Solusio plasenta sedang dan berat apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan,
penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio
sesaria. Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekurang-
kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang
persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin.
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah kelainan pembekuan
darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak
memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara
melakukan persalinan adalah seksio sesaria.
Seorang ibu mau melahirkan tetapi dengan diagnose bahwa jalan lahir tertutup placenta, maka
keputusan dokter kandungan tersebut bahwa mengambil keputusan untuk dilakukan Sectio Cesarae dan
dokter tersebut mengatakan bahwa dilakukan spinal anastesi (bukan bius umum, namun apa yang terjadi
pasien tersebut justru kesadarannya menghilang bahkan dilayar monitor menunjukan garis lurus yang
artinya pasien sudah meninggal. Walaupun sudah dinyatakan meninggal dengan segala upaya dan para
petugas medis melakukan pertolongan memacu jantung dan infus setelah 10 menit ternyata pasien sadar
kembali, kemudian dokter melanjutkan melakukan operasi, padahal pasien baru saja bangun dari masa
kritisnya. Tetapi setelah itu pasien tidak sadar lagi bahkan pasca operasi pasien tidak sadar bahkan sempat
dirawat di ICU dan ICCU dan bayinya dirujuk ke rumah sakit lain, karena rumah sakit tersebut tidak tersedia
alat untuk memberikan tindakan, tetapi bayinya pun tidak tertolong. Menurut keterangan bahwa
sebenarnya bayi sejak dalam kandungan mengalami adanya kelainan. Kesimpulan dari informasi tersebut
bahwa karena tidak adanya komunikasi yang baik antara pihak dokter yang menangani dengan pasien dan
keluarga pasien.