OLEH
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
i
2.2.3 Sumber Bahaya dari Pekerja..................................................................18
2.4 Jembatan.......................................................................................................28
2.5 Girder............................................................................................................36
Jembatan Ogan....................................................................................................37
ii
3.2.1 Struktur Organisasi K3LP....................................................................56
4.2 Pembahasan...................................................................................................69
BAB V PENUTUP.................................................................................................75
5.1 Kesimpulan...................................................................................................75
5.2 Saran.............................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................78
iii
BAB I
PENDAHULUAN
infrastruktur jalan tol. Hal ini tentu membawa dampak positif bagi perekonomian dan
infrastruktur ini juga memiliki dampak negatif yaitu meningkatkan angka kecelakaan
kerja. Dampak dari kecelakaan tersebut dapat berupa kerugian secara ekonomi,
kehilangan secara sosial, kecacatan individu bahkan kematian. Hal ini dikarenakan
pekerjaan jasa konstruksi hampir selalu berada di tempat terbuka, serta memiliki
kemudahan akses untuk dimasuki orang yang berbeda, dimana kondisi tersebut tidak
angka kecelakaan kerja termasuk yang paling tinggi di kawasan ASEAN yaitu
sebanyak 98.711 kasus kecelakaan kerja. Kemudian pada tahun 2011 jumlah kasus
kecelakan kerja meningkat yaitu sebanyak 99.491 kasus kecelakaan, dimana hampir
32% dari kasus kecelakaan tersebut terjadi di sektor konstruksi dan termasuk
didalamnya adalah proyek pembangunan tol. Pada tahun 2013 terjadi 103.285 kasus
1
kecelakaan kerja dan rata-rata terdapat 283 kecelakaan kerja setiap harinya. Pada
tahun 2015 kecelakaan kerja meningkat menjadi 110.285 kasus kecelakaan kerja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2016) dari analisis 205
kasus kecelakaan kerja konstruksi dari artikel berita dari tahun 2005 sampai tahun
2015. Terdapat tiga tipe kecelakaan dominan, yaitu 38,1% kasus kecelakaan tersengat
listrik, 28,9% tertimpa benda, dan 24,9 kasus terjatuh dari ketinggian. Dari hasil
analisis juga ditemukan bahwa sumber penyebab utama kecelakaan kerja adalah
dilakukan pada pekerjaan bangunan atas di proyek pembangunan jalan layang tol
Bogor Outer Ring Road (BORR) seksi 2A oleh PT. Waskita Karya tahun 2013
menunjukkan hasil bahwa risiko tertinggi pada pekerjaan bangunan atas di proyek
pembangunan jalan layang tol Bogor Outer Ring Road (BORR) seksi 2A adalah risiko
box girder terlepas dari holder crane dan box girder terlepas dari gantry dan terdapat
40 sub proses langkah kerja yang berada di kategori tingkat risiko very high.
kerja mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012
Dimana dalam peraturan ini, identifikasi bahaya dan analisis risiko adalah hal mutlak
yang harus dilakukan suatu perusahaan dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) serta tercapainya tempat kerja yang
nyaman, efisien, dan produktif. Selain itu, identifikasi bahaya dan analisis risiko
2
merupakan suatu bentuk perencanaan K3 yang digunakan sebagai landasan
PT. Waskita Karya merupakan salah satu Badan Usaha Jasa Konstruksi di
Indonesia yang telah banyak proyek-proyek yang dilakukan oleh perusahaan ini
seperti Proyek Bendung Raknamo, Jembatan LRT, SPAM Maloy, Waduk Gondang,
Tol Ngawi – Kertasono, Tol Batang – Semarang, Tol Pejagan – Pemalang, dan lain
sebagainya. (www.waskita.co.id)
Salah satu proyek yang sedang dijalankan oleh PT. Waskita Karya saat ini
Seksi 2 Paket III.2 yang mana dalam setiap proses pekerjaannya memiliki potensi
bahaya yang tinggi yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja maupun penyakit
akibat kerja. Salah satu pekerjaan yang paling memiliki potensi bahaya yang tinggi
adalah erection girder karena pekerjaan ini dapat menimbulkan dampak yang sangat
fatal jika terjadi kecelakaan, salah satunya adalah tertimpa girder. Untuk
meminimalisasi aspek atau resiko tersebut maka di PT. Waskita Karya mempunyai
diwujudkan dalam berbagai macam program. Salah satunya upaya implementasi Job
mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul dari suatu
pekerjaan.
3
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis melakukan observasi dan
analisa tentang implementasi Job Safety Analysis (JSA) pada pekerjaan Erection
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi Job
Safety Analysis (JSA) pada pekerjaan Erection Girder sebagai langkah awal dalam
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu:
4
4. Mengetahui pelaksanaan dokumentasi dan revisi JSA pada pekerjaan
III.2.
5
I.3.3 Bagi Penulis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk menganalisa
suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya disetiap langkahnya
Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah penganalisaan aktivitas kerja
dan tempat kerja untuk menentukan tindakan pencegahan yang memadai di tempat
kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai sistematis identifikasi potensi bahaya di tempat
kerja sebagai langkah untuk mengendalikan risiko yang mungkin akan terjadi disuatu
lingkungan kerja.
Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan
1) Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain
Badan resmi yang bertanggung jawab dalam proses ini membuat gambaran
yang paling aman, efisien dari setiap bentuk pekerjaan yang diberikan. Badan analisa
6
keselamatan kerja membuat strategi yang terstruktur dalam mencegah kecelakaan
kerja yaitu dengan melakukan pengenalan terhadap bahaya, melakukan evaluasi dan
Job Safety Analysis (JSA) sangat diperlukan dalam setiap pekerjaan. Kriteria
pekerjan yang memerlukan kajian Job Safety Analysis (JSA) menurut Ramli (2010)
pertambangan.
bahaya yang ada. Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit
Analisa keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamanan kerja dan
meningkatkan produktivitas.
7
4) Penentuan standar-standar yang diperlukan untuk keamanan, termasuk
efisien.
3) Operator
5) Personil maintenance
6) Konsultan K3
Occupational Health and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job Safety
harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa,
8
a. Frekuensi kecelakaan
JSA.
c. Kekerasan potensi
d. Pekerjaan baru
Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh
e. Mendekati bahaya
Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.
Hal ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu berubah
menjadi kecelakaan.
pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari tahap
9
b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga langkah-
potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi
Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan
dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien. Dalam mengendalikan bahaya,
intervensi yang paling efektif yang dapat kita lakukan adalah dengan menerapkan
hirarki kontrol. Tahapan hirarki kontrol yang dimaksud adalah sebagai berikut:
10
i. Primary control: Mencakup pengendalian pertama dengan fokus intervensi
praktek kerja yang benar atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam
Menurut ILO (1986) dalam Anugrah (2009), potensi bahaya atau bahaya kerja
(work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi yang
interaksi antara unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses, atau
metoda kerja. Dalam proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan
mesin, material, lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur kerja.
Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi tersebut, yaitu
manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur (Ramli, 2010).
11
tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan dan kesehatan akan
selalu dijumpai.
untuk menghilangkan atau meminimalkan risiko yang dihadapi oleh pekerja. Jika
bahaya -bahaya tersebut tidak dapat dihilangkan, suatu penilaian risiko perlu
dilakukan untuk menentukan tingkat pencegahan apa saja yang harus diambil, Hal ini
diupayakan untuk melindungi pekerja yang merupakan aset yang sangat berharga
bagi perusahaan.
banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai tubuh kita baik cedera
ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat mencegah berbagai bahaya-
a. Bahaya Mekanis
b. Bahaya Listrik
c. Bahaya Fisis
d. Bahaya Biologis
e. Bahaya Kimia
A. Bahaya Mekanis
12
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan
gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak.
Contohnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa dan lain-lain. Bagian yang bergerak
menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat
menimbulkan cidera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.
B. Bahaya Listrik
Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan
listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
C. Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat
b) Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka
c) Kebakaran dan peledakan, beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah
13
d) Polusi dan pencemaran lingkungan
Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis
bahan kimia. Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan
dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik,
bahaya bahan kimia sering kali tidak dirasakan secara langsung atau bersifat
D. Bahaya Fisis
a. Bising
b. Tekanan
c. Getaran
f. Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah
E. Bahaya Biologis
biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari
aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, Farmasi,
14
II.2.2 Sumber Bahaya dari Lingkungan Kerja
Banyak sekali sumber energi yang dapat menjadi suatu potensi bahaya disuatu
15
Mekanikal 1. Terdapat pada mesin atau bagian
bergerak atau berputar yang
mengeluarkan bagian yang tajam,
runcing, atau lontaran benda
2. Cidera beragam mulai luka sayat,
putus, dan mati
16
Mikrobiologis 1. Dapat terjadi jika terpajan dengan
bakteri, virus atau zat pathogen
lainnya misalnya dalam menara
pendingin, organ tubuh manusia atau
hewan
2. Cidera bervariasi mulai akut, kronis,
yang bersifat jangka panjang
menimbulkan kematian seperti HIV,
Hepatitis, Keracunan.
(Ramli, 2010)
bahaya yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia
melakukan kesalahan.
17
karena tidak mau melaksanakan maka terjadi kecelakaan. Misalnya
9. Konsumsi alkohol
Bahan kimia dan peralatan yang digunakan pada suatu perusahaan juga
menjadi sumber bahaya yang dapat mengancam para pekerja setiap saat. Bahaya akan
muncul ketika ada interakasi anatara pekerja dan bahan kimia maupun peralatan yang
digunakan. Jika tidak ada kontrol dan pemeriksaan berkala, potensi kecelakaan kerja
18
Pada penggunaan bahan-bahan kimia, terdapat sejumlah tindakan yang dapat
Efek dari bahan kimia sebagian besar tidak kita sadari dampaknya, hal ini
dikarenakan efeknya yang akan timbul dalam jangka waktu yang relatif lama. Tentu
ini sangat berbeda dengan efek yang ditimbulkan dari bahaya peralatan seperti mesin
dan peralatan lainnya yang akan menimbulkan efek dengan segera mungkin apabila
terjadi kecelakaan pada pekerja baik itu cidera ringan sampai cidera berat sekalipun.
berkala terhadap bahan kimia dan peralatan yang digunakan di dalam suatu
perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai potensi bahaya yang akan
pekerja.
Analisa potensi bahaya pekerjaan adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk
sebelum kecelakaan itu terjadi. Dan semua hasil temuan potensi bahaya itu akan
pengelolaan lingkungan kerja baik secara teknis maupun administratif sampai potensi
19
bahaya itu berkurang sampai pada tingkat risiko yang dapat diterima oleh para
pekerja.
pekerjaan seperti pertambangan. Hal ini dikarenakan lingkungan kerja yang begitu
ekstrem dan alat-alat yang begitu kompleks yang digunakan dalam dunia
pertambangan, sehingga sedikit kelalaian atau kesalahan kecil yang dilakukan dalam
pekerjaannya akan menyebabkan kerugian yang begitu besar baik secara materi
2. Job Safety Analysis (JSA) adalah teknik yang sangat popular dan banyak
terjadi.
Semua potensi bahaya harus dianalisa secara berkala, hal ini dikarenakan setiap
potensi bahaya itu akan berubah setiap saat. Setiap ada interaksi antara manusia
20
dengan mesin dan peralatan kerja yang ada di lingkungan kerja, disaat itulah
munculnya potensi bahaya. Semakin bervariasi interaksi antara pekerja dengan mesin,
peralatan, dan lingkungan kerja, maka semakin berbeda pula potensi bahaya yang
dihasilkan.
Banyak perusahaan yang telah melakukan analisa potensi bahaya, tetapi ternyata
angka kecelakaan kerja masih tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses
analisa potensi bahaya yang dilakukan belum berjalan dengan efektif. Analisa potensi
bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan adanya teknologi dan ilmu
terbaru. Banyak bahaya yang belum dikenal tetapi saat ini menjadi suatu potensi
bahaya besar dalam pekerjaan. Selain itu, melibatkan pekerja dalam proses analisa
potensi bahaya sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan karena mereka yang paling
mengetahui adanya potensi bahaya di lingkungan kerjanya dan mereka pula yang
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan
terjadi dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan kerja merupakan
kejadian yang tidak terduga dan tidak diinginkan, baik kecalakaan akibat langsung
maupun kecelakaan yang terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Hadipoetro,
2014).
21
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seorang atau kelompok dalam
biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan,
lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada mesin
yang kurang baik, seperti tidak dilengkapi alat pengaman yang cukup, maka kondisi
metode klasifikasi dan pencatatan yang dapat memberikan informasi penting guna
a. Orang jatuh
d. Terperangkap/terjepit
22
i. Jenis- jenis kecelakan lain yang tidak terkelompok karena kekurangan data yang
cukup
a. Mesin
2) Mesin transmisi
5) Mesin pertanian
6) Mesin pertambangan
23
c. Peralatan lain
3) Alat-alat pendingin
bertenaga listrik
6) Perancah (scalfolding)
1) Bahan peledak
3) Keping-kepingan terbang
4) Radiasi
e. Lingkungan kerja
1) Diluar bangunan
2) Di dalam bangunan
24
3) Di bawah tanah
a. Patah tulang
e. Luka-luka luar
g. Luka bakar
h. Keracunan akut
j. Sesak nafas
l. Akibat radiasi
4. Kecelakaan dalam industri berdasarkan lokasi tempat luka-luka pada tubuh seperti:
a. Kepala
25
b. Leher
c. Badan
d. Lengan
e. Kaki
f. Luka umum
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada
penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya
dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya
preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang
kembali (Suma’mur, 2009). Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua fakor yaitu:
kecelakaan kerja.
2. Faktor manusia
26
prosedur kerja yang telah ditetapkan terhadap suatu pekerjaan tertentu
seperti: kedua mata, satu mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki.
tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.
diatas, ada juga dampak kecelakaan kerja secara tidak langsung, seperti
27
II.4 Jembatan
mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan yang dikembangkan
seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api,
jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain. Menurut Ir. H. J. Struyk
untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan
ini biasanya jalan lain (jalan air atau lalu lintas biasa).
konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif
mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan pekerjaan.
Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan besar. Minimum
jembatan dapat digunakan 50 tahun. Ini berarti, disamping kekuatan dan kemampuan
untuk melayani beban lalu lintas, perlu diperhatikan juga bagaimana pemeliharaan
28
II.4.2 Jenis – jenis Jembatan
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur
sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman
dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir.
Manu, 1995:9):
Jembatan kayu (log bridge). Jembatan yang terdiri dari bahan kayu
dari beton.
29
jembatan bentang panjang. Bahan ini dipergunakan secara luas pada
lantai beton dihubungkan dengan girder atau gelagar baja yang bekerja
lendutan.
dan gaya geser serta memiliki momen inersia terbesar untuk berat
30
Jembatan yang memiliki gelagar utama dihubungkan secara melintang
satu atau lebih menara. Desain ini lebih sesuai untuk jembatan jarak
panjang.
31
Jembatan cantilever (cantilever bridge).
pendukung.
Secara umum konstruksi jembatan beton memiliki dua bagian yaitu bangunan
atas (upper structure) dan bangunan bawah (sub structure). Bangunan atas adalah
konstruksi yang berhubungan langsung dengan beban–beban lalu lintas yang bekerja.
Sedangkan bangunan bawah adalah konstruksi yang menerima beban– beban dari
bebanbeban akibat lalu lintas kendaraan, orang, barang atupun berat sendiri dan
a. Tiang sandaran
Berfungsi untuk membatasi lebar dari suatu jembatan agar membuat rasa
aman bagi lalu lintas kendaraan maupun orang yang melewatinya. Tiang
b. Trotoar
Merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya lebih
tinggi dari lantai jalan atau permukaan aspal. Lebar trotoar minimal
32
cukup untuk dua orang berpapasan dan biasanya berkisar antara 1,0–1,5
meter dan dipasang pada bagian kanan serta kiri jembatan. Pada ujung
tepi trotoar (kerb) dipasang lis dari baja siku untuk penguat trotoar dari
c. Lantai Trotoar
Lantai trotoar adalah lantai tepi dari plat jembatan yang berfungsi
d. Lantai Kendaraan
e. Balok Diafragma
f. Gelagar (Girder)
33
II.4.3.2 Bangunan Bawah Jembatan
bangunan atas juga berfungsi sebagai penahan tanah. Bentuk umum abutment
yang sering dijumpai baik pada jembatan lama maupun jembatan baru pada
prinsipnya semua sama yaitu sebagai pendukung bangunan atas, tetapi yang
paling dominan ditinjau dari kondisi lapangan seperti daya dukung tanah
dasar dan penurunan (seatlement) yang terjadi. Adapun jenis abutment ini
dapat dibuat dari bahan seperti batu atau beton bertulang dengan konstruksi
b. Plat injak
Plat injak adalah bagian dan bangunan jembatan bawah yang berfungsi untuk
dibawahnya dan juga untuk mencegah terjadinya defleksi yang terjadi pada
permukaan jalan.
c. Pondasi
Pondasi adalah bagian dan jembatan yang tertanam didalam tanah. Fungsi dari
pondasi adalah untuk menahan beban bangunan yang berada di atasnya dan
34
meneruskannya ke tanah dasar, baik kearah vertikal maupun kearah
yang mendukung bagian bawah secara langsung pada tanah. Pondasi ini
penerus yang disebut pondasi tiang atau pondasi sumuran. Pondasi dalam
terdiri dari:
35
Pondasi tiang pancang digunakan bila tanah pendukung berada pada
Pondasi Sumuran
2-8 meter. Bentuk penampang pondasi ini adalah bundar, segi empat dan
oval.
