Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kehamilan


2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilitas atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Dihitung dari saat fertilisasi sampai lahir bayinya. Menurut kalender
internasional kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu (10 bulan atau 9 bulan). Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40)
(Saifuddin, 2010).

2.1.2 Perubahan fisiologis pada kehamilan Trimester III


a) Rahim atau uterus Akomodasi pertumbuhan janin, rahim
membesar akibat hipertrofik dan hiperplasi otot-otot polos rahim,
serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik. Semakin
membesarnya ukuran rahim pada ibu hamil trimester III ibu akan
sering mengeluh nyeri pinggang. Hal ini dikarenakan perubahan
sikap pada saat kehamilan, karena rahim semakin membesar
sehingga titik berat pindah kedepan, hal ini diimbangi dengan
lordosis yang berlebihan dan sikap ini dapat menimbulkan spasmus
dari otot pinggang
b) .Vagina atau vulva
Vagina atau vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh hormon estrogen dan progesteron sehingga tampak
makin merah dan kebiru-biruan.
c) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan pemberian ASI pada laktasi, perkembangan payudara
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan,yaitu
estrogen dan progesteron dan somatomam motropin.
d) Sistem Respirasi
Wanita hamil sering mengeluhkan sesak nafas, konsumsi oksigen
ibu selama hamil meningkat 20-25% karena dibutuhkan untuk
pertumbuhan, rahim, plasenta, dan janin.
e) Sistem perkemihan
Kehamilan trimester III biasa muncul keluhan sering kencing
karena kepala janin mulai turun ke PAP, hal ini menyebabkan
kandung kemih terasa cepat penuh. (Varney, 2007)

2.1.3 Perubahan psikologis dalam kehamilan Trimester III Menurut


kusmiyati (2009), adaptasi psikologi ibu hamil yaitu :
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahuiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-
kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-
waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan
timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Pada trimester
ini ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga
dan bidan.
2.1.4 Kebutuhan dasar ibu hamil Trimester III
a) Nutrisi Nutrisi pada ibu hamil sangat menentukan status kesehatan
ibu dan janinnya Hal yang harus diperhatikan ibu hamil yaitu
makanan yang dikonsumsi terdiri dari susunan menu seimbang,
mengandung unsur-unsur sumber tenaga, pembangun, pengatur
dan pelindung.Sumber tenaga (energi) diperoleh dari karbohidrat
dan asam lemak, sumber pembangunan diperoleh dari protein
hewani dan nabati yang dibutuhkan untuk membentuk plasenta dan
untuk menambah unsur-unsur cairan darah terutama haemoglobin
(Hb) dan plasma.Sedangkan sumber pengatur dan pelindung
diperoleh dari air, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh
untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur
kelancaran metabolisme.
b) Personal Hygiene
1. Kebersihan badan Bagian tubuh yang sangat membutuhkan
perawatan kebersihan adalah daerah genital, karena saat hamil
biasanya terjadi pengeluaran sekret vagina yang
berlebih.Selain mandi, mengganti celana dalam secara rutin
minimal dua kali. (Kusmiyati dkk, 2009)
2. Kebersihan pakaian Perubahan anatomik pada perut, area
genitalia/lipatan paha, dan payudara menyebabkan lipatan-
lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh
mikroorganisme. Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan
nyaman dan hindarkan sepatu yang bertongkat tinggi (high
heels) dan alas kaki yang keras (tidak elastis) sertakorset
penahan perut
3. Aktifitas Istirahat dan Tidur Wanita hamil boleh melakukan
pekerjaan sehari-hari asal bersifat ringan. Kelelahan harus
dicegah sehingga pekerjaan harus diselingi dengan istirahat
waktu istirahat yang diperlukan pada ibu hamil yaitu pada
malam hari ± 7 jam dan siang ± 1 jam.
4. Imunisasi Imunisasi yang dibutuhkan oleh ibu hamil yang
terutama adalah Tetanus Toksoid.Imunisasi selama kehamilan
sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat
menyebabkan kematian ibu dan janin.Jenis imunisasi yang
diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT) yang dapat mencegah
penyakit tetanus. Selama kehamilan bila ibu hamil statusnya
T0 maka hendaknya mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan
TT2 dengan interval 4 minggu dan bila memungkinkan untuk
mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya). Ibu hamil
dengan status T1 diharapkan mendapatkan suntikan TT2 dan
bila memungkinkan juga diberikan TT3 dengan interval 6
bulan (bukan 4 minggu/1 bulan). Hal ini penting untuk
mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang akan dilahirkan
dan keuntungan bagi wanita untuk mendapatkan kekebalan
aktif terhadap tetanus Long Life Card (LLC). (Sulistyawati,
2009).
5. Hubungan Seksual
Beberapa keputusan menganjurkan agar menghentikan koitus
pada 3-4 minggu terakhir menjelang perkiraan tunggal
persalinan. Hindari trauma berlebihan pada daerah
serviks/uterus.Pada beberapa keadaan seperti kontraksi/tanda-
tanda persalinan awal, keluar cairan pervaginam, abortus
imminens atau abortus habitualis, kehamilan kembar, dan
penyakit menular seksual sebaiknya koitus jangan dilakukan.
6. Persiapan Laktasi
Payudara/mammae adalah sumber air susu yang menjadi
makanan utama bagi bayi. Karena itu, payudara harus dirawat
sebelum masa laktasi. Bra yang dipakai harus sesuai dengan
payudara yang sifatnya adalah menyokong dan menopang
payudara. Lakukan massase dan keluarkan kolostrum untuk
mencegah terjadinya penyumbatan. Bila puting masuk
kedalam, hal ini akan diperbaiki dengan jalan menarik-
nariknya keluar dengan cara merangsang puting susu tersebut
dengan jari
2.1.5 Kebutuhan Psikologi ibu hamil Trimester III (Kusmiyati, 2009)
a) Dukungan Keluarga
Ibu sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan kasih sayang dari
orang-orang terdekatnya, terutama suami. Kadang ibu dihadapkan
pada suatu situasi yang ia sendiri mengalami kekuatan dan
kesendirian, terutama pada trimester akhir.
b) Dukungan tenaga kesehatan
1. Aktif melalui kelas antenatal
2. Pasif dengan memberi kesempatan pada mereka yang
mengalami masalah untuk berkonsultasi
3. Tenaga kesehatan mampu mengenali keadaan yang ada
disekitar ibu hamil/pasca bersalin
c). Perasaan Aman dan Nyaman Selama Kehamilan
Selama kehamilan ibu banyak mengalami ketidaknyamanan
fisik dan psikologis. Bidan bekerja sama dengan keluarga
diharapkan berusaha dan secara antusias memberikan perhatian
serta mengupayakan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang
dialami oleh ibu (Sulistyawati, 2009).
d) Persiapan Menjadi Orang Tua
Hal ini sangat penting dipersiapkan karena setelah bayi lahir akan
banyak perubahan peran yang terjadi, mulai dari ibu, ayah, dan
keluarga. Bagi pasangan yang baru pertama punya anak, persiapan
dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan orang yang
mampu untuk membagi pengalamannya dan memberikan nasehat
mengenai persiapan menjadi orang tua (Sulistyawati, 2009).

2.2 Anemia
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin (Hb) sehingga tidak
mampu memnuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh
jaringan. Anemia secara labolatorik adalah suatu keadaan apabila
terjadinya penurunan kadar Hb dibawah normal, kadar eritrosit dan
hematrokit.
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO 1992).
Anemia adalah suatu keadaan yang ditunjukkan dengan kadar Hb
lebih rendah dan batas normal untuk kelompok orang yang
bersangkutan. Anemia juga didefinisikan sebagai suatu penurunan
massa sel darah merah atau total Hb, secara lebih cepat dikatakan
kadar Hb normal pada wanita yang sudah menstruasi 12,0 dan untuk
ibu hamil 11,0g/dL. Namun tidak ada efek merugikan bila kadarnya
<10,0g/dL. (Sumber: Varney, 2006)
Menurut WHO kejadian anemia kehamilan berkisar 20% sampai
89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia
kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi.
(Sumber: Dr. Ida Bagus Gde Manuaba)
Pada dasarnya anemia adalah kurangnya sel-sel darah merah
dalam tubuh. Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya
<11gram/100 ml. bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja
berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin
yang dikandungnya. Cadangan zat besi dalam tubuh janin dapat
mengalami cacat bawaan jika ibunya menderita anemia. (Sumber: Dr.
Hermawan Wibisono, 2009)

