Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan undang-undang RI No.36 tahun 2009 disebutkan kesehatan

merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

tahun 1945. Menyatakan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya penyembuhan penyakit,

kemudian secara berangsur-angsur berkembang kearah keterpaduan upaya

kesehatan untuk seluruh masyarakat secara luas yang mencakup upaya

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

bersifat menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Kemenkes RI, 2009).

Karies gigi menyerang semua orang, semua umur, baik laki-laki maupun

perempuan, semua suku, ras dan pada semua tingkatan status sosial ekonomi

(Utami, S., 2013).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan angka

kejadian karies gigi pada anak mengalami perlonjakan 60-90% sedangkan

menurut data dari PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) menyebutkan

bahwa sedikitnya 89% penderita karies adalah anak-anak. (Suryawati, S, dkk.

2009).

1
2

Kerusakan gigi seperti karies (gigi berlubang) anak Indonesia, terutama

anak balita sangat memprihatinkan. Hampir 9 dari 10 anak menderita karies

dengan 7 dari 20 gigi yang rusak. Perawatan gigi rusak pada anak termasuk

sulit, memerlukan waktu dan dana yang tidak sedikit. Oleh sebab itu,

pencegahan terhadap karies atau kerusakan gigi yang lain jauh lebih baik

daripada merawat kerusakan gigi (Anggara, 2006 cit Ambarwati, S 2010).

Di pulau Kalimantan untuk rata-rata indeks DMF-T kasus karies gigi

tertinggi terjadi di Kalimantan Selatan yakni dengan rata-rata 7,2.Di

Kalimantan Tengah dengan rata-rata 5,0 dan di Kalimantan Timur dengan

rata-rata 4,7.Sedangkan di Kalimantan Barat dengan rata-rata 3,2

(Riskesdas,2013).

Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

menunjukkan adanya peningkatan prevalensi karies gigi yang cukup besar

pada masyarakat di 14 provinsi di Indonesia, termasuk Provinsi Kalimantan

Selatan baik pada kelompok umur anak-anak, remaja, dewasa maupun

manula (Kemenkes, 2013).


3

Hasil penelitian lain mengatakan bahwa presentase terbesar anak dengan

karies molar pertama permanen terdapat pada anak usia 9, 10, dan 11 dengan

kategori status gizi gemuk presentase masing-masing 100%, 83,3%, dan 75%

(Manoy,N.T, Kawengian, S,E,S, Mintjelungan,C., 2015). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kualitas hidup berada dalam kategori baik sebesar

58,2% dan kedalaman karies superfisial serta jumlah karies rata-rata tiga. Uji

Spearman’s dengan R= -0,519 dan P = 0,000, berarti ada hubungan

kedalaman karies dengan kualitas hidup dengan arah korelasi negatif. Nilai

dari jumlah karies pada tabel di atas diperoleh nilai R = -0,127 dan P = 0,185,

berarti tidak ada korelasi atau hubungan antara jumlah karies dengan kualitas

hidup (, A,N, 2016).

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan usaha kesehatan gigi sekolah

(UKGS) Puskesmas Lampihong tahun 2019 ,penyakit karies gigi anak

sekolah dasar sebesar 156 anak dari 238 anak yang diperiksa.

Perawatan gigi yang rusak pada anak termasuk sulit,memerlukan waktu

dan dana yang tidak sedikit.Oleh sebab itu,pencegahan terhadap karies atau

kerusakan gigi yang lain,jauh lebih baik daripada merawat kerusakan gigi

(Anggara,2006 Ambarwati,S 2010).


4

Hasil penelitian Suryawati, dkk juga menyebutkan bahwa 76,8% ibu anak

balita memiliki peran yang kurang terhadap kesehatan gigi dan mulut

anaknya dan 71,33% ibu tidak pernah memeriksakan gigi anaknya ke dokter

gigi karena mereka beranggapan bahwa gigi susu hanya sementara dan akan

diganti dengan gigi permanen sehingga ibu menganggap kerusakan gigi susu

bukan suatu masalah (Suryawati, S, dkk. 2009).

Dari uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang

Gambaran Karies Gigi Permanen Pada Murid-Murid Sekolah Dasar Di

Wilayah Kerja Puskesmas Lampihong Kabupaten Balangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah

“Bagaimanakah gambaran karies gigi permanen pada murid-murid sekolah

dasar di wilayah kerja Puskesmas Lampihong kabupaten Balangan?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui gambaran karies gigi permanen pada

murid-murid sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Lampihong

Kabupaten Balangan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan tentang karies gigi permanen


5

b. Sebagai bahan masukan atau referensi dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah yang sejenis, terutama bagi mahasiswa jurusan kesehatan gigi

sehingga dapat dijadikan studi perbandingan atau referensi bagi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan diketahuinya gambaran karies gigi permanen pada murid-murid

sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Lampihong Kabupaten

Balangan tersebut, dapat menjadi referensi, dasar pertimbangan dan

masukan untuk dapat membuat perencanaan dalam mencegah dan

menangani permasalahan yang berhubungan dengan karies gigi di

wilayah kerja Puskesmas Lampihong, atau oleh puskesmas– puskesmas

lainnya.

b. Hasil penelitian juga diharapkan dapat bermanfaat secara luas bagi

semua pihak, sebagai bahan masukan dalam melaksanakan program-

program pencegahan maupun penanganan karies gigi pada pasien usia

sekolah, baik pihak orang tua, sekolah, maupun puskemas setempat.

Anda mungkin juga menyukai