Dinding sayap adalah bagian dan bangunan bawah jembatan yang berfungsi
untuk menahan tegangan tanah dan memberikan kestabilan pada posisi tanah
terhadap jembatan.
e. Landasan/Perletakan
Menurut Agus Iqbal Manu landasan jembatan adalah bagian ujung bawah dari
II.5 Girder
Girder adalah sebuah balok diantara dua penyangga dapat berupa pier ataupun
abutment pada suatu jembatan atau fly over yang berfungsi menyalurkan beban
berupa beban kendaraan, berat sendiri girder dan beban–beban lainnya yang berada di
atas girder tersebut ke bagian struktur bawah yaitu abutment. Umumnya girder
36
merupakan balok baja dengan profil I, namun girder juga dapat berbentuk box (box
Menurut material penyusunnya girder dapat terdiri dari girder beton dan girder
baja. Sedangkan menurut sistem perancangannya, girder terdiri dari girder precast
yaitu girder beton yang telah di cetak di pabrik tempat memproduksi beton kemudian
beton tersebut di bawa ke tempat pembangunan jembatan atau fly over dan pada saat
pemasangan dapat menggunakan crane atau alat lainnya. Selain girder precast, juga
dikenal istilah on-site girder, yaitu girder yang di cor di tempat pelaksanaan
pembangunan jembatan, girder ini dirancang sesuai dengan perancangan beton pada
Jembatan Ogan
girder dengan panjang bentang 40,8 m yang membentang dari P1 - P13 (sisi Desa
Rasau) dan P16-P28 (sisi Desa Harapan). PCI girder berfungsi sebagai balok utama
yang akan menahan beban yang bekerja berupa beban lalu lintas dan beban struktur
diatasnya.
37
Pier 1 - Pier 2 4 8 12
Pier 2 - Pier 3 4 8 12
Pier 3 - Pier 4 4 8 12
Pier 4 - Pier 5 4 8 12
Pier 5 - Pier 6 4 8 12
Pier 6 - Pier 7 4 8 12
Pier 7 - Pier 8 4 8 12
Pier 8 - Pier 9 4 8 12
Pier 9 - Pier 10 4 8 12
Pier 10 - Pier 11 4 8 12
Pier 11 - Pier 12 4 8 12
Pier 12 - Pier 13 4 8 12
Pier 16 - Pier 17 4 8 12
Pier 17 - Pier 18 4 8 12
Pier 18 - Pier 19 4 8 12
Pier 19 - Pier 20 4 8 12
Pier 20 - Pier 21 4 8 12
Pier 21 - Pier 22 4 8 12
Pier 22 - Pier 23 4 8 12
Pier 23 - Pier 24 4 8 12
Pier 24 - Pier 25 4 8 12
Pier 25 - Pier 26 4 8 12
Pier 26 - Pier 27 4 8 12
Pier 27 - Pier 28 4 8 12
TOTAL 96 192 288
Kuantitas pekerjaan PCI girder pada Jembatan Ogan ditunjukkan pada Tabel 2.2
Jumlah PCI girder per span adalah 12 buah. Total keseluruhan PCI girder yaitu 288
buah untuk 12 span (sisi A dan sisi B). Urutan pelaksanaan pekerjaan erection girder
Persiapan:
Jalan Kerja, Stockyard, Stressing Area
38
Stressing PCI Girder
Sebelum pelaksanaan erection girder ada beberapa pekerjaan persiapan yang harus
a) Jalan Kerja
alat berat dan mobilisasi PCI girder yang sebagian besar berupa
39
Gambar 2.2 Jalan Kerja
pekerjaan mobilisasi PCI girder lebih efisien dan tidak diperlukan lagi
relatif datar dan pada lahan yang kepadatannya bagus sehingga tidak
pada lahan tempat stockyard dan stressing PCI girder yang mulanya
berupa persawahan/rawa.
40
Gambar 2.4 Perbaikan Kondisi Tanah Stockyard Area Desa Rasau
1) Stockyard sisi Desa Harapan untuk girder span P16 s/d P28
Untuk sisi Desa Harapan, stockyard PCI girder diatur sebagai berikut :
yang relatif rendah. Stockyard mampu menampung 18 buah PCI girder yang
girder untuk sisi A. Setelah PCI girder untuk sisi A selesai dierection, PCI
41
P16 s/d P25 (108 buah):
Stockyard girder diposisikan di bawah pier (sisi A dan sisi B), 6 buah di
masing-masing pier. Ada yang 6 buah PCI girder ditempatkan pada stockyard
yang berada di samping jalan kerja. Konfigurasi penyusunan PCI girder diatur
pemindahan main truss beam lifter yang menggunakan crawler crane. Area
kerja berdekatan dengan batas RoW. Hal tersebut dikarenakan elevasi pile cap
P1 s/d P13 lebih tinggi dari jalan kerja, sehingga tidak memungkinkan untuk
menyusun PCI girder di area bawah pier. Area tersebut menampung 72 buah
42
PCI girder dalam susunan 6 x 12 baris. Jumlah tersebut untuk pier pada sisi B.
PCI girder untuk sisi A akan dimobilisasi dan ditempatkan pada area
cukup jauh dari lokasi proyek. Pengiriman dilakukan melalui jalur darat
dengan menggunakan truk trailer. Karena trase yang dilewati menuju proyek
43
tidak terlalu lebar dan di permukiman warga, sehingga 1 trailer maksimal
untuk erection. Proses penurunan PCI girder dari truk trailer dilakukan dengan
Pada saat stressing, girder harus dapat bergerak bebas, sehingga pada
titik pertemuan segmental diberi tumpuan yang dapat bergerak bebas berupa
44
Gambar 2.10 Penataan Girder L = 40.8 m di atas Sleeper
Setelah PCI girder sudah ditempatkan sesuai dengan rencana yang dijelaskan
stressing dilaksanakan sesuai dengan perhitungan dan desain yang tertera pada
Instal Strand
Antar Segmental
45
Grouting Tendon
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan selama pekerjaan stressing PCI girder
3) Tekanan hydraulic jack dan elongasi yang terjadi (dilaporkan dan dimonitor
Metode tersebut dipilih dan dianggap paling sesuai dengan kondisi tanah asli
Commissioning
Commissioningalat
alat
LCB berfungsi sebagai trek untuk pergerakan main truss. Pemasangan LCB
(low cross beam) pada pier head dibantu dengan 2 buah crawler crane
kapasitas 80 ton. LCB ditopang silinder yang berfungsi sebagai dudukan pada
pier head (8 buah @4 buah per pier head) dan didukung cantilever support di
samping.
Rear & front support diletakkan pada LCB sebagai dudukan main truss.
3. Main truss
Truss girder yang berfungsi sebagai main beam yang akan menahan beban
4. Winch
Winch berfungsi sebagai lifter PCI girder, 1 buah winch berkapasitas angkat
62,5 ton. 2 buah winch yang bekerja bersamaan berkapasitas 125 ton,
47
kapasitas tersebut mampu mengangkat PCI girder yang mempunyai berat 90
ton. 1 buah winch dilengkapi dengan spreader beam & cable sling untuk
6. Erection Girder
samping jalan kerja untuk span P25 s.d P28, dan P1 s.d P12 akan
diangkat.
48
SISI A SISI B
49
Gambar 2.16 Skema Erection PCI Girder Di Area Desa Rasau
Sisi A Sisi B
Untuk span P16 s.d P25, stockyard PCI girder ditempatkan di bawah pier.
ketinggian PCI girder (kurang lebih 2-2,5 m). PCI girder yang
diangkat pertama kali yaitu pada posisi terjauh dari jalan kerja Desa
Harapan.
50
Lifting point
Gambar 2.18 Tahap 1 Lifting PCI Girder Menuju Lifting Point
Tahap selanjutnya, PCI girder yang sudah terangkat tadi dimobilisasi ke area
lifting point.
Lifting point
Tahap selanjutnya, PCI girder diangkat sampai melewati ketinggian pier table,
kemudian diarahkan menuju posisi dudukan pada pier head secara perlahan
(1m/detik).
51
Gambar 2.20 Tahap 3 Mobilisasi PCI Girder Menuju Posisi Dudukan
Setelah PCI girder sudah berada pada dudukan (bearing pad), dilanjutkan
dengan pemasangan bracing agar stabil dan kokoh. Pemasangan bracing pada
pier head dengan menggunakan pipa dan jack base pada kedua ujungnya
seperti tampak pada Gambar 23. Bracing juga dipasang pada bagian atas PCI
girder dengan dilas menyambung pada tulangan stek deck slab. Bracing
Jack Base
Bracing,besi 2D32
52
Gambar 2.22 Plan Pemasangan Bracing PCI Girder
53
BAB III
Didirikan pada 1 Januari 1961, Waskita Karya adalah salah satu perusahaan
N.V.", yang diambil alih berdasarkan Keputusan Pemerintah No.62 / 1961, Waskita
Namun, sejak tahun 1973, status hukum Waskita Karya telah berubah menjadi
"Persero" PT. Waskita Karya, dengan pemanggilan yang lebih akrab "Waskita".
Sejak saat itu, perusahaan mulai memperluas bisnisnya sebagai kontraktor umum
yang terlibat dalam berbagai kegiatan konstruksi termasuk jalan raya, jembatan,
pelabuhan, bandara, bangunan, pabrik pengolahan limbah, pabrik semen, pabrik dan
Pada tahun 1980, Waskita mulai melakukan berbagai proyek yang melibatkan
teknologi canggih. Transfer teknologi dilakukan melalui aliansi bisnis dalam bentuk
operasi bersama dan usaha patungan dengan perusahaan asing terkemuka. Pencapaian
signifikan dan luar biasa yang menjadi kebanggaan nasional adalah Bandara Sukarno-
54
Hatta, Reaktor Serba Guna Siwabessy, dan Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara
dengan reputasi baik seperti BNI City (gedung tertinggi di Indonesia), Gedung
Kantor Bank Indonesia, Menara Graha Niaga, Menara Mandiri Plaza, Hotel Shangri-
La, dan beberapa apartemen bertingkat bangunan di Jakarta dan kota-kota lain di
Indonesia.
