Proposal Metoptn
Proposal Metoptn
BAB I
PENDAHULUAN
Kualitas pembelajaran Sejarah serta prestasi belajar di Indonesia sampai saat ini masih
belum mengalami perubahan. Ada banyak siswa yang cendrung menanggap remeh mata
pelajaran sejarah karena mereka menganggap mata pelajaran Sejarah Tidak penting dikarenakan
Banyaknya siswa yang menganggap remeh mata pelajaran Sejarah dikarenakan guru
mata pelajaran yang cendrung menggunakan metode yang kuno, yaitu ceramah. Para siswa
cendrung jenuh terhadap pelajaran Sejarah dikarenakan merasa bosan mendengar guru berbicara
di depan kelas. Siswa cendrung menyukai jika mata pelajaran sejarah ini ditampilkan contoh-
Sejarah.
Seperti yang kita ketahui, Sejarah merupakan sebuah mata pelajaran yang berhubungan
dengan masa lampau dimana tanpa adanya bukti Sejarah, maka kita tidak akan bisa memperoleh
sebuah kebenaran Sejarah. Selain itu didalam mencari sebuah kebenaran sejarah diperlukan
sebuah penalaran yang kuat agar peristiwa Sejarah itu dapat tersusun secara sistematis.
Dalam upaya meningkatkan penalaran siswa dalam metode pembelajaran Problem Based
Learning, diperlukan adanya sebuah penelitian seberapa besar pengaruh metode pembelajaran
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Apakah penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan Minat dan Prestasi
1. Bagaimana peningkatan minat belajar siswa setelah penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Cara memecahkan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah pendekatan dengan cara menggunakan model pembelajaran Problem Solving dimana
siswa diberikan masalah-masalah yang berkaitan dengan Sejarah kemudian siswa diminta untuk
Penelitian tindakan kelas ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dah tujuan khusus,
Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Adapun tujuan khusus dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan daya
penalaran siswa dalam proses pembelajaran sejarah melalui metode pembelajaran Problem
Solving dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.
Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini mencakup peningkatan kualitas penalaran
terhadap mata pelajaran Sejarah siswa kelas X1 IPS di SMA Negeri 6 Yogyakarta melalui
metode pembelajaran Problem Solving, sehingga dapat meningkatkan prestasi bejalar Sejarah
Siswa.
F. Penjelasan Istilah
Winkel (1996:226) : prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang
Arif Gunarso (1993 : 77) : prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang
· Belajar
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono : belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
· Sejarah
Sejarah adalah suatu peristiwa masa lampau yang saling berkaitan satu dengan yang lain serta
· Metode Problem Solving : Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah
baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolag, guru dan bagi
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat langsung bagi sekolah yaitu meningkatkan kualitas
pembelajaran Sejarah.
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas dan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran
Dapat memperoleh pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan, sehingga dapat
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Action Classroom Research (CAR) adalah
penelitian tindakan yang di laksanakan oleh guru didalam kelas. Penelitian tindakan ada
dilakukan guru dalam rangka memecahkan masalah. Terkait dengan pengertian PTK diatas, ada
melaksakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam melaksanakan tugas
b. Suyanto (1997) : PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
c. Tim PGSM (1999) : PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan mereka dalam
PTK hauslah dipahami oleh permasalahan praktis yang dihayati oleh guru sebagai pelaku
pembelajaran dikelas. Guru merasakan ada masalahnya ketika ia mengajar dikelas. Guru
berusahan untuk mengatasi masalah itu dengan sebuah penelitian yang disebut PTK. PTK
bukanlah penelitian yang digunakan oleh pihak luar yang tidak tau tentang seluk beluk yang
terjadi didalam kelas. PTK bukanlah penelitian yang disarankan oleh pihak lain kepada guru,
melainkan muncul dari dalam diri guru sendiri yang merasakan adanya masalah.
Dengan PTK, guru akan berupaya untuk memperbaiki praktik pembelajaran agar menjadi lebih
efektif. Oleh karena itu, guru tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena melakukan
PTK. PTK tidak boleh menjadikan proses pembelajaran menjadi terganggu. Guru tidak perlu
mengubah jadwal rutin dikelas yang sudah direncanakan hanya untuk PTK. PTK haruslah
sejalan dengan rencana rutin sebagai guru. Bahkan, PTK jugadiharapkan tidak lagi memberikan
beban tambahan yang lebih berat. PTK justru harus dikerjakan terintegrasi dalam kegiatan
sehari-hari dikelas.
Guru tidak harus sendirian dalam melakukan praktik pembelajaran dikelas. Namun,dapat
dilaksanakan dengan cara berkolaborasi dengan dosen maupun teman. Dengan cara seperti itu,
sebagai guru yang melaksanakn PTK akan banyak menerima masukan tentang prosedur PTK
yang benar.
d. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki
penerapan strategi pembelajaran tertentu, pemakaian media dan sumber belajar tertentu, jenis
pengelolaan kelas tertentu, atau hal-hal yang bersifat inovatif lainnya. Oleh karena itu, penelitian
dikelas yang tanpa memberikan tindakan apa-apa di kelas untuk perbaikan praktik pembelajaran
bukanlah PTK.
e. PTK dapa menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan
Hal tersebut dapat terjadi karena setelah meneliti kegiatan dikelas-dengan melibatkan siswa-
akan memperoleh balikan yang bagus dan sistematis untuk perbaikan praktik pembelajaran.
Dengan demikian, dapat membuktikan apakah suatu teori pembelajaran dapat diterapkan dengan
baik atau tidak dikelas. Selain itu juga dapat mengadaptasi atau mengadopsi teori tersebut untuk
Manfaat langsung PTK bagi guru sebagai pengajar yang melaksanakan PTK antara lain:
Namun demikian, PTK adalah salah satu metode penelitian memiliki beberapa keterbatasan yang
Adapun manfaat khusus yang dapat dirasakan langsung oleh guru antara lain:
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, disebutkan bahwa model merupaka pola (contoh),
acuan dan ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan model pembelajaran
menurut Soekamto (Trianto, 2007) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
tertentu dengan tujuan tertentu dan tidak akan berlaku demikian pada setiap materi dan tujuan
belajar yang berbeda. Berbagai pertimbangan perlu dilakukan dalam menentukan model
pembelajaran yang akan digunakan, diantaranya materi pelajaran, sarana dan fasilitas yang
tersedia.
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan terjemahan dari Problem Based Learning
(PBL) yang sebelumya dikenal dengan Problem Based Instruction (PBI) atau pengajaran
memecahkan masalah dan keterampilan intelektual. Berikut ini adalah beberapa pendapat
mengenai PBM:
a. Barrows dan Tamblyn mengungkapkan bahwa PBM adalah pembelajaran yang dihasilkan dari
proses kerja menuju kesepakatan atau penyelesaian suatu masalah. Dengan masalah yang riil dan
b. Arends mengungkapkan bahwa PBM merupakan suatu pembelajaran dimana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
merupakan hubungan dua arah antara belajar dengan lingkungan. Lingkungan memberi masalah
dan beberap petunjunk bantuan, sedangkan system saraf berfungsi menafsirkan petunjuk tersebut
secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki dan dianalisis untuk selanjutnya
PBM secara khusus memiiki karakteristik yang membedakannya dari model-model pembelajaran
a. Pengajuan Masalah. Pemunculan maslah pada awal PBM merupakan cirri yang paling utama
dari pembelajaran berbasis masalah. Masalah yang diajukan merupakan masalah dari kehidupan
b. Keterkaitan antar disiplin. Masalah yang diselidiki benar-benar nyata, sehingga siswa dapat
c. Penyelidikan autentik. PBM berbasis masalah mengharuskan siswa manganalisis dan
d. Menghasilkan produk baru dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya dalam bentuk
lainnya.
Selain cirri diatas, PBM tidak bertujuan untuk membantu guru memberikan informasi
mandiri.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Moh Uzer Usman mengatakan bahwa manusia adalah animal education yang artinya bahwa anak
manusia hanya akan menjadi manusia yang sempurna apabila dididik. Dididik dalam pengertian
disini adalah sebuah pendidikan yang dapat dipertanggujawabkan bisa itu lewat sekolah maupun
lewat non sekolah, namun tidak semua proses perubahan tersebut dinamakan sebagai proses
belajar.
Masih menurut Drs. M Uzer Usman belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan
yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat
berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapan atau dalam ketiga aspek yakini
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Sementara itu Dr. Arief
S. Sadiman berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses komplek yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti.
Manusia mengalami banyak sekali perubahan karena manusia telah belajar tentang
banyak hal, yaitu : belajar memperoleh pengetahuan dan pemahaman (bidang belajar kognitif),
memperoleh nilai dan sikap (bidang belajar dinamik afektif ). Adapun bidang perubahan yang
diakibatkan oleh adanya proses belajar adalah : perubahan tersebut bersifat menetap atau
kontiniue atau merupakan hasil dari interaksi aktif dari subyek dengan lingkungannya.
Menurut James O’Wittakes belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
dirubah melalui latihan atau pengalaman. Melalui proses belajar maka dibentuk senuah tingkah
laku yang baru pada seseorang dengan melalui serangkaian latihan sehingga orang tersebut dapat
result of experience” (belajar dapat ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku senagai hasil
dari pengalaman).
Howard mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ( dalam arti yang
luas ) ditimbulkan atau dirubah melalu praktek atau latihan. Dari perumusan ketiga tokoh
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perkembangan hidup manusia
sehingga belajar itu dapat berlangsung secara aktif dan integratife dengan menggunakan berbagai
dimana manusi akan memperoleh perubahan terutama perubahan tingkah lakunya yang diperoleh
Prestasi belajar, berasal dari kata “prestasi ” dan “belajar”. Prestasi memiliki makna yang
berarti hasil yang sudah dicapai. Sedangkan belajar adala usaha untuk memperoleh kepandaian
atau ilmu. Jadi arti dari prestasi belajar adalah penguasaan dan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Hasil dari mata pelajaran ini ditunjukkan dengan nilai
atau angka oleh guru kepada siswanya sebagai bentuk penghargaan atas apa yang telah
yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang
dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif
Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik
yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran
yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi
belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada
periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang
meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar.
Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari
tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya
menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi
belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal
Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan
besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan,
penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi).
Disamping itu siswa memerlukan atau harus menerima umpan balik secara langsung derajat
bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai.
Sedangkan prestasi belajar adalah hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran
kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dipilih adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada
dasarnya yang menjalankan PTK ini adalah guru selaku orang yang paling mengetahui tentang
keadaan siswa.
25 orang.
Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah bagaimana cara meningkatkan
Prestasi dan Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Sejarah dengan segal
Masalah (PBM).
Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk selanjutnya dianalisis guna
bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitaif adalah kata-kata, fakta dan statistik. Untuk
memperoleh data maka, diperlukan suatu metode pengumpulan data yang relevan dalam
penelitian ini digunakan penyaringan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan
catatan lapangan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek
penelitian yang dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi ini
berlangsung suasana kelas, pola interaksi, aktivitas siswa dan kejadian-kejadian selama proses
menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai unjuk
kerja guru dan aktivitas siswa selama pengembangan tindakan dalam pengembangan seajarah
b. Quesioner
Untuk mendapatkan data tentang hasil peningkatan minat dengan cara memberikan quesioner.
c. Tes
Untuk mendapatkan data tentang hasil peningkatan prestasi siswa dilakukan dengan cara
memberikan tes.
d. Wawancara
masalah.
arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-
Suatu penelitian akan memberikan nilai yang tinggi apabila digarap dengan sistematis
dan cermat. Maka untuk mendapatkan nilai yang tinggi digunakan alat pengumpulan data
penelitian yang memiliki tingkat kepercayaan dan memiliki tingkat kesahihan, yaitu:
Tingkat reliabilitas suatu instrumen menunjukan berapa kalipun data itu diambil akan
tetap sama. Instrumen yang reliabel sebenarnya mengnadung makna bahwa instrumen tersebut
cukup mantap untuk mengambil data penelitian, sehingga mampu mengungkap data yang akan
dipercaya hasilnya. Siapa pun yang menjumpai data itu akan merasa yakin bahwa data itu benar
adanya.
Suatu tes yang tidak reliabel sebagai suatu tes yang tidak baik karena tidak
b. Kelelahan
e. Ketidakajekan atau fluktuasi memori peserta tes dan pengetahuan khusus yang didapat peserta
Validitas suatu instrumen menunjukan adanya tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur.
Artinya, instrumen itu dapat mengungkap data dari variabel yang dikaji secara tepat. Isntrumen
yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi, sebaiknya instrumen yang kurang valid berarti
Berkenaan dengan kadar validitas instrumen, ada validitas logis dan validitas empiris. Validitas
logis diperoleh dengan usaha yang sangat hati-hati sehingga secara logika instrumen itu dicapai
menurut validitas yang dikehendaki. Validitas empiris yaitu validitas yang diperoleh berdasarkan
pengalaman
Baca Juga:
siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Adapun
Siklus 1 PTK:
a. Mengadakan pertemuan, guru pelaksanaan tindakan dan guru pengamat berdiskusi tentang
persiapan penelitian
b. Menyiapkan lembar observasi aktifitas guru, lembar aktifitas siswa, angket pertisipasi, angket
c. Menyiapkan rencana pelajaran yang telah disusun pada persiapan penelitian
d. Menyiapkan tape recorder dan alat tulis untuk observasi dan wawancara
pada mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA N 1 Mlati,Sleman, Yogyakarta pada materi tentang
Revolusi Industri yang dilakukan berdasarkan skenario yang telah di sepakati sebelumnya.
3. Observasi
Pada tahap observasi ini, dilaksanakan observasi aktifitas guru, observasi aktifitas siswa dan
wawancara dengan siswa. Observasi dilakukan oleh guru pengamat. Wawancara direkam dengan
4. Evaluasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, jumlah dan
b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran dan lain-
lain
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus
berikutnya
5. Refleksi
Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil evaluasi kemudian dianalisis. Hasil analisis
Siklus II PTK:
1. Rencana
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.
2. Tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus
pertama.
3. Pengamatan
4. Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menyusun rencana untuk
siklus ketiga.
1. Rencana
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua.
2. Tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus
kedua.
3. Pengamatan
Tim peneliti (gurudan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran.
4. Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan menganalisis serta
melaksanakan tindakan tertentu. Apakah pembelajaran yang telah dikemas dengan tindakan
tertentu dapat meningkatkan atau memperbaiki masalah yang diteliti dalam PTK tersebut.
Penelitian Tindakan kelas ini akan dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan. Mulai bulan
April s.d Mei 2012. Adapun rincian jadwal kegiatan penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
perangkat pembelajaran
a. Perencanaan tindakan √
a.Perencanaan tindakan √
evaluasi
a.Perencanaan tindakan √
evaluasi
2. Operasional
Arief Sidharta. 2006. Media Pembelajaran Sejarah. Jakarta : Depdiknas Dirjen PMPTK PPPG IPA
Arikunto, Suhasimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Madya, Suwarsih. 2007. Teori dan praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: ALFABETA
Poppy K Devu. Et al. 2006. Seri Mencerdaskan Siswa Sejarah kelas X. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Sardiman,A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Depdiknas
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia