Anda di halaman 1dari 8

1.

Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan transpor ion, molekul, senyawa dari luar atau dalam
sel tanpa memerlukan energi. Zat-zat yang ditranspor bergerak dari daerah
berkonsentrasi tinggi hingga daerah berkonsentrasi rendah. Proses transpor pasif
ini dapat terjadi secara difusi dan osmosis.

a. Difusi
Difusi adalah gerakan acak partikel-partikel, atom, maupun molekul gas atau
cairan, dari daerah berkonsentrasi tinggi menuju daerah berkonsentrasi rendah
hingga mencapai kesetimbangan. Zat-zat tersebut akan berdifusi menurun
sesuai gradien konsentrasi. Perhatikan Gambar 1.27.

Gambar 1.27 Mekanisme difusi pada molekul

Transpor difusi terdiri dari dua cara yaitu difusi dipermudah dengan protein dan
difusi dipermudah dengan protein pembawa. Kita pahami penjelasannya sebagai
berikut.

Difusi dipermudah disebut juga difusi terfasilitasi. Pada proses difusi yang
terfasilitasi oleh protein, molekul-molekul seperti asam amino, gula, tidak dapat
melalui membran plasma. Akan tetapi, molekul tersebut melewati saluran yang
dibentuk oleh suatu protein membran yang disebut protein integral. Perhatikan
Gambar 1.28.a.

Sedangkan proses difusi zat dipermudah dengan protein pembawa mirip dengan
proses difusi dipermudah dengan protein. Letak perbedaannya, protein
membran membentuk saluran dan mengikat molekul yang ditranspor. Protein
ini dinamakan protein pembawa. Molekul yang ditranspor seperti glukosa dan
asam amino berdifusi dan menurun sesuai gradien konsentrasinya. Perhatikan
Gambar 1.28.b.

Gambar 1.28 Difusi zat (a) dipermudah dengan protein (b) terfasilitasi dengan
protein pembawa

Difusi berlangsung dipengaruh oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi zat,
ukuran zat, wujud zat, dan suhu.

Gradien konsentrasi yang berbeda di antara dua tempat yakni luar sel dan dalam
sel meng akibatkan proses difusi berlangsung dengan cepat. Proses difusi akan
berjalan dengan lambat, apabila ukuran zat lebih besar. Termasuk juga wujud
zat padat yang akan melambatkan terjadinya proses difusi dibandingkan wujud
cair dan gas. Sementara itu, suhu yang tinggi akan membuat proses difusi
berjalan lebih cepat.

b. Osmosis
Selain berlangsung secara difusi, molekul zat dapat pula bergerak secara
osmosis. Osmosis adalah perpindahan zat pelarut melalui membran selektif
permeabel dari konsentrasi zat pelarut tinggi menuju konsentrasi zat pelarut
rendah. Zat pelarut ini dapat keluar masuk melewati membran secara bebas.
Hanya saja zat terkecil merupakan zat yang sudah terseleksi.

Suatu larutan yang memiliki zat pelarut berkonsentrasi tinggi akan memiliki zat
terlarut berkonsentrasi rendah. Keadaan ini disebut hipotonik (hipo artinya
kurang). Sebaliknya, larutan yang memiliki zat pelarut dengan konsentrasi
rendah akan mempunyai zat terlarut berkonsentrasi tinggi. Kondisi yang
demikian disebut hipertonik (hiper berarti lebih).

Zat pelarut dan zat terlarut dapat pula berkonsentrasi sama. Keadaan demikian
dinamakan isotonik (iso berarti sama). Salah satu penyebab zat dapat bergerak
secara osmosis adalah adanya perbedaan konsentrasi zat total. Akibat keadaan
ini, molekul air yang berada pada larutan hipotonik dapat berpindah menuju
larutan hipertonik. Namun, keadaan ini juga bisa berlangsung sebaliknya.

Meskipun zat terlarut banyak terkandung pada larutan hipotonik, proses


transpor zat akan tetap terjadi secara osmosis. Sementara itu, andaikan dua
larutan bersifat isotonik, molekul air akan berpindah melalui membran dengan
kelajuan sama. Akibatnya, selisih osmosis tidak terjadi pada dua larutan.
Perhatikan Gambar 1.29.

Gambar 1.29 Osmosis dan larutan

Proses osmosis pada sel hewan terjadi saat kondisi sel dengan lingkungannya
ingin dipertahankan. Cara yang dilakukan adalah dengan mempertahankan
konsentrasi zat dalam sel dengan konsentrasi zat luar sel agar selalu sama.
Apabila konsentrasi larutan sel lebih rendah dibandingkan konsentrasi
lingkungan luarnya, air dalam sel akan keluar secara osmosis. Peristiwa ini
dinamakan penyusutan sel atau krenasi, yang dapat menyebabkan sel tidak
hidup alias mati.
Advertisement

Sebaliknya, bila konsentrasi larutan pada sel lebih tinggi dibandingkan


lingkungan luarnya, air di luar sel akan masuk secara osmosis ke dalam sel.
Kejadian ini akan mengkibatkan sel pecah atau terjadi hemolisis. Lihat Gambar
1.30.
Gambar 1. 30 Keseimbangan air dalam sel hidup

Keadaan hemolisis juga dapat terjadi pada sel tumbuhan. Sel tumbuhan yang
berada pada kondisi hipotonik, misalnya air, bisa mengalami pembengkakan.
Kondisi yang dialami sel tumbuhan ini disebut kondisi turgid atau tekanan
turgor. Sebaliknya, sel tumbuhan dapat pula mengalami kondisi hipertonik.
Kondisi yang demikian akan mengakibatkan cairan protoplasma di dalam sel
menyusut melewati dinding sel. Peristiwa seperti ini dinamakan plasmolisis.

Beberapa organisme yang hidup di laut, seperti porifera, ubur-ubur, dan


protozoa serta ikan laut, juga melakukan proses osmosis. Proses ini akan
dilakukan apabila selnya mengalami kondisi isotonis. Jumlah garam dalam sel
akan diseimbangkan dengan air laut di sekeliling oleh organisme tersebut. Oleh
karena itu, tidak salah bila oleh sebagian besar masyarakat, pengawetan
beberapa bahan makanan seperti manisan dan ikan asin dilakukan dengan
menerapkan proses difusi dan osmosis.

2. Transpor Aktif
Pada saat tertentu, sel hidup mampu menyerap beberapa zat mes kipun
konsentrasi zat di dalam selnya lebih tinggi diban dingkan lingkungan di sekitar
sel. Artinya, sel menyerap zat berlawanan dengan gradien konsentrasi.
Sehingga, proses tersebut membutuhkan energi. Proses transpornya dinamakan
transpor aktif.

Transpor aktif terkait dengan sejumlah proses yang terjadi di dalam makhluk
hidup. Zat-zat yang diserap melalui transpor aktif, misalnya garam mineral yang
diserap akar, kemudian juga glukosa dan asam amino yang diserap usus kecil
pada manusia.
Salah satu contoh proses transpor aktif adalah pompa natriumkalium. Proses ini
terjadi bila konsentrasi ion kalium (K+) di dalam sel lebih tinggi dibandingkan
sekelilingnya, sedangkan ion natrium (Na+)- nya jauh lebih rendah. Karena itu,
membran plasma akan memompakan ion natrium keluar sel dan kalium ke
dalam sel, sehingga diperoleh kesetimbangan. Perhatikan Gambar 1.31.

Gambar 1.31 Transpor aktif dan difusi

Selain pompa natrium-kalium, proses transpor aktif dapat pula melibatkan


proses transpor makromolekul. Proses ini terjadi bila molekul besar melewati
membran plasma secara eksositosis dan endositosis.

Eksositosis merupakan proses pengeluaran zat dari dalam sel atau organel sel.
Misalnya saja, pengeluaran zat saat pembentukan dinding sel, sekresi hormon
pada sel hewan, dan penge luaran sisa-sisa pencernaan makanan. Proses
eksositosis ini dapat dilakukan dengan cara pembentukan vesikel (kantong
pelapis zat). Vesikel ini akan bergerak menuju membran plasma dan selanjutnya
berdifusi ke luar sel. Perhatikan Gambar 1.32.
Gambar 1.32 Pompa natrium-kalium

Sementara itu, endositosis terjadi saat berbagai zat kecil dan makromolekul
masuk ke dalam sel melalui membran. Endositosis pada sel dapat terjadi secara
fagositosis dan pinosi tosis. Fagositosis merupakan proses masuknya molekul
padat ke dalam sel, sedangkan bahan cair masuk ke dalam sel secara pinositosis.
Sebagai contoh peristiwa fagositosis adalah proses memakan bakteri atau benda
mikroskopis lainnya oleh Amoeba, kemudian proses memakan kuman oleh sel-
sel darah putih.
Gambar 1.33 Endositosis pada sel: (a) pinositosis dan (b) fagositosis

Gambar 1.34 Eksositosis pada sel

Selain cara tersebut, endositosis terjadi secara endosito sis yang dibantu
reseptor. Prosesnya sama dengan kedua jenis endo sitosis di atas. Bedanya, zat
yang akan masuk ke dalam sel ditangkap terlebih dahulu oleh reseptor.
Sumber: BSE Biologi SMA XI, Siti Nur Rochmah, dkk, Pusat Perbukuan
Depdiknas, 2009

Anda mungkin juga menyukai