Anda di halaman 1dari 3

Nama : Haqqul Yaqinnas

Nim : 200140121

Kelas : A4

Dosen pengampu : Abdurrahman M.Ag

UAS PENDIDIKAN AGAMA

Pendapat Para Ahli Mengenai Islam Nusantara


Ada beberapa definisi tentang Islam Nusantara yang dikemukakan oleh pemikir-pemikir Islam,
antara lain: “Islam Nusantara ialah paham dan praktek keislaman di bumi Nusantara sebagai hasil
dialektika antara teks syariat dengan realitas dan budaya setempat.” (Muhajir dalam Sahal & Aziz,
2015: 67). Pemaknaan senada, “Islam Nusantara adalah Islam yang khas ala Indonesia, gabungan nilai
Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, adat istiadat di tanah air” (Bizawie dalam Sahal
& Aziz, 2015: 239). Definisi pertama ini menunjukkan bahwa secara substantif, Islam Nusantara
merupakan paham Islam dan implementasinya yang berlangsung di kawasan Nusantara sebagai akibat
sintesis antara wahyu dan budaya lokal, sehingga Mujamil Qomar 201 el Harakah Vol.17 No.2 Tahun
2015 memiliki kandungan nuansa kearifan lokal (local wisdom).

Sedangkan definisi kedua merupakan Islam yang berkarakter Indonesia, tetapi juga sebagai
hasil dari sintesis antara nilai-nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal. Hanya saja, wilayah
geraknya dibatasi pada wilayah Indonesia, sehingga lebih sempit daripada wilayah gerak dalam
pengertian yang pertama yang menyebut bumi Nusantara. Sayangnya, dalam sumber-sumber
tersebut bumi Nusantara tidak dijelaskan wilayah jangkauannya.

Selanjutnya, terdapat pemaknaan Islam Nusantara yang ditekankan sebagai metodologi


dakwah yang berbeda dengan pemaknaan yang pertama maupun kedua. “Islam Nusantara adalah
metodologi dakwah untuk memahamkan dan menerapkan universalitas (syumuliyah) ajaran Islam
sesuai prinsip-prinsip Ahlussunnah waljama’ah, dalam suatu model yang telah mengalami proses
persentuhan dengan tradisi baik (‘urf shahih) di Nusantara, dalam hal ini wilayah Indonesia, atau
merupakan tradisi tidak baik (‘urf fasid) namun sedang dan/atau telah mengalami proses dakwah
amputasi, asimilasi, atau minimalisasi, sehingga tidak bertentangan dengan diktum-diktum syari’ah”
(Anam, t.t: 22). Definisi tersebut, dari segi skala berlakunya memiliki kesamaan seperti definisi kedua.
Namun, definisi ini mengandung penekanan, di samping pada metodologi dakwah, juga pada
universalitas ajaran Islam, prinsipprinsip ahlussunnah waljama’ah, dan proses dakwah amputasi,
asimilasi, atau minimalisasi untuk mensterilkan metodologi dakwah itu dari tradisi-tradisi lokal yang
menyesatkan. Alur berpikir yang tercermin dalam definisi ketiga itu juga kurang jelas, untuk tidak
dikatakan kacau, sehingga tidak mudah dipahami kecuali dilakukan telaah secara cermat dan teliti,
karena alur berpikirnya yang berkelok-kelok.

Adapun pada bagian lain terdapat upaya memperluas wilayah pemberlakuan Islam Nusantara
hingga mencapai kawasan Asia Tenggara. Islam Nusantara mengacu pada gugusan kepulauan atau
benua maritim (Nusantara) yang mencakup Indonesia, wilayah Muslim Malaysia, Thailand Selatan
(Patani), Singapura, Filipina Selatan (Moro), dan Champa (Kampuchea) (Azra dalam Sahal & Aziz, 2015:
169). Maka Islam Nusantara sama sebangun dengan ‘Islam Asia Tenggara’ (Southeast Asian Islam).
Dari segi ruang lingkup Islam Nusantara, Muhajir tidak memberikan batasan berlakunya secara jelas,
Bizawie dan Anam hanya membatasi pada wilayah Indonesia, maka Azra memperluas wilayah
berlakunya tersebut meliputi kawasan Muslim seluruh Asia Tenggara. Namun, disayangkan Azra tidak
menjelaskan hakekat istilah Islam Nusantara tersebut. Penulis sependapat dengan upaya memperluas
cakupan Islam Nusantara hingga mencapai Asia Tenggara sebagaimana diungkapkan oleh Azra, namun
dalam pembahasan berikutnya penulis hanya membatasi pada Islam yang berkembang di wilayah
Indonesia

Pro dan Kontra Terhadap Perspektif Islam Nusantara


keluarnya istilah Islam Nusantara ini tidak terlepas dari pola pikir yang mencoba
membandingkan kehidupan umat Islam yang ada di Indonesia dengan umat Islam yang ada di
Timur Tengah. Mereka menyebut kehidupan umat Islam di Timur Tengah penuh dengan
kekerasan. Ini sebagaimana yang terjadi di beberapa negeri Muslim seperti di Irak, Suriah,
Libya, Mesir dan negeri-negeri Muslim lainnya. Menurut mereka, hal tersebut jauh berbeda
dengan kehidupan umat Islam di Indonesia. Penuh dengan ketenangan, kedamaian, tidak ada
perang dan tindak kekerasan lainnya. Inilah yang kemudian melahirkan gagasan atau ide
berupa penggunaan istilah Islam Indonesia atau Islam Nusantara.Padahal pola pikir dengan
pemahaman yang demikian tidaklah tepat. Alasanya, karena apa yang terjadi di Timur Tengah
yang terus bergolak sesungguhnya bukan karena faktor Islam. Wilayah ini terus memanas
karena strategi penjajah Barat. Timur Tengah selama ini telah menjadi arena pertarungan
kepentingan antara Inggris, Amerika, Rusia dan Prancis. Sebagai contoh, konflik yang sedang
terjadi di Yaman sekarang ini.Konflik tersebut sebenarnya bukanlah konflik Syiah-Sunni, tetapi
pertarungan Amerika dengan Inggris untuk merebut kue kekuasaan di Yaman. Karena itu
mengaitkan konflik Timur Tengah dengan sikap keberislaman kaum Muslim di sana
merupakan tindakan naif dan diskriminatif. Tindakan ini telah menutup mata terhadap apa
yang telah dilakukan negara-negara penjajah di wilayah tersebut.

Istilah Islam Nusantara ini secara resmi telah disuarakan oleh NU sebagai organisasi
keagamaan terbesar di Indonesia. Hal ini didukung oleh Joko Widodo selaku pemimpin di
negeri dengan mayoritas umat Islam terbesar di dunia ini. Namun demikian, istilah Islam
Nusantara ini menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat, khususnya umat Islam di
negeri ini.

Juru Bicara HTI Ismail Yusanto menyebut tidak fair menyandingkan kondisi Timur
Tengah sekarang dengan kondisi di Indonesia pada tahun 2015. “Agak kurang fair kalau
membandingkan Timur Tengah sekarang dengan Indonesia pada tahun 2015,” kata Juru
bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail Yusanto kepada BBC Indonesia, Minggu (14/06) malam.

Menurut Ismail, yang terjadi saat ini di sejumlah negara di wilayah Timur Tengah,
misalnya Suriah, adalah proses perlawanan melawan penguasa yang zalim. “Ini minus
persoalan ISIS yang mencoreng peradaban Islam, spirit perubahan dan perlawanan Islam itu
ada di Timur Tengah saat ini. Ingat fenomena Arab Spring,” jelasnya.
Tanggapan Masyarakat Mengenai Islam Nusantara
Banyak sebagian masyarakat yang tidak setuju dengan islam nusantara sebab karna
islam itu memang dari nabi rasullah SAW bukan islam nusantara yang seenaknya di ubah ubah
ayat alquran kedalam bahasa indonesia, di dalam agama islam di mana pun kamu berada
tetap alquran dan islam itu berbhasa arab tidak ada yang di ubah ataupun ditambah.

Ada juga yg berpendapat bahwa islam nusantara, islam itu tergantung pada diri kita
senisir apabila kita mampu menahan hawa nafsu insyaallah kita bisa menjadi islam yang
taat,,islam dinusantara memang banyak tapi yang benar"islam itu langka,islam mulai pudar
semenjak datangnya teknologi yang membuat kita lalai akan kewajiban kita sebagai muslim
apalagi banyak orang menggemari budaya barat yang padahal yang digemari hanyalah
orang"kafir dan sungguh apabila ada orang yang menyukai orang kafir maka mereka termasuk
didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai