Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN KELUARGA
KONSEP TEORI DAN MODEL FRIEDMAN

Disusun Oleh :

MULIANI INDAH SARI


1801022

STIKES PANAKUKKANG MAKASSAR


PRODI S1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
memberikan kami waktu maupun pikirannya dalam menyelesaikan makalah ini. Dan harapan penyusun
semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi para pembacanya.
Karena keterbatasan kemampuan pengetahuan pengalaman penyusun, tentu saja masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terimakasih terhadap semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih

Makassar, 17 Maret 2021

1
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Depkes RI, 1998 dalam Harnilawati, 2013). M. Friedman berpendapat
bahwa keluarga merupakan sekumpulan dari dua orang atau lebih yang hidup secara
bersama yang memiliki keterkaitan aturan dan emosional dan memiliki peran masing
masing sebagai bagian adari keluarga (Friedman 1998, dalam Ferry, 2009) Keluarga
berperan dalam membentuk kebudayaan yang sehat sehigga diharapkan akan tercipta
tatanan masyarakat yang baik melalui keluarga.

Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling
berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan
mempengaruhi pula keluarga keluarga lain yang ada di sekitarnya. Pemberian pelayanan
keperawatan kepada keluarga memerlukan gambaran yang dapat digunakan
sebagai tuntunan dalam pemberian
pelayanan keperawatan keluarga secara maksimal. Keperawatan sebaga disiplin ilmu
memiliki model yang dapat diaplikasikan pada suatu praktik keperawatan keluarga.
Model konseptual Keperawatan Pengkajian Friedman ini diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai pemberian pelayanan
keperawatan bagi keluarga sehingga dapat mewujudkan pelayanan keluarga yang baik
dan maksimal. Model keperawatan keluarga perlu dikembangkan
di Indonesia untuk menciptakan keluarga yang sehat dan sejahtera.

B. Tujuan

1. Mengetahui Model Konseptual Keperawatan Keluarga

2. Mengetahui Model Pengkajian Keperawatan Keluarga Menurut Friedma

1
BABII
PEMBAHASAN

A. Model Konseptual Keperawatan Keluarga

Model Konseptual adalah struktur konsep dan dan teori yang secara bersama memberikan
gambaran dalam mengembangkan suatu keilmuan. Model konseptual merupakan cara
berfikir tentang individu dan lingkungannya yang dapat bermanfaat berbagai situasi yang
membantu dalam memprioritaskan pelayanan dan memberikan tantangan kepada perawat
untuk mampu merubah kondisi pasien dari sikap yang hanya bertahan menjadi mandiri
(Nursing Theories, 2008 dalam Susanto, 2012)

B. Model Pengkajian Keluarga Friedman

Proses keperawatan yang dilakukan pada lingkup keluarga akan berbeda-beda


tergantung pada fokus keperawatan yang dipilih. Perbedaan tergantung pada kemampuan
perawat dalam mengkonseptualisasi keluarga (Susanto,2012)

Perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga menggunakan dua strategi yaitu
perawatan pada individu dan keluarga, serta keluarga sebagai sistemnya, sehingga dalam
melakukan proses keperawatan akan lebih kompleks dan mendalam (Friedman 2004 dalam
Susanto 2012)

Model Penilaian Keluarga Friedman atau FFAM (Friedman Family Assessment Model) ,
yang dikembangkan oleh Marilyn Friedman pada tahun 1980an, didasarkan pada sintesis teori
sistem umum, teori pengembangan keluarga, dan teori lintas budaya yang berperan sebagai
model di bawah tekanan (Friedman et al. 2003, dalam Boomer, 2004)

FFAM mencerminkan data keluarga organisasi fungsional structural yang dimaksudkan


untuk membantu perawat dalam pendekatan mereka terhadap perawatan keluarga. Memandang
keluarga sebagai sistem terbuka dengan perhatian diarahkan pada struktur keluarga, dan
saling keterkaitan hubungan dengan sistem sosial yang memberi konteks keluarga sebagai klien.
Pengkajian pada keperawatan Keluarga pada struktur dan fungsi keluarga dilakukan secara
menyeluruh dan terintegrasi. (Friedman 2004 dalam Susanto 2012)

