TINJAUAN TEORI
2.2 Anemia
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin (Hb) sehingga tidak
mampu memnuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh
jaringan. Anemia secara labolatorik adalah suatu keadaan apabila
terjadinya penurunan kadar Hb dibawah normal, kadar eritrosit dan
hematrokit.
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO 1992).
Anemia adalah suatu keadaan yang ditunjukkan dengan kadar Hb
lebih rendah dan batas normal untuk kelompok orang yang
bersangkutan. Anemia juga didefinisikan sebagai suatu penurunan
massa sel darah merah atau total Hb, secara lebih cepat dikatakan
kadar Hb normal pada wanita yang sudah menstruasi 12,0 dan untuk
ibu hamil 11,0g/dL. Namun tidak ada efek merugikan bila kadarnya
<10,0g/dL. (Sumber: Varney, 2006)
Menurut WHO kejadian anemia kehamilan berkisar 20% sampai
89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia
kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi.
(Sumber: Dr. Ida Bagus Gde Manuaba)
Pada dasarnya anemia adalah kurangnya sel-sel darah merah
dalam tubuh. Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya
<11gram/100 ml. bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja
berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin
yang dikandungnya. Cadangan zat besi dalam tubuh janin dapat
mengalami cacat bawaan jika ibunya menderita anemia. (Sumber: Dr.
Hermawan Wibisono, 2009)
A. Fisiologis
B. Patologis
C. Rumah sakit
2.3.1 Pengertian
A. Persalinan sesungguhnya
1. Serviks menipis dan membuka
2. Rasa nyeri dan interval teratur
3. Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin
pendek
4. Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah
5. Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar ke depan
6. Dengan berjalan bertambah intensitas
7. Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan
intensitas nyeri
8. Lendir darah semakin nampak
9. Ada penurunan bagian kepala janin
10. Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi
11. Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses
persalinan sesungguhnya
B. Persalinan semu
1. Tidak ada perubahan pada serviks
2. Rasa nyeri tidak teratur
3. Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu
dengan yang lain
4. Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
5. Kebanyakan rasa nyeri di bagian depan
6. Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
7. Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus
dengan intensitas nyeri
8. Tidak ada lendir darah
9. Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
10. Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
11. Pemberian obat penenang yang efisien menghentikan rasa
nyeri pada persalinan semu
12. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
2. Ambulasi
3. Eliminasi
Menurut Erni dan Lia (2017), pada masa nifas ibu akan
mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi yang
belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan
perubahan yang terjadi. Oleh sebab itu, penting bagi ibu memahami
apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali
tanda bahaya secara dini. Beberapa perubahan yang terjadi pada
masa nifas, yaitu :
1. Rahim
Darah nifas hingga hari kedua terdiri dari darah segar bercapur sisa
ketuban, berikutnya berupa darah dan lender . setelah satu pecan
darah berangsur- angsur berubah menjadi berwarna kuning
kecoklatan lalu lender keruh sampai keluar cairan bening di akhir
masa nifas. Darah ifas yang berbau sangat amis atau busuk dapat
menjadi salah satu petunjuk adanya infeksi dalam Rahim.
4. Payudara
5. Sistem perkemihan
6. Sistem pencernaan
7. Peredaran darah
8. Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasannya agak meningkat
dan setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai
terjadi panas tinggi, karena di khawatirkan sebagai salah satu tanda
infeksi atau tanda bahaya lain.
Menurut Astuti (2015), adapun respon terhadap bayi baru lahir adalah
sebagai berikut:
1. Ibu
Satu jam pertama merupakan saat yang peka bagi ibu. Kontak
yang erat dengan bayinya selama waktu ini akan
mempermudah jalinan batin. Bidan membantu untuk
mendorong ibu segera menyusui (IMD) karena selain
meningkatkan hubungan yang baik antara ibu dan bayi, juga
untuk proses laktasi.
2. Ayah
Ayah bayi merasakan kepuasan serta bangga yang mendalam,
sangat gembira dan ingin menyentuh, menggendong bayinya.
Kemesraan di antara ayah dan ibu pada saat seperti itu dapat
berkembang meluas dan mencakup bayi baru mereka di dalam
keluarga yang eksklusif, yang sering melupakan keadaan
sekelilingnya.
3. Bayi
Setelah menyesuaikan diri secara fisiologis dengan melakukan
pernafasan dan sirkulasi darahnya, bayi akan memperlihatkan
perhatiannya terhadap bunyi, cahaya dan makanan. Bidan
harus bias menciptakan kondisi yang optimum untuk
terjadinya interaksi orangtua dan bayi, yaitu dengan cara
menganjurkan rawat gabung / rooming in untuk mendukung
pemberian ASI dan peraturan kunjungan yang fleksibel untuk
ayah.