berhasil menyelesaikan tiga jembatan: Raja Mandala, Rantau Berangin, dan Barelang
IV. Prestasi besar lainnya yang menggunakan teknologi serupa dicapai dalam
Kisah sukses yang sama juga dicapai dalam pembangunan beberapa bendungan besar
seperti Pondok, Grogkak, Tilong, Gapit, dan Sumi, yang diselesaikan lebih awal dari
memungkinkan Waskita dalam memperoleh sertifikasi ISO 9002: 1994 pada bulan
Sistem Manajemen Mutu ISO yang diterapkan oleh perusahaan dan titik awal menuju
era persaingan global. Pada bulan November 2009, Waskita telah berhasil
55
9001: 2008. Ini menjadi indikasi kuat tentang bagaimana perusahaan memahami dan
Salah satu proyek yang sedang berjalan saat ini adalah proyek Pembangunan
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan : 1020 Hari Setelah SPK (Terhitung dari
31 Mei 2016)
56
Penyedia Jasa : PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
khusus K3 (Keselamatan dan Kesehatan kerja) hampir pasti selalu terkait dengan
lingkunganya dan mutu yang diberikan. Oleh karena itu PT. Waskita Karya
lingkungan dan mutu terbaik sesuai dengan kebijakan PT. Waskita Karya.
57
- Satuan Pengamanan
- Para Sub Kontraktor
- Para Mandor
III.2.2 Pokok-pokok Perhatian K3LP
58
BAB IV
Dari hasil penelitian mengenai implementasi Job Safety Analysis (JSA) pada
Palembang – Betung Seksi 2 Paket III.2 PT Waskita Karya (Persero) Tbk diperoleh
fatality selama pelaksanaan proyek. Adapun isi dari kebijakan tersebut adalah
sebagai berikut:
59
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk sebagai Badan Usaha Jasa Konstruksi
meningkatkan produktivitas.
dilaksanakan oleh semua orang yang bekerja untuk dan atas nama PT.
Waskita Karya.
60
untuk dimengerti dan dilaksanakan serta dapat ditinjau kembali sesuai
kebutuhan.
Sebagai wujud nyata dari pelaksanaan identifikasi aspek dan dampak tersebut
bahaya dari aktivitas kerja di lokasi produksi. Salah satu sistem yang
pada beberapa pekerjaan yang dinilai memiliki potensi bahaya yang tinggi
2) Setiap jenis pekerjaan atau tugas dapat diuraikan kedalam suatu urutan
61
4) Setiap bahaya yang terdapat dalam setiap tahapan tersebut dapat
kerja.
Job Safety Analysis dibuat dengan tujuan untuk menganalisa bahaya yang
terdapat dalam aktifitas pekerja yang berkaitan dengan peralatan, bahan serta
lingkungan kerja. Selain itu program Job Safety Analysis berfungsi untuk
benar dalam melakukan suatu pekerjaan akan diketahui serta teknik untuk
karena dalam setiap tahap aktifitas yang dilakukan pekerja, terdapat potensi
bahaya yang dapat berasal dari manusia itu sendiri, peralatan, bahan dan
dalam tiap tahap pekerjaan dan tindakan preventif yang diperlukan untuk
62
Job Safety Analysis (JSA) di Proyek Pembangunan Jembatan Ogan Toll
Waskita Karya (Persero) Tbk disusun oleh divisi HSE yang kemudian
tenaga kerja yang melakukan aktivitas. Revisi JSA sudah dilakukan sebanyak
1. Persiapan Pekerjaan:
b. Stressing bed
63
d. Pergeseran girder ke atas bearing pad
e. Pemasangan bracing
g. Pemasangan bracing
dalam menentukan pekerjaan yang akan dianalisis dan tidak terlalu umum
64
3. Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification)
4. Pengendalian Bahaya
Dari penerapan analisa keselamatan kerja atau Job Safety Analysis (JSA)
a. Pengendalian Administratif
adalah:
65
8. Melengkapi penerangan ketika malam hari
adalah:
1. Helm
2. Sepatu
3. Rompi Nyala
66
4) Hasil Pembuatan JSA (Job Safety Analysis) pada pekerjaan Erection
Girder
67
68
69
IV.2 Pembahasan
70
a. Kebijakan K3 di PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
kondisi tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi setiap
tenaga kerja dan orang lain yang memasuki area tempat kerja. Aplikasi di
lapangan dari komitmen tersebut adalah dengan dibuatnya prosedur kerja pada
prosedur kerja tersebut. Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah adanya
Untuk itu diperlukan suatu metode yang efisien dan dapat dianalisa
dengan lebih cepat dan analisa tersebut mengacu pada aspek K3. Dan untuk
Karya (Persero) Tbk telah sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu
dan Kesehatan Kerja Lampiran 1 point 2.1 yang menyatakan bahwa “Perlunya
71
produksi barang dan jasa dalam perencanaan kebijakan K3 yang perlu
ditetapkan prosedurnya”.
