DISUSUN OLEH :
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1. RISMA CAHYANTI (22020170004)
2. VIONY FEBRINA ABU BAKAR (22020170005)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KUDUS
2020
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Perjalanan Hidup Manusia Dalam Pandangan Islam ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen Toni F. Rafaanjani, M.Pd.I pada bidang studi Kemanusiaan Dan
Keimanan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Perjalanan Hidup Manusia Dalam Pandangan Islam bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
(Risma Cahyanti)
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan1.1
Latar belakang.................................................................................11.2
Rumusan masalah............................................................................11.3
Metode penulisan.............................................................................21.5
Sistematika penulisan.......................................................................2
Pengertian manusia.........................................................................32.2
Hakikat manusia...............................................................................72.4
BAB 3 PENUTUP3.1
Kesimpulan.....................................................................................113.2
Saran................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia dan
berbagai hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan.
Hampir semua lemabaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak
karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya.
Para ahli telah mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai
saat ini belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Hal
ini terbukti dari banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien
(manusia berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut
Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah menggolongkan
manusia kedalam kelompok binatang. Hal ini berlaku selama manusia itu
mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang
diridhoi-Nya. Namun, jika manusia tidak mempergunakan semua karunia itu
dengan benar, maka derajat manusia akan turun, bahkan jauh lebih rendah dari
seekor binatang. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179.
Untuk mengkaji dan mengulas tentang manusia dalam pandangan islam, maka
diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
iv
4. Apa kelebihan manusia dari makhluk lain?
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas UTS agama Islam
dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
v
BAB 2
PEMBAHASAN
فاذا سويـتـه ونفخت فيه من روحي.وإذ قال ربك للملـئكة اني خالق بشرا من صلصال من حمإ مسنون
فقعواله ساجدين
vi
diajukan kepada Rasulullah saw sebagaimana yang tergambar dalam surah
al-Isra’ ayat 85 sebagai berikut
vii
berbeda dengan binatang.Syaltout (1972) berpendapat bahwa ruh adalah
suatu kekuatan yang dapat menyebabkan adanya kehidupan pada makhluk
seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Ruh pada diri manusia
disamping dapat memberikan kehidupan juga mem-berikan kemampuan
kepada manusia untuk merasa dan berpikir. Hakekat ruh sulit ditangkap
tetapi keberadaannya dapat dirasakan.Ansari (1992) menyatakan, salah satu
kapasitas khusus yang hanya dimiliki oleh manusia -- tidak dimiliki oleh
makhluk lain -- disebabkan karena adanya ruh adalah kemampuannya
untuk memperoleh pengetahuan yang luas. Pernyataan Ansari tersebut
didasarkan pada Alquran surah al-Baqarah ayat 31 sebagai berikut
viii
yang tenang karena dimensi jiwa ini selalu berusaha untuk meninggalkan
sifat-sifat tercela dan menumbuhkan sifat-sifat yang baik sehingga
memperoleh ketenangan. Dimensi jiwa ini secara umum dinamakan qalb
atau hati (Ahmad, 1992; Mujib, 1999).Al-nafs al-lawwamah secara literlik
berarti jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri, maksudnya bila ia telah
berbuat kejahatan maka ia menyesal telah melakukan perbuatan tersebut,
dan bila ia berbuat kebaikan maka ia juga menyesal kenapa tidak berbuat
lebih banyak (Departemen Agama RI, 1978; Surin, 1978). Dimensi jiwa ini
dinamakan oleh para filosof Islam sebagai ‘aql atau akal (Ahmad, 1992;
Mujib, 1999).Al-nafs laammaratun bi al-su’ secara harfiah berarti jiwa yang
memerintah kepada kejahatan, yaitu aspek jiwa yang menggerakkan
manusia untuk berbuat jahat dan selalu mengejar kenikmatan. Menurut
