Anda di halaman 1dari 1

Satya Mahardhika (17)

Kelebihan:
Terdapat penekanan kata “kami” pada puisi ini. Ini menandakan betapa pentingnya peran
“kami”, betapa sakralnya tokoh “kami”. Berulang-ulang pula Chairil Anwar menekankan
ingin dikenang, hal ini mencerminkan betapa para pejuang dalam semayamnya ingin
berteriak dan mengingatkan kita sebagai penerus perjuangan mereka bahwa betapa
perjuangan belum usai, masih harus diteruskan, masih harus dipertahankan. Betapa tak gentar
mereka memperjuangkan bangsa Indonesia, rela mati muda untuk mempertahankan
Indonesia.

Kekurangan:
Menurut saya, puisi tersebut terlalu banyak menggunakan bahasa kiasan (majas) dan citraan
sehingga beberapa bait puisi tersebut sulit untuk dimengerti apa arti dari majas dan citraan
tersebut.
Beberapa majas yang sulit dimengerti di dalam puisi tersebut :
1. “Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenanga dan harapan atau
tidak untuk apa-apa”.
2. Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak”.
Beberapa citraan yang sulit dimengerti :
1. “Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak”.
2. “Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi”.
3. “Kami sudah coba apa yang kami bisa”

Anda mungkin juga menyukai