Anda di halaman 1dari 17

15 KEWENANGAN DIBIDANG CUKAI, KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN

Kewenangan dibidang cukai :


❖ Pejabat bea dan cukai berwenang :
a. Mengambil tindakan yang diperlukan atas barang kena cukai dan/atau barang lainnya
yang terkait dengan barang kena cukai berupa penghentian, pemeriksaan,
penegahan, dan penyegelan untuk melaksanakan Undang-undang dibidang cukai.
b. Mengambil tindakan yang diperlukan berupa tidak melayani pemesanan pita cukai
atau tanda pelunasan cukai lainnya; dan
c. Menegah barang kena cukai, barang lainnya yang terkait dengan barang kena cukai,
dan/atau sarana pengangkut.
❖ Dalam melaksanakan kewenangan seperti tersebut di atas, pejabat bea dan cukai
dapat dilengkapi dengan senjata api yang jenis dan syarat-syarat penggunaannya
diatur dengan peraturan pemerintah.
❖ Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penindakan serta penegahan diatur dengan
atau berdasarkan peraturan pemerintah.
1. Dalam melaksanakan tugas berdasarkan Undang-undang
dibidang cukai ini pejabat Bea dan Cukai dapat meminta
bantuan Kepolisian Republik Indonesia, Tentara Nasional
Indonesia , dan/atau Instansi lainnya.

2. Atas permintaan bantuan seperti tersebut di atas,


Kepolisian Republik Indonesia , Tentara Nasional Indonesia,
dan/atau Instansi lainnya wajib untuk memenuhinya.
Kewenangan Pemeriksaan :
▪ Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan pemeriksaan terhadap :
a. Pabrik, tempat penyimpanan, atau tempat lain yang digunakan untuk
menyimpan barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang terkait dengan
barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya atau memperoleh
pembebasan cukai.
b. Bangunan atau tempat lain yang secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan bangunan atau tempat penyimpanan barang kena cukai
atau barang lainnya yang terkait dengan barang kena cukai yang belum
dilunasi cukainya.
c. Tempat usaha penyalur, tempat penjualan eceran, atau tempat lain yang
bukan rumah tinggal , yang di dalamnya terdapat barang kena cukai; dan
d. Barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang terkait dengan barang kena
cukai yang berada di tempat penyimpanan , atau tempat lain seperti di dalam
pabrik, atau bangunan atau tempat lain yang berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan pabrik , tempat usaha penyalur dan tempat penjualan eceran
atau tempat lain yang bukan rumah tinggal.
▪ Dalam melakukan pemeriksaan seperti yang tersebut di atas, pejabat bea
dan cukai berwenang mengambil contoh barang kena cukai.
▪ Dalam melakukan pemeriksaan seperti tersebut di atas , pejabat bea dan
cukai berwenang meminta catatan sediaan barang, dokumen cukai,
dan/atau dokumen pelengkap cukai , yang wajib diselenggarakan
berdasarkan undang-undang dibidang cukai ini.
▪ Setiap orang yang menyebabkan pejabat bea dan cukai tidak dapat
melaksanakan ketentuan pemeriksaan yang diuraikan di atas, dikenai sanksi
administrasi berupa denda paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000,00 (serratus juta rupiah).
▪ Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir bkc, penyalur,
pengusaha tempat penjualan eceran, pengguna bkc yang mendapatkan
fasilitas pembebasan cukai yang terhadapnya dilakukan pemeriksaan , wajib
menyediakan tenaga, peralatan, dan menyerahkan buku, catatan , dan/atau
dokumen yang wajib diselenggarakan berdasarkan UU dibidang cukai ini.
▪ Dalam hal pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan , importir
bkc, penyalur, pengusaha tempat penjualan eceran, pengguna bkc yang
mendapat fasilitas pembebasan cukai yang terhadapnya dilakukan
pemeriksaan, tidak berada di tempat atau berhalangan, kewajiban seperti
tersebut di atas beralih kepada yang mewakilinya.
▪ Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir bkc , penyalur,
pengusaha tempat penjualan eceran, pengguna bkc yang mendapatkan
fasilitas pembebasan cukai, yang terhadapnya dilakukan pemeriksaan, yang
tidak menyediakan tenaga, atau peralatan, atau tidak menyerahkan buku,
catatan, dan/atau dokumen pada waktu dilakukan pemeriksaan dikenai
sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp25.000.000,00 (dua puluh
lima juta rupiah dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah).
❖Pejabat bea dan cukai berwenang untuk menghentikan dan memeriksa
sarana pengangkut serta barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang
terkait dengan barang kena cukai yang berada di sarana pengangkut.
❖Pengangkut wajib menunjukkan dokumen cukai dan/atau dokumen
pelengkap cukai yang diwajibkan menurut undang-undang cukai ini.
❖Sarana pengangkut yang disegel oleh dinas pos atau penegak hukum lain,
dikecualikan dari pemeriksaan oleh pejabat bea dan cukai.
❖Setiap orang yang menyebabkan pejabat bea dan cukai tidak dapat
melaksanakan ketentuan pemeriksaan dan pengangkut yang tidak
mengindahkan ketentuan tentang dokumen dan pelengkap dokumen cuaki,
dikenai sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp 2.500.000,00 (dua
juta lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp25.000.000,00 ( dua puluh
limajuta rupiah).
• Pemeriksaan atas bangunan atau tempat lain harus dengan surat perintah dari Direktur
jenderal Bea dan Cukai.
• Surat perintah tersebut di atas tidak diperlukan untuk melakukan :
1. Pengejaran orang dan/atau BKC yang memasuki bangunan;
2. Pemeriksaan bangunan atau tempat lain oleh Pejabat Bea dan Cukai yang secara tetap
ditunjuk untuk melakukan pengawasan atas bangunan atau tempat lain.
• Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan audit cukai terhadap pengusaha pabrik,
pengusaha tempat penyimpanan , importir bkc, penyalur, dan pengguna bkc yang
mendapat fasilitas pembebasan cukai.
• Dalam melaksanakan audit cukai , pejabat bea dan cukai berwenang :
❖Meminta laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data
elektronik serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai;
❖Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis kepada pengusaha pabrik, pengusaha tempat
penyimpanan , importir bkc, penyalur, pengguna bkc yang mendapatkan fasilitas
pembebasan cukai dan/atau pihak lain yang terkait.
❖Memasuki bangunan atau ruangan tempat untuk menyimpan laporan
keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha,
termasuk sarana/media penyimpanan data elektronik, pita cukai atau tanda
pelunasan cukai lainnya, sediaan barang, dan/atau barang yang dapat
memberi petunjuk tentang keadaan kegiatan usaha dan/atau tempat lain
yang dianggap penting, serta melakukan pemeriksaan di tempat tersebut,
atau
❖Melakukan tindakan pengamanan yang dipandang perlu terhadap
bangunan atau ruangan sebagaimana tersebut di atas.
➢Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir bkc, penyalur, atau pengguna
bkc yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai, yang terhadapnya dilakukan audit cukai,
wajib memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis, menyediakan tenaga, peralatan, dan
menyerahkan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data
elektronik serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai.
➢Dalam hal pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir bkc, penyalur, atau
pengguna bkc yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai, yang terhadapnya dilakukan
audit cukai, tidak berada di tempat atau berhalangan, kewajiban memberi keterangan dst
seperti tersebut di atas beralih kepada yang mewakilinya.
➢Setiap orang yang menyebabkan pejabat bea dan cukai tidak dapat menjalankan
kewenangan audit cukai dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp75.000.000,00
(tujuh puluh lima juta rupiah).
➢Ketentuan lebih lanjut mengenai audit cukai diatur dengan atau berdasarkan peraturan
Menteri.
Kewenangan Khusus Direktur Jenderal
1. Direktur Jenderal karena jabatan atau atas permohonan dari orang yang
bersangkutan dapat :
