Anda di halaman 1dari 16

1. Fisiologi kehidupan intrauterine dan ekstrauterine?

a. Kehidupan intrauterine
b. Kehidupan ekstrauterine
1.) Penutupan foramen ovale

Hilangnya suplai darah melalui plasenta menyebabkan peningkatan


tekanan sistemik dan resistensi Pembuluh darah paru menurun drastis
akibat pengembangan paru lalu menyebabkan penurunan rekana arteri
pulmonal. Tekanan atrium kanan yang lebih rendah dan atrium kiri
yang lebih tinggimenyebabkan aliran darah dari atrium kiri ke atrium
kanan melalui foramen ovale. Setelah itu katup kecil di samping kiri
septum intraatrial menutup dan akan menghambat aliran balik lebih
lanjut melalui foramen ovale

2.) Penutupan duktus arteriosus

Peningkatan resistensi sistemik menyebabkan peningkatan tekanan


aorta sementara penurunan resistensi pulmoner menyebabkan
penurunan tekanan arteri pulmonalis dan terjadi aliran balik dari aorta
ke arteri pulmonalis melalui duktus arteriosus, lalu 1-8 hari terjadi
kontraksi hebat pada dinding muskulus duktus arteriosus (functional
Closure). 1-4 bulan tertutup secara anatomis karena pertumbuhan
jaringan ikat dalam lumen

3.) Penutupan duktus venosus

Saat fetus sistem porta berhubungan dengan vena umbilicalis,


melewati ductus venosus menuju vena cava inferior, tanpa melewati
liver. Segera setelah kelahiran aliran darah umbilicalis berhenti, tetapi
aliran sistem porta masih melalui ductus venosus, tetapi sebagian
kecil sudah melalui liver. Selama 1-3 jam otot ductus venosus
kontraksi hebat , menghambat aliran darah yang melewatinya.
Tekanan vena porta meningkat dari 0 menjadi 6-10 mmHg, memaksa
aliran porta masuk ke sinus pada liver

D. Langkah IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan


sementara mengenai permasalahan pada langkah III

Anamnesis

RIWAYAT KEHAMILAN ANC

Riwayat penyakit ibu

PERSALINAN

NEONATUS

APGAR Pemeriksaan Pemeriksaan


Score fisik penunjang
Penatalaksanaan

NORMAL
Prognosis

KEADAAN BAYI
BARU LAHIR Resusitasi
Penatalaksanaan
TIDAK
NORMAL VTP
Prognosis

1. Fisiologi fetus
Hasil konsepsi terpendam dalam endometrium uterus, mendapat makanan dari
darah ibu, selama 10 minggu organ-organ terbentuk. Embrio terbungkus
dalam dua membran, sebelah dalam amnion dan sebelah luar korion. Selama
perkembangan 8 minggu pertama, terbentuk plasenta sehingga fetusakan
terikat oleh tali pusat. Permulaan periode embrional sebagai mulainya minggu
ke-3 setelah ovulasi. Akhir periode embrional dan mulainya periode janin
ditetapkan oleh sebagian ahli embriologi, terjadi 8 minggu setelah fertilisasi,
atau 10 minggu setelah mulainya periode menstruasi terakhir.

Pada akhir minggu ke-8 ini, tubuh bayi mulai terbentuk, dan kini disebut fetus
(berasal dari bahasa latin yang berarti keturunan) atau janin. Pada usia ini,
fetus berukuran kira-kira 3,5 cm dan terus tumbuh cepat hingga minggu ke-
20, baru kemudian laju pertumbuhannya melambat. Kepalanya tampak besar
jika dibandingkan dengan tubuhnya tapi wajahnya mulai terbentuk. Matanya
lebih besar dan kini terletak di bagian depan muka untuk mempersiapkan
kemampuan melihatnya. Pembuluh air mata juga telah terbentuk pada minggu
ke-8 dan telinganya yang terletak di leher. Perlahan-lahan jari-jari tangan dan
kaki tampak jelas meskipun masih diliputi selaput tipis. Walaupun jenis
kelamin bayi telah ditentukan sejak konsepsi, namun belum dapat diketahui
hingga minggu ke-9 setelah alat kelaminnya muncul.

Pada minggu ke-12 fetus sudah terbentuk sempurna, kini panjangnya sekitar
8,5 cm. Kantong amniotik berisi 100 ml cairan amniotik. Kepala fetus kini
tampak membulat, leher dan wajahnya telah terbentuk, dan telinganya sudah
berada di tempat yang tepat. Bila dahi fetus disentuh, maka kepalanya akan
berpaling dan keningnya berkerut. Fetus telah mampu menelan dan
menggerakkan bibir atasnya. Kini bagian luar alat kelamin fetus sudah cukup
berkembang sehingga sudah bisa dilihat dan ditetapkan jenis kelaminnya.
Pertumbuhan tangan janin pada minggu ke-12 yang mula-mula berupa kuncup
di ujung lengan di akhir minggu ke-4.Pada minggu ke-6 tampak seperti
dayung beralur-alur yang kelak akan berbentuk jari, lalu jaringan alur-alur tadi
memecah dan membentuk jari-jari hingga pada minggu ke-7 jari-jari telah
terbentuk Ujungnya tampak bengkak, karena pembentukan lapisan peraba.
Kuku jari berbentuk, mulai minggu ke-10; mula-mula dilapisi selaput kulit
tipis. Pada minggu ke-12 jari-jari janin telah berbentuk seluruhnyatapi
kukunya belum sempurna hingga usia janin mencapai minggu ke-32.

Pada usia 16 minggu panjang janin sekitar 14 cm, beratnya sekitar 130g,
tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu halus yang disebut lanugo (latin : lana, wol).
Fungsi lanugo belum diketahui. Mula-mula lanugo tumbuh pada alis mata dan
bibir bagian atas tapi pada minggu ke 20 mulai menutupi seluruh tubuh. Pada
minggu ke 16, vernix caseosa, sal licin berwarna putih mulai terbentuk. Dapat
terlihat jelas di wajah dan kulit kepala pada minggu ke 18. Awal mulanya
muncul di punggung, rambut dan lipatan sendi, namun kemudian menutupi
seluruh tubuh. Lapisan luar yang terbentuk pada bagian kulit tapak kaki dan
jari-jarinya, juga tangan dan jari-jarinya memiliki pola khusus pada setiap
manusia. Pada minggu ke 28, panjang fetus menjadi kira-kira 1,1 kg. Antara
minggu ke 26 dan 29, kelopak matanya sudah tumbuh, sementara rambut di
kepalanya sudah panjang, lanugo mulai menghilang dan warna kulitnya
berubah dari merah menjadi warna kulit manusia umumnya. Pada minggu ke
28, testis bayi lelaki yang mulanya di perut mulai turun ke bawah, dan
mencapai scrotum pada minggu ke 32.

2. Menejemen yang dilakukan pada bayi baru lahir normal dan yang
abnormal

Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:

a. Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam:

• Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir, dan
diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama.
• Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan
dengan ibunya atau di ruangan khusus.

• Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.

b. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:

• Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di


puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes dan/atau melalui kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan.

• Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu


atau keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan.

Asuhan bayi baru lahir meliputi:


• Pencegahan infeksi
• Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
• Pemotongan dan perawatan tali pusat
• Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
• Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak
kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dantubuh bayi.

Menurut IDAI, manajemen penatalaksanaan bayi baru lahir meliputi:


a. Jaga bayi tetap hangat.
b. Isap lendir dari mulut dan hidung (bila perlu).
c. Keringkan
d. Pemantauan tanda bahaya : bayi tidak mau menyusu atau muntah, kejang,
lemah, sesak nafas, rewel, pusar kemerahan, demam, suhu tubuh dingin,
mata bernanah, diare, bayi kuning.
e. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2
menit setelah lahir.
f. Lakukan inisiasi menyusu dini
Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan):
 Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin
 Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa
menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.
 Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada
ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi
puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
 Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi
sendiri mencari puting susu ibu.
 Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi
sebelum menyusu.
 Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama satu
jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di
dada ibu sampai satu jam
 Jika bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam satu jam
posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan
kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit atau 1 jam
berikutnya.
g. Beri suntikan vitamin K1 (phytomenadoine) 1 mg intramuscular, di paha
kiri anterolateral setelah inisiasi menyusu dini.
h. Beri salep mata antibiotik pada kedua mata. Pencegahan infeksi mata
dianjurkan menggunakan salep mata antibiotic tetrasiklin 1%.
i. Pemeriksaan fisik.
j. Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuscular, di paha kanan
anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1. Imunisasi
hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi.

Vaksin yang diberikan pada bayi baru lahir:


 Vaksin hepatitis B: paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1. Bayi lahir dari ibu
dengan HBsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B dan
immunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda.
Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B
monovalent atau vaksin kombinasi.
 Vaksin Polio: pada saat lahir atau pada saat bayi dipulangkan harus
diberi vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya untuk polio-1, polio-2,
polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun
sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
3. ANC dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi

Ante Natal Care


1) KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
a) Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum
tidur serta melakukan olah raga ringan.
c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama
suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan
calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan,
persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama
kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda
maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.
Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari
pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
e) Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang
cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses
tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil
disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah
anemia pada kehamilannya.
f) Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular
(misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular
(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan
janinnya.
g) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu
(risiko tinggi).
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko
penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu
hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV
dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif
maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya,
menyusui dan seterusnya.
h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya
segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh
yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai
bayi berusia 6 bulan.
i) KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j) Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan
nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode
kehamilan.
Faktor lingkungan prenatal berpengaruh sejak konsepsi sampai lahir,
diantaranya

a. Gizi ibu pada waktu hamil


Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu
sedang hamil, lebih sering mengakibatkan abortus, BBLR, hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi lahir mudah
terkena infeksi, lahir mati, dan jarang menyebabkan cacat bawaan.

b. Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin
pada uterus dapat mengakibatkan antara lain talipes, dislokasi panggul,
tortikois kongenital, palsi fasialis.

c. Toksin/zat kimia
Masa organogenesis (2-8 minggu pertama kehamilan) adalah masa yang
sangat peka terhadap zat-zat teratogen, misal obat-obatan seperti
thalidomide, phenytoin, methadion dan obat-obat antikanker, yang dapat
menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula dengan ibu hamil
perokok berat atau peminum alcohol kronis sering melahirkan bayi
BBLR, lahir mati, cacat, atau retardasi mental. Pada ibu yang peminum
alcohol dapat melahirkan bayi dengan gejala-gejala FAS (Fetal Alcohol
Syndrome), yang ditandai dengan BBLR, kelianan neurologis dan
perkembangan lambat serta dismorfik fasial.

Kercunan logam berat pada ibu hamil, misal karena makan ikan atau
hasil laut lain yang terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan
mikrosefali dan palsi serebral, seperti di Jepang yang dikenal dengan
penyakit Minamata.

d. Endokrin
Sistem endokrin mempengaruhi setiap aspek dari kehamilan, termasuk
implantasi, plasentasi, adaptasi maternal, pertumbuhan embrio,
pertumbuhan janin dan diferensiasi sel, proses persalinan, serta transisi
janin ke kehidupan di luar kandungan. Hormon-hormon tersebut berasal
dari ibu, plasenta maupun janin itu sendiri.

e. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat
bawaan lainnya Sedangkan efek radiasi pada laki-laki dewasa, dapat
mengakibatkan abnormalitas pada spermatozoa dan dapat menebabkan
cacat bawaan pada anaknya.

f. Infeksi
Infeksi intrauteri yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah
TORCH. Infeksi lainnya juga dapat menyebabkan penyakit atau
kelainan pada janin adalah varisela, coxsackie Echovirus, malaria,
sifilis, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikroplasma, virus
influenza dan virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil
dapat merusak janin.

g. Stres
Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat memengaruhi tumbuh
kembang janinm antara lain kejiwaan, bayi BBLR.

h. Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops
fetalis, kern icterus atau lahir mati.
i. Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali
pusat, menyebabkan bayi BBLR.

4. Cara pemeriksaan pada bayi baru lahir

Pemeriksaan fisik yang dilakukan Keadaan normal


Lihat postur, tonus dan aktivitas • Posisi tungkai dan lengan fleksi.
• Bayi sehat akan bergerak aktif.
Lihat kulit • Wajah, bibir dan selaput lendir, dada
harus berwarna merah muda, tanpa
adanya kemerahan atau bisul.
Hitung pernapasan dan lihat tarikan • Frekuensi napas normal 40-60 kali per
dinding dada bawah ketika bayi sedang menit.
tidak menangis. • Tidak ada tarikan dinding dada bawah
yang dalam
Hitung denyut jantung dengan • Frekwensi denyut jantung normal 120-
meletakkan stetoskop di dada kiri 160 kali per menit.
setinggi apeks kordis.
Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan  Suhu normal adalah 36,5 -37,5º C
thermometer
Lihat dan raba bagian kepala • Bentuk kepala terkadang asimetris
karena penyesuaian pada saat proses
persalinan, umumnya hilang dalam 48
jam.
• Ubun-ubun besar rata atau tidak
membonjol, dapat sedikit membonjol
saat bayi menangis.
Lihat mata • Tidak ada kotoran/secret
Lihat bagian dalam mulut: • Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak
• Masukkan satu jari yang menggunakan ada bagian yang terbelah.
sarung tangan ke dalam mulut, raba • Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan
langitlangit. mengisap kuat jari pemeriksa.
Lihat dan raba perut. • Perut bayi datar, teraba lemas.
Lihat tali pusat • Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
nanah, bau yang tidak enak pada tali
pusat.atau kemerahan sekitar tali pusat
Lihat punggung dan raba tulang belakang • Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang
dan benjolan pada tulang belakang
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah • Tidak terdapat sindaktili, polidaktili,
siemenline, dan kelainan kaki (pes
equino varus dan vagus).
Lihat lubang anus • Terlihat lubang anus dan periksa apakah
• Hindari memasukkan alat atau jari mekonium sudah keluar.
dalam memeriksa anus • Biasanya mekonium keluar dalam 24
• Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah jam setelah lahir.
buang air besar
Lihat dan raba alat kelamin luar • Bayi perempuan kadang terlihat cairan
• Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah vagina berwarna putih atau kemerahan.
buang air kecil • Bayi laki-laki terdapat lubang uretra
pada ujung penis. Teraba testis di
skrotum.
• Pastikan bayi sudah buang air kecil
dalam 24 jam setelah lahir.
• Yakinkan tidak ada kelainan alat
kelamin, misalnya hipospadia,
rudimenter, kelamin ganda.
Timbang bayi • Berat lahir 2,5-4 kg.
• Timbang bayi dengan menggunakan • Dalam minggu pertama, berat bayi
selimut, hasil penimbangan dikurangi mungkin turun dahulu (tidak melebihi
berat selimut 10% dalam waktu 3-7 hari) baru
kemudian naik kembali.
Mengukur panjang dan lingkar • Panjang lahir normal 48-52 cm.
kepala bayi • Lingkar kepala normal 33-37 cm.

Anda mungkin juga menyukai