TERHADAP INTENSINTAS
APPENDIKTOMI
(STUDI KASUS)
HILANGKAN
PROPOSAL
OLEH :
AULIA UR RAHMAH
1440118010
BAB 1
PENDAHULUAN
15).
Penyakit usus buntu adalah peradangan yang terjadi pada usus buntu atau app
endicitis (Anggarani,et al, 2012). Usus buntu merupakan organ berbentuk kantong
kantong kecil dan tipis,berukuran 5 hingga 10 cm yang terhubung dengan usus bes
ar(Bahrudin,2017).
ar pada remaja dan dewasa muda,hal ini disebabkan oleh terjadinya obstruksi pada
s cukup tinggi didunia pada laki-laki 21.000 jiwa, dibandingkan pada perempuan
10.000 jiwa.Pada tahun 2013(WHO) menganalisa data Nasional antara 2011 samp
ai 2021 terdapat 32.782 pasien menderita appendisitis akut yang menjalani append
rutan keempat terbanyak pada tahun 2006. Data yang dirilis oleh Departemen Kes
2
1.819 orang dan meningkat pada tahun 2009 meningkat mencapai 596.132 orang
(Andika,2016).
berhubungan dengan risiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh, bisa juga kar
ena suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak dan
moyo, 2013).
15). Nyeri terdiri atas dua komponen yaitu komponen fisiologis dan komponen ps
sa nyeri. Sedangkan tindakan secara non farmakologis dapat dilakukan dengan car
gianti N.F,2015).
ebih 3-5 menit dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi,karena genggaman j
hannel) yang terletak pada jari tangan kita.Titik-titik refleksi pada tangan akan me
ersebut akan mengembalikan gelombang listrik menuju otak yang akan diterima d
3
an diproses cepat,lalu diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami
n dari teknik relaksasi jin shin asal jepang.bentuk seni yang menggunakan sentuha
dalam penelitian teknik relaksasi genggam jari ini dapat memblok stimulus nyeri s
ehingga rasa nyeri akan berkurang. pernyataan tersebut didukung bahwa teknik re
laksasi genggam jari sangat signifikan dalam intensitas nyeri dengan nilai p=0.000
dimana p<0.05.
Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri meliputi perubahan neurologis yang spesifik.
Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kelompok usia ini dapat mempe
ngaruhi bagaimana anak-anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Dalam p
eri sebelum dilakukan teknik relaksasi genggam jari adalah 6,25 dengan standar d
eviasi 1.357.
asa lalu. Responden yang mengalami nyeri yang timbul berikutnya akan mengala
mi nyeri lebih ringan. Hal ini terjadi karena tingkat toleransi pada pasien terhadap
nyeri lebih tinggi. Selain itu untuk mengurangi rasa nyeri juga bisa dilakukan mini
mal- maksimal adalah 3-5. teknik relaksasi genggam jari membantu mengurangi n
4
Menurut Penelitian yang dilakukan Yuliastuti C (2015) yang meneliti tentan
g pengaruh relaksasi genggam jari terhadap pengurangan intensitas nyeri pada pas
ien post operasi appendiktomi didapatkan bahwa pasien post appendiktomi yang
mengalami nyeri berat dan setelah menggenggam jari selama 30-50 menit,mayorit
gambil studi kasus “Penerapan Teknik Relaksasi Genggam Jari terhadap Intensitas
1.1 Tujuan
1.4 Manfaat
5
Studi kasus dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pengetahuan perawa
nerapan teknik relaksasi genggam jari pada pasien post operasi app
erawatan.
4) Bagi pasien
6
Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pasien dalam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 APPENDIKTOMI
Umbai cacing atau appendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeks
i pada organ ini disebut appendisitis atau radang umbai cacing. Appendisitis yang
parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah didalam rongga
8
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa inggris, vermiform
dengan cecum.
Umbai cacing terbentuk dari caceum pada tahap embrio.Pada orang dewasa,umb
ai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Wala
upun lokasi appendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing berbeda,bisa di retr
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestiglal (sisi
han), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem
cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.Infeksi pada organ i
2.1.2. Definisi
kan pengobatan melalui prosedur tindakan operasi hanya untuk penyakit apendisit
kukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforai lebih lanjut peritonitis
2.1.3. Etiologi
ktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan seb
9
dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga
dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seper
pasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungs
ional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuan
2.1.4. Klasifikasi
menjadi 3 yaitu :
kal.
spontan.
ndiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa), dan keluh
2.1.5. Patofisiologi
erplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, strikur karena fibrosis akibat peradan
10
gan sebelumnya,atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang dip
i mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri e
pigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut,tekanan akan terus meningkat. Hal t
nembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dang mengenai peritoneum sete
Keadaan ini disebut apendisitis supuratif akut.Bila kemudian aliran arteri terga
nggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium i
ni disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah,
akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat,omentu
m dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu
massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan pada apendiks terse
but dapat menjadi abses atau menghilang.Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apendiks lebih panjang,maka dinding apendiks lebih tipis.Keadaan ter
sebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang sehingga memudahk
11
12
2.1.6 Pathway (Mansjoer,2007)
13
2.1.7. Manifestasi Klinis
b. Demam ringan
Apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran kana
n bawah titik Mc. burney yang berada antara umbilikus dan spinalis iliaka superio
r anterior. Derajat nyeri tekan,spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau dia
re tidak tergantung pada beratnya pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila
apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan terasa didaerah lumb
al. Bila ujungnya ada pada pelvis,tanda-tanda ini dapat diketahui hanya pada peme
riksaan rektal. nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks berada dekat rekt
um ( Sjamsuhidayat,2015).
2.1.8. Komplikasi
yaitu :
a. Perforasi
Perforasi berupa massa yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum,dan usus h
alus. Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan peningkatan suhu 39,5C tampak tok
sik,nyeri tekan seluruh perut leukositosis meningkat akibat perforasi dan pembent
ukan abses.
b. Peritonitis
14
Peritonitis yaitu infeksi pada sistem vena porta ditandai dengan panas 39 C-40 C
013),yaitu :
a. Laboratorium
Radiologi yaitu pada pemeriksaan ini foto colon menunjukkan adanya batu
2.2. Penatalaksanaan
berikut :
Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik atau mental,
15
Nyeri bersifat subjektif dan bersifat individu (Potter & Perry 2010).
Nyeri adalah sensori yang muncul akibat stimulus nyeri yang berupa biologi
menjadi :
a. Pheriperal pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini termasuk nyeri p
ada kulit dan permukaan kulit. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di
kulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila hanya
kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai menyengat, tajam, meringis, ata
u seperti terbakar.
b. Deep pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam (nyeri so
matik) atau pada organ tubuh visceral. Nyeri somatis mengacu pada nyeri yang be
rasal dari otot, tendon,ligament, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini mem
iliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi sering tidak jelas.
c. Reffered pain
Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/ struktur dalam
tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh didaerah yang berbeda bukan dari daer
16
ah asalnya misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan iskemia
d. Central pain
Merupakan nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi prime
r pada sistem saraf pusat seperti spinal cord,batang otak, thalamus, dan lain-lain.
Handayani (2015) menyebutkan bahwa nyeri ini digolongkan menjadi tiga, yaitu
a. Incidental pain
Merupakan nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang. Nyeri ini biasany
b. Steady pain
Merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam jangka waktu
yang lama. Pada distensi renal kapsul dan iskemik ginjal akut merupakan salah sat
u jenis.
c. Proximal pain
Merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri terse
but biasanya menetap selama kurang lebih 10-15 menit, lalu menghilang kemudia
n timbul lagi.
a. Nyeri ringan
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas ringan. Nyeri ringan biasanya
17
b. Nyeri sedang
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Nyeri sedang seca
c. Nyeri berat
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas berat. Nyeri berat secara obyek
tif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tin
a. Nyeri akut
nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan dengan masalah spesifik yang memic
t (kurang dari 6 bulan) dan menghilang apabila faktor internal dan eksternal yang
b. Nyeri kronis
Merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus selama 6 bulan atau lebih. N
yeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tida
k dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis ini berbeda
dengan nyeri akut dan menunjukkan masalah baru, nyeri ini sering
alauan emosi dan mengganggu fungsi fisik dan sosial (Handayani, 2015).
18
3.2.4 Konsep Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemung
kinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang y
ang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan o
bjektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhada
p nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat membe
Setiap nyeri hebat jika tidak dikelola dengan baik akan mengubah fungsi otak
kita, sehingga jika lebih dari 3 hari berturut-turut nyeri dibiarkan tanpa terapi, perl
ahan lahan proses ini akan menyebabkan gangguan tidur, tidak dapat berkonsentra
si, depresi, cemas, dan nafsu makan menurun, bahkan jika berlanjut akan menyeba
bkan penurunan fungsi imunitas. Ada satu sindrom yang menyertai nyeri yang heb
at yakni sindrom yang terdiri dari insomnia, anxietas, depresi, anoreksia, dan imob
Susunan saraf pusat bersifat seperti plastik (plastisitas) yang dapat berubah sif
atnya sesuai jenis dan intensitas input kerusakan jaringan atau inflamasi. Rangsan
(WDR) berupa transmisi sensoris tidak nyeri, tetapi rangsang dengan frekuensi ya
ng lebih tinggi akan menghasilkan transmisi sensoris nyeri (Suwondo, et al, 2017).
Neuron WDR ini dihambat oleh sel inhibisi lokal di substansia gelatinosa dan
dari sinaptik desendens. Rangsang noksious dari nosiseptor perifer akan diteruska
batkan Ca+ akan masuk ke dalam sel melalui Ca+ channel. Masuknya Ca+ ke dala
19
m sel ini menyebabkan dari ujung neuron presinaptik dilepaskan beberapa neurotr
ansmitter seperti glutamat dan substansi P (neurokinin). Dari ujung presinaptik ser
abut saraf A-delta dilepaskan neurotransmitter golongan asam amino seperti gluta
mat dan aspartat, sedangkan dari ujung presinaptik serabut saraf C dilepaskan sela
seperti substansi- P (neurokinin), calcitonin gene related protein (CGRP), dan chol
a serabut saraf tersebut. Sedangkan pada periode pascabedah dan pada proses infl
Menurut Suwondo, et al (2017) ada hal-hal yang selalu harus diingat dalam
Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Provokatif yaitu apa yang
membuat terjadinya timbulnya keluhan. Hal-hal apa yang memperingan dan mem
perberat keadaan atau keluhan klien tersebut yang dikembangkan dari keluhan uta
ma.
2) Kualitas (Quality)
Kualitas nyeri merupakan suatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien,
3) Lokasi (Region)
20
Daerah perjalanan nyeri, lokasi keluhan tersebut dirasakan atau ditemukan, apa
1) Keparahan (Severe)
2) Durasi (Time)
Kapan keluhan mulai ditemukan atau dirasakan, berapa sering dirasakan atau
m selang waktu berawal lama hal itu untuk menentukan waktu dan durasi. Lama
Intensitas dan penentuan tipe nyeri sangat penting karena menyangkut jenis pe
ngobatan yang sesuai yang sebaiknya diberikan terutama terapi farmakologis. Beb
erapa alat ukur yang sudah umum dipakai untuk mengukur intensitas nyeri adalah
Visual analogue scale (VAS) atau Numeric Pain Scale (NPS) (Yudiyanta & Melia
erupa Numeric Pain Scale, Visual Analogue Scale, dan Wong Baker Pain Scale, V
21
Skala analog visual (VAS) adalah cara yang banyak digunakan untuk menila
i nyeri. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya yang sangat mudah dan seder
hana, namun pada kondisi pasien kurang kooperatif misalnya nyeri yang sangat be
rat atau periode pasca bedah, VAS seringkali sulit dinilai karena koordinasi visual
ngkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti. Jika VAS lebih coc
ok untuk mengukur intensitas nyeri dan efek terapi pada penelitian karena mampu
membedakan efek terapi secara sensitif maka NPS lebih cocok dipakai dalam prak
tek sehari-hari.
22
Gambar 2.6 wong baker pain scale
Wong Baker Pain Scale cocok digunakan pada pasien dewasa dan anak > 3
tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.
4) Verbal Rating Scale
t nyeri tetapi tidak diperlukan gambar atau dapat pula menggunakan skala tingkata
n secara verbal. Verbal rating scale dapat berupa skala tingkatan nyeri maupun ska
la pengurangan nyeri. Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode pas
23
Relaksasi adalah tindakan relaksasi otot rangka yang dipercaya dapat men
urunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri (T
amsuri,2017).
Teknik relaksasi genggam jari (finger hold) merupakan teknik relaksasi deng
an jari tangan serta aliran energi didalam tubuh. Relaksasi genggam jari menghasil
kan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen non-nosiseptor. Serabut saraf
erebri dihambat atau dikurangi akibat counter stimulasi relaksasi dan menggengga
m jari. Sehingga intensitas nyeri akan berubah atau mengalami modulasi akibat sti
mulasi relaksasi genggam jari yang lebih dahulu dan lebih banyak mencapai otak
(Pinandita,2014).
akan membuat tubuh menjadi rileks. Adanya stimulasi pada luka bedah menyebab
kan keluarnya mediator nyeri yang akan menstimulasi transmisi impuls sepanjang
Relaksasi genggam jari merupakan cara yang lembut untuk menginduksi respo
n relaksasi melalui sistem (istirahat dan bekerja) saraf simpatis dan parasimpatis.
Efek mekanik, atau fisik membantu untuk memindahkan darah dan getah bening l
ebih efisien. Nyeri sering diproduksi oleh penumpukan edema atau cairan, yang m
enghasilkan tekanan dalam jaringan dan menyebabkan stimulasi reseptor nyeri (no
ciceptors). Pengurangan atau bahkan penghapusan rasa sakit, juga berasal dari fak
24
ta bahwa relaksasi genggam jari merangsang pelepasan obat penghilang rasa sakit
Efek relaksasi genggam jari dapat mempengaruhi pelepasan bahan kimia dan
vasopresin, dan oksitosin. Hal ini juga dapat membantu menurunkan tekanan dara
ileks maka kita menempatkan tubuh kita pada posisi yang sebaliknya. Otot tidak t
egang dan tidak memerlukan sedemikian banyak oksigen dan gula, jantung berden
yut lebih lambat, tekanan darah menurun, napas lebih mudah, hati akan menguran
gi pelepasan gula, natrium dan kalium dalam tubuh kembali seimbang, dan kering
Kondisi rileks tubuh juga menghentikan produksi hormon adrenalin dan semu
a hormon yang diperlukan saat kita stress. Karena hormon seks esterogen dan pro
gesteron serta hormon stres adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yan
g sama, ketika kita mengurangi stres kita juga telah mengurangi produksi kedua h
ormon seks tersebut. Rileksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh untuk m
emproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan yang bebas dari nyeri(Kozi
er, 2013).
Menurut Susanti (2013) manfaat teknik relaksasi genggam jari adalah sebagai
berikut:
b. Mengurangi stress
25
e. Mengurangi nyeri
jari dilakukan selama 15 menit dengan tahapan antara lain sebagai berikut:
b. Genggam ibu jari tangan dengan telapak tangan sebelahnya apabila merasa kha
watir yang berlebihan, genggam jari telunjuk dengan telapak tangan sebelahnya ap
abila merasa takut yang berlebihan, dan genggam jari kelingking dengan telapak t
angan sebelahnya.
c. Tutup mata, fokus, dan tarik nafas perlahan dari hidung, hembuskan perlahan d
26
knik relaksasi dengan jari tangan serta aliran energi didala
m tubuh. Relaksasi genggam jari menghasilkan impuls ya
ng dikirim melalui serabut saraf aferen non-nosiseptor. Se
rabut saraf non nosiseptif mengakibatkan “gerbang” tertut
up sehingga stimulus pada korteks serebri dihambat atau
dikurangi akibat counter stimulasi relaksasi dan menggen
ggam jari. Sehingga intensitas nyeri akan berubah atau m
engalami modulasi akibat stimulasi relaksasi genggam jar
i yang lebih dahulu dan lebih banyak mencapai otak (Pina
ndita,2014).
27
1. Sebelum
Sesudah
2. Sebelum
Sesudah
3. Sebelum
Sesudah
dst..
28