bahaya dalam tiap aktivitas yang dilaksanakan pekerja supaya didapat suatu
operasi yang aman dan selamat, yang tidak melukai pekerja, tidak merugikan
proses dan harta benda maupun lingkungan. Tujuan ini telah sesuai dengan
peraturan yang ada yaitu Permenaker No. PER 05/MEN/1996 pada point dua
Jembatan Ogan Toll Kayu Agung – Palembang – Betung Seksi 2 Paket III.2
untuk mensosialisasikan mengenai JSA pada setiap Tool Box Meeting Erection
Girder, namun pada pelaksanaannya JSA hanya dijelaskan pada awal pekerjaan
72
Kepala Lapangan tanpa menjelaskan lagi lebih rinci mengenai sistematik
pekerjaannya. Sedangkan untuk penyusunan JSA dilakukan oleh tim HSE saja.
Hal ini belum sesuai dengan ketentuan yang ada pada (Frank E. Bird Jr. 1990)
yang terpapar bahaya dan supervisor yang merupakan manajer dan pengawas
bahaya.
Selatan PT Waskita Karya (Persero) Tbk telah sesuai dengan teori dari Frank
E. Bird Jr (dalam Dasar-Dasar K3, 2007) yang menyatakan bahwa JSA harus
dan proses produksi yang dipakai diperusahaan ini, karena sudah adanya
prosedur untuk merevisi JSA jika ada perubahan pelaksanaan pekerjaan, lay
out, teknologi, atau terjadi suatu kecelakaan kerja pada mesin atau pekerjaan
tertentu.
73
Dalam menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa menggunakan
risiko.
diperhatikan dalam langkah kerja ini adalah bahwa langkah kerja harus
yang dianggap kritis untuk mencapai ini. Didalam langkah kerja yang
74
kesehatan kerja serta menekankan penggunaan teknik pengamanan
pekerjaan dan lingkungan kerja yaitu bahan, tenaga kerja, cara kerja,
4. Mengendalikan bahaya
masih belum cukup baik karena selain melibatkan pekerja, cara yang
75
3) Hasil Pembuatan JSA (Job Safety Analysis) pada pekerjaan Erection
Girder
Hasil dari pembuatan JSA pada pekerja Erection Girder yang dilakukan
pekerja oleh Pelaksana Lapangan pada saat awal pekerjaan. Hal ini sudah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu JSA bertujuan agar pekerja lebih
bahaya apa saja yang dapat terjadi di setiap langkah pekerjaan, sehingga para
76
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Pembangunan Jembatan Ogan Toll Kayu Agung – Palembang – Betung Seksi 2 Paket
III.2 Sumatera Selatan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk maka penulis dapat
yang dikenal dengan Job Safety Analysis sebagai salah satu upaya
untuk bekerja secara aman dan efisien, mengetahui potensi bahaya yang
77
ada pada pekerjaan serta tindakan pengendalian, dan meningkatkan
4. Penyusunan Job Safety Analysis dilaksanakan oleh tim dari divisi HSE
Betung Seksi 2 Paket III.2 Sumatera Selatan PT. Waskita Karya (Persero)
Tbk.
Seksi 2 Paket III.2 Sumatera Selatan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk.
Sumatera Selatan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk, potensi bahaya yang
sering timbul adalah terkena swing crane, tertimpa sleeper, terjepit sleeper,
girder, tertimpa alat yang terguling, sling belt putus dan terkena sling putus.
78
V.2 Saran
Personel K3, Konsultan K3, Tim dari divisi teknik yang merancang metode
karena dapat berpengaruh terhadap hasil akhir dari tingkat risiko pada JSA
tersebut.
79
DAFTAR PUSTAKA
Boentarto. 1995. Bengkel Teknik Mengelas dan Peralatan Las. Keselamatan Kerja.
Solo : CV.Aneka.
Caltex. 1999. Job Safety Analysis Guideline. Jakarta : PT. Caltex Pacific Indonesia
Tenaga Kerja RI
https://www.waskita.co.id/pages/about/company-profile?lang=en. [Diakses
80
Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Suardi, Rudi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
Penerbit PPM.
Suma’mur. 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta. CV. Haji
Masagung.
81
LAMPIRAN
Lampiran 1