para kaum sufi, dimensi jiwa ini dinamakan sebagai hawa atau nafsu
(Sudewo, 1968; Ahmad, 1992; dan Mujib, 1999).Ahmad (1992) menyebutkan,
meskipun unsur rohani manusia yang diistilah-kan dengan nafs disebut
dengan tiga buah istilah yang berbeda-berbeda sehingga seolah-olah
ketiganya berdiri sendiri-sendiri, namun hakikat ketiganya merupakan satu
kesatuan. Ketiga buah istilah tersebut menggambarkan bahwa secara garis
besar terdapat tiga buah fungsi dan sifat yang dimainkan oleh unsur rohani
manusia.Senada dengan pendapat Ahmad yang menyimpulkan bahwa unsur
rohani manusia hakikatnya satu, Arifin menyatakan:Dinamai ruh (jiwa),
atau nafs (nyawa) dalam fungsinya menghidupkan, me-numbuhkan dan
memperkembangbiakkan. Dinamai akal dalam fungsinya memikir
(menyelidiki), mencari sebab akibat, mengingat dan menghayal. Dinamai
hati atau kalbu dalam fungsinya merasa .… dinamai nafsu dalam fungsinya
berkeinginan, berkehendak, berkemauan. (Arifin, 1994: 37)Pendapat Ahmad
dan Arifin yang menyimpulkan bahwa unsur rohani manusia hakikatnya
satu, diperkuat pula oleh pendapat Amjad sebagai berikut: “..… can be
concluded that ruh is seen as a unity in all experience which is manifested in
different ways in the human self” (Amjad, 1992: 44).Dari pendapat beberapa
ulama dan sarjana muslim di atas, dapat diambil simpulan bahwa meskipun
Alquran menggunakan istilah yang berbeda-beda dalam menggambarkan
unsur rohani manusia, yaitu ruh dan nafs, namun unsur-unsur rohani
tersebut hakikatnya satu, disebut dengan istilah yang berbeda adalah untuk
membe-dakan sifat-sifat rohani manusia. Keberadaan unsur rohani tersebut
menyebabkan ma-nusia dapat hidup dan bergerak, berpikir, merasa dan
menyadari keberadaan dirinya, bahkan menyadari akan keberadaan sesuatu
yang menciptakan dirinya, yaitu Tuhan.
3. QalbMenurut Ahmad (1992) dan Mujib (1999), qalb adalah istilah dari al-
nafs al-mutma’innah yang digunakan di dalam Alquran untuk
menggambarkan salah satu unsur potensi rohani yang dimiliki oleh manusia.
Istilah qalb dapat dijumpai antara lain di dalam Alquran surah al-Hajj ayat
46 sebagai berikut
ix
افلم يسيروا فى االرض فـ َكون لهم قلوب يعقلون بها او اذان يسمعون بـها فانـها ال تعمى االبصار ولكن
تعمى القلوب التي فى الصدور
Artinya: Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam
dada.Di samping Alquran surah al-Hajj ayat 46 di atas dapat pula dijumpai
pada Hadis Rasulullah saw sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari (1979: 19) sebagai berikut:
ان فى الجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسدت فسد الجسد كله اال وهي القلب
x
menjangkau hal-hal yang gaib, keterangan ini dapat dilihat di dalam
Alquran surah al-Hujurat ayat 14:
قل لم تؤمنوا ولكن قولوا اسلمنا ولـما يدخل االيمان في قلوبكم وإن تطيعوا هللا ورسوله.قالت االعرب آمنا
الَ يلـتكم من أعمالكم شيئا ان هللا غفور رحيم
... لهم قلوب ال يفقهون بها ولهم اعين ال يببصرون بها ولهم اذان ال يسمعون بها اولئك كاالنعام بل هم
اضل اولئك هم
الغافلون
xi
rasionalitasnya mampu bereksistensi sehingga manu-sia dapat menghindari
perbuatan buruk atau jahat.‘Aql, ditransfer kedalam bahasa Indonesia
menjadi akal dengan arti yang umum yaitu pikiran. Akal adalah subtansi
yang bisa berpikir, dengan kata lain, ber-pikir adalah cara kerja dari akal,
sehingga dapat dikatakan bahwa akal identik dengan pikiran, atau ratio
dalam bahasa Latin, atau budi dalam bahasa Sansekerta, atau reason dalam
bahasa Inggris.Mengutip pendapat al-Husain, Mujib (1999) menyatakan
bahwa akal mem-punyai dua makna, yaitu: (1) akal jasmani, yaitu salah satu
organ tubuh yang terletak di kepala. Akal ini yang biasanya disebut dengan
otak (al-dimagh), (2) akal ruhani, yaitu suatu kemampuan jiwa yang
dipersiapkan dan diberi kemampuan untuk mem-peroleh pengetahuan (al-
ma’rifah) dan kognisi (al-mudrikat).Al-Ghazali (sebagaimana yang dikutip
Basil, tanpa tahun) menyebutkan beberapa aktivitas akal, yaitu al-nazhar
(melihat), al-tadabbur (memperhatikan), al-ta’ammul (merenungkan), al-
i’tibar (menginterpretasikan), al-tafkir (memikirkan) dan al-tadakkur
(mengingat). Apa yang dinyatakan oleh al-Ghazali mengenai aktivitas akal
tersebut, dalam psikologi dikenal dengan istilah cognition (kognisi), yaitu
sebuah konsep umum yang mencakup semua pengenalan, termasuk di
dalamnya ialah menga-mati, melihat, memperhatikan, menyangka,
membayangkan, memperkirakan, mem-pertimbangkan, berpikir, menduga
dan menilai (Chaplin, 1997).
زين للناس حب الشهوات من النسآء ِوالبنين والقناطير المقنـطرة مـن الذهب والفضة والخيل المسومة
ذلك متاع الحياة الدنيا وهللا عنده حسن الـمـاب.واالنعام والحرث
xii
dan nafsu perut, Al-Ghazali (Sholeh, 1993) menye-butkan bahwa terdapat
pula nafsu marah/angkara murka (ghadlab). Nafsu marah mendorong
manusia untuk melakukan apa saja atau menentang apa saja yang dianggap
mengancam dan merugikan dirinya.
… افرأيت من اتخذ الـهه هوـه واضله هللا على علم وخـتم على سمعـه وقلبه وجعل على بصره غشوة ؟
xiii
Generasi manusia yang ada sampai sekarang, dalah berasal dari manusia
pertama yang bernama Adam dengan istrinya yang populer bernama
Hawa[3]. Diantara ayat yang secara jelas menyatakan bahwa Adam dan
Hawa adalah ayah dan ibu generasi manusia setelahnya, adalah:
“Hai anak-anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syetan,
sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu-bapakmu dari surga” (QS. Al-
A’raf : 27)
Ayat ini secara explisit merupakan bantahan terhadap para pengagum Isa as
yang menilainya sebagai anak Tuhan, karena beliau tidak lahir melalui
seorang ayah, melainkan melalui kalimat Allah. Tetapi secara implisit
menjelaskan kejadian Isa as yang semisal dengan kejadian Adam as yaitu
diciptakan dari tanah melalui proses yang mudah dan cepat sesuai dengan
kehendak Allah SWT. Kata ‘kun’ pada ayat di atas tidaklah benar bila
dijadikan dasar bahwa Adam as diciptakan dalam sekejap tanpa proses
sebagaimana yang difahami kebanyakan orang. Karena disamping dalam
hal mencipta Allah SWT, tidak memerlukan sesuatu apapun untuk
mewujudkan apa yang dikehendaki-Nya, termasuk tidak perlu
mengucapkan ‘kun’. Juga karena pada ayat yang lain Allah SWT
melukiskan, bahwa Dia menciptakan Adam as dari tanah, dan setelah Dia
sempurnakan kejadiannya, Dia tiupkan ruh ciptaan-Nya.
َ فَإ ِ َذا
َ ُس َّو ْيتُهُ َونَفَ ْختُ فِي ِه ِمنْ ُرو ِحي فَقَ ُعوا لَه
سا ِج ِدين
xiv
Maka kata ‘kun’ pada ayat di atas, disebutkan hanyalah sekedar untuk
menggambarkan kemudahan dan kecepatan wujud apa yang dikehendaki
Allah SWT. Dan ayat tersebut, sama sekali tidak menjelaskan apa yang
terjadi dan proses apa yang dilalui antara penciptaan dari tanah dengan
penghembusan ruh ciptaan-Nya. Jika diibaratkan penciptaan dari tanah
sama dengan A, dan penghembusan ruh ciptaan-Nya sama dengan Z, maka
antara A dan Z tidak dijelaskan baik materi maupun waktunya.
Melalui ayat QS. Ali Imran : 59 pula, Allah SWT membantah keyakinan
umat Nasrani yang bersikeras mengatakan bahwa tidak mungkin Isa as lahir
tanpa memiliki seorang ayah. Karena Dzat yang mampu menciptakan Adam
as tanpa seorang ayah dan seorang ibu, tentu saja lebih mampu untuk
menciptakan Isa as dengan hanya dari seorang ibu. Dr. G.C. Goeringer,
Direktur Kursus dan Profesor Kepala Embriologi Kedokteran di
Departemen Biologi Sel Sekolah Kedokteran Universitas Georgetown
Washington D.C mengatakan bahwa sains modern saat ini membuktikan
bahwa banyak binatang dan makhluk hidup di dunia ini yang terlahir dan
berkembang biak tanpa proses pembuahan pihak laki-laki (pejantan) dari
spesiesnya. Sebagai contoh, seekor lebah jantan tidak lebih dari sekedar telur
yang belum dibuahi, sedangkan telur yang telah dibuahi (oleh pejantannya)
berkembang menjadi lebah betina (ratu). Selain itu, lebah-lebah jantan
tercipta dari telur-telur ratu lebah yang tidak dibuahi oleh pejantannya. Ada
banyak sekali contoh yang demikian di dunia hewan. Selain itu, manusia saat
ini memiliki sarana sains untuk merangsang telur dari beberapa organisme
sehingga telur-telur ini berkembang tanpa pembuahan dari pejantannya.
Lebih lanjut Goeringer menyatakan: Dalam beberapa contoh pendekatan,
telur-telur yang tidak dibuahi dari beberapa spesies amfibi dan mamalia
tingkat rendah dapat diaktifkan secara mekanik (seperti penusukan dengan
sebuah jarum), secara fisik (seperti kejutan panas), atau secara kimia dengan
pencampuran dari beberapa substansi kimia yang berbeda, dan berlanjut ke
tahap perkembangan. Dalam beberapa spesies, tipe perkembangan secara
parthenogenetic seperti ini adalah alami.[4]
xv
Para Mufassir terdahulu memahami kata ‘nafsin wahidah’ (diri yang satu)
pada ayat ini dalam arti Adam as. Akan tetapi para Mufassir kontemporer
seperti al-Qasimi, Syekh Muhammad Abduh memaknainya dalam arti jenis
manusia lelaki dan wanita. Sehingga ayat ini kandungannya sama dengan
firman Allah SWT :
Maka kedua ayat di atas pada prinsipnya berbicara sama yaitu tentang asal
kejadian manusia dari seorang ayah dan ibu, yakni sperma ayah dan ovum
ibu. Hanya tekanannya saja yang berbeda. Jika ayat pertama dalam konteks
menjelaskan banyak dan berkembang biaknya manusia dari seorang ayah
dan ibu, maka ayat kedua konteksnya adalah persamaan hakikat
kemanusian orang perorang, dimana setiap orang walau berbeda-beda ayah
dan ibunya, tetapi unsur dan proses kejadian mereka sama. Sehingga tidak
dibenarkan seseorang menghina atau merendahkan orang lain.
Dengan memaknai kata ‘nafsin wahidah’ dalam arti diri (jenis) yang satu,
Thabathaba’i dalam tafsirnya menyatakan bahwa ayat tersebut juga
memberi penegasan bahwa pasangan (isteri Adam) yang ditunjuk kata
‘zaujaha’ diciptakan dari jenis yang sama dengan Adam yakni dari tanah
dan hembusan ruh Ilahi. Menurutnya sedikitpun ayat itu tidak mendukung
faham yang beranggapan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam
sebagaimana yang difahami para Mufassir terdahulu.[5]
Akan halnya hadis riwayat Abi Hazm dari Abi Hurairah ra yang kerap
digunakan untuk memperkuat faham itu, selain tertolak kesahihannya
sehingga tidak dapat digunakan hujjah (argumentasi), juga – sebagaimana
mayoritas ulama kontemporer mengatakan - hadis tersebut tidaklah tepat
jika difahami dalam pengertian harfiah, melainkan harus difahami dalam
pengertian metafora. Maka konteksnya dalam rangka mengingatkan kepada
kaum laki-laki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana, mengingat
ada sifat dan kodrat bawaan mereka yang berbeda. Tidak ada seorangpun
yang mampu mengubah kodrat bawaan itu. Kalaupun ada yang berusaha,
maka akibatnya akan fatal seperti upaya meluruskan tulang rusuk yang
bengkok.[6]
xvi
berasal dari bahan baku yang sama yaitu dari unsur tanah dan hembusan
ruh Ilahi. Hanya model penciptaannya saja yang berbeda. Penciptaan
manusia – sebagaimana disimpulkan Quraish Shihab – terdiri dari empat
model penciptaan. Model pertama menciptakan dengan tanpa ayah dan ibu,
yaitu Adam as. Kedua menciptakan setelah disampingnya ada lelaki, yaitu
isteri Adam as. Model ketiga menciptakan hanya dengan ibu tanpa ada
ayah, yaitu Isa as. Dan yang terakhir menciptakan melalui pertemuan lelaki
dan perempuan yaitu generasi manusia setelah Adam as.[7]
ًثُ َّم َخلَ ْقنَا النُّ ْطفَةَ َعلَقَة * ثُ َّم َج َع ْلنَاهُ نُ ْطفَةً فِي قَ َرا ٍر َم ِكي ٍن * ساَل لَ ٍة ِمنْ ِطي ٍن ُ ْسانَ ِمن َ َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإْل ِ ْن
ُسن َ
َ آخ َر فَتَبَا َر َك هَّللا ُ أ ْح ْ َ
َ س ْونَا ا ْل ِعظَا َم لَ ْح ًما ثُ َّم أ ْنشَأنَاهُ َخ ْلقًا
َ ض َغةَ ِعظَا ًما فَ َك
ْ ض َغةً فَ َخلَ ْقنَا ا ْل ُمْ فَ َخلَ ْقنَا ا ْل َعلَقَةَ ُم
َ
الخالِقِين ْ
xvii
Terdapat munasabah (keserasian) dalam penempatan rangkaian ayat ini
yang mengemukakan tujuh fase proses penciptaan manusia, setelah
rangkaian ayat sebelumnya yang menguraikan tujuh macam sifat orang-
orang mukmin. Seakan-akan kedua rangkaian ayat ini menyatakan kepada
kita : “Wahai manusia, engkau berhasil keluar dan berada di pentas bumi
ini setelah melalui tujuh fase, maka engkaupun perlu menghiasi diri dengan
tujuh hal agar berhasil pula dalam kehidupan sesudah kehidupan dunia ini”.
Pada ayat lain (QS. Al-Hajj : 5) fase ini disebutnya fase ‘turab’ (tanah)[11].
Pada ayat inipun yang dimaksud tanah adalah asal-usul sperma yaitu zat
makanan yang berasal dari bahan makanan yang bersumber dari tanah.
Karena itu Sayyid Quthub mengomentari kata ‘turab’ dengan mengatakan :
“Manusia adalah putri bumi ini. Dari tanahnya dia tumbuh berkembang,
dari tanahnya dia berbentuk, dan dari tanahnya pula dia hidup. Tidak
terdapat satu unsurpun dalam jasmani manusia yang tidak memiliki
persamaan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam bumi, kecuali rahasia
yang sangat halus itu yang ditiupkan Allah padanya dari ruh-Nya dan
dengan ruh itu itulah manusia berbeda dari unsur-unsur tanah itu, tetapi
pada dasarnya manusia berasal dari tanah. Makanan dan semua unsur
jasmaninya berasal dari tanah”[12]
Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat
membasahi. Penggunaan kata ini sejalan dengan penemuan ilmiah yang
menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat
kelamin pria yang mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi
yang berhasil bertemu dengan ovum wanita hanya satu. Itulah yang
dimaksud dengan nuthfah.[13]‘Alaqah’ (segumpal darah).
xviii
Segumpal darah adalah salah satu arti kata ‘alaqah dari dua arti lainnya
yaitu ‘sesuatu yang melayang’ dan ‘lintah’. Seorang ilmuwan terkenal
dalam bidang anatomi dan embriologi Prof. Keith Moore menyatakan bahwa
‘alaqah sebagai ‘sesuatu yang melayang’ sesuai dengan apa yang bisa dilihat
pada pengikatan embrio - selama fase ini - pada rahim ibu. Dan ‘alaqah
diartikan ‘segumpal darah’ atau ‘gumpalan darah yang membeku’ karena
embrio selama fase ini berkembang melalui saat-saat internal yang diketahui
seperti pembentukan darah di pembuluh tertutup sampai dengan putaran
metabolis lengkap melalui plasenta (ari-ari). Selama fase ini darah
ditangkap di dalam pembuluh tertutup sehingga embrio memperoleh
penampakan sebagai gumpalan darah beku. Sedang ‘alaqah diartikan
‘lintah’ oleh karena embrio selama fase ‘alaqah memperoleh penampakan
yang sangat mirip dengan lintah. Prof. Keith Moore menguji dengan
membandingkan lintah air yang masih segar dengan embrio pada fase ini
dan beliau menemukan kesamaan diantara keduanya. Ketiga deskripsi
tersebut secara ajaib diberikan hanya oleh sebuah kata dalam ayat al-Quran
yaitu kata ‘alaqah.[14]
Mudhghah berasal dari kata madhagha yang berarti mengunyah. Pada fase
ini embrio disebut mudhghah karena bentuknya masih dalam kadar yang
kecil seukuran dengan sesuatu yang dikunyah.
Pengungkapan fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm
(daging) diibaratkan pakaian yang membungkus tulang, selaras dengan
kemajuan yang dicapai embriologi yang menyatakan bahwa sel-sel tulang
tercipta sebelum sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel
daging sebelum terlihat sel tulang[15].
xix
Fase ini mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang dianugerahkan kepada
manusia yang menjadikannya berbeda dengan makhluk-makhluk lain.
Sesuatu itu adalah ruh ciptaannya yang menjadikan manusia memiliki
potensi yang sangat besar sehingga dapat melanjutkan evolusinya hingga
mencapai kesempurnaan makhluk.
Terminologi Manusia
Di dalam al-Quran terdapat tiga istilah kunci (key term) yang meskipun
mengacu pada makna pokok manusia, tetapi memiliki makna signifikan
yang berbeda-beda. Ketiga istilah kunci itu adalah Basyar, Insan, dan al-Nas.
Agar terhindak dari kerancuan semantik, perlu difahami dalam konteks apa
manusia disebut basyar, dan dalam konteks apa manusia disebut insan, serta
dalam konteks apa pula manusia disebut al-nas.
Basyar.
Kata basyar disebut dalam al-Quran 35 kali dikaitkan dengan manusia dan
25 kali dihubungkan dengan nabi-rasul. Kata basyar pada keseluruhan ayat
tersebut memberikan referensi kepada manusia sebagai makhluk biologis.
Salah satunya pada surah Yusuf : 31
ش ًرا إِنْ َه َذا إِاَّل َملَ ٌك َك ِريم َ فَلَ َّما َرأَ ْينَهُ أَ ْكبَ ْرنَهُ َوقَطَّعْنَ أَ ْي ِديَ ُهنَّ َوقُ ْلنَ َح
َ َاش هَّلِل ِ َما َه َذا ب
(QS.Yusuf : 31)
Pada ayat lain juga manusia disebut dengan kata basyar dalam konteks
sebagai makhluk biologis yaitu pada ayat yang menceritakan jawaban
Maryam (perawan) kepada malaikat yang datang padanya membawa pesan
Tuhan bahwa ia akan dikaruniai seorang anak :
سنِي بَشَر َ قَالَتْ َر ِّب أَنَّى يَ ُكونُ لِي َولَ ٌد َولَ ْم يَ ْم
ْ س
xx
“Maryam berkata: Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak
padahal aku tidak pernah disentuh manusia (basyar) ” (QS.Ali Imran : 47)
Maryam berkata demikian sebab dia tahu bahwa yang dapat menyentuh
(hubungan seksual) itu hanya manusia dalam arti makhluk biologis, dan
anak adalah buah dari hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan .
Nalar Maryam tidak menerima, bagaimana mungkin dia akan punya anak
padahal dia tidak pernah berhubungan dengan laki-laki.
Beberapa ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa konsep basyar selalu
dihubungkan dengan sifat-sifat ketubuhan (biologis) manusia yang
mempunyai bentuk/ postur tubuh, mengalami pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, makan, minum, melakukan hubungan seksual,
bercinta, berjalan-jalan di pasar, dan lain-lain. Dengan kata lain, basyar
dipakai untuk menunjuk dimensi alamiah yang menjadi ciri pokok manusia
pada umumnya.
Al-Insan.
Kata al-insan disebut sebanyak 65 kali dalam al-Quran. Hampir semua ayat
yang menyebut manusia dengan kata insan, konteksnya selalu menampilkan
manusia sebagai makhluk istimewa, secara moral maupun spiritual.
Keistimewaan itu tidak dimiliki oleh makhluk lain. Jalaludin Rahmat
memberi penjabaran al-insan secara luas pada tiga kategori. Pertama, al-
insan dihubungkan dengan keistimewaan manusia sebagai khalifah dan
pemikul amanah. Kedua, al-insan dikaitkan dengan predisposisi negatif yang
inheren dan laten pada diri manusia. Ketiga, al-insan disebut dalam
xxi
hubungannya dengan proses penciptaan manusia. Kecuali kategori ketiga,
semua konteks al-insan menunjuk pada sifat-sifat psikologis atau spiritual.
(QS.al-A’raf : 172)
xxii
Tugas kekhalifahan dan amanah juga membawa konsekuensi bahwa al-insan
dibebani atau dihubungkan dengan konsep tanggung jawab[26] untuk
melakukan yang terbaik. Manusia diwasiatkan agar berbuat baik[27] karena
setiap amal perbuatannya dicatat dengan cermat dan mendapat balasan
setimpal[28]. Dan dalam rangka ini, manusia diingatkan dengan sejumlah
tantangan karena insanlah yang dimusuhi syetan[29] dan ditentukan
nasibnya di hari kiamat[30].
Sifat-sifat manusia pada pada kategori kedua ini bila dihubungkan dengan
sifat-sifat manusia pada kategori pertama, memberi kesimpulan bahwa
manusia adalah makhluk yang paradoksal, yang berjuang mengatasi konflik
dan kekuatan yang saling bertentangan ; tarik menarik antara mengikuti
fitrah (memikul amanah dan menjadi khalifah) dan mengikuti nafsu negatif
dan merusak. Kedua kekuatan itu digambarkan dalam asal usul kejadian
manusia yang dalam bahasa Yusuf Qardawi baina qabdhat al-tin wa nafkhat
al-ruh.
Al-Nas
(QS.al-Hujurat : 13)
xxiii
Menariknya dalam mengungkapkan manusia sebagai makhluk sosial, al-
Quran tidak pernah melakukan generalisasi, melainkan ditunjukkan dengan
dua model pengungkapan :
Pengertian Manusia
xxiv
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-
Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan
makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata
basyar, insan dan al-nas.
xxv
yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat
psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi
ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang
menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang
diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia
dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania.
Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia
adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah
makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan
hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain.
Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi
segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi manusia menurut beberapa ahli:
xxvi
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani
dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu
barang
ABINENO J. I
Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada
atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana"
UPANISAD
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan
prana atau badan fisik
SOKRATES
Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku
datar dan lebar
KEES BERTENS
Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya
tidak dinyatakan
I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta,
rasa dan karsa
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang
berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal,
dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan
dan lingkungan
ERBE SENTANU
xxvii
PAULA J. C & JANET W. K
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan
istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan
kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali
dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan
berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat
majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu
sama lain serta pertolongan.
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita,
anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua. Selain itu masih
banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik
(warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-
agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai
XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga
tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
xxviii
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang memiliki unsur dan daya materi,
tumbuh-tumbuhan, hewan, yang memiliki jiwa dengan ciri-ciri berfikir, berakal,
dan bertanggung jawab pada Allah SWT yang diciptakan dengan memiliki
akhlak, yang meneladani akhlak Allah SWT dalam kadar yang amat rendah
( yatakhallaqu bi akhlaqillah ). Manusia diciptakan Allah SWT dalam arti Majazi
bukan hakekat.
Salah satu kunci sukses dari perjuangan Nabi Muhammad SAW adalah terletak
pada kemuliaan dan keluhuran akhlaknya. Demikian tingginya akhlak SAW
sehingga SWT memujinya dalam al-Quran. Sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.´ (QS. al-Qalam, 68:4).
Sejarah Proses Penciptaan Manusia Dalam Al-Qur'an- Para ahli dari barat baru
menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan
baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang
diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi
xxix
salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore,
beliau mengatakan : “Saya takjub pada keakuratan ilmiah pernyataan Al Qur’an
yang diturunkan pada abad ke-7 M itu”. Dokter ahli kandungan nomor satu di
dunia menyebutkan, bahwa semua yang disebutkan di dalam Al-Qur'an dan
hadits-hadits Rasulullah SAW tentang proses penciptaan manusia adalah sesuai
dengan yang ditemukan pada ilmu pengetahuan modern.
