Anda di halaman 1dari 15

Bandung,

Perihal : CURHAT SEORANG ANAK BANGSA


TENTANG KONDISI MANUSIA INDONESIA
YANG SEKITAR 85% BERAGAMA ISLAM.

Kepada yth:.
Bapak Presiden Republik Indonesia
di
Jakarta.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bapak Presiden, dengan rasa hormat melalui surat ini saya bermaksud
menyampaikan pendapat/pandangan sehubungan dengan masalah tersebut
pada perihal di atas.

Identitas saya tercantum dalam fotokopi KTP yang saya lampirkan disini.
Agama saya Islam dan umur 75 tahun lebih. Dibaca secara matematik, usia
saya sudah termasuk dalam nominasi dipanggil “pulang”.

Bapak Presiden, membaca kondisi di lapangan sebelum berita corona


mewarnai televisi, berita korupsi dan perbuatan durhaka lainnya, kasus-kasus
tindak pidana dalam berbagai versi, setiap hari tidak pernah sepi dari televisi.
Dikaitkan dengan penduduk Indonesia sekitar 85% memeluk agama Islam,
maka adalah asumsi yang rasional bila saya memperoleh kesan bahwa
mayoritas pelakunya beragama Islam. Pada perihal di atas saya
menggariskan SANGAT memprihatinkan karena dalam asas-asas agama
Islam, tidak ada kamus yang membenarkan perbuatan tersebut. Muara ajaran
Islam adalah sebelum meninggal dunia, di dalam menjalani hidupnya harus
dilandasi motivasi setelah meninggal dunia, MASUK surga. Oleh karena itu,
umat Islam yang melakukan perbuatan durhaka, disebabkan jalan pikiran
mereka dibawa hanyut oleh setan. Bapak Presiden, mengingat kondisi umat
Islam yang terbawa hanyut demikian, populasinya tidak sedikit, maka
sebelum saya dipanggil “pulang”, perkenan saya mengurai pandangan saya
melalui surat ini, sebagai pertanggungjawaban saya dalam amar ma'ruf nahi

1
munkar dan walau saya hanya tahu satu ayat mempunyai kewajiban
menyampaikan.

Bapak Presiden, membaca proses penanganan masalah korupsi sejak orde


lama hingga saat ini, dilihat dari sisi empiris, sungguh pun tidak ada data
faktual, dilihat dari berita yang mengangkat masalah korupsi, menunjukkan
penegak hukum negara belum berhasil menemukan rumus/hukum yang
mampu meminimalisir perbuatan korupsi. Alasannya jelas, bila berita korupsi
dari tahun berganti tahun di buat grafik garis, garis tersebut dari tahun ke
tahun terus meninggi. Dengan membaca grafik garis yang arahnya demikian,
atau minimal menunjukkan status quo, berarti kebijakan negara dalam dalam
memerangi korupsi apakah dapat dikatakan berhasil? Demikian halnya kasus-
kasus pidana yang terjadi di masyarakat, bila didasarkan pada berita yang
disampaikan televisi, di mana frekuensi beritanya ibarat hujan tak kunjung
reda, apalagi bila melihat fakta riilnya di lapangan kasus-kasus pidana yang
terjadi setiap hari di seluruh wilayah Indonesia, mungkin jumlahnya ribuan
kasus, itu pelakunya sebagaimana saya katakan di atas mayoritas dari
mereka beragama Islam. Sungguh suatu potret yang antagonis dengan
perilaku yang dicerminkan oleh Nabi Muhammad SAW. (Menyangkut
pembunuhan, menurut hukum Alloh yang pernah saya dengar, membunuh
seorang Muslim standar ancaman hukumannya sangat berat).

Bagaimana prediksi kondisi ke depan?.

Pertanyaan saya tersebut perlu memperoleh jawaban. Jawaban Bapak


Presiden tentu sependapat, semua perbuatan yang tergolong durhaka yang
dilakukan oleh anak bangsa ini, pelakunya harus disadarkan. Sehubungan
dengan tulisan saya ini, saya ingin menyampaikan gambaran bagaimana
menyadarkan mereka yang tergolong seagama dengan saya (saling
mengingatkan sesama muslim untuk tujuan mawadah dan warohmah, adalah
sunah).

