Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Perumusan dan Lahirnya Pancasila

Selalu ada cerita dibalik sebuah peristiwa. Pun demikian ketika akhirnya Pancasila disahkan
sebagai dasar negara kita. Butuh proses yang panjang, untuk bisa sampai kesana.
Disamping juga menegangkan. Tak berlebihan, jika proses pembuatan ideologi negara ini
kemudian menjadi salah satu sejarah terpenting bagi Indonesia.

Nama Pancasila sendiri diambil dari bahasa Sanskerta, terdiri dari dua kata, yakni pañca
yang berarti lima dan śīla yang berarti prinsip atau asas. Dengan kata lain, Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Ada lima sendi utama yang menyusun Pancasila, termasuk Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dan kesemua ini tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan)
Undang-undang Dasar 1945.

Setelah sempat mengalami perubahan pada kandungan dan urutan lima sila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan, Pancasila akhirnya menjadi
Pancasila seperti yang kita kenal sekarang pada 1 Juni 1945, yang lalu dikenal sebagai Hari
Kesaktian Pancasila.

Sejarah Perumusan dan Lahirnya Pancasila


Semua berawal dari pemberian janji kemerdekaan oleh Perdana Menteri Jepang saat itu,
Kuniaki Koiso untuk Indonesia pada tanggal 7 September 1944. Pemerintah Jepang lalu
mendirikan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
pada tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) dengan tujuan untuk mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.

BPUPKI diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat.
Dalam pidato pembukaannya kala itu, dr. Radjiman antara lain mengajukan pertanyaan
kepada anggota-anggota Sidang – terdiri dari 74 orang (67 orang Indonesia, 7 orang
Jepang). “Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?,” tanyanya.

Sontak, sejumlah usulan pun disampaikan oleh para anggota.

Muhammad Yamin, misalnya. Dalam pidatonya pada tanggal 29 Mei 1945, Ia merumuskan
lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri
Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.

latihan soal dari Kelas Pintar

Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban,
agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.
Pada 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal
dengan judul “Lahirnya Pancasila”, dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia;
Internasionalisme atau Peri-Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi, dasar perwakilan,
dasar permusyawaratan; Kesejahteraan Sosial; Ketuhanan.

Nama Pancasila diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu.

“Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan


ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini
dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya
asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan
abadi.”

Usulan Soekarno diterima dengan baik oleh semua peserta sidang. Setelah itu, tanggal 1
Juni 1945 pun diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.

Sebelum sidang pertama berakhir, suatu Panitia Kecil dibentuk untuk tak hanya
merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara – mengacu pada pidato yang
diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, tetapi juga menjadikan dokumen itu sebagai
teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.

Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk
menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 yang
kemudian diberi nama Piagam Jakarta.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa
dokumen penetapannya ialah:

Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945


Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 – tanggal 18 Agustus 1945
Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal 27
Desember 1949
Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal 15 Agustus
1950
Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)

Anda mungkin juga menyukai