Tahapan Pertama
” Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia daripada setitis air mani yang
bercampur yang Kami (hendak mengujinya dengan perintah dan larangan), kerana
itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat “
Menurut Ibn Jurair al-Tabari, asal perkataan nutfah ialah nutf artinya air yang
sedikit yang terdapat di dalam sesuatu bekas samada telaga, tabung dan
sebagainya. Sementara perkataan amsyaj berasal daripada perkataan masyj yang
bererti percampuran
Tahapan Kedua
Firman Allah :
xxx
Kebanyakan ahli tafsir menafsirkan alaqah dengan makna segumpal darah. Ini
mungkin dibuat berasaskan pandangan mata kasar. Alaqah sebenarnya suatu
benda yang amat seni yang diliputi oleh darah. Selain itu alaqah mempunyai
beberapa maksud :
Peringkat alaqah adalah peringkat pada minggu pertama hingga minggu ketiga di
dalam rahim.
Tahapan Ketiga
Firman Allah :
“lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging” (al-Mukminun : 14)
Diperingkat ini sudah berlaku pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan
anggota-anggota yang lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah
terbentuk.Vilus yang tertanam di dalam otot-otot ibu kini mempunyai saluran
darahnya sendiri. Jantung bayi pula mula berdengup. Untuk perkembangan
seterusnya, darah mula mengalir dengan lebih banyak lagi kesitu bagi
membekalkan oksigen dan pemakanan yang secukupnya. Menjelang tujuh minggu
sistem pernafasan bayi mula berfungsi sendiri.
Tahapan Keempat
IZAM DAN LAHM : Pada tahapan ini iaitu minggu kelima, keenam dan ketujuh
ialah tahapan pembentukan tulang yang mendahului pembentukan oto-otot.
Apabila tulang belulang telah dibentuk, otot-otot akan membungkus rangka
tersebut.
xxxi
Firman Allah:
“Lalu Kami mengubahkan pula mudghah itu menjadi izam da kemudiannya Kami
membalutkan Izam dengan daging” (al-Mukminun : 14)
Kemudian pada minggu ketujuh terbentuk pula satu sistem yang kompleks. Pada
tahap ini perut dan usus , seluruh saraf, otak dan tulang belakang mula terbentuk.
Serentak dengan itu sistem pernafasan dan saluran pernafasan dari mulut ke
hidung dan juga ke pau-paru mula kelihatan. Begitu juga dengan organ
pembiakan, kalenjar, hati, buah penggang, pundi air kencing dan lain-lain
terbentuk dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan juga mula tumbuh. Begitu
juga mata, telinga dan mulut semakin sempurna. Pada minggu kelapan semuanya
telah sempurna dan lengkap.
Tahapan Kelima
Tahapan Ke Enam
Kutip
xxxii
Al Baqarah 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Kutip
Gen 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut
gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka.
Gen 1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami
angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-
makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).
Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia
beriman dan taat kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat.
Ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan tsb.
xxxiii
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Manusia dalam agama islam diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang
memiliki unsur dan jiwa yang arif, bijaksana, berakal, bernafsu, dan
bertanggung jawab pada Allah SWT. Manusia memiliki jiwa yang bersifat
rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda
dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal,
nafsu, kalbu, dan sebagainya.
manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain, salah satu buktinya adalah
kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat
melawan hawa nafsu dan godaan syetan sedangkan kepatuhan malaikat
kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki
hawa nafsu . Oleh karena itu sebagai manusia (makhluk ciptaan Allah)
seharusnyalah kita senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih sayang-Nya,
karna salah satu kunci kesuksesan adalah bersyukur.
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami
angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas
makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol
( QS. Al Isra 70).
Fungsi utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini dan
perannya sebgai khalifah sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT
xxxiv
mencakup tiga poin yaitu belajar, mengajarkan ilmu, dan membudayakan
ilmu. Tenggung jawab manusia sebagai khalifah yang berarti wakil Allah
adalah mewujudkan kemakmuran di muka bumi, mengelola dan
memelihara bumi.
SARAN
xxxv
DAFTAR PUSTAKA
http://hidayah-ilayya.blogspot.com/2012/01/manusia-dalam-perspektif-islam-
dan.html
http://bunyaminblekok.blogspot.com/2013/02/makalah-manusia-dalam-
perspektif-islam.html
http://jafarmusaddad.blogspot.com/2013/02/makalah-manusia-dalam-perspektif-
al.html
http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.ht
ml
http://gilardwitama.blogspot.com/2012/01/pengertian-manusia-menurut-ajaran-
islam.html
xxxvi