Bapak Presiden, sehubungan dengan perbuatan durhaka (mendurhakai Alloh)


yang dilakukan oleh anak bangsa ini tentu menjadi tanggung jawab negara,
saya sependapat. Tetapi dilihat dari sisi empiris, sebagaimana saya katakan di
atas grafik pelaku korupsi dan tindak pidana lainnya mengindikasikan kurva

2
yang terus meninggi, apakah ke masa depan negara bisa berhasil
meminimalisir pelakunya?

Bapak Presiden, dakwah KH. Toto Abu Zulfa Muhammad melalui TV One Jawa
Barat, yang kebetulan saya mendengarkan dakwahnya (sekitar jam 04.00)
antara lain mengatakan KITA ADALAH UMAT NABI MUHAMMAD SAW TETAPI
JAUH DARI PERILAKU BELIAU SAW (beliau masih mengisi acara dakwah
sekitar jam 04.00 tersebut/ tanggal 17 April 2020 jam 04.00 kebetulan saya
mengikuti dakwahnya tentang Hubungan Al-Quran dan Umat Muslim, cukup
tajam). Da’i lain KH. Agus Dermawan di dalam dakwahnya iNews tanggal 4 April
2020 jam 13 lebih, antara lain mengangkat Al-Quran surat 7 ayat 96, yang
sebelum saya mendengarkan dakwah tersebut, surat itu sudah saya catat pada
tulisan yang saya lampirkan dengan judul MEMORANDUM CORONA. Kedua
da’I tersebut menggariskan kondisi umat Islam Indonesia pada dasarnya dalam
pengertian global, belum mencapai titik yang memunculkan kondisi berkah
sebagaimana dijanjikan Alloh dalam firmanNya pada surat 7 ayat 96/ALLOH
TIDAK PERNAH INGKAR JANJI DAN MAHA BENAR ALLOH DENGAN SEGALA
FIRMANNYA. Dengan bahasa yang lugas, berarti iman dan taqwa umat muslim
Indonesia hingga saat ini belum mencapai titik yang dimaksudkan Alloh,
sebagaimana saya urai pada tulisan dengan judul Memorandum Corona, maka
Alloh belum bisa menurunkan berkah bagi seluruh anak bangsa negeri ini.

Merenungkan/mendalami pernyataan kedua da’i yang saya kutip di atas,


maka jelas masalah perbuatan korupsi dan perbuatan tidak manusiawi/
durhaka lainnya, adalah masalah yang menyangkut agama. Selama ini dalam
pengertian formal, kebijakan negara dalam menangani korupsi dan tindak
pidana lainnya, seingat saya belum pernah menghubungkan kausalitasnya
dengan agama, kecuali bagi mereka yang sudah terjaring dalam LP, baru
diberikan pengertian agama dan melaksanakan kewajiban sholat.

Bapak Presiden, saya pernah mendengar ucapan aktor Irfan Hakim yang
mengatakan, berbicara masalah Islam TIDAK BISA LEPAS DARI AL-QURAN
DAN AL-HADITS. Sedangkan Irman Putra Siddin (ahli tata negara) dalam
diskusi ILC mengatakan NEGARA JANGAN MENINGGALKAN AGAMA.

3
Berdasarkan uraian di atas kiranya jelas, meminimalisir pelaku korupsi dan
tindak pidana lainnya, dalam pandangan saya tidak akan berhasil bila hanya
didasarkan pada penerapan hukum-hukum konvensional/hanya institusi
penegak hukum. Asumsi tersebut mengingat akar permasalahan korupsi
dan tindak pidana, terletak pada masalah agama. Kausalitas tersebut jelas,
mereka yang menjalankan ajaran agamanya dengan benar, praktis tidak
akan berbuat korupsi dan tidak akan melakukan tindak pidana.

Bapak Presiden, dari melihat fakta empiris selama beberapa dasawarsa


negara tidak berhasil meminimalisir pelaku korupsi dan tindak pidana lainnya.
Melihat akar permasalahan dari kedua perbuatan tersebut bersumber dari
masalah agama, maka jelas UNTUK MEMINIMALISIR PELAKUNYA, institusi
penegak hukum harus bekerja sama (berkolaborasi) dengan Kementerian
Agama. Mengingat masalah agama adalah masalah spiritual, maka negara
perlu memberlakukan/memformalkan hukum-hukum inkonvensional, karena
dengan hukum-hukum inkonvensional, daya jangkau dampaknya mampu
menyentuh gumpalan es perbuatan korupsi dan tindak pidana lainnya, yang
keberadaannya masih berada di bawah permukaan laut, termasuk benih-
benihnya yang akan timbul. Dimaksud dengan hukum inkonvensional, di sini
saya melampirkan tulisan dengan judul REUNI KORUPTOR DI KEDAI SATE,
MEMORANDUM KORONA dan MEMO MENUNGGU KIAMAT. Dari membaca
tulisan tersebut, hati nuraninya pasti akan bergerak menyentuh alat pikirnya,
yang kemudian akan berproses menarik konklusi. Oleh karena itu saya
mohon BAPAK PRESIDEN DAPAT MEMBAGIKAN TULISAN SAYA TERSEBUT
KEPADA SELURUH APARATUR NEGARA, dengan tidak mencantumkan nama
pembuatnya (secara pribadi sebagai manusia beragama saya minta maaf
kepada semua koruptor sehubungan dengan tulisan pada sajak REUNI
KORUPTOR DI KEDAI SATE).

Melalui hukum-hukum inkonvensional yang diformalkan (memiliki kekuatan


hukum positif) Bapak Presiden dapat menerapkan berbagai bentuk/cara,
yang insya Alloh memiliki daya listrik mampu membolak-balikkan hati
hingga memungkinkan merubah arah kompas hati ke arah yang positif,
mengingat pada dasarnya fitrah manusia berakhlak baik (kausalitas tidak
baiknya disebabkan kalah/hanyut oleh ajakan setan).

4
Sejak Presiden pertama republik ini, hingga saat ini, dalam penilaian saya
belum ada kebijakan negara yang mampu meminimalisir pelaku korpsi dan
tindak pidana dalam berbagai versi. Penilaian saya tersebut dalam pengertian
kebijakan negara yang dijalankan hingga saat ini, termasuk di bawah
pemerintahan Bapak Presiden. Sungguhpun demikian, saya menilai Bapak
Presiden memiliki keinginan yang kuat untuk mengangkat Indonesia keluar
dari daftar negara koruptor. Memang mestinya demikian sebagai seorang
pemimpin negara, Bapak Presiden beragama Islam, maka niat untuk
mewujudkan negara yang berakhlak bersih, harus tetap diperjuangkan.
Pandangan tersebut lahir dari membaca program NAWACITA yang Bapak
Presiden canangkan sejak awal Bapak Presiden masuk Istana Negara. Saya
sangat berharap Bapak Presiden dalam kerjanya tetap berpegang pada
NAWACITA. Semua program yang terkandung dalam NAWACITA, posisinya
penting untuk mewujudkan masa depan Indonesia sebagai negara yang
dijiwai agama dan rakyatnya menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Saya
menengarai Bapak Presiden memiliki niat yang kuat untuk membangun
Indonesia dengan mewujudkan akhlak yang bersih. Kesan tersebut saya catat
dari berita singkat televisi yang menginformasikan BAPAK PRESIDEN
MENCARI PAHLAWAN PEMBERANTAS KORUPSI (Dari Presiden-Presiden
sebelumnya saya belum pernah mendengar hasil pemikirannya melahirkan
gagasan mencari pahlawan pemberantas korupsi). Oleh karena itu saya
menunggu proses tindaklanjutnya, kapan Bapak Presiden akan mengundang
da’i Bapak KH. Toto Abu Zulfa Muhammad (ceramah beliau kuat untuk
mewujudkan umat muslim Indonesia untuk bercermin pada perilaku Nabi
Muhammad SAW). Juga mengundang tokoh-tokoh Islam lainnya.

Usaha negara untuk membawa umat Islam Indonesia tidak melakukan


korupsi/tindak pidana lainnya, sangat penting dan menentukan harkat
bangsa. Mengingat bila tidak ada rambu-rambu hukum yang menggariskan
batasan tersebut bisa-bisa (dipandang dari sudut rasio) sebagaimana
catatan saya pada tulisan REUNI KORUPTOR DI KEDAI SATE perbuatan
korupsi BISA MENJADI BUDAYA, karena yang dimaksud dengan budaya
adalah perbuatan yang biasa dilakukan dan tidak bisa dihentikan. Dilihat dari
sisi ini, untuk meminimalisir perbuatan korupsi, justru merupakan tanggung

5
jawab Kementerian Agama, karena pelakunya adalah pemeluk agama apa
pun yang melanggar perintah/ajaran agamanya (bagi pemeluk agama yang
taat menjalankan ajaran agamanya, tidak mungkin berbuat korupsi)/Dari
radio Islam Fajri Saya pernah mendengar Khalifah Umar berkata
“Seandainya seluruh umat Islam masuk surga, kecuali satu orang, saya
takut” ketakutannya tersebut yang dimaksud satu orang, adalah beliau
sendiri. BILA SAJA YANG DIKATAKAN KHALIFAH UMAR INI DITETAPKAN
SEBAGAI HUKUM INKONVENSIONAL, DIJADIKAN ACUAN UNTUK
DIKETAHUI DAN DIRESAPI UMAT ISLAM INDONESIA HINGGA SAMPAI
DIYAKINI KEBENARANNYA, MAKA BILA PENYAMPAIANNYA DENGAN
DIDUKUNG OLEH TERJEMAHAN AYAT-AYAT AL-QURAN MELALUI
DAKWAH, INSYA ALLOH AKAN MERUPAKAN JALAN MASUKNYA HIDAYAH
BAGI UMAT ISLAM INDONESIA (TENTU MASALAH INI MENJADI TANGGUNG
JAWAB KEMENTERIAN AGAMA).

Oleh karena itu, Kementerian Agama dengan lembaganya Direktorat


Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (DJBMI) dalam fungsinya menangani
“bimbingan” kepada umat Islam di seluruh Indonesia, harus bisa
menjalankan amanatnya tersebut, hingga berhasil (fungsi lembaga tersebut
dibaca dari predikatnya, jelas berarti mencakup SELURUH BIMBINGAN
YANG MENYANGKUT KEBUTUHAN UMAT ISLAM INDONESIA/BUKAN
HANYA BERFUNGSI MENGURUSI MASALAH-MASALAH TERTENTU).

Notabene:

Bapak Presiden, tulisan saya tidak mengurai narkoba, oleh karena dalam
pengertian saya, sudah termasuk dalam perbuatan yang disebut durhaka,
apapun jenis dan kadarnya. Dilihat dari kacamata Islam, termasuk perbuatan
yang setelah meninggal dunia, menghalangi jalan menuju ke surga, atau
jelasnya diancam masuk neraka. Sementara sebagai muslim target setelah
meninggal dunia adalah mencapai surga. Dengan alasan tersebut maka
jelas, masalah narkoba dengan penduduk Indonesia sekitar 85% beragama
Islam, dilihat dari statuta tanggung jawab bernegara berdasarkan
Pembukaan UUD 1945, sebagaimana telah saya gariskan, makna melindungi
segenap bangsa Indonesia, adalah berarti melindungi umat muslim
Indonesia. Masuk surga adalah bagian dari tujuan umat muslim Indonesia

6
setelah meninggal dunia. Maka dilihat dari kacamata agama, korelasinya
jelas masalah memerangi narkoba adalah lebih menjadi tanggung jawab
Kementerian Agama, dalam kapasitas menyelamatkan umat Islam masuk
neraka. Oleh karena itu Kementerian Agama dengan DJBMI-nya memikul
tanggung jawab keras dalam menyadarkan umat Islam Indonesia hingga
tidak terbawa hanyut dalam arus narkoba.

Dengan ilustrasi yang saya urai di atas, kiranya jelas dan rasional dalam
memerangi korupsi, tindak pidana, narkoba dan menghilangkan
ketidakjujuran perbuatan masyarakat sekecil apa pun (sebesar dzarroh), perlu
adanya kerja sama antara institusi penegak hukum, Kementerian Agama, dan
beberapa tokoh agama Islam, membahas masalah-masalah yang saya urai
dalam tulisan ini.

Dari hasil pertemuan tersebut akan memperoleh pola langkah-langkah dalam


mewujudkan Indonesia berakhlak bersih sebagaimana Bapak Presiden
canangkan dalam NAWACITA. Bila kerja Bapak Presiden SAMPAI PADA TITIK
YANG SAYA MAKSUDKAN, berarti Bapak Presiden sebagai pimpinan negara
telah melaksanakan pertanggungjawabannya, sebagaimana dimaksud dalam
Al-Quran dan Al-Hadits, bahwa SEORANG PEMIMPIN AKAN DITANYA
TENTANG TANGGUNG JAWAB KEPEMIMPINANNYA. Dilihat dari sisi hukum
negara, itu berarti Bapak Presiden telah melaksanakan makna negara
melindungi segenap rakyat Indonesia, yang dilihat dari kacamata agama,
termasuk melindungi jalan kehidupan umat Islam Indonesia setelah
meninggal dunia, Bapak Presiden telah membuat lorong yang meminimalisir
dosa, sehingga dalam pengertian normatif jalan menuju surga lebih mulus
daripada jalan orang-orang yang dalam hidupnya banyak melakukan
pelanggaran hukum. Maka dengan melalui proses yang saya urai dalam surat
ini, berarti Bapak Presiden telah menemukan pahlawan pemberantas korupsi
yang Bapak Presiden cari. Yang bersangkutan adalah Bapak Presiden sendiri.

Kiranya dicukupkan sekian surat saya, dan saya mengucapkan terima kasih
atas perhatian Bapak Presiden terhadap maksud saya tersebut.

Hormat saya.

7
Maryono
MEMORANDUM CORONA

Corona
engkaulah pemersatu umat manusia sedunia
selama ini - belum pernah terdengar seluruh bangsa kompak dalam satu
suara
baru kali ini - peristiwa itu terjadi
tetapi satu hal - manusia lupa
pada dasarnya tidak menganalisa - mengapa kamu datang
dan - dari mana kamu datang
kita sebagai umat beragama - meyakini
PASTI dari Ilahi
sebagai peringatan kepada manusia sedunia
atas perbuatannya yang menyimpang dari norma agama
di Indonesia - di mana mayoritas warganya beragama Islam
juga banyak yang melakukan kedurhakaan
setiap hari diberitakan televisi - berskala nasional
MESTINYA - itu tidak terjadi
KARENA JIWA ISLAM - TIDAK MEMBENARKAN PERBUATAN YANG
MELANGGAR
MAKA UMAT ISLAM INDONESIA - MESTINYA SADAR
DISAMPING MENGHADAPI MASALAH CORONA
PERILAKU KITA HARUS BERUBAH JUGA
BERHENTI KORUPSI - DAN JUGA DARI PERBUATAN LAINNYA
YANG TERGOLONG KEJI
BAGI ALLOH - ITU YANG ASASI HARUS KITA JALANI

Membaca terjemahan Al Quran surat tujuh ayat sembilan enam - Alloh


menggariskan “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, PASTILAH KAMI akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka akan
kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”

8
Makna iman yang tersurat dalam Alquran
bukan hanya sampai pada pengertian - pengakuan
tetapi yang dimaksud adalah - dalam pengertian - semua perbuatan kita
yang kandungannya bermakna - takwa
itulah yang dimaksud perilaku kita harus berubah
banyak berbuat maslahah - meninggalkan perilaku yang salah
bila perubahan itu telah kita lakukan
janji Alloh - yang difirmankan dalam surat tujuh ayat sembilan enam
PASTI terwujudkan
karena ALLOH TIDAK PERNAH INGKAR JANJI
dan MAHA BENAR ALLOH dengan SEGALA FIRMANNYA

Masalah mati - tidak bisa dihalangi - bila itu sudah ketentuanNYA


tetapi semoga Alloh - menyelamatkan kita dari corona
apalagi bila iman dan taqwa kita - belum bisa membawa ke surga
karena yang menunggu di “sana”
ANCAMAN NERAKA
Sebelumnya – SELAMA DI ALAM KUBUR KITA DISIKSA

Catatan :
Pro: Saudaraku seagama, di manapun mereka menjalani kehidupan. Dimaksud
dengan perbuatan kedurhakaan, adalah semua perbuatan yang sifatnya
negatif/Masalahnya di sini, ibarat gumpalan es yang mengapung di laut,
negara hanya mengurusi bagian gumpalan es yang tampak pada
permukaan. Sementara yang berada di bawah permukaan, tidak terdeteksi
dan tidak didalami oleh negara, sehingga pelakunya merasa aman (karena
arti iman yang hakiki tidak dijalani). MAKA akar permasalahannya di sini,
MESTINYA negara mencari solusi yang mampu mencairkan bagian
gumpalan es yang berada di bawah permukaan.
b. Azab Alloh dengan mendatangkan corona ini setingkat/setali tiga uang
yang dialami umat Nabi Nuh dan Luth, saya pernah mendengar da’i dalam
dakwahnya azab Alloh srupa yang dialami umat Nabi Nuh dan umat Nabi
Luth tidak akan terjadi lagi, kecuali dengan kiamat. Tetapi terjadinya
musibah corona yang melanda seluruh dunia, kita sebagai umat muslim
harus meyakini sebagai azab Alloh juga, mengingat perilaku umat

9
manusia sedunia saat ini, banyak melakukan perbuatan yang melanggar
hukum Alloh (dilihat dari kacamata Islam, seisi dunia ini, bahkan sejagat
raya, merupakan ekosistem, dimana pengendalinya adalah Alloh).
REUNI KORUPTOR DI KEDAI SATE

Sekelompok koruptor lagi reuni di kedai sate


semua tampak ceria dengan penampilan yang pede
mereka berbangga diri - hasil korupsinya tak terdeteksi
sebagai luapan sukacita - mereka ramai-ramai memborong sate
pelayan berkeliling menanyakan
bapak mau sate kambing - atau sate sapi
dari sudut sebelah sana menjawab bersamaan
“saya kambing”
barisan meja depan terdengar permintaan
“saya sapi”
pemasan lain seorang kyai yang sejak tadi memperhatikan - bergumam
“wong orang seganteng itu - datangnya pakai mobil mewah
ngakunya sapi atau kambing, menyedihkan!”
pada telinga sang kiai - setan berbisik ramah
“PAK KYAI - TAK USAH GUNDAH
KELAK - SETELAH MEREKA KEMBALI
AKAN SEKAMAR DENGAN KAMI
DAN SEHARI DI SANA
TERASA SEPERTI SERIBU TAHUN HIDUP DI DUNIA”

Saat mendengar gema azan lohor berkumandang


sebagian mereka ternyata sholat
mayoritas dari mereka - menuju masjid terdekat
pak kiai yang sejak tadi memperhatikan
dalam pikirnya lahir tanya
“tahukah mereka hakikat dari sholat?”

Setelah pesanan pak kiyai dilayani


dengan membawa sate sebungkus
hatinya yang tulus menangis dalam
melihat perilaku mereka yang seikhwan

10
sepertinya - tidak memahami arti agama sebagai pedoman
suara hatinya lirih bertanya
“ya Alloh - kelak di sana - mungkinkah mereka penghuni surga?
atau abadi di neraka?”

Ya Alloh - mayoritas penduduk negeri ini


yang memilih Islam sebagai agamanya
bagi mereka yang masih berbuat durhaka
sadarkanlah langkahnya hingga taubat nasuha
dan sisa hidupnya - berbuat buat menebus dosa
ya Alloh - maka turunkanlah hidayahMU - pada mereka
agar saat kembali ke “sana”
mereka menjadi penghuni surga
seperti sahabat Umar yang Kau ampuni dosanya
dari perbuatan keji membunuh anaknya.

Catatan
Pro : Saudaraku seagama, di manapun mereka menjalani kehidupan.
Dimaksud dengan durhaka, adalah semua perbuatan yang sifatnya
negatif/Masalahnya di sini, ibarat gumpalan es yang mengapung di laut,
negara hanya mengurusi bagian gumpalan es yang tampak pada
permukaan. Sementara yang berada di bawah permukaan, tidak
terdeteksi dan tidak didalami oleh negara, sehingga pelakunya merasa
aman (karena arti iman yang hakiki tidak dijalani). MAKA akar
permasalahannya di sini, MESTINYA negara mencari solusi yang
mampu mencairkan bagian gumpalan es yang berada di bawah
permukaan.

* Tentang menyangkut masalah berbuat untuk menebus dosa, tentu yang


lebih tahu proses bagaimana cara melakukannya adalah para ulama (tapi
bila memiliki kekayaan dari hasil korupsi, harus disertai dengan
mengembalikannya kepada negara)
* Bahasa satire dalam REUNI KORUPTOR DI KEDAI SATE di atas, insya
Alloh menyentuh hati nurani yang bersangkutan. Dalam terjemahan Al-
Quran surat 7 ayat 79, terdapat kosakata yang senada, bahkan lebih tajam.
Tetapi kosakata satire tersebut bagian dari firman Alloh, maka kita sebagai

11
umat Islam yang memiliki target hidup di “sana” masuk surga, mestinya
rasio kita harus memilah dalam kita berulah.
DIMAKSUD DENGAN KORUPSI DALAM PENGERTIAN LUAS, ADALAH SUATU
PERBUATAN YANG DILANDASI KETIDAKJUJURAN. KONDISI KEHIDUPAN
DALAM MASYARAKAT SAAT INI, WALAU TIDAK SELURUHNYA
MELAKUKAN, SEPANJANG PENGAMATAN SAYA BERLAKU PEMEO YANG
MENGGARISKAN KALAU BISA DILAKUKAN TIDAK JUJUR, MENGAPA MESTI
JUJUR, TOKH KITA BUTUH DANA UNTUK MEMBIAYAI HIDUP. PRINSIP
ISLAM TIDAK MEMBENARKAN KETIDAKJUJURAN WALAU SEBESAR
DZARRAH PUN. MAKA MESTINYA ELIT-ELIT YANG DUDUK DALAM
PEMERINTAHAN MENDORONG UNTUK MENGATASI AGAR PEMEO
TERSEBUT TIDAK HIDUP DI MASYARAKAT (SEKITAR 85% PENDUDUK
INDONESIA BERAGAMA ISLAM, DAN KETIDAKJUJURAN SEBESAR
DZARRAH PUN DIHADAPAN ALLOH TIDAK LUPUT DARI
KONSEKUENSINYA).

MEMO - MENUNGGU KIAMAT


amar ma’ruf nahi munkar

KITA MATI
PASTI PADA ERA MASA KINI
APA KIAMAT AKAN TIBA PADA ERA MASA KINI ?
KITA TIDAK TAHU PASTI
TAPI YANG PASTI - SETELAH KITA MATI
HINGGA KIAMAT TIBA
INSYA ALLOH - DI ALAM KUBUR - KITA BAHAGIA
ATAU SELAMA ITU - KITA DISIKSA ?
SELAMA ITU ? – BAYANGKAN !
ITU SEMUA – TERGANTUNG PADA AMAL KITA
SELAMA HIDUP DI DUNIA
YANG PASTI - DALAM MASALAH INI – KITA SEMUA MEYAKINI
SIKSA KUBUR – ATAU NIKMAT KUBUR
ITU ADA – PASTI ADA – DAN
PADA WAKTUNYA – PASTI KITA ALAMI
LALU – BAGIAN KITA NANTI DI “SANA”

12
YANG MANA ?

SEHUBUNGAN DENGAN TULISAN YANG BERJUDUL :

1. MIMPIKU TAK BOLEH MATI


2. MEMORANDUM CORONA
3. REUNI KORUPTOR DI KEDAI SATE
4. MEMO - MENUNGGU KIAMAT
amar ma’ruf nahi munkar
5. SURAT YANG DITUJUKAN KEPADA BAPAK PRESIDEN RI DARI
PEMBUAT TULISAN TERSEBUT DI ATAS

Bagi yang mendukung, tulis dengan tulisan tangan :


a. Nama komunitas (bagi atas nama pribadi, tulis
nama pribadi/NIK KTP)
b. Alamat komunitas
c. Tanda tangan pimpinan komunitas + stempel, kalau
atas nama pribadi tanda tangan pribadi)
d. Nama jelas (di bawah tanda tangan)

13
Tulisan :

1. MEMORANDUM CORONA
2. REUNI KORUPTOR DI KEDAI SATE
3. MEMO - MENUNGGU KIAMAT
amar ma’ruf nahi munkar
4. SURAT YANG DITUJUKAN KEPADA BAPAK PRESIDEN RI DARI
PEMBUAT TULISAN TERSEBUT DI ATAS

Untuk disampaikan kepada seluruh aparatur negara, setelah dibaca, wajib


disimpan dengan baik.

14
MEMO - MENUNGGU KIAMAT
amar ma’ruf nahi munkar

KITA MATI
PASTI PADA ERA MASA KINI
APA KIAMAT AKAN TIBA PADA ERA MASA KINI ?
KITA TIDAK TAHU PASTI
TAPI YANG PASTI - SETELAH KITA MATI
HINGGA KIAMAT TIBA
INSYA ALLOH - DI ALAM KUBUR - KITA BAHAGIA
ATAU SELAMA ITU - KITA DISIKSA ?
SELAMA ITU ? – BAYANGKAN !
ITU SEMUA – TERGANTUNG PADA AMAL KITA
SELAMA HIDUP DI DUNIA
YANG PASTI - DALAM MASALAH INI – KITA SEMUA MEYAKINI
SIKSA KUBUR – ATAU NIKMAT KUBUR
ITU ADA – PASTI ADA – DAN
PADA WAKTUNYA – PASTI KITA ALAMI
LALU – BAGIAN KITA NANTI DI “SANA”
YANG MANA ?

15

Anda mungkin juga menyukai