a. Membetulkan surat tagihan atau surat keputusan keberatan, yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau
kekeliruan dalam penerapan ketentuan Undang-Undang Pabean ini. Atau
b. Mengurangi atau menghapus sanksi administrasi berupa denda dalam hal
sanksi tersebut dikenakan pada orang yang dikenai sanksi karena
kekhilafan atau bukan karena kesalahannya.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan permohonan
pembetulan, pengurangan, atau penghapusan sanksi seperti tersebut di atas
diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri.
KETENTUAN PIDANA
❖Setiap orang yang tanpa memiliki izin menjalankan kegiatan pabrik, tempat penyimpanan
atau mengimpor bkc dengan maksud mengelakkan pembayaran cukai dipidana dengan,
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana
denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai
yang seharusnya dibayar.
❖Pengusaha pabrik atau pengusaha tempat penyimpanan yang mengeluarkan bkc dari
pabrik atau tempat penyimpanan tanpa mengindahkan ketentuan, yaitu wajib
memberitahukan kepada Kepala Kantor dan dilindungi dengan dokumen cukai, dengan
maksud mengelakkan pembayaran cukai dipidana dengan pidana penjara paling singkat
1(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit 2 (dua) kali
nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
❖Setiap orang yang dengan sengaja memperlihatkan atau menyerahkan buku, catatan,
dan/atau dokumen sebagaimana tersebut di atas yang palsu atau dipalsukan, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah) dan paling
banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)
❖Setiap orang yang menawarkan, menyerahkan, menjual, atau menyediakan untuk dijual bkc
yang tidak dikemas untuk penjualan eceran atau tidak dilekati pita cukai atau tidak dibubuhi
tanda pelunasan cukai lainnya , dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai
cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
❖Setiap orang yang :
a. Membuat secara melawan hukum, meniru, atau memalsukan pita cukai atau tanda
pelunasan cukai lainnya;
b. Membeli, menyimpan, mempergunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan,
menyediakan untuk dijual, atau mengimpor pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya
yang palsu atau dipalsukan; atau
c. Mempergunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual, atau
mengimpor pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya yang sudah dipakai,
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 8 (delapan)
tahun dan pidana denda paling sedikit 10 (sepuluh) kali nilai cukai dfan paling banyak 20 (dua
puluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
▪ Setiap orang yang menimbun, menyimpan, menjual, menukar, memperoleh, atau
memberikan bkc yang diketahuinya atau patut harus diduganya berasal dari tindak pidana
berdasarkan undang-undang ini dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai
cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
▪ Setiap orang yang tanpa izin membuka, melepas atau merusak kunci, segel, atau tanda
pengaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 2
(dua) tahun 8 (delapan) bulan dan/atau pidana denda paling sedikit Rp75.000.000,00
(tujuh puluh lima juta rupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh raus lima puluh
juta rupiah).
▪ Setiap orang yang menawarkan, atau menyerahkan pita cukai atau tanda pelunasan cukai
lainnya kepada yang tidak berhak atau membeli, menerima, atau menggunakan pita cukai
atau tanda pelunasan cukai lainnya yang bukan haknya dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling
sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang
seharusnya dibayar.
▪ Setiap orang yang secara tidak sah mengakses sistim elektronik yang berkaitan dengan
pelayanan dan/atau pengawasan di bidang cukai dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).
▪ Perbuatan tersebut di atas yang mengakibatkan tidak terpenuhinya pungutan negara
berdasarkan undang-undang cukai dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah).
❖Dalam hal pidana denda tidak dibayar oleh yang bersangkutan, diambil dari kekayaan
dan/atau pendapatan yang bersangkutan sebagai gantinya.
❖Dalam hal penggantian seperti tersebut di atas tidak dapat dipenuhi, pidana denda
diganti dengan pidana kurungan paling lama enam bulan.
❖Tindak pidana dalam undang-undang cukai ini tidak dapat dituntut setelah lampau waktu
sepuluh tahun sejak terjadinya tindak pidana.
BKC yang tersangkut tindak pidana berdasarkan ketentuan dirampas negara
Barang-barang lain yang tersangkut tindak pidana , dapat dirampas untuk negara.
PENYIDIKAN :
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak
pidana dibidang cukai.
Penyidik tersebut di atas karena kewajibannya berwenang :
➢Menerima laporan atau keterangan dari seorang tentang adanya tindak pidana dibidang
cukai;
➢Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
➢Melakukan penangkapan dan penahanan terhadap orang yang disangka melakukan
tindak pidanan di bidang cukai;
➢Memotret dan/atau merekam melalui media audio visual terhadap orang, barang,
sarana pengangkut, atau apa saja yang dapat dijadikan bukti adanya tindak pidana di
bidang cukai;
➢Memeriksa catatan dan pembukuan yang diwajibkan menurut UU ini dan pembukuan
lainnya
➢Mengambil sidik jari orang;
➢menggeledah rumah tinggal, pakaian dan badan ;
➢menggeledah tempat atau sarana pengangkut dan memeriksa barang yang
terdapat di dalamnya apabila dicurigai adanya tindak pidana di bidang cukai;
➢menyita benda-benda yang diduga keras merupakan barang yang dapat
dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang cukai;
➢memberikan tanda pengaman dan mengamankan apa saja yang dapat dipakai
sebagai bukti sehubungan dengan tindak pidana di bidang cukai;
➢mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
➢menyuruh berhenti seorang tersangka pelaku tindak pidana di bidang cukai
serta memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
➢menghentikan penyidikan ;
➢melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang cukai menurut hukum yang bertanggung jawab;
❖Penyidik seperti tersebut di atas memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan
ketentuan yang diatur oleh Undang-undang nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana.
❖Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri, Jaksa
Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang cukai.
❖Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang cukai tersebut di atas, hanya
dilakukan setelah yang bersangkutan melunasi cukai yang tidak dan/atau
kurang dibayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar
empat kali nilai cukai yang tidak dan/atau kurang dibayar.

Anda mungkin juga menyukai