Anda di halaman 1dari 29

 

                                                                            BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kualitas pembelajaran Sejarah serta prestasi belajar di Indonesia sampai saat ini masih

belum mengalami perubahan. Ada banyak  siswa yang cendrung menanggap remeh mata

pelajaran sejarah karena mereka menganggap mata pelajaran Sejarah Tidak penting dikarenakan

tidak permasuk dalam mata pelajaran yang di ujikan di UAS.

Banyaknya siswa yang menganggap remeh mata pelajaran Sejarah dikarenakan guru

mata pelajaran yang cendrung menggunakan metode yang kuno, yaitu ceramah. Para siswa

cendrung jenuh terhadap pelajaran Sejarah dikarenakan merasa bosan mendengar guru berbicara

di depan kelas. Siswa cendrung menyukai jika mata pelajaran sejarah ini ditampilkan contoh-

contoh berupa gambar-gambar maupun video-video yang menunjang materi pembelajaran

Sejarah.

Seperti yang kita ketahui, Sejarah merupakan sebuah mata pelajaran yang berhubungan

dengan masa lampau dimana tanpa adanya bukti Sejarah, maka kita tidak akan bisa memperoleh

sebuah kebenaran Sejarah. Selain itu didalam mencari sebuah kebenaran sejarah diperlukan

sebuah penalaran yang kuat agar peristiwa Sejarah itu dapat tersusun secara sistematis.

Dalam upaya meningkatkan penalaran siswa dalam metode pembelajaran Problem Based

Learning, diperlukan adanya sebuah penelitian seberapa besar pengaruh metode pembelajaran

berbasis masalah dalam meningkatkan penalaran siswa.


B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai

berikut:

·         Rumusan Masalah Umum

Apakah penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan Minat dan Prestasi

belajar sejarah siswa kelas XI IPS?

·         Rumusan Masalah Khusus

1.      Bagaimana peningkatan minat belajar siswa setelah penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) pada siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Mlati?

2.      Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) pada siswa kelas XI IPS di SMA Negri 1 Mlati?

C.    Cara Pemecahan Masalah

Cara memecahkan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah pendekatan dengan cara menggunakan model pembelajaran Problem Solving dimana

siswa diberikan masalah-masalah yang berkaitan dengan Sejarah kemudian siswa diminta untuk

mencari jalan penyelesaiannya.


D.    Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dah tujuan khusus,

masing-masing tujuan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1.      Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

Sejarah di SMA Negeri 6 Yogyakarta

2.      Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan daya

penalaran siswa dalam proses pembelajaran sejarah melalui metode pembelajaran Problem

Solving dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

E.     Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini mencakup peningkatan kualitas penalaran

terhadap mata pelajaran Sejarah siswa kelas X1 IPS  di SMA Negeri 6 Yogyakarta melalui

metode pembelajaran Problem Solving, sehingga dapat meningkatkan prestasi bejalar Sejarah

Siswa.
F.     Penjelasan Istilah

·         Prestasi belajar

Winkel (1996:226) :  prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh

seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang

setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Arif Gunarso (1993 : 77) : prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang

setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

·         Belajar

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono :  belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

·         Sejarah

Sejarah adalah suatu peristiwa masa lampau yang saling berkaitan satu dengan yang lain serta

mempunyai hubungan sebab-akibat.

·         Metode Problem Solving : Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan

metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah

baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri

atau secara bersama-sama.


G.    Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolag, guru dan bagi

siswa. Manfaat tersebut diuraikan seperi:

1.      Manfaat langsung bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat langsung bagi sekolah yaitu meningkatkan kualitas

pembelajaran Sejarah.

2.      Manfaat bagi guru dan siswa

a.       Manfaat bagi guru

Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas dan dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran

b.      Manfaat bagi siswa

Dapat memperoleh pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan, sehingga dapat

meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran Sejarah.


BAB II

Kajian Pustaka (Kajian Teoritik atau Landasan Teoritik)

A.    Penelitia Tindakan Kelas

1.      Pengertian dan definisi Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Action Classroom Research (CAR) adalah

penelitian tindakan yang di laksanakan oleh guru didalam kelas. Penelitian tindakan ada

hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan-riset-tindakan….” Yang

dilakukan guru dalam rangka memecahkan masalah. Terkait dengan pengertian PTK diatas, ada

beberapa definisi PTK yang perlu disiasati dan dipahami.


a.       Hoopkins (1993) : PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakuka oleh

pelaku tindakan untuk meningkatkan kemampuan rasional dan tindakan-tindakannya dalam

melaksakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam melaksanakan tugas

dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.

b.      Suyanto (1997) : PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan

tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik

pembelajaran di kelas secara professional.

c.       Tim PGSM (1999) : PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku

tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan,

serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.

2.      Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Apabila dirumuskan, karakteristik PTK dapat dijabarkan sebagai berikut:

a.       Masalah PTK berawal dari guru

PTK hauslah dipahami oleh permasalahan praktis yang dihayati oleh guru sebagai pelaku

pembelajaran dikelas. Guru merasakan ada masalahnya ketika ia mengajar dikelas. Guru

berusahan untuk mengatasi masalah itu dengan sebuah penelitian yang disebut PTK. PTK

bukanlah penelitian yang digunakan oleh pihak luar yang tidak tau tentang seluk beluk yang
terjadi didalam kelas. PTK bukanlah penelitian yang disarankan oleh pihak lain kepada guru,

melainkan muncul dari dalam diri guru sendiri yang merasakan adanya masalah.

b.      Tujuan PTK memperbaiki pembelajaran

Dengan PTK, guru akan berupaya untuk memperbaiki praktik pembelajaran agar menjadi lebih

efektif. Oleh karena itu, guru tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena melakukan

PTK. PTK tidak boleh menjadikan proses pembelajaran menjadi terganggu. Guru tidak perlu

mengubah jadwal rutin dikelas yang sudah direncanakan hanya untuk PTK. PTK haruslah

sejalan dengan rencana rutin sebagai guru. Bahkan, PTK jugadiharapkan tidak lagi memberikan

beban tambahan yang lebih berat. PTK justru harus dikerjakan terintegrasi dalam kegiatan

sehari-hari dikelas.

c.       PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif

Guru tidak harus sendirian dalam melakukan praktik pembelajaran dikelas. Namun,dapat

dilaksanakan dengan cara berkolaborasi dengan dosen maupun teman. Dengan cara seperti itu,

sebagai guru yang melaksanakn PTK akan banyak menerima masukan tentang prosedur PTK

yang benar.

d.      PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki

proses belajar mengajar di kelas.

Tindakan-tindakan tertentu tersebut dapat berupa penggunaan metode pembelajaran tertentu,

penerapan strategi pembelajaran tertentu,  pemakaian media dan sumber belajar tertentu, jenis

pengelolaan kelas tertentu, atau hal-hal yang bersifat inovatif lainnya. Oleh karena itu, penelitian
dikelas yang tanpa memberikan tindakan apa-apa di kelas untuk perbaikan praktik pembelajaran

bukanlah PTK.

e.       PTK dapa menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan

Hal tersebut dapat terjadi karena setelah meneliti kegiatan dikelas-dengan melibatkan siswa-

akan memperoleh balikan yang bagus dan sistematis untuk perbaikan praktik pembelajaran.

Dengan demikian, dapat membuktikan apakah suatu teori pembelajaran dapat diterapkan dengan

baik atau tidak dikelas. Selain itu juga dapat mengadaptasi atau mengadopsi teori tersebut untuk

diterapkan di kelas agar pembelajarannya efektif dan efisien, optimal,serta fungsional.

3.      Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

1)      Manfaat Umum

Manfaat langsung PTK bagi guru sebagai pengajar yang melaksanakan PTK antara lain:

a.       Membantu guru memperbaiki mutu pembeajaran

b.      Meningkatkan profesionalitas guru

c.       Meningkatkan rasa percaya diri guru

d.      Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya

Namun demikian, PTK adalah salah satu metode penelitian memiliki beberapa keterbatasan yang

diantaranya adalah validitasnya msih sering disangksikan, tidak dimungkinkan dilakukan


generalisasi karena sampel sangat terbatas, peran guru yang bertindak sebagai pengajar dan

sekaligus peneliti sering membuat dirinya menjadi sangat repot.

2)      Manfaat Khusus

Adapun manfaat khusus yang dapat dirasakan langsung oleh guru antara lain:

a.       Menumbuhkan kebiasaan menulis

b.      Menumbuhkan budaya meneliti

c.       Menggali ide baru

d.      Melatih pemikiran ilmiah

e.       Mengembangkan keterampilan

f.       Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas

B.     Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, disebutkan bahwa model merupaka pola (contoh),

acuan dan ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan model pembelajaran

menurut Soekamto (Trianto, 2007) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajarn

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.


Suatu model pembelajaran dapat saja berhasil dengan baik jika diterapkan dalam materi

tertentu dengan tujuan tertentu dan tidak akan berlaku demikian pada setiap materi dan tujuan

belajar yang berbeda. Berbagai pertimbangan perlu dilakukan dalam menentukan model

pembelajaran yang akan digunakan, diantaranya materi pelajaran, sarana dan fasilitas yang

tersedia.

1.      Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan terjemahan dari Problem Based Learning

(PBL) yang sebelumya dikenal dengan Problem Based Instruction (PBI) atau pengajaran

Berbasis Masalah. Ibrahim (Trianto,2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis

masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir,

memecahkan masalah dan keterampilan intelektual. Berikut ini  adalah beberapa pendapat

mengenai PBM:

a.       Barrows dan Tamblyn mengungkapkan bahwa PBM adalah pembelajaran yang dihasilkan dari

proses kerja menuju kesepakatan atau penyelesaian suatu masalah. Dengan masalah yang riil dan

relevan dengan pembelajara.

b.      Arends mengungkapkan bahwa PBM merupakan suatu pembelajaran dimana siswa mengerjakan

permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,

mengembangkan penyelidikan dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan

kemandirian dan percaya diri. (trianto, 2007)


c.       Menurut Dewey berlajar berbasis masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon,

merupakan hubungan dua arah antara belajar dengan lingkungan. Lingkungan memberi masalah

dan beberap petunjunk bantuan, sedangkan system saraf berfungsi menafsirkan petunjuk tersebut

secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki dan dianalisis untuk selanjutnya

dicari pemecahannya. (Trianto,2007)

2.      Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

PBM secara khusus memiiki karakteristik yang membedakannya dari model-model pembelajaran

lainnya. Menurut Arends (Trianto,2007) karakteristik tersebut diantaranya sebagai berikut:

a.       Pengajuan Masalah. Pemunculan maslah pada awal PBM merupakan cirri yang paling utama

dari pembelajaran berbasis masalah. Masalah yang diajukan merupakan masalah dari kehidupan

nyata autentik dan memungkinkan munculnya berbagai solusi.

b.      Keterkaitan antar disiplin. Masalah yang diselidiki benar-benar nyata, sehingga siswa dapat

meninjau permasalahan terseut dari berbagai disiplin ilmu yang mungkin.

c.       Penyelidikan autentik. PBM berbasis masalah mengharuskan siswa manganalisis dan

mendefinisikan maslah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan hipotesis, mengumpulkan

informasi,menganalisis dan membuat kesimpulan.

d.      Menghasilkan produk baru dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya dalam bentuk

demonstrasi kepada teman-teman yang lain untuk berbagai pengetahuan.


e.       Kolaborasi. Pembelajaran ini ditandai juga oleh kerjasama antara satu siswa dengan yang

lainnya.

Selain cirri diatas, PBM tidak bertujuan untuk membantu guru memberikan informasi

sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan bertujuan utnuk membantu siswa

mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan pemecahan masalah serta pembelajar yang

mandiri.

C.    Definisi Belajar

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Moh Uzer Usman mengatakan bahwa manusia adalah animal education yang artinya bahwa anak

manusia hanya akan menjadi manusia yang sempurna apabila dididik. Dididik dalam pengertian

disini adalah sebuah pendidikan yang dapat dipertanggujawabkan bisa itu lewat sekolah maupun

lewat non sekolah, namun tidak semua proses perubahan tersebut dinamakan sebagai proses

belajar.

Masih menurut Drs. M Uzer Usman belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan

yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat

berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapan atau dalam ketiga aspek yakini

pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Sementara itu Dr. Arief
S. Sadiman berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses komplek yang terjadi pada semua

orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti. 

Manusia mengalami banyak sekali perubahan karena manusia telah belajar tentang

banyak hal, yaitu : belajar memperoleh pengetahuan dan pemahaman (bidang belajar kognitif),

belajar memperoleh keterampilan (bidang belajar sensorik psikomotorik) dan belajar

memperoleh nilai dan sikap (bidang belajar dinamik afektif ). Adapun bidang perubahan yang

diakibatkan oleh adanya proses belajar adalah : perubahan tersebut bersifat menetap atau

kontiniue atau merupakan hasil dari interaksi aktif dari subyek dengan lingkungannya.

Menurut James O’Wittakes belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau

dirubah melalui latihan atau pengalaman. Melalui proses belajar maka dibentuk senuah tingkah

laku yang baru pada seseorang dengan melalui serangkaian latihan sehingga orang tersebut dapat

menggali pengalamannya. Menurut Cronbach, “learning is shown by change in behavior as a

result of experience” (belajar dapat ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku senagai hasil

dari pengalaman).

Howard mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ( dalam arti yang

luas ) ditimbulkan atau dirubah melalu praktek atau latihan. Dari perumusan ketiga tokoh  

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perkembangan hidup manusia

sehingga belajar itu dapat berlangsung secara aktif dan integratife dengan menggunakan berbagai

bentuk perbuataan untuk mencapai suatu tujuan.


Dari pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses

dimana manusi akan memperoleh perubahan terutama perubahan tingkah lakunya yang diperoleh

berdasarkan pengalaman hidup.

D.    Definisi Prestasi Belajar

Prestasi belajar, berasal dari kata “prestasi ” dan “belajar”. Prestasi memiliki makna yang

berarti hasil yang sudah dicapai. Sedangkan belajar adala usaha untuk memperoleh kepandaian

atau ilmu. Jadi arti dari prestasi belajar adalah penguasaan dan pengetahuan atau keterampilan

yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Hasil dari mata pelajaran ini ditunjukkan dengan nilai

atau angka oleh guru kepada siswanya sebagai bentuk penghargaan atas apa yang telah

dikerjakan oleh siswanya.

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan

yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang

dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif

Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai

oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik

yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran

yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi

belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk

simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada
periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang

meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang

diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar.

Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari

tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya

menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi

belajar berupa tes yang disusun secara terencana  untuk mengungkap performasi maksimal

subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.

Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan Pengertian Prestasi Belajar sebagai berikut:

Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan

besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan,

penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan  untuk menyelidiki,  mengartikan situasi).

Disamping itu siswa memerlukan atau  harus menerima umpan balik secara langsung derajat

sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test).

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha

bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai.

Sedangkan prestasi belajar adalah hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran

kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan

jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.


BAB III

Metode Penelitian

A.    Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).  Pada

dasarnya yang menjalankan PTK ini adalah guru selaku orang yang paling mengetahui tentang

keadaan siswa.

B.     Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI  SMA Negeri 6 Yogyakarta sebanyak

25 orang.

C.    Perumusan Variabel-Variabel

Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah bagaimana cara meningkatkan

Prestasi dan Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Sejarah dengan segal

permasalahannya sebagai tempat praktik pembelajaran melalui model Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM).

D.    Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

1.       Metode Pengumpulan Data

Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk selanjutnya dianalisis guna

mendapatkan suatu kesimpulan. Menurut Lofland dalam Moleong (2006:157) mengemukakan

bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitaif adalah kata-kata, fakta dan statistik. Untuk

memperoleh data maka, diperlukan suatu metode pengumpulan data yang relevan dalam

penelitian ini digunakan penyaringan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan

catatan lapangan.  Adapun metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

a.      Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek

penelitian yang dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi ini

dilakukan dengan harapan memperoleh informasi, mengenai gambaran pembelajaran yang

berlangsung suasana kelas, pola interaksi, aktivitas siswa dan kejadian-kejadian selama proses

pembelajaran tersebut.  Instrumens yang digunakan dalam observasi adalah dengan

menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai unjuk

kerja guru dan aktivitas siswa selama pengembangan tindakan dalam pengembangan seajarah

melalui pembelajaran berbasis masalah.

b.      Quesioner

Untuk mendapatkan data tentang hasil peningkatan minat dengan cara memberikan quesioner.

c.       Tes

Untuk mendapatkan data tentang hasil peningkatan prestasi siswa dilakukan dengan cara

memberikan tes.

d.      Wawancara

Untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran berbasis

masalah.

e.       Studi dokumentasi


Studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-

arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-

lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 2004: 181).

2.      Instrumen Pengumpulan Data

Suatu penelitian akan memberikan nilai yang tinggi apabila digarap dengan sistematis

dan cermat. Maka untuk mendapatkan nilai yang tinggi digunakan alat pengumpulan data

penelitian yang memiliki tingkat kepercayaan dan memiliki tingkat kesahihan, yaitu:

1.        Reliabilitas Instrumen

Tingkat reliabilitas suatu instrumen menunjukan berapa kalipun data itu diambil akan

tetap sama. Instrumen yang reliabel sebenarnya mengnadung makna bahwa instrumen tersebut

cukup mantap untuk mengambil data penelitian, sehingga mampu mengungkap data yang akan

dipercaya hasilnya. Siapa pun yang menjumpai data itu akan merasa yakin bahwa data itu benar

adanya.

Suatu tes yang tidak reliabel sebagai suatu tes yang tidak baik karena tidak

mempertimbangkan adanya faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a.    Familieritas dengan bentuk tes khusus

b.    Kelelahan

c.    Keadaan emosional


d.   Kondisi fisik, kondisi lingkungan

e.    Ketidakajekan atau fluktuasi memori peserta tes dan pengetahuan khusus yang didapat peserta

tes di luar pengalaman yang dievaluasi melalui tes.

2.        Validitas Instrumen

Validitas suatu instrumen menunjukan adanya tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur.

Artinya, instrumen itu dapat mengungkap data dari variabel yang dikaji secara tepat. Isntrumen

yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi, sebaiknya instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah.

Berkenaan dengan kadar validitas instrumen, ada validitas logis dan validitas empiris. Validitas

logis diperoleh dengan usaha yang sangat hati-hati sehingga secara logika instrumen itu dicapai

menurut validitas yang dikehendaki. Validitas empiris yaitu validitas yang diperoleh berdasarkan

pengalaman

Baca Juga:

Validitas dan Reliabilitas

Analisis Data Dalam Skripsi

Metode Pengumpulan Data Validitas Dan Reliabilitas

E.     Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana kegiatan setiap

siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Adapun

rincian kegiatannya adalah sebagai berikut:

Siklus 1 PTK:

1.      Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap  perencanaan adalah :

a.       Mengadakan pertemuan, guru pelaksanaan tindakan dan guru pengamat berdiskusi tentang

persiapan penelitian

b.      Menyiapkan lembar observasi aktifitas guru, lembar aktifitas siswa, angket pertisipasi, angket

respon siswa, soal tes, pedoman wawancara dan catatan lapangan

c.       Menyiapkan rencana pelajaran yang telah disusun pada persiapan penelitian

d.      Menyiapkan tape recorder dan alat tulis untuk observasi dan wawancara

2.      Pelakasaan tindakan

Pelaksanaan tindakan, berupa kegiatan nyata penerapan pembelajaran berbasis masalah

pada mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA N 1 Mlati,Sleman, Yogyakarta pada materi tentang

Revolusi Industri yang dilakukan berdasarkan skenario yang telah di sepakati sebelumnya.

3.      Observasi
Pada tahap observasi ini, dilaksanakan observasi aktifitas guru, observasi  aktifitas siswa dan

wawancara dengan siswa. Observasi dilakukan oleh guru pengamat. Wawancara direkam dengan

tape recorder dan dicatat dalam catatan lapangan.

4.      Evaluasi

Pada tahap evaluasi ini  peneliti:

a.         Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, jumlah dan

waktu dari setiap macam tindakan

b.        Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran dan lain-

lain

c.         Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus

berikutnya

d.        Evaluasi tindakan I.

5.      Refleksi

Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil evaluasi kemudian dianalisis. Hasil analisis

digunakan untuk merencanakan pada siklus selanjutnya.

Siklus II PTK:

1.         Rencana
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

2.         Tindakan

Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus

pertama.

3.         Pengamatan

Tim peneliti (gurudan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran.

4.         Refleksi

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menyusun rencana untuk

siklus ketiga.

Siklus III PTK:

1.         Rencana

Tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua.

2.         Tindakan

Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus

kedua.

3.         Pengamatan
Tim peneliti (gurudan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran.

4.         Refleksi

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan menganalisis serta

membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan dengan

melaksanakan tindakan tertentu. Apakah pembelajaran yang telah dikemas dengan tindakan

tertentu dapat meningkatkan atau memperbaiki masalah yang diteliti dalam PTK tersebut.

F.     Penjadwalan Kegiatan Penelitian

Penelitian Tindakan kelas ini akan dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan. Mulai bulan

April s.d Mei 2012. Adapun rincian jadwal kegiatan penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:

No Kegiatan Minggu ke-


1 2 3 4 5 6 7
1 Persiapan:

a.  Penyusunan pedoman kerja √

b.  Penyusunan Instrumen dan √

perangkat pembelajaran

2 Pelaksanaan Penelitian siklus 1

a. Perencanaan tindakan √

b.Pelaksanaan tindakan, observasi, √


evaluasi

c. Analisis dan refleksi √


3 Pelaksanaan penelitian suklus 2

a.Perencanaan tindakan √

b.   Pelaksanaan tindakan, observasi, √

evaluasi

c.Analisis dan refleksi



4 Pelaksanaan penelitian suklus 3

a.Perencanaan tindakan √

b.   Pelaksanaan tindakan, observasi, √

evaluasi

c.Analisis dan refleksi



5 Pelaksanaan monitoring √ √
6 Seminar hasil penelitian √
7 Penyusunan laporan penelitian √

G.    Komponen Biaya

1.      Persiapan pendahuluan

a.       Fotocopy ulasan peneltian                                                Rp.      30.000


b.      Penjilidan ulasan penelitian                                   Rp.      10.000

Jumlah                                                                 Rp.      40.000

2.      Operasional

a.       Perencanaan tindakan                                           Rp.      30.000

b.      Implementasi tindakan (Transport)                       Rp.      50.000

c.       Observasi dan evaluasi                                          Rp.      50.000

Jumlah                                                                 Rp.      130.000

3.      Penyusunan  laporan hasil penelitian                         

a.       Fotocopy laporan                                                  Rp.       100.000

b.      Penjilidan laporan                                                 Rp.        30.000

Jumlah                                                                 Rp.      130.000

Jumlah biaya keseluruhan                                                   Rp.      300.000

H.    Personalia Penelitian


Penelitian Tindakan Kelas ini melibatkan penulis sebagai ketua peneliti dan dibantu oleh seorang

guru sebagai anggota peneliti atau obserber.

I.       Daftar Pustaka

Arief Sidharta. 2006. Media Pembelajaran Sejarah. Jakarta : Depdiknas Dirjen PMPTK PPPG IPA

Arikunto, Suhasimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Dikmenum. 2005. Kurikulum mata Pelajaran Sejarah. Jakarta : Artikel

Ghony, M. Djunaidi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang : UIN-Malang Press.

Ibrahim, M,et al. 2000. Pembelajarah Koperatif . Surabaya : University Press.

Oemar Hamalik . 1980. Media Pendidikan. Bandung : Transito

Madya, Suwarsih. 2007. Teori dan praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: ALFABETA

Poppy K Devu. Et al. 2006. Seri Mencerdaskan Siswa Sejarah kelas X. Bandung : PT  Remaja

Rosdakarya.

Sudikin,.2002 . Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Insan Cendikia.

Sardiman,A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.        

Sukarman, H. 2003. Dasar-dasar didaktik dan   peeenerapannnnya dalam pembelajaran. Jakarta :

Depdiknas
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia

Anda mungkin juga menyukai