif atau
1. Klien dapat meminta bantuan fisik dari pasien yang mungkin meningkatkan
2. Keluarga klien dapat menempatkan potensi jatuh pada lingkungan tertentu.
penghalang untuk mencegah jatuh 2. Identifikasi perilaku dan faktor yang
3. Klien dapat menggunakan alat bantu yang mempengaruhi resiko jatuh
benar 3. Kaji ulang riwayat jatuh bersama dengan
4. Keluarga klien dapat memberikan pasien dan keluarga
pencahayaan yang memadai. 4. Sediakan alat bantu (misalnya tongkat) untuk
menyeimbangkan gaya berjalan.
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
kesehatan NIC : panduan sistem pelayanan kesehatan
NOC : Pengetahuan sumber- sumber kesehatan 1. Menjelaskan sistem perawatan kesehatan
1. Klien tahu kapan untuk mendapatkan segera, cara kerja dan apa yang bisa di
bantuan dari seseorang profesional harapkan pasien atau keluarga
kesehatan 2. Bantu pasien atau keluarga untuk
2. Klien tahu sumber - sumber perawatan berkoordinasi dan mengkomunikasikan
3. Klien tahu pentingnya perawatan lebih perawatan kesehatan
lanjut 3. Bantu pasien atau keluarga memilih
4. Klien tahu rencana perawatan tindak lanjut profesional perawatan kesehatan yang tepat
5. Klien tahu strategi untuk mengakses 4. Dorong untuk konsultasi dengan profesional
layanankesehatan perawatan kesehatan dengan tepat
Implementasi
No Hari, Tanggal, Diagnosa Implementasi TTD
jam Keperawatan
1 Sabtu, 5 Manajemen 1. Melakukan identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
September kesehatan
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri yang dirasakan oleh
2020 keluarga tidak
Pukul: 13.00 efektif klien
2. Melakukan identifikasi skala nyeri yang dirasakan klien
3. Melakukan identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup klien
4. Menjelaksan cara penanganan nyeri ketika nyeri terasa
seperti dengan teknik non farmakologis yaitu distraksi
relaksasi
5. Mendiskusikan perubahan gaya hidup dengan
mengurangi aktivitas yang berat
6. Mengatur diet untuk keluarga dengan lansia dengan
melibatkan keluarga dalam perawatan
Evaluasi
No Hari, Diagnosa Evalusi TTD
Tanggal, Keperawatan
Jam
1 Sabtu, 5 S: Ny. T mengatakan sudah mengetahui
September cara untuk meredakan rasa nyeri yang
15.00 dirasakan
O: Ny. T mengatakan sudah bisa melakukan
penanganan nyeri ketika sedang timbul atau
terasa
- P : Nyeri timbul ketika terlalu lama
melakukan suatu aktivitas
- Q : Nyeri seperti tertusuk jarum
- R : Nyeri di bagian lutut kiri
- S : Skalan nyeri 4
- T : hilang timbul
A: Masalah teratasi sebagian
P: Melanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai