Kepada yth:.
Bapak Presiden Republik Indonesia
di
Jakarta.
Bapak Presiden, dengan rasa hormat melalui surat ini saya bermaksud
menyampaikan pendapat/pandangan sehubungan dengan masalah tersebut
pada perihal di atas.
Identitas saya tercantum dalam fotokopi KTP yang saya lampirkan disini.
Agama saya Islam dan umur 75 tahun lebih. Dibaca secara matematik, usia
saya sudah termasuk dalam nominasi dipanggil “pulang”.
1
munkar dan walau saya hanya tahu satu ayat mempunyai kewajiban
menyampaikan.
2
yang terus meninggi, apakah ke masa depan negara bisa berhasil
meminimalisir pelakunya?
Bapak Presiden, dakwah KH. Toto Abu Zulfa Muhammad melalui TV One Jawa
Barat, yang kebetulan saya mendengarkan dakwahnya (sekitar jam 04.00)
antara lain mengatakan KITA ADALAH UMAT NABI MUHAMMAD SAW TETAPI
JAUH DARI PERILAKU BELIAU SAW (beliau masih mengisi acara dakwah
sekitar jam 04.00 tersebut/ tanggal 17 April 2020 jam 04.00 kebetulan saya
mengikuti dakwahnya tentang Hubungan Al-Quran dan Umat Muslim, cukup
tajam). Da’i lain KH. Agus Dermawan di dalam dakwahnya iNews tanggal 4 April
2020 jam 13 lebih, antara lain mengangkat Al-Quran surat 7 ayat 96, yang
sebelum saya mendengarkan dakwah tersebut, surat itu sudah saya catat pada
tulisan yang saya lampirkan dengan judul MEMORANDUM CORONA. Kedua
da’I tersebut menggariskan kondisi umat Islam Indonesia pada dasarnya dalam
pengertian global, belum mencapai titik yang memunculkan kondisi berkah
sebagaimana dijanjikan Alloh dalam firmanNya pada surat 7 ayat 96/ALLOH
TIDAK PERNAH INGKAR JANJI DAN MAHA BENAR ALLOH DENGAN SEGALA
FIRMANNYA. Dengan bahasa yang lugas, berarti iman dan taqwa umat muslim
Indonesia hingga saat ini belum mencapai titik yang dimaksudkan Alloh,
sebagaimana saya urai pada tulisan dengan judul Memorandum Corona, maka
Alloh belum bisa menurunkan berkah bagi seluruh anak bangsa negeri ini.
Bapak Presiden, saya pernah mendengar ucapan aktor Irfan Hakim yang
mengatakan, berbicara masalah Islam TIDAK BISA LEPAS DARI AL-QURAN
DAN AL-HADITS. Sedangkan Irman Putra Siddin (ahli tata negara) dalam
diskusi ILC mengatakan NEGARA JANGAN MENINGGALKAN AGAMA.
3
Berdasarkan uraian di atas kiranya jelas, meminimalisir pelaku korupsi dan
tindak pidana lainnya, dalam pandangan saya tidak akan berhasil bila hanya
didasarkan pada penerapan hukum-hukum konvensional/hanya institusi
penegak hukum. Asumsi tersebut mengingat akar permasalahan korupsi
dan tindak pidana, terletak pada masalah agama. Kausalitas tersebut jelas,
mereka yang menjalankan ajaran agamanya dengan benar, praktis tidak
akan berbuat korupsi dan tidak akan melakukan tindak pidana.
4
Sejak Presiden pertama republik ini, hingga saat ini, dalam penilaian saya
belum ada kebijakan negara yang mampu meminimalisir pelaku korpsi dan
tindak pidana dalam berbagai versi. Penilaian saya tersebut dalam pengertian
kebijakan negara yang dijalankan hingga saat ini, termasuk di bawah
pemerintahan Bapak Presiden. Sungguhpun demikian, saya menilai Bapak
Presiden memiliki keinginan yang kuat untuk mengangkat Indonesia keluar
dari daftar negara koruptor. Memang mestinya demikian sebagai seorang
pemimpin negara, Bapak Presiden beragama Islam, maka niat untuk
mewujudkan negara yang berakhlak bersih, harus tetap diperjuangkan.
Pandangan tersebut lahir dari membaca program NAWACITA yang Bapak
Presiden canangkan sejak awal Bapak Presiden masuk Istana Negara. Saya
sangat berharap Bapak Presiden dalam kerjanya tetap berpegang pada
NAWACITA. Semua program yang terkandung dalam NAWACITA, posisinya
penting untuk mewujudkan masa depan Indonesia sebagai negara yang
dijiwai agama dan rakyatnya menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Saya
menengarai Bapak Presiden memiliki niat yang kuat untuk membangun
Indonesia dengan mewujudkan akhlak yang bersih. Kesan tersebut saya catat
dari berita singkat televisi yang menginformasikan BAPAK PRESIDEN
MENCARI PAHLAWAN PEMBERANTAS KORUPSI (Dari Presiden-Presiden
sebelumnya saya belum pernah mendengar hasil pemikirannya melahirkan
gagasan mencari pahlawan pemberantas korupsi). Oleh karena itu saya
menunggu proses tindaklanjutnya, kapan Bapak Presiden akan mengundang
da’i Bapak KH. Toto Abu Zulfa Muhammad (ceramah beliau kuat untuk
mewujudkan umat muslim Indonesia untuk bercermin pada perilaku Nabi
Muhammad SAW). Juga mengundang tokoh-tokoh Islam lainnya.
5
jawab Kementerian Agama, karena pelakunya adalah pemeluk agama apa
pun yang melanggar perintah/ajaran agamanya (bagi pemeluk agama yang
taat menjalankan ajaran agamanya, tidak mungkin berbuat korupsi)/Dari
radio Islam Fajri Saya pernah mendengar Khalifah Umar berkata
“Seandainya seluruh umat Islam masuk surga, kecuali satu orang, saya
takut” ketakutannya tersebut yang dimaksud satu orang, adalah beliau
sendiri. BILA SAJA YANG DIKATAKAN KHALIFAH UMAR INI DITETAPKAN
SEBAGAI HUKUM INKONVENSIONAL, DIJADIKAN ACUAN UNTUK
DIKETAHUI DAN DIRESAPI UMAT ISLAM INDONESIA HINGGA SAMPAI
DIYAKINI KEBENARANNYA, MAKA BILA PENYAMPAIANNYA DENGAN
DIDUKUNG OLEH TERJEMAHAN AYAT-AYAT AL-QURAN MELALUI
DAKWAH, INSYA ALLOH AKAN MERUPAKAN JALAN MASUKNYA HIDAYAH
BAGI UMAT ISLAM INDONESIA (TENTU MASALAH INI MENJADI TANGGUNG
JAWAB KEMENTERIAN AGAMA).
Notabene:
Bapak Presiden, tulisan saya tidak mengurai narkoba, oleh karena dalam
pengertian saya, sudah termasuk dalam perbuatan yang disebut durhaka,
apapun jenis dan kadarnya. Dilihat dari kacamata Islam, termasuk perbuatan
yang setelah meninggal dunia, menghalangi jalan menuju ke surga, atau
jelasnya diancam masuk neraka. Sementara sebagai muslim target setelah
meninggal dunia adalah mencapai surga. Dengan alasan tersebut maka
jelas, masalah narkoba dengan penduduk Indonesia sekitar 85% beragama
Islam, dilihat dari statuta tanggung jawab bernegara berdasarkan
Pembukaan UUD 1945, sebagaimana telah saya gariskan, makna melindungi
segenap bangsa Indonesia, adalah berarti melindungi umat muslim
Indonesia. Masuk surga adalah bagian dari tujuan umat muslim Indonesia
6
setelah meninggal dunia. Maka dilihat dari kacamata agama, korelasinya
jelas masalah memerangi narkoba adalah lebih menjadi tanggung jawab
Kementerian Agama, dalam kapasitas menyelamatkan umat Islam masuk
neraka. Oleh karena itu Kementerian Agama dengan DJBMI-nya memikul
tanggung jawab keras dalam menyadarkan umat Islam Indonesia hingga
tidak terbawa hanyut dalam arus narkoba.
Dengan ilustrasi yang saya urai di atas, kiranya jelas dan rasional dalam
memerangi korupsi, tindak pidana, narkoba dan menghilangkan
ketidakjujuran perbuatan masyarakat sekecil apa pun (sebesar dzarroh), perlu
adanya kerja sama antara institusi penegak hukum, Kementerian Agama, dan
beberapa tokoh agama Islam, membahas masalah-masalah yang saya urai
dalam tulisan ini.
Kiranya dicukupkan sekian surat saya, dan saya mengucapkan terima kasih
atas perhatian Bapak Presiden terhadap maksud saya tersebut.
Hormat saya.
7
Maryono
MEMORANDUM CORONA
Corona
engkaulah pemersatu umat manusia sedunia
selama ini - belum pernah terdengar seluruh bangsa kompak dalam satu
suara
baru kali ini - peristiwa itu terjadi
tetapi satu hal - manusia lupa
pada dasarnya tidak menganalisa - mengapa kamu datang
dan - dari mana kamu datang
kita sebagai umat beragama - meyakini
PASTI dari Ilahi
sebagai peringatan kepada manusia sedunia
atas perbuatannya yang menyimpang dari norma agama
di Indonesia - di mana mayoritas warganya beragama Islam
juga banyak yang melakukan kedurhakaan
setiap hari diberitakan televisi - berskala nasional
MESTINYA - itu tidak terjadi
KARENA JIWA ISLAM - TIDAK MEMBENARKAN PERBUATAN YANG
MELANGGAR
MAKA UMAT ISLAM INDONESIA - MESTINYA SADAR
DISAMPING MENGHADAPI MASALAH CORONA
PERILAKU KITA HARUS BERUBAH JUGA
BERHENTI KORUPSI - DAN JUGA DARI PERBUATAN LAINNYA
YANG TERGOLONG KEJI
BAGI ALLOH - ITU YANG ASASI HARUS KITA JALANI
8
Makna iman yang tersurat dalam Alquran
bukan hanya sampai pada pengertian - pengakuan
tetapi yang dimaksud adalah - dalam pengertian - semua perbuatan kita
yang kandungannya bermakna - takwa
itulah yang dimaksud perilaku kita harus berubah
banyak berbuat maslahah - meninggalkan perilaku yang salah
bila perubahan itu telah kita lakukan
janji Alloh - yang difirmankan dalam surat tujuh ayat sembilan enam
PASTI terwujudkan
karena ALLOH TIDAK PERNAH INGKAR JANJI
dan MAHA BENAR ALLOH dengan SEGALA FIRMANNYA
Catatan :
Pro: Saudaraku seagama, di manapun mereka menjalani kehidupan. Dimaksud
dengan perbuatan kedurhakaan, adalah semua perbuatan yang sifatnya
negatif/Masalahnya di sini, ibarat gumpalan es yang mengapung di laut,
negara hanya mengurusi bagian gumpalan es yang tampak pada
permukaan. Sementara yang berada di bawah permukaan, tidak terdeteksi
dan tidak didalami oleh negara, sehingga pelakunya merasa aman (karena
arti iman yang hakiki tidak dijalani). MAKA akar permasalahannya di sini,
MESTINYA negara mencari solusi yang mampu mencairkan bagian
gumpalan es yang berada di bawah permukaan.
b. Azab Alloh dengan mendatangkan corona ini setingkat/setali tiga uang
yang dialami umat Nabi Nuh dan Luth, saya pernah mendengar da’i dalam
dakwahnya azab Alloh srupa yang dialami umat Nabi Nuh dan umat Nabi
Luth tidak akan terjadi lagi, kecuali dengan kiamat. Tetapi terjadinya
musibah corona yang melanda seluruh dunia, kita sebagai umat muslim
harus meyakini sebagai azab Alloh juga, mengingat perilaku umat
9
manusia sedunia saat ini, banyak melakukan perbuatan yang melanggar
hukum Alloh (dilihat dari kacamata Islam, seisi dunia ini, bahkan sejagat
raya, merupakan ekosistem, dimana pengendalinya adalah Alloh).
REUNI KORUPTOR DI KEDAI SATE
10
sepertinya - tidak memahami arti agama sebagai pedoman
suara hatinya lirih bertanya
“ya Alloh - kelak di sana - mungkinkah mereka penghuni surga?
atau abadi di neraka?”
Catatan
Pro : Saudaraku seagama, di manapun mereka menjalani kehidupan.
Dimaksud dengan durhaka, adalah semua perbuatan yang sifatnya
negatif/Masalahnya di sini, ibarat gumpalan es yang mengapung di laut,
negara hanya mengurusi bagian gumpalan es yang tampak pada
permukaan. Sementara yang berada di bawah permukaan, tidak
terdeteksi dan tidak didalami oleh negara, sehingga pelakunya merasa
aman (karena arti iman yang hakiki tidak dijalani). MAKA akar
permasalahannya di sini, MESTINYA negara mencari solusi yang
mampu mencairkan bagian gumpalan es yang berada di bawah
permukaan.
11
umat Islam yang memiliki target hidup di “sana” masuk surga, mestinya
rasio kita harus memilah dalam kita berulah.
DIMAKSUD DENGAN KORUPSI DALAM PENGERTIAN LUAS, ADALAH SUATU
PERBUATAN YANG DILANDASI KETIDAKJUJURAN. KONDISI KEHIDUPAN
DALAM MASYARAKAT SAAT INI, WALAU TIDAK SELURUHNYA
MELAKUKAN, SEPANJANG PENGAMATAN SAYA BERLAKU PEMEO YANG
MENGGARISKAN KALAU BISA DILAKUKAN TIDAK JUJUR, MENGAPA MESTI
JUJUR, TOKH KITA BUTUH DANA UNTUK MEMBIAYAI HIDUP. PRINSIP
ISLAM TIDAK MEMBENARKAN KETIDAKJUJURAN WALAU SEBESAR
DZARRAH PUN. MAKA MESTINYA ELIT-ELIT YANG DUDUK DALAM
PEMERINTAHAN MENDORONG UNTUK MENGATASI AGAR PEMEO
TERSEBUT TIDAK HIDUP DI MASYARAKAT (SEKITAR 85% PENDUDUK
INDONESIA BERAGAMA ISLAM, DAN KETIDAKJUJURAN SEBESAR
DZARRAH PUN DIHADAPAN ALLOH TIDAK LUPUT DARI
KONSEKUENSINYA).
KITA MATI
PASTI PADA ERA MASA KINI
APA KIAMAT AKAN TIBA PADA ERA MASA KINI ?
KITA TIDAK TAHU PASTI
TAPI YANG PASTI - SETELAH KITA MATI
HINGGA KIAMAT TIBA
INSYA ALLOH - DI ALAM KUBUR - KITA BAHAGIA
ATAU SELAMA ITU - KITA DISIKSA ?
SELAMA ITU ? – BAYANGKAN !
ITU SEMUA – TERGANTUNG PADA AMAL KITA
SELAMA HIDUP DI DUNIA
YANG PASTI - DALAM MASALAH INI – KITA SEMUA MEYAKINI
SIKSA KUBUR – ATAU NIKMAT KUBUR
ITU ADA – PASTI ADA – DAN
PADA WAKTUNYA – PASTI KITA ALAMI
LALU – BAGIAN KITA NANTI DI “SANA”
12
YANG MANA ?
13
Tulisan :
1. MEMORANDUM CORONA
2. REUNI KORUPTOR DI KEDAI SATE
3. MEMO - MENUNGGU KIAMAT
amar ma’ruf nahi munkar
4. SURAT YANG DITUJUKAN KEPADA BAPAK PRESIDEN RI DARI
PEMBUAT TULISAN TERSEBUT DI ATAS
14
MEMO - MENUNGGU KIAMAT
amar ma’ruf nahi munkar
KITA MATI
PASTI PADA ERA MASA KINI
APA KIAMAT AKAN TIBA PADA ERA MASA KINI ?
KITA TIDAK TAHU PASTI
TAPI YANG PASTI - SETELAH KITA MATI
HINGGA KIAMAT TIBA
INSYA ALLOH - DI ALAM KUBUR - KITA BAHAGIA
ATAU SELAMA ITU - KITA DISIKSA ?
SELAMA ITU ? – BAYANGKAN !
ITU SEMUA – TERGANTUNG PADA AMAL KITA
SELAMA HIDUP DI DUNIA
YANG PASTI - DALAM MASALAH INI – KITA SEMUA MEYAKINI
SIKSA KUBUR – ATAU NIKMAT KUBUR
ITU ADA – PASTI ADA – DAN
PADA WAKTUNYA – PASTI KITA ALAMI
LALU – BAGIAN KITA NANTI DI “SANA”
YANG MANA ?
15