2.2.1 Penyebab Anemia


Anemia kehamilan disebabkan oleh kurangnya zat besi. Keadaan
ini bisa terjadi karena terlalu banyak zat besi yang dikeluarkan tubuh,
terutama ibu hamil yang tinggal di iklim tropis dan banyak
mengeluarkan keringat. Anemia juga disebabkan oleh kurangnya
konsumi makanan yang mengandung zat besi atau adanya gangguan
penyerapan zat besi dalam tubuh. (Sumber: Dr. Hermawan Wibisono,
2009)
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia hamil disebut “potential danger tp mother and child” karena
itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang
terkait dalam pelayanan. (Sumber: Dr. Ida Bagus Gde Manuaba)

2.2.2 Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

A. Fisiologis

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain


hipervolemia yang terjadi saat kehamilan. Pada wanita hamil saat
volume darah meningkat 1,5 liter, peningkatan volume tersebut
terjadi peningkatan jumlah plasma. Volume plasma meningkat
pesat dari usia gestasi 6 minggu, kemudian laju peningkatan
melambat. Sementara eritrosit mulai meningkat pada trimester II
dan laju memuncak pada trimester III,

Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai


fungsi penting yaitu mengisi ruang vaskular di uterus, jaringan
pembuluh di payudara, otot, ginjal dan kulit. Hipervolemia juga
mengurangi efek pengeluaran hemogloblin pada persalinan.
Penurunan kekentalan darah memperkecil resistensi terhadap aliran
sehingga kerja jantung untuk mendoong darah menjadi lebih
ringan. Namun adapula faktor laun daru penyebab defiensi Fe
adalah meningkatnya kebutuhan Fe ibu hamil, kebutuhan ibu hamil
akan zat besi adalah sebesar 900 mgr Fe, pada trimester II
(puncaknya usia kehamilan 32-34 minggu) akan terjadi hemodilusi
atau pengenceran daah pada bu hamil sehingga hemoglobin akan
mengalami penurunan dan mengakibatkan anemia kehamilan
secara fisiologis (Budiarti, 2009)

B. Patologis

Perubahan hematologi dengan kehamilan adalah karena


adanya perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap
plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat
45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi
pada trimester III meningkat sekitar 1000 ml, akan menurun sedikit
menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus.
Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen
plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekres aldesteron.

2.2.3 Tanda dan Gejala


Menurut Soebroto (2009), gejalan anemia pada ibu hamil
diantaranya adalah cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang, lidah luka, nafsu makan menurun, konsentrasi hilang, nafas
pendek, keluahan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
Sedangkan tanda-tanda anemia pafa ibu hamil diantaranya adalah:
a) Terjadinya peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh
berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan.
b) Adanya peningkatan kecepatan pernafasan karena tubuh berusaha
menyediakan lebih banyak oksigen pada darah.
c) Pusing akibat kurangnya darah ke otak terasa lelah karena
meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otot jantung dan
rangka.
d) Kulit pucat karena kurangnya oksigenasi.
e) Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan
saraf pusat.
f) Penurunan kualitas rambut dan kulit.
Gejala anemia dalam kehamilan yang lain menurt
American Pregnancy (2016), diantaranya adalah kelelahan,
kelemahan, telinga berdegung, sukar konsentrasi, pernafasan
pendek, kulit pucatN, nyeri dada,kepala terasa ringan, tangan dan
kaki terasa dingin.(Sumber: Reni Yulia Astuti, 2018)
2.2.4 Klasifikasi Anemia

A. Klasifikasi anemia menurut (Prawiroharjo, 2006)

1) Anemia defiensi besi


Anemia dalam kehamilan yang sering diakibatkan oleh
kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan kurang
masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsopsi,
gangguan pencernaan atau terlampau banyaknya besi yang keluar
seperti pendarahan.
2) Anemia Megaloblastik
Anemia dalam kehamilan disebablan karena defisiensi asam folik
hal ini ada kaitannya dengan defisiensi makanan.
3) Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan sumsum tulang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru
4) Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya.

B. Klasifikasi Menurut WHO dan Dep.Kes RI

1) Normal : Kadar Hb dalam darah ≥ 11 gr%


2) Anemia Ringan : Kadar Hb dala darah 8-10 gr%
3) Anemia Berat : Kadar Hb dalam ≤ 8 gr%

2.2.5 Pola Makan

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena


terjadi menstruasi dengan perdarahan sebayak 50 sampai 80cc detiap
bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 gr sampai 40gr. (Sumber:
Dr. Ida Bagus Gde Manuaba)
Ibu dianjurkan mengkonsumi bahan makanan yang kaya zat
besi. Selain itu, konsumi zat gizi lainnya seperti vitamin E, Vitamin
B12, asam folat, dan vitamin C juga perlu ditingkatkan karena
berperan dalam pembentukan sel darah merah. Bahan makanan yang
baik dikonusmi sehari-hari di antaranya bayam, daun katuk, brokoli,
daging sapi, telur, hati ayam, hati sapi dan kacang-kacangan.
(Sumber: Dr. Hermawan Wibisono, 2009)

2.2.6 Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil

2.2.7 Penanganan Anemia Dalam Kehamilan

Berikut penanganan anemia dalam kehamilan menurut tingkat


pelayanan: (Sumber: Reni Yulia Astuti, 2018)
A. Pondok bersalin desa (polindes)
Anemia pada ibu hamil idealnya harus dideteksi dan ditangani
sejak pelayanan kesehatan dasar. Di desa, ibu hamil perlu
berkunjung ke polindes untuk mengetahui kondisi kehamilannya
dan mengetahui jika ibu hamil terjadi anemia. Penangan anemia di
polindes meliputi:
1. Membuat diagnosis klinik dan rujukan pemeriksaan
laboratorium ke tingkat pelayanan yang lebih lengkap.
2. Memberikan terapi oral pada ibu hamil yang berupa
pemberian tablet besi 90mg/hari.
3. Penyuluhan gizi ibu hamil dan menyusui.

B. Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas)


Wewenang puskesmas untuk menangani kasus anemia pada ibu
hamil diantaranya dengan cara:
1. Membuat diagnosis dan terapi
2. Menentukan penyakit kronik (malaria, TBC) dan
penanganannya.

C. Rumah sakit

Rumah sakit merupakan layanan kesehatan tingkat lanjutan jika


polindes dan puskesmas tidak dapat menangani kasus anemia pada
ibu hamil. Wewenang rumah sakit dalam menangani kasus anemia
pada ibu hamil meliputi:

1. Membuat diagnosis dan terapi


2. Diagnosis thalassemia denga ektroforesis Hb, bila ibu
ternyata pembawa sifat, perlu tes pada suami untuk
menentukan risiko pada bayi. (Reni Yulia Astuti, 2018)

Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil


melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui
data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium,
termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi
parasit. (Sumber: Dr. Ida Bagus Gde Manuaba)

2.2.8 Pengaruh Anemia Pada Kehamilan dan Janin


Pengaruh anemia terhadap kehamilan dapat terjadi abortus,
persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam
rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dokempetensi kordis (Hb <6gr
%), mola hidatidosa, hyperemesis gravidarum, perdarahan antepartum,
ketuban pecah dini. (Sumber: Dr. Ida Bagus Gde Manuaba)
Pengaruh bahaya terhadap janin sekalipun tampaknya janin mampu
menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehinfa menganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia
akan terjadi gangguan dalam bentuk berat badan lahir rendah, abortus,
terjadi kematian intrauterine, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi
cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian
perinatal. (Sumber: Dr. Ida Bagus Gde Manuaba)

2.2.9 Cara pencegahan Anemia

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan yang


bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi
daging (terutama daging merah) seperti daging sapi. Zat besi juga
dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Selain itu,
diimbangi dengan pola makan sehat dengan mengonsumsi vitamin
serta suplemen penambah zat besi untuk hasil yang maksimal (Irianto,
2014). Menurut Arisman (2010), pencegahan anemia defisiensi zat
besi dapat dilakukan dengan 4 pendekatan yaitu:

1) Pemberian tablet atau suntikan zat besi

2) Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan


asupan zat besi melalui makanan

3) Pengawasan penyakit infeksi

4) Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi

2.3 Konsep dasar teori Persalinan

2.3.1 Pengertian

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput


ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap (JNPK-KR. 2008).

2.3.2 Tanda-tanda persalinan Karakteristik persalinan sesungguhnya


dan persalinan semu (Sumarah. dkk, 2009) :

A. Persalinan sesungguhnya
1. Serviks menipis dan membuka
2. Rasa nyeri dan interval teratur
3. Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin
pendek
4. Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah
5. Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar ke depan
6. Dengan berjalan bertambah intensitas
7. Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan
intensitas nyeri
8. Lendir darah semakin nampak
9. Ada penurunan bagian kepala janin
10. Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi
11. Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses
persalinan sesungguhnya
B. Persalinan semu
1. Tidak ada perubahan pada serviks
2. Rasa nyeri tidak teratur
3. Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu
dengan yang lain
4. Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
5. Kebanyakan rasa nyeri di bagian depan
6. Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
7. Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus
dengan intensitas nyeri
8. Tidak ada lendir darah
9. Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
10. Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
11. Pemberian obat penenang yang efisien menghentikan rasa
nyeri pada persalinan semu
12. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

2.3.3 Peran dari penolong

Mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin tejadi


pada ibu dan janin. Penanganan yang terbaik dapat berupa observasi
yang cermat, dan seorang bidan harus mampu mengidentifikasi
faktor-faktor penyebab persalinan sehingga diharapkan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada proses persalinan yaitu passage
(jalan lahir), power (his dan tenaga mengejan), dan passanger (janin,
plasenta dan ketuban), serta faktor lain seperti psikologi dan faktor
penolong (Sumarah. dkk, 2009).

A. Passage (Jalan Lahir)


Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras
(tulangtulang panggul dan sendi-sendinya) dan bagian lunak
(otot-otot, jaringan, dan ligament). Tulang-tulang panggul
meliputi 2 tulang pangkal paha, 1 tulang kelangkang, dan 1
tulang tungging. Pembagian bidang panggul meliputi :
1. Pintu atas panggul (PAP) atau pelvic inlet.
2. Bidang luas panggul.
3. Bidang sempit panggul (mid pelvic).
4. Pintu bawah panggul (PBP).

B. Power (His dan Tenaga ibu)


Kekuatan his atau kontraksi dan kekuatan mengejan ibu
sangat penting dalam proses persalinan. Sifat His yang
sempurna dan efektif:
1. Adanya koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga
kontraksi simetris.
2. Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus
uteri.
3. Sesudah tiap his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih
pendek dari sebelumnya, sehingga servik tertarik dan
membuka karena servik kurang mengandung otot.
4. Adanya relaksasi, frekuensi his adalah jumlah his dalam
waktu tertentu, biasanya dihitung dalam waktu 10 menit.
Misalnya, pada akhir kala I frekuensi his menjadi 2-4 kali
kontraksi dalam 10 menit. Aktifitas uterus adalah
amplitude dikali frekuensi his yang diukur dengan unit
Montevideo. Durasi his adalah lamanya setiap his
berlangsung (detik). Lamanya his terus meningkat, mulai
dari hanya 20 detik pada permulaan partus sampai 60-90
detik pada akhir kala I atau permulaan kala II. Interval
adalah waktu relaksasi/jangka waktu antara 2 kontraksi
(Saifuddin, 2009).
5. Pola Fungsional Kesehatan

C. Passanger (Janin dan Plasenta)


Kepala janin merupakan bagian yang paling besar dan keras
daripada bagian-bagian lain janin yang akan dilahirkan. Janin
dapat memengaruhi jalannya persalinan dengan besarnya dan
posisi kepala.

2.4 Konsep dasar teori Nifas

2.4.1 Pengertian Masa nifas


Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,
namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan Asuhan
kebidanan masa nifas adalah pelaksanaan yang diberikan kepada ibu
setelah persalinan dari lahirnya bayi hingga kembalinya tubuh dalam
keadaan seperti belum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil
(Witta, 2017).

2.4.2 Tahapan masa post partum

1. Immediate postpartum ( setelah placenta lahir 24 jam)


Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun
masalah yang sering terjadi pendarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, tekanan darah dan suhu.
2. Early postpartum (24 jam – 2 minggu)
Pada tahapan masa nifas ini, harus dipastikan involusi uteri
normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk,
tidak demam, ibu cukup mendapat makanan dan cairan serta
ibu dapat menyusui dengan baik.
3. .Late post partum (2 – 6 minggu)
Tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari – hari
serta konseling/ pendidikan kesehatan Keluarga Berencana
(KB).

2.3.3 Kebutuhan dasar masa nifas

Adapun kebutuhan ibu nifas yang harus terpenuhi yaitu (Sri


wahyuningsih, 2019) :

1. Nutrisi dan cairan


Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi
yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Kebutuhan gizi ibu saat
menyusui adalah sebagai berikut :

a. Konsumsi tambahan 500 kalori setiap hari

b. Diet berimbang, protein, mineral dan vitamin

c. Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (8 gelas)

d. Fe/ tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan

e. Kapsul Vit. A 200.000 UI

2. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) merupakan kebijaksanaan


agar secepatnnya tenaga kesehatan membimbing ibu post partum
bangun dari tempat tidur secepat mungkin. Ibu post partum sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 -48 jam post
partum. hal ini dilakukan secara bertahap, ambulasi dini tidak
dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit misalnnya
anemia, penyakit jantung, penyakit paru, demam dan sebagainya.
Keuntungan dari ambulasi dini yaitu melancarkan pengeluaran
lokia, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi
uterus, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin,
meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme

3. Eliminasi

Setelah 6 jam post partum diharapkan ibu dapat berkemih,


jika kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih
disarankan melakukan katerisasi.

2.3.4 Perubahan – perubahan masa nifas

Menurut Erni dan Lia (2017), pada masa nifas ibu akan
mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi yang
belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan
perubahan yang terjadi. Oleh sebab itu, penting bagi ibu memahami
apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali
tanda bahaya secara dini. Beberapa perubahan yang terjadi pada
masa nifas, yaitu :

1. Rahim

Setelah melahirkan Rahim akan berkontransi (gerakan meremas)


untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan.
Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mules pada perut ibu.
Namun apabila tidak ada kontraksi pada Rahim, maka akan terjadi
perdarahan.

2. Jalan lahir ( seviks, vulva dan vagina)

Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat


besar selama proses melahirkan bayi., sehingga menyebabkan
mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan
penjahitan, namun akanpulih setelah 2-3 pekan (tergantung
elastisitas atau seberapa sering melahirkan), walaupun tetap lebih
kendur disbanding sebelum melahirkan. Jaga kebersihan daerah
kewanitaan agar tidak timbul infeksi ( tanda infeksi jalan lahir bau
busuk, rasa perih, panas, merah dan terdapat nanah).

3. Darah nifas (lochea)

Darah nifas hingga hari kedua terdiri dari darah segar bercapur sisa
ketuban, berikutnya berupa darah dan lender . setelah satu pecan
darah berangsur- angsur berubah menjadi berwarna kuning
kecoklatan lalu lender keruh sampai keluar cairan bening di akhir
masa nifas. Darah ifas yang berbau sangat amis atau busuk dapat
menjadi salah satu petunjuk adanya infeksi dalam Rahim.
4. Payudara

Payudara menjadi lebih besar, keras dan menghitam disekitar


putting susu, ini menandakan dimulainnya proses menyusui.

5. Sistem perkemihan

Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air


kecil, selain khawatir nyeri jahit an juga karena penyempitan
saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses
melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang
rasa takut dan khawatir, karena kandung kemih yang terlalu penuh
dapat menghambat kontraksi Rahim yang berakibat terjadi
perdarahan.

6. Sistem pencernaan

Perubahan kadar hormone dan gerak tubuh yang kurang


menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa
ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir
atau ambeien pada ibu setelah melahirkan. Ini kemungkinan karena
kesalahan cara mengenjan saat bersalin atau juga karena sebelit
berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan

7. Peredaran darah

Sel darah putih akan meningkatkan sel darah merah serta


hemoglobin akan berkurang. Ini akan normal kembali setelah 1
minggu. Tekanan darah ke jantung akan lebih tinggi dan kembali
normal hingga 2 pekan.

8. Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasannya agak meningkat
dan setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai
terjadi panas tinggi, karena di khawatirkan sebagai salah satu tanda
infeksi atau tanda bahaya lain.

2.4.5 Perubahan emosi dan adaptasi psikologis

Perubahan emosi dan psikologis ibu pada masa nifas terjadi


karena perubahan peran, tugas dan tanggung jawab menjadi orangtua.
Suami istri mengalami perubahan peran menjadi orang tua sejak masa
kehamilan Dalam periode masa nifas, muncul tugas orangtua dan
tanggung jawab baru yang disertai dengan perubahan-perubahan
perilaku (Sri, Astuti. 2015). Adapun tahapan Rubin dalam adaptasi
psikologis ibu yaitu:

1. Fase taking in (fase ketergantungan)


Lamanya 3 hari pertama setelah melahirkan. Fokus pada
diri ibu sendiri, tidak pada bayi, ibu membutuhkan waktu
untuk tidur dan istirahat. Pasif, ibu mempunyai ketergantungan
dan tidak bisa membuat keputusan. Ibu memerlukan
bimbingan dalam merawat bayi dan mempunyai perasaan
takjub ketika melihat bayinya yang baru lahir.
2. Fase taking hold (fase independen)
Akhir hari ke-3 sampai hari ke-10. Aktif, mandiri dan bisa
membuat keputusan. Memulai aktivitas perawatan diri, fokus
pada perut dan kandung kemih. Fokus pada bayi dan
menyusui. Merespons instruksi tentang perawatan bayi dan
perawatan diri, dapat mengungkapkan kurangnya kepercayaan
diri dalam merawat bayi.
3. Fase letting go (fase interpenden)
Terakhir hari ke-10 sampai 6 minggu post partum. Ibu
sudah mengubah peran barunya. Menyadari bayi merupakan
bagian dari dirinya. Ibu sudah dapat menjalankan perannya
2.4.6 Respon terhadap bayi baru lahir

Menurut Astuti (2015), adapun respon terhadap bayi baru lahir adalah
sebagai berikut:

1. Ibu
Satu jam pertama merupakan saat yang peka bagi ibu. Kontak
yang erat dengan bayinya selama waktu ini akan
mempermudah jalinan batin. Bidan membantu untuk
mendorong ibu segera menyusui (IMD) karena selain
meningkatkan hubungan yang baik antara ibu dan bayi, juga
untuk proses laktasi.
2. Ayah
Ayah bayi merasakan kepuasan serta bangga yang mendalam,
sangat gembira dan ingin menyentuh, menggendong bayinya.
Kemesraan di antara ayah dan ibu pada saat seperti itu dapat
berkembang meluas dan mencakup bayi baru mereka di dalam
keluarga yang eksklusif, yang sering melupakan keadaan
sekelilingnya.
3. Bayi
Setelah menyesuaikan diri secara fisiologis dengan melakukan
pernafasan dan sirkulasi darahnya, bayi akan memperlihatkan
perhatiannya terhadap bunyi, cahaya dan makanan. Bidan
harus bias menciptakan kondisi yang optimum untuk
terjadinya interaksi orangtua dan bayi, yaitu dengan cara
menganjurkan rawat gabung / rooming in untuk mendukung
pemberian ASI dan peraturan kunjungan yang fleksibel untuk
ayah.

2.4.7 Asuhan pada Masa Post partum

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan


yang diberikan oleh tenaga kesehatan pada ibu nifas sesuai
standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal
yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari
pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28
pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42
pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari 6 jam sampai dengan 42
hari pasca persalinan setelah melahirkan, ibu masih perlu mendapat
perhatian (Kemenkes RI, 2019).

WHO (World Health Organization) juga merekomendasikan


jadwal asuhan post partum untuk ibu dan anak, serta pengawasan
empat kategori umum, yaitu komplikasi medis, menyusui, depresi
pasca melahirkan, serta seksualitas dan kontrasepsi. Keempat hal
tersebut sangat penting untuk pemulihan kesehatan ibu dan
dimulainya kesehatan bayi (Sri Astuti, 2015).

2.5 Konsep dasar teori Neonatus

2.5.1 Pengertian Neonatus

adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intrauterine ke


kehidupan ekstrauterin. Pertumbuhan dan perkembangan normal masa
neonatal adalah 28 hari (Wahyuni, 2009).

2.5.2 Pertumbuhan dan perkembangan Neonatus

A. Sistem pernafasan Pernafasan pertama pada neonatal terjadi


normal dalam waktu 30 menit setelah kelahiran, tekanan
rongga dada pada saat melalui jalan lahir pervaginam
mengakibatkan cairan paru-paru keluar dari trakea sehingga
cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Pernapasan bayi
dihitung dari gerakan diafragma atau gerakan abdominal
dalam waktu satu menit, yakni pada bayi baru lahir 35 kali per
menit.
B. Jantung dan Sistem Sirkulasi Frekuensi denyut jantung dapat
dihitung dengan cara meraba arteri temporalis atau karotis,
dapat juga secara langsung didengarkan didaerah jantung
dengan menggunakan stetoskop binokuler. Frekuensi denyut
jantung neonatal normal berkisar antara 100-180 kali/menit
waktu bangun 80-160 kali/menit saat tidur.
C. Saluran Pencernaan Pada masa neonatal saluran pencernaan
mengeluarkan tinja pertama biasnaya dalam dua puluh empat
jam pertama berupa meconium (zat berwarna hitam
kehijauan). Dengan adanya pemberian susu, meconium mulai
digantikan oleh tinja transisional pada hari ketiga dan keempat
yang berwarna coklat kehijauan.
D. Hepar Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru
lahir, daya detosifikasi hati pada neonates juga belum
sempurna. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatal,
(Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase) yang berfungsi dalam
sintesis bilirubin, sering kurang sehingga neonatal
memperlihatkan gejala icterus fisiologis.
E. Keseimbangan air dan fungsi ginjal (Kristiyanasari, 2010)
Tubuh neonatal mengandung relatif lebih banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium. Pada neonatal
fungsi ginjal belum sempurna, hal ini karena antara lain :
1. Jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa
2. Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan
volume tubulus proksimal
3. Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatal
relatif kurang dibandingkan orang dewasa
F. Metabolisme Luas permukaan tubuh neonates relatif lebih luar
dari tubuh orang dewasa, sehingga metabolism basal per
kilogram berat badan akan lebih besar. Oleh karena itu,
neonatus harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
sehingga energy dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat
dan lemak. Setelah mendapat susu, sekitar hari keenam suhu
tubuh neonatal berkisar antara 36,5Oc-37Oc, pengukuran suhu
tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rectal. Empat
kemungkinan energy diperoleh dari lemak dan karbohidrat
yang masing-masing 60-40 persen.
G. Suhu Tubuh Mekanisme yang dapat menyebabkan kehilangan
panas
1. Konduksi, pemindahan panas dari tubuh bayi
dihantarkan ke benda sekitar yang suhu lebih rendah
melalui kontak langsung.
2. Konveksi, panas yang hilang dari tubuh bayi ke udara
sekitar yang sedang bergerak ( jumlah panas yang
hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara).
3. Radiasi, panas yang dipancarkan dari bayi ke
lingkungan yang lebih (pemindahan panas antara objek
yang memiliki suhu berbeda).
4. Evaporasi, panas yang hilang melauli proses
penguapan yang bergantung pada kecepatan dan
kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara
mengubah cairan menjadi uap).
H. Perubahan Berat Badan
I. Kehilangan berat badan permulaan, karena bayi mungkin
hanya sedikit menerima nutrient pada 3 atau 4 hari pertama
kehidupan dan pada waktu yang sama menghasilkan urin,
feses dan keringat yang cukup banyak, ia secara progresif
kehilangan berat badan sampai aliran air susu ibu atau
makanan lainnya telah tetap. Kalau bayi normal cukup diberi
makan, berat badan lahir biasanya dicapai kembali pada akhir
hari ke sepuluh. Selanjutnya, berat badannya khas meningkat
sekitar 25 sehari selama beberapa bulan pertama, dua kali
berat lahir pada umur 5 bulan dan tiga kali berat badan lahir
pada akhir tahun pertama (Cunningham, 2006).

Anda mungkin juga menyukai