Model Pengkajian Keluarga Menurut Friedman terdiri dari enam kategori yaitu (Friedman,
1998):
1. Mengidentifikasi data
2. Tahap perkembangan dan riwayat keluarga 3. Datalingkungan
3. Struktur keluarga
4. Fungsikeluarga
5. Stress dan kopingkeluarga
Setiap kategori terdiri dari banyak sub kategori. Perawat yang mengkaji keluarga harus
mampu memutuskan kategor i mana yang relevan dengan kasus yang dihadapi sehingga dapat
digali lebih dalam pada saat kunjungan dengan demikian masalah dalam keluarga dapat mudah
diidentifikasi. Tidak semua dari kategori harus di kaji tetapi tergantung pada tujuan, masalah
dan sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga. Berikut adalah uraian dari pengkajian
keluarga
1. MengidentifikasiData
Seperti hal semua alat pengkajian,penting untuk memulai dengan mendapatkan informasi
1
identifikasi tentang klien keluarga.Mempelajari keluarga,daftar susunan keluarga dan/atau
genogram keluarga menghasilkan strategi pengkajian yang paling bagus. Pada Identifikasi
data berisi :
a. Komposisi Keluarga
Komposisi keluaga menyatakan anggota keluarga yang diidentifikasi bagian dari
keluarga mereka.Komposisi boleh jadi tidak hanya penghuni rumah tangga,tapi juga
keluarga besar lain,anggota keluarga fikti yang menjadi bagian keluarga
tersebut.Penyelesaian daftar komposisi keluarga meliputi pengumpulan data
berikut:
1. Nama keluarga
2. Alamat
3. Nomor telepon
4. Komposisi
b. Genogram Keluarga
Strategi pengakajian kedua untuk mengetahui keluarga adalah genogram keluarga atau
pohon keluarga.Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan
konstelasi keluarga atau pohon keluarga yang merupakan alat pengkajian informatif
yang digunakan untuk untuk mengetahui keluarga,riwayat dan sunber-sumber keluarga.
c. Membuat Genogram
Anggota keluarga yang ditempatkan dalam barisan horizontal menggambarkan garis
generasi misalnya perkawinan dan hukum adatdigambarkan dengan garis
horizontal.Anak-anak digambarkan dalam garis vertikal,sedankan laki-laki
digambarkan dengan kotak,wanita dengan lngkaran.biasanya genogram keluarga
dibuat pada saat kunjungan pertama dan direvisi kemudian setelahterdapat informasi
baru
d. Orientasi kultur keluarga
Latar belakang atau orientasi kultul keluarga bleh jadi merupakan variabel yang
paling berkaitan dalam memahami perilaku sistem nilai dan fungsi keluargakarena
memahami latar belakang budaya keluarga sangat penting dalam merawat keluarga
maka perbedaan keluarga dikalangan kedua kelompok etnis terbesar di negara
Amerika serikat.
e. Perananan Budaya dalam Praktik
Dalam konseling keluarga kebudayaan merupakan hal yang sangat penting
menunjukan bahwa dalam terapi keluarga,baik seorang profesional perawatan
kesehatan maupun klien harus memiliki keterpautan pola-pola budaya.apabila tidak ada
data tentang kebudayan,maka tidak mungkin bagi pekerja dalam bidang
perawatan kesehatan mengenali arti dari perilaku atau tindakan- tindakan menurut
budaya.pentingya keharmonisan budaya dari perawat-klien tercatat dengan baik
f. Pluralisme kultur –Etnis
Pluralisme etnis merupakan suatu ciri integral dari masyarakat manusia dan
etnisitas terus menjadi bagian organis dari perubahan- perubahan sosial dan
kultur.proses-proses utama yang berkaitan dengan industrialisasi dan urbanisasi belum
menyebabkan hilangnya komunitas-komunitas etnis maupun
punahnya perbedaan-perbedaan etnis dalam proses sosial utama.kemononjolan
komunitas etnis menunjukan instiusi-tnis dan jaringan kerja sosial,bahkan waktu
mereka berubah ttapi mereka tetap menjadi sumber-sumber utama identtifikasi
kelompok
g. Etnisitas
1
Websiter’s Dictionar i (1988) mendifinisikan etnis sebagai sebuah kata sifat yang
berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan-kebiasaan yang lazim.etnisitas digunakan
secara bergantian kelompok budaya,meskipun etnisitas didefinisikan secara lebih
sempit(dalam arti sekelompok orang)daripada kebudayan.subkultur/budaya adalah
kelompok dalam masyarakat yang anggota-angota memiliki sendiri serangkaian
nilai-nilai budaya,keyakinan-keyakinan praktik dalam sebuah kelompok.identitas etnis
merupakan suatu istilah terkaiy lainya yang mengkarifikasikan diri mereka dalam
hubungannya dengan orang laindan sejauh mereka bersosialisasi dengan orang-orang
dari latar belakang budaya yang sama.
h. Stereotiping
Kurangnya penghargaan trerhadap perbedaan-perbedaan atau lebel individu disebuat
sterotiping yang meliputi penolakan attau tidak menghargai peerbedaan individu atau
kelompok setiap orangdari latar belakang budaya tertentu dilihat sama dan dipandang
memegang teguh karakteristik mereka.
i. Alkuturasi
Keterbukaan orang-orang dari kelompok budaya tertenu terhadap kelompok budaya
lain akan menyebabkan suatu proses sosial budaya disebut alkuturasi.sebagai salah
satu faktor penyebab utama variasi utama didalam sebuah kelompok
etnis.alkutturasi terdiri dari perubahan perlahan-perlahan yang dihasilkan
dalam kebudayan oleh pengaruh dari suatu kebudayaan lainyang
menyebabkan bertambahnya persamman kedua kebudayyan tersebut.
j. Etnosentrisme
Memberikan pengertian kurangnya relativisme budaya. Kecendrungan dari para
profesional menjadi etnosentris mulai menyebar ketika bekerja dengan
keluarga-keluarga berlatar
belakang sosial budaya yang berbeda.karena tendensi yang tidak menguntungkan ini,
kepentingan untuk mempelajari keluarga- keluarga dari budaya lain semakin lebih besar.
k. Imposisi kebudayaan
Hasil dari etnosentrisme adalah masalah yang disebut imposisisi kebudayaan.karena
para pekerja secara sadar maupun tidak sadar merasa bahwa keyakinan-keyakinan dan
praktik-praktik mereka lebih hebat (superior) dan pantas.imposisi dapat
menyebabkan konflik budaya yaitu situasi dimana para profesional dalam
bidang perawatan kesehatan secara jelas maupun tidak kelihatan mencoba menerapkan
praktik kesehatan mereka pada klien dan klien tersebut memberikan reaksi secara
negatif.sebagai perwawat kita dapat memikirkan banyak cara dimana klien akan balik
menyerang,yang banyak kali mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri sehingga
merugikan mereka karena praktek-praktek kesehatan kurang menghargai keyakinan-
keyakinan dan dan prkatik-praktik mereka yang terpola secara budaya.

1. Sistem-sistem perawatan kesehatan indegenus


Konsep terakhir dari konsep budaya yang lebih umum mempunyai keterkaitan
yang lebih spesifik dengan praktik perawatan kesehatan.sistem perawatan kesehatan
indegenus (atau kerabat) ini memakain modalitas perawatan kerabat
tradisional.biasanya berada digaris depan,menjadi praktisi perawatan kesehatan
primer penyembuh (dukun)pertama yang menjadi tempat konsultasi keluarga-
keluarga etnis yang tidak berakulturasi.
1
2. Tahap Perkembangan dan Riwayat Keluarga
Mengetahui bagaimana keluarga dapat berkembang sampai saat ini. Berisi 4 komponen
data mengenai tahap perkembangan keluarga saat ini, sejauh mana keluarga memenuhi
tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan keluarga, riwayat keluarga
inti dan riwayat keluarga asal. Pada riwayat keluarga inti, dikaji mengenai riwayat keluarga
mulai lahir hingga saat ini, yang meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayatkesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit (imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa
digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman
penting yang berhubungan dengan kesehatan (perceraian, kematian, kehilangan), sedangkan
pada riwayat keluarga asal, yaitu dikaji mengenai riwayat keluarga asal kedua orangtua
seperti, bagaimana kehidupan keluarga asalnya, hubungan masa silam saat bersama orang
tua)
3. Data Lingkungan
Berisi data seputar lingkungan dimana keluarga tinggal
a. Lingkungan Keluarga
Interaksi antar anggota dalam keluarga merupakan bentuk lingkungan sosial keluarga
yang paling dekat ini dinamakan mikrosistem. Pada tingkat ini interaksi langsung dan
tatap muka sangat mempengaruhi lingkungan internal keluarga. Pada tahap yang lebih
luas keluarga berada pada tahap makrosistem misalnya sistem pendidikan, sistem kerja.
Berbicara bahasa sistem, makrosistem menujuk pada suprasistem. Tuntutan-
tuntutan lingkungan dan stres lingkungan (dimana tuntutan melebihi sumber-sumber
yang keluarga miliki) yang ada dalam mikrosistem dan makrosistem keluarga (Melson
1983, dalam Friedman, 1998).
b. Perumahan: Rumah Keluarga
Lingkungan yang sehat teruntuk rumah keluarga yang merupakan identitas dari sebuah
keluarga merupakan aspek penting dari fungsi keluarga itu sendiri. “Rumah merupakan
tempat di mana segala sesuatu tidak asing dan tidak berubah di mana orang
menjaga perasaan memiliki otonom juga kontrol” (Rauckhorst dkk, 1982 dalam
Friedman, 1998). Pengaruh gaya hidup keluarga, budaya, nilai, minat, dan status
ekonomi yang berbeda tiap keluarga akan mempengaruhi gambaran rumah bagi
mereka. Bila keluarga memiliki lingkungan hidup yang sehat makan akan menciptakan
lingkungan yang bersifat memayungi, melindungi, protektif, dan memuaskan. Melalui
kunjungan rumah, perawat akan melakukan observasi terhadap rumah tersebut
sehingga dapat mengkaji, memahami keluarga dan gaya hidupnya. Kondisi sanitasi
dan keamanan rumah menjadi fokus peengkajian (Daniel 1986 dalam Friedman,
1998)
c. Perumahan dan Efek-Efeknya
Kondisi rumah dan penempatannya akan menimbulkan berbagai efek dan pengaruh bagi
keluarga itu sendiri misalnya mempengaruhi keluarga dan lingkungan sosialnya.
Khususnya, kondisi perumahan yang amat sangat memprihatinkan, secara
perspektif dapat merugikan mempengaruhi perilaku dan sikap (Schorr, 1970
dalam Friedman, 1998). Efek dari perumahan dapat dilihat dalam tiga bidang utama.
Pertama adalah aspek psikologis yang mempengaruhi persepsi diri dan kepuasan hidup.
Kedua adalah efek ruang misal perbaikan, fasilitas, dan penataan dalam rumah akan
mempengaruhi privasi, pengasuhan anak, dan kebiasaan belajar. Ketiga, pengaruh dari
perumahan yang buruk dan lokasinya, seperti rumah yang dekat dengan pembuangan
1
sampah beracun akan menimbulkan kerugian yaitu dampaknya bagi kesehatan
anggota keluarga.
d. Teritorialitas dan Keluarga
Setiap keluarga memiliki keinginan untuk mmemiliki dan menempati daerah tertentu
atau wilayah teritorial. Sehingga mungkin saja kunjungan dari seorang perawat dapat
mengganggu teritori orang lain, keluarga juga mungkin merasa kurang nyaman apalagi
ketika perawat tidak diundang secara khusus ke rumah. Daerah sekitar rumah
merupakan suatu daerah di mana keluarga relatif amat sangat memiliki kebebasan
perilaku, hak mengontrol, dan memiliki kekuasaan atas daerah dan anggota-
anggotanya. Dalam kesehatan bermasyarakat khususnya keluarga, apabila terdapat salah
satu anggota yang sakit bisa saja di sembuhkan ke komplek geografis yang lebih luas,
akan tetapi keluarga lebih memilik teritori yang mereka anggap lebih baik, karena
kegelisahan/ketakutan jika dirawat di luar teritori mereka.
e. Pengaruh Kepadatan di Rumah
Kepadatan ialah istilah dari berdesak-desakkan. Kepadatan sendiri sangat erat
dikaitkan dengan status sosial ekonomi dan latar belakang etnis. Kepadatan di
rumah memiliki efek yang cenderung tidak baik karena anggota keluarga sering
menghabiskan waktu di luar rumah ketimbang di dalam rumah. Efek yang bisa
ditimbulkan seperti kelelahan, tidur yang sedikit, perselisihan antar anggota. Menurut
Epstain 1989 dalam Friedman, 1998 kontrol dan pribadi yang sadar dapat
memengaruhi bagaimana individu dapat beradaptasi dengan keadaan yang padat.\
f. Keamanan di Rumah Keadaan kondisi keamanan rumah merupakan salah satu kajian
yang penting.
1. Khusus yang ada di dalam rumah, kecelakaan
merupakan salah satu ancaman terhadap status kesehatan keluarga. Perawat memiliki
tujuan ketika melakukan pengkajian dan kunjungan ke rumah klien yaitu
meningkatkan kesadaran anggota keluarga mengenai pentingnya keamanan dalam
rumah sendiri sehingga dapat menghindari kecelakaan dalam rumah. Menurut Mc
Ferlane 1986 dalam Friedman, 1998, kecelakaan di rumah membunuh kira-kira
27.000 orang dan luka lebih dari 4,2 juta orang di Amerika Serikat tiap tahunnya,
dari kematian di atas, 98.000 meninggal karena terjatuh, 5700 meninggal
karena kebakaran, 2500 meninggal karena keracunan. Hampir semua
penyebab kematian di rumah karena kecelakaan dapat dicegah dengan pendidikan
keselamatan.
2. Bidang-Bidang Pengkajian: Rumah
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dianjutkan untuk melengkapi kajian terhadap
lingkungan rumah; baik Kndzari maupun Howard (1981) dan Rauckhorst dkk (1982)
dalam Friedman, 1998 memberi cakupan mendalam dalam bidang ini:
a. Apakah keluarga tersebut memiliki sendiri rumah tersebut ataukah menyewa?

b. Gambarkan kondisi rumah (interior dan eksterior) beserta kelayakannya

c. Amati pasokan air, sanitasi, dan fasilitas memasak di dapur

d. Amati keadaan kamar mandi, lengkapkah fasilitasnya

e. Kaji pengaturan tidur malam rumah

f. Amati kondisi kebersihan dan sanitasi umum

g. Kaji perasaan subjektif anggota keluarga mengenai rumah 8) Identifikasi unit


1
teritorial mereka

h. Evaluasi pengaturan privasidan bagaimana keluarga merasakan


adekuasi dari privasinya

i. Evaluasi ada atau tidaknya bahaya lain dalam rumah 11) Evaluasi memadainya
tempat pembuangan sampah

j. Kaji kepuasan anggota keluarga mengenai kondisi rumah secara menyeluruh

3. Lingkungan Fisik: Lingkungan Tetangga dan Komunitas Lingkungan keluarga dan


komunitas sangat mempengaruhi keluarga. Untuk itu perawat keluarga perlu
mengkaji keluarga dan keseluruhannya. Keluarga memiliki lingkungan luar
dan lingkungan dalam. Lingkungan luar meliputi konsep teritorial yang digambarkan
sebelumnya. Unit teritorial digambarkan meliputi lingkungan sekitaran rumah.
Sementara “kelompok teritorial” dan kompleks teritorial berhubungan dengan
lingkungan keluarga dan komunitas.

4. Efek-Efek Lingkungan Komunitas terhadap Keluarga

Efek dari lingkungan komunitas terhadap keluarga dapat dilihat dari interaksi sosial
yang terjadi dalam berbagai lingkungan. Homogenitas terbukti lebih penting
ketimbang proksimitas (kedekatan) dalam menciptakan sejumlah persahabatan dan
asosiasi (Schorr, 1970 dalam Friedman, 1998). Kedekatan menciptakan sering
terjadinya kontak dengan kaum kerabat atau tetangga yang lain, tetangga lebih
cenderung terlibat secara mendalam ke dalam kehidupan keluarga lain. Terdapat
keterikatan yang kuat dengan tempat itu sendiri di mana hubungan itu
diidentifikasian dengan lokalitas.
5. Bidang-Bidang Pengkajian: Lingkungan Tetangga dan Komunitas
1. Apa karakteristik dari lingkungan paling dekat dengan komunitas
2. Apa karakter demografis dari komunitas dan lingkungan
3. Perubahan-perubahan apa yang terjadi di lingkungan dan komunitas
4. Pelayanan kesehatan apa yang tersedia di lingkungan
komunitas
5. Sudah berapa lama keluarga tersebut tinggal di lingkungan komunitas
6. Diagnosa Keperawatan: Bidang Kesehatan Lingkungan Keluarga Killen (1985)
berpendapat bahwa diagnosa-diagnosa perawatan yang berhubungan dengan
perspektif lingkungan berfokus pada keserasian keluarga-lingkungan. Tuntutan
lingkungan dapat berupa tuntutan aktual maupun potensial yang membuka adanya
kemungkinan didirikan diagnosa preventif, kuratif, rehabilitatif. NANDA
membuat daftar diagnosa keperawatan lingkungan keluarga yaitu tentang “kerusakan
pemeliharaan rumah” , diagnosa ini digunakan untuk menggambarkan masalah
lingkungan keluarga yan disebabkan tidak mampunya memelihara lingkungan
dengan tumbuh kembang yang baik (McFarland dan MaFarland, 1989 dalam
Friedman, 1998).
7. Intervensi Keperawatan Keluarga
Intervensi yang perlu dilakukan dalam menangani masalah keperawatan lingkungan
keluarga memiliki penekanan dalam sifat tertentu. Misalnya saja pencegahan
primer merupakan suatu penekanan primer. Contoh nyatanya adalah bekerja sama
dengan keluarga dalam mencegah jatuhnya lansia, mencegah anak keracunan dlll,
itu ialah tugas utama perawat keluarga dengan basis pada komunitas.
1
8. Pencegahan Primer: Peningkatan Kesehatan Lingkungan
Keluarga harus mampu merasakan kerentanan terhadap luka, kecelakaan atau
sakit sehingga perawat akan menganjurkan perawatan sendiri lingkungan
keluarga untuk mencegah dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan lingkungan
keluarga (Willey 1989 dalam Friedman, 1998). Diharapkan keluarga mampu
mengenal dan mengantisipasi adanya ancaman lingkungan yang berpotensi
aktual terhadap kesehatan. Hingga saat ini ada banyak sekali keluarga yang mampu
melakukan peningkatan kesehatan di rumah dan gaya hidup mereka. Berikut ialah
peningkatan keselamatan di rumah:
1. Bagaimana mencegah kasus jatuh dengan mengatur perabot sedemikian rupa
2. Bagaimana mencegah kebakaran dengan menyingkirkan benda benda yang
berpotensi menyebabkan kebakaran
3. Bagaimana cara mencegah kecelakaan akibat mengangkat beban berat
4. Bagaimana mencegah kecelakaan berupa keracunan
5. Meyakinkan anggota keluarga mengenai rumah yang harus sesuai dengan usia
anak-anak dan orang dewasa dalam rumah
6. Menunjukakan pada keluarga bahwa pentingnya adanya perencanaan darurat agar
ada persiapan
9. Pencegahan Sekunder yang Berhubungandengan Masalah Lingkungan.
Pencegahan sekunder berhubungan dengan deteksi dini dan pengobatan.
Mengajarkan keluarga tentang diagnosa dan penanganan luka-luka biasa
dan berdiskusi dengan mereka mengenai dekatnya mereka dengaan fasilitas
kedaruratan merupakan salah satu intervensi ini.
10. Pencegahan Tersier: Strategi Modifikasi Lingkungan
Pencegahan tersier meluputi pemulihan, rehabilitasi, meminimalisasi efek cacat, dan
maksimalisasi fungsi klien. Modifikasi lingkungan keluarga sangat
diperlukan dalammenangani klien denga kebutuhan khusus dari yang cacat hingga
lansia. Anggota keluarga mereka perlu adanya modifikasi dalam lingkungan
rumah mereka agar mereka dapat tinggal di sana. Rekomendasi untuk modifikasi
lingkungan adalah ditunjukan untuk pasien cacat atau lansia. Perawat keluarga
harus dapat beradaptasi dengan peralatan adaptasi yang diperlukan untuk membuat
rumah lebih aman dan berfungsi.
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menunjukkan fungsi keluarga di sekitarnya.
Menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman, mengatakan ada empat
elemen struktur keluarga yaitu, Struktur peran keluarga, nilai atau norma keluarga, pola
komunikasi keluarga, dan struktur kekuasaan keluarga. (Suprajitno, 2004)
a. Pola Komunikasi Keluarga
1. Mengobservasi hubungan keluarga secara keseluruhan. Bagaimana
komunikasi fungsional dan disfungsional.Hal-hal yang ditanyakan sebagai berikut:
 Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan instruksi. Jika
tidak, maka siapa yang memanifestasikan inkonruen.
 Bagaimana ketegasan anggota keluarg mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan
perasaan-perasaan mereka.
 Sejauh mana anggota keluarga menggunakan klarifikasi dan kualifikasi dalam
berinteraksi
 Apakah keluarga memperoleh dan memberikan respon dengan baik terhadap
umpan balik lawan bicara, apakah klien menghalang-halangiumpanbalik atau
1
tidak, kemudian apakah keluarga juga mengeksplorasi isu. e) Apakah keluarga
mencari validasi dari orang lain.
 Apakah keluarga juga memiliki kecenderungan bertanya untuk menilai orang
lain.
 Apakah keluarga berinteraksi dengan sikap menyerang.
2. Bagaimana pesan emosional (afektif) disampaikan dalam keluarga dan dalam
subsistem keluarga
 Berapa kali pesan emosionaldisampaikan.
 Jenis emosional apa yang diberikan. Apakah positif, negatif, atau keduanya.
3. Seberapa sering komunikasi berlangsung pada hubungan, dan bagaimana
kualitasnya.
a. Siapa yang berbicara dengan siapa dengan cara seperti apa, apakah sudah lazim
atau belum.
b. Pola komunikasi seperti apakah yang digunakan (misalnya memakai perantara).
c. Apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan perkembangan anggota
keluarga.
d. Apakah terdapat komunikasi yang disfungsional, jenis proses komunikasi
disfugsional yang seperti apa.
e. Hal(bidang) apa yang tidak dibicarakan (didiskusikan) yang merupakan isu
penting bagi kesejahteraan keluarga dan memiliki fungsi yang adekuat
f. Bagaimana pengaruh internal (gamilial) dan eksternal (lingkungan, social dan
ekonomi) terhadap pola dan proses komunikasi
b. Nilai atau norma keluarga
Hal-hal yang dapat dikaji dalam struktur nilai keluarga menurut Friedman yaitu:
1. Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalamkeluarga

2. Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnya

3. Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga

4. Identifikasi sejauhmana keluarga menganggap penting nilai-nilai keluarga serta


kesadaran dalam menganut sistem nilai.

5. Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalamkeluarga

6. Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap perkembangan keluarga
terhadap nilai keluarga

7. Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga


c. Struktur Peran Keluarga

1. Struktur peran formal

a. Posisi dan peran formal apa yang setiap anggota miliki dan gambarkan
bagaimana setiap anggota keluarga melakukan perannya

b. Apakah peran masing masing anggota keluarga dapat diterima dengan baik,
apakah ada konflik peran?

c. Bagaimana anggota keluarga mempertahankan perannya secara kompeten

d. Apakah terdapat fleksibelitas peran-peran ketika dibutuhkan

2. Struktur peran informal


1
a. Peran informal dan peran-peran yang tidak jelas dalam keluarga

b. Tujuan apa yang ingin dicapai dengan adanya peran-peran informal atau peran
tidak jelas

c. Jika peran-peran bersifat disfungsionalsiapa yang mengambil alih peran


informal tersebut

d. Apa pengaruh/dampak dari peran informal tersebut bagi keluarga

3. Analisa model-model peran

a. Siapa yang menjadi model dan mempengaruhi keluarga, membrika nilai-nilai,


pengalaman-pengalaman baru, serta teknik-teknik komunikasi

b. Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran bagi pasangan,
peran sebagai orangtua, dan sebagai pasangan perkawinan

4. Variabel yang mempengaruhi struktur peran

a. Pengaruh-pengaruh kelas sosial: bagaimana latar belakang kelas sosial


mempengaruhi struktur peran formal dan informal dalam keluarga.

b. Pengaruh budaya terhadap struktur peran

c. Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap struktur peran.

d. Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi struktur peran.


d. Struktur kekuasaan keluarga
1. Hasil-hasil dari kekuasaan. Hal-hal yang ditanyakan sebagai berikut:
a. Siapakah yang mengambil keputusan
b. Seberapa penting keputusann yang diambil
2. Proses pembuatan keputusan

a. Bagaimana keluarga membuat keputusan. Teknik apa yang digunakan untuk


mengambil keputusan (misalnya tawar menawar, consensus, kompromi)
b. Atas dasar apa keluarga membuat keputusan (variabel-variabel yang
mempengaruhi kekuasaan keluarga)
c. Mengenali keberadaan salah satu variabel di bawah ini akan membantu dalam
proses pengkajian mengenai kekuasaan keluarga. Berikut merupakan variabel-
variabelnya:
1. Hirarki kekuasaan keluarga
2. Tipe bentuk keluarga
3. Jaringan komunikasi keluarga
4. Status kelas social
5. Tahap siklus keidupan keluarga
6. Latar belakang budaya dan keagamaa
7. Kemungkinan-kemungkinan situasional
8. Variabel-variabel individu (usia anggota, jenis
kelamin, harga diri)
9. Saling ketergantungan suami/istri dan komitmen mereka
terhadap perkawinan
3. Keseluruhan sistem kekuasaan dan kekuasaan subsistem Penyimpulan dari seluruh
engkajian terkait kekuasaan (apakah dominan suami, istri, anak, nenek, egalitarian,
sinkratis, otonomis, tanpa pemimpin, atau kaotik (kacau balau). Kontinum kekuasan
1
keluarga, jika ditemukan ada dominasi dari anggota keluarga.Untuk
menentukan seluruh pola kekuasaan, tanyakan pertanyaan yang terbuka dan luas.
Tanyakan kepada keduan pasangan kepada anak anak jika mungkin. Tanyakan hal-
hal berikut kepada mereka
a. Siapa yang biasanya berkataterakhir
b. Siapa yang menjalankan keluarga
c. Siapa yang memenangkan argument-argumen pada hal-hal yang dibahas
d. Siapa yang menangani keluarga jika keluarga tidak sepakat
e. Apakah keluarga puas dengan keputusan yang diambil
4. Fungsi Keluarga
Berisi data mengenai fungsi keluarga secara keseluruhan, Fungsi yang dikaji antara
lain : Fungsi afektif, fungsi sosialisasi, dan fungsi perawatan kesehatan
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga, misalnya
perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Fungsi afektif ini
meliputi tentang persepsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga dapat
menjalankan tujuan psikosial yang utam (membentuk sifat-sifat kemanusiaan
dalam diri, stabilisasi kepribadian, tingah laku,menjalin berhubungan lebih akrab
dan harga diri)
1. Pola kebutuhan keluarga
a. Mengkaji keluarga dalam mengetahui kebutuhan anggota keluarganya, serta
bagaimana orang tua mampu menggambarkan kebutuhan dari anggota
keluarganya.
b. Mengkaji tingkat keluarga dalam mengahargai kebutuhanatau keinginan
masing-masing anggota keluarga.
2. Saling memperhatikan dan keakraban dalamkeluarga
Dalam sub kategori ini, dapat dikaji apakah anggota keluarga mampu
merasakan kebutuhan-kebutuhan individu lain dalam keluarga dan tingkat
sensitivitas anggota keluarga dalam memilih tanda-tanda yang berhubungan
dengan perasaan atau kebutuhan anggota keluarga yang lainnya.
a. Mengkaji keluarga dalam pemberian perhatian pada anggota
keluarga satu sama lain serta bagaimana mereka saling mendukung
b. Mengkaji perasaan akrab dan intim satu sama lain dalam keluarga, serta
bentuk kasih sayang yang ditunjukkan keluarga.
3. Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga
Mengkaji keluarga dalam menanggapi isu-isu tentang perpisahan
dan keterikatakan serta sejauhmana keluarga memelihara keutuhan rumah
tangga sehingga terbina keterikatan dalam keluarga. Sub kategori ini dapat
mengetahui bagaimana keluarga dalam membantu anggota keluarga
lainnya agar bersama dan memelihara keterkaitan.
b. Fungsi Sosialisasi
Salah satu cara untuk mengukur seberapa besar keberhasilan keluarga dalam
sosialisasi anggotanya yaitu dengan mengevaluasi hasil-hasil dari proses
membesarkan anak, yaitu mengevaluasi seberapa berhasil dan baiknya anak
dakam menyesuaikan diri atau berubah.
1. Praktik dalam membesarkan anak meliputi: kontrol perilaku (contohnya
kedisiplinan, penghargaan dan hukuman), memberi dan menerima cinta,
1
otonomi dan ketergantungan dalam keluarga serta latihan perilaku yang sesuai
dengan usia (misalnya, perkembangan sosial, fisik, emosional, bahasa dan
intelektual).
2. Penerima tanggung jawab dalam peran membesarkan anak
3. Bagaimana anak dihargai dalam keluarga
4. Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan anak
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak
6. Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggi mendapat masalah dalam
membesarkan anak
7. Mengukur seberapa lingkungan rumah cocok dengan perkembangan
anak
c. Fungsi Perawatan kesehatan
1. Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga:
a. Nilai-nilai yang telah ada pada keluarga terkait kesehatan
b. Upaya keluarga meningkatkan kesehatan dengan
meingkatkan pencegahan terhadap penyakit
c. Konsistensi untuk menerapkan tindakan kesehatan sesuai nilai-nilai
kesehatan yang ada
d. Keterlibatan / peran serta dalam upaya meningkatkan kesehatan keluarga
e. Perbedaan karakteristik perilaku dari semua anggota keluarga atau pola-
pola perilaku yang mendukung peningkatan kesehatan dalam
seluruh sistem keluarga
5. Definisi dari keluarga tentang sehat/ sakit dan tingkat pengetahuan mereka
a. Konsep sehat dan sakit menurut anggota keluarga
b. Tanda-tanda apa yang dapat mengindikasikan seseorang sakit menurut mereka
dan siapa yang memutuskan untuk membawa ke tenaga kesehatan
c. Dapatkah keluarga melaporkan dan mengobservasi gejala gejala dan perubahan-
perubahan penting
d. Sumber-sumber informasi kesehatan dari anggota keluarga
e. Pengetahuan tentang kesehatan diinformasikan kepada anggota keluarga
f. Bagaimana keluarga mengkaji tingkat kesehatan
1. Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit yang dirasa/diketahui :
a. Bagaimana keluarga mengkaji status kesehatan saat ini
b. Masalah-maslaah kesehatan yang saat ini diidentifikasi oleh keluarga
c. Masalah-masalah kesehatan yang membuat anggota keluarga merasa
mereka mudah terpengaruh/rentan
d. Apa persepsi dari keluarga tentang kontrol yang mereka lakukan terhadap
kesehatan mereka dengan melakukan tindakan-tindakan kesehatan yang tepat
2. Praktik diet keluarga
a. Pengetahuan keluarga mengenai sumber-sumber makanan yang berasal dari
empat kelompok dasar makanan
b. Apakah diet keluarga memadai (catatan riwayat pola-pola makan keluarga untuk
tiga hari).
c. Anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, belanja, dan
penyiapan makanan
d. Bagaimana cara makanan disiapkan dalam keluarga : Apa- kah myoritas makakan
digoreng, direbus, dipanggang, dimasak dengan microwave, atau disajikan dalam
keadaan mentah
1
e. Jumlah makanan yang dikonsumsisehari
f. Pembatasan-pembatasan anggaran dalam memasak atau menyiapkan makan
g. Bagaimana memadai tidaknya penyimpanandan pendinginan
h. Apakah makan memiliki suatu fungsi tertentu bagi keluarga
i. Sikap keluarga terhadap makanan dan pada pukul berapa keluarga makan?
3. Kebiasaan tidur dan istirahat

a. Kebiasaan tidur dari anggotakeluarga


b. Apakah anggota keluarga memenuhi syarat-syarat tidur yang sesuai dengan
tuntutan usia dan status kesehatan mereka?
c. Apakah ada jam-jam reguler yang telah diatur untuk tidur
d. Apakah anggota keluarga melakukan istirahat siang secara teratur atau memiliki
cara-cara lain untuk istirahat selama sehari
e. Siapa yang memutuskan kapan anak-anak harus tidur dan Di mana anggota
keluarga tidur.
4. Latihan dan rekreasi
a. Apakah keluarga menyadari bahwa rekreasi dan latihan aerobik secara aktif
sangat dibutuhkan untuk kesehatan
b. Jenis-jenis rekreasi dan aktivitas-aktivitas fisik apa yang anggota keluarga
lakukan secara regular
c. Apakah kegiatan-kegiatan ini diikuti oleh semua anggota keluarga atau hanya
anggota tertentu
d. Apakah pekerjaan harian yang biasa memberikan kesempatan untuk
latihan
5. Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga
a. Apakah keluarga mempunyai kebiasaan penggunaan alkohol, tembakau kopi,
cola atau teh (kafein dan teobromin, adalah stimulan)
b. Apakah anggota keluarga menggunakan obat-obatan hanya untuk maksud
rekreasi
c. Sudah berapa lama anggota keluarga menggunakan alkohol dan obat-obatan
rekreatif lainnya
d. Apakah penggunaan tembakau, alkohol, obat-obatan resep atau gelap oleh
anggota keluarga dipandang sebagai sebuah masalah
e. Apakah pengunaan alkohol atau obat-obatan lain mengganggu kapasitas
melakukan kegiatan umum
f. Apakah anggota keluarga secara reguler menggunakan obat-obatan tanpa
resep atau dengan resep
g. Apakah keluarga menyimpan obat-obatan dalam jangkah waktu lama dan
menggunakannya kembali
h. Apakah obat-obatan diberi label secara tepat dan berada di tempat yang aman,
jauh dari jangkauan anak-anak
6. Peran keluarga dalam praktek perawatan diri
a. Apa yang keluarga lakukan untuk memperbaiki status kesehatan
b. Apa yang keluarga lakukan untuk mencegah sakit/penyakit
c. Siapa yang menjadi pemimpin kesehatan dalam keluarga
d. Siapa yang membuat keputusan dalam bidang kesehatan dalam keluarga
e. Apa yang keluarga lakukan untuk merawat masalah- masalah kesehatan dan
sakit dalam rumah
f. Bagaimana kompotennya keluarga dalam hal perawatan diri yang ber-kaitan
1
dengan pengakuan terhadap tanda-tanda dan gejala-gejala, diag-nosa dan
perawatan di rumah terhadap masalah-masalah kesehatan yang biasa dan
sederhana
g. Apakah keyakinan-keyakinan, sikap dan nilai-nilai dari keluarga dalam
hubungan dengan perawatan di rumah
7. Praktik lingkungan
a. Bagaimana anggota keluarga terpapar terhadap bahaya- bahaya lingkungan
yang ditemukan dalam tanah, air, dan udara
b. Apakah anggota keluarga tidak terpengaruh oleh. kebisingan
tingkat tinggi secara teratur
c. Apakah anggota keluarga merokok atau apakah mereka terpajan terhadap asap
ketika bekerja atau berada di rumah
d. Apakah anggota keluarga menggunakan pestisida, cairan pembenih, lem,
pelarut, logam berat, dan racun dalam rumah, Apa saja praktik kebersihan dan
higiene keluarga
8. Cara-cara pencegahan secara medis:

a. Bagaimana perasaan keluarga tentang keadaan fisik ketika berada dalam


keadaan sehat
b. Kapan pemeriksaan terakhir terhadap mata dan pendengaran dilakukan
c. Apa status imunisasi dari keluarga
d. Apa kebiasaan higiene oral dari keluarga dalam hubungan dengan sikat gigi
dan flossing setelah makan
e. Apakah pola-pola keluarga dalam mengasup gula dan kanji
f. Apakah anggota keluarga menerima perawatan gigi
5. Stress dan Koping Keluarga
Pada Poin ini dikaji seputar stressor yang dialami keluarga baik jangka panjang maupun
pendek, serta tindakan, reaksi dan strategi keluarga terhadap stressor.
Tipe Tipe Strategi Koping Keluarga
a. Strategi Koping Keluarga Internal
1. Mengandalkan Kelompok Keluarga
Tipe koping keluarga ini biasanya berasal dari pengaruh etika protestan tradisional,
yang menilai dan melihat control diri dan kemandirian sangat penting selama masa-
masa sulit. Seiring dengan strukturisasi, anggota keluarga perlu menjadi “kuat” dan
belajar menyembunyikan perasaan dan menguasai ketegangan dalam diri mereka
sendiri.
2. Penggunaan Humor
Hott (1977) menunjukkan bahwa perasaan humor merupakan asset keluarga
penting yang dapat memiberikan sumbangan perbaikan pada sikap-sikap keluarga
terhadap masalah- masalahnya dan perawatan kesehatan.
3. Pengungkapan Bersama Lebih Banyak (Memelihara IkatanKeluarga)
Suatu cara untuk mendekatkan keluarga antara satu dengan lainnya dan memelihara
seta mengatasi stress. Lebih banyak melakukan tindakan pengungkapan dapat
membuat ikatan keluarga lebih kuat. Sebuah hubungan, khususnya pasangan,
dimana individu berbicara secaa intim tentang mereka sendiri dan persalan-
persoalan mereka terbukti penting bagu kesehatan psikologis pada stress.
4. Pengontrolan Makna dari Masalah dengan Penilaian Pasif dan Merumuskan Kembali
Penilaian Olson dkk (1983) menerangkan bahwa dalam permusan kembali keluarga
dan anggotanya menjadi kejadian stressor menjadi sebuah tantangan yang dapat
1
diatasi. Keluarga cenderung menggunakan respon ini tidak hanya untuk mengurangi
keadaan yang penuh masalah tapi untuk mencegah masalah-masalah potensial agar
tidak terjadi. Cara kedua keluarga mengontrol makna dari sebuah stressor adalah
dengan penilaian pasif. Disini keluarga menggunakan suatu strategi koping kognitif
untuk melihat dan tuntutan yang menimbulkanstress sebagai sesuatu yang akan
menjaga diri sendiri dari waktu ke waktu dimana dalam hal ini tidak dapat berbuat
apa-apa atau hanya sedikit yang dapat dilakukan. Akan tetapi jika strategi ini
digunakan secara konsisten, maka kegunaannya akan menghambat pemecahan
masalah secara pasif dan perubahan dalam keluarga.

5. Pemecahan Masalah Bersama

Pemecahan masalah bersama adalah sebuah strategi koping keluarga. Pemecahan


masalah keluarga secara bersama-sama dapat digambarkan sebagai suatu situasi
dimana keluarga dapat mendiskusikan masalah yang ada secara bersama-
sama, mengupayakan solusi atau jalan keluar berdasarkan persepsi- persepsi dan
usulan dari anggota keluarga yang berbeda. Fleksibel PeranFleksibel peran,
khususnya dikalangan pasangan, merupakan suatu strategi koping yang kokoh. Davis
dkk (1986) memperkuat pentingnya fleksibilitas peran sebagai sebuah strategi,
membedakan tingkat-tingkat berfungsinya keluarga khususnya pada keluarga
berduka yang menjadi sampel mereka.

1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Keperawatan Keluarga ditujukan untuk meningkatkan pemberian pelayanan
keperawatan keluarga dengan sebaik mungkin. Model Pengkajian Keperawatan Friedman
dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan masingmasing keluarga. Dengan adanya
model keperawatan keluarga, dapat memudahkan perawat untuk menentukan asuhan yang
tepat bagi keluarga.
B. Saran

Diharapkan kedepannya model model keperawatan keluarga dapat


lebih berkembang baik dalam konsep teori maupun penerapannya dan tidak hanya terbatas
pada model yang sudah ada, namun dapat dikembangkan model model baru yang sesuai
dengan kebutuhan keluarga dan perkembangan jaman

1
DAFTAR PUSTAKA

Bomar, P. J. (2004). Promoting Health In Families: Research and Theory to

Nursing Practice, Third Edition. Philadelphia : Saunders

Ferry, E. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas : teori dan praktik dalam keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Friedman, M. (1998). Family nursing theory and assessment (4th ed). New York: Appleton &
Lange.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan keluarga : teori dan praktik Edisi 3.

Jakarta : EGC.

Harnilawati. (2013). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Takalar : Pustaka As Salam.

Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga : aplikasi dalam praktik.Jakarta: EGC.

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai