Anda di halaman 1dari 7

Biologi Kelas 11: Mengenal Psikotropika, Efek, dan Bahayanya

Pahamifren, di antara kamu pasti pernah baca berita tentang penyalahgunaan narkotika kan? Sering
juga kita mendengar penangkapan artis dan anak-anak muda yang terjerat kasus narkoba. Miris banget
ya. Nah, kali ini Mipi akan mengajak kamu mengenal lebih jauh tentang zat adiktif dan bahaya senyawa
psikotropika. Baca artikel ini sampai selesai ya, Pahamifren.

Jenis-Jenis Zat Adiktif

Sebelum lebih jauh, kamu juga perlu mengetahui tentang klasifikasi psikotropika yang beredar di dunia.
Apa saja jenis-jenis zat adiktif yang menjadi narkotika? Berikut penjelasannya:

NAPZA

NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Ketiganya memiliki ciri khas
masing-masing. Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, narkotika merupakan zat yang bisa
membuat kesadaran seseorang menurun dan bisa juga menghilangkan rasa nyeri di tubuh manusia
selama beberapa waktu. Contoh yang paling sering kita temukan adalah obat bius.

Nggak cuma bahaya senyawa psikotropika saja yang harus kamu ketahui, sebenarnya narkotika itu
dibagi menjadi 3 jenis. Yaitu narkotika alami, narkotika sintetis, dan narkotika semi-sintetis. Narkotika
alami merupakan narkotika yang dihasilkan dari tanaman. Narkotika sintetis adalah narkotika yang
sepenuhnya dibuat oleh manusia dengan menggunakan zat kimia.

Sementara itu, narkotika semi-sintesis adalah narkotika yang berasal dari zat opium. Opium ini asalnya
dari tanaman Poppy atau Papaver Somniferum, tapi kemudian diolah lagi menjadi zat-zat narkotika.

Nah, kalau psikotropika beda lagi, Pahamifren. Psikotropika adalah zat atau obat yang bisa
mempengaruhi kerja susunan saraf pusat manusia sehingga memengaruhi mental dan perilaku orang
yang mengonsumsinya. Biasanya, orang yang mengonsumsi psikotropika ini menjadi hiperaktif dan
percaya diri lho, Pahamifren. Contoh psikotropika adalah ekstasi dan sabu-sabu.

Terkadang, orang awam tidak bisa membedakan antara narkotika dan psikotropika. Perbedaan
mencoloknya adalah narkotika akan menurunkan bahkan menghilangkan kesadaran penggunanya,
sementara psikotropika justru akan membuat penggunanya makin aktif karena pengaruhnya.

Terakhir, ada zat adiktif. Zat adiktif adalah zat kimia yang dapat mengakibatkan penggunanya mengalami
ketagihan atau teradiksi kalau dipakai terus-menerus. Contoh jenis-jenis zat adiktif adalah opium,
kokain, ganja, heroin, dan amfetamin.

Sejarah Penggunaan NAPZA

Berdasarkan sejarahnya, NAPZA sebenarnya sudah digunakan sejak jaman dahulu kala. Pada tahun 2000
Sebelum Masehi di Sumeria, tumbuhan Papaver Somniferum yang sekarang menjadi sumber opium,
sebenarnya sudah banyak dikenal.
Dahulu, orang-orang menggunakan serbuk sari dari opium ini untuk menghilangkan rasa sakit. Mereka
juga menggunakannya untuk berburu karena serbuk sari tersebut bisa membius hewan-hewan buruan.
Kemudian, pada tahun 330 Sebelum Masehi di India, tumbuhan candu digunakan sebagai bahan
konsumsi yang dapat memberikan efek relaksasi.

Dari sejarah NAPZA tersebut, jika digunakan secara semestinya, NAPZA ternyata memiliki manfaat
positif, ya, Pahamifren. Sebenarnya zat psikotropika ini banyak manfaatnya dalam dunia medis atau
kedokteran, tapi kalau penggunaannya disalahgunakan atau melebihi dosis yang dianjurkan, malah akan
menghasilkan efek yang sangat berbahaya, terutama bagi kesehatan penggunanya.

Penggolongan NAPZA

Berdasarkan efek yang dihasilkan, NAPZA dapat dibagi ke dalam 3 golongan, yaitu stimulan, depresan,
dan halusinogen. Kita bahas satu-persatu, yuk, Pahamifren.

Stimulan

Sesuai dengan namanya, stimulan menyebabkan organ tubuh seperti otak dan jantung terangsang untuk
bekerja lebih cepat, sehingga menyebabkan efek ketagihan bagi para penggunanya. Penggunaan
stimulan dalam jangka pendek dapat memberikan efek senang dan gembira, tapi kalau digunakan dalam
jangka panjang, zat ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan sistem organ. Senyawa yang termasuk
stimulan adalah:

Kokain

Pahami dan Ekonomi Kelas X: Masalah Ekonomi Dalam Sistem Ekonomi

Kokain dapat memicu otak untuk melepaskan dopamin, serotonin, norepinephrine, yang memicu
metabolisme sel.

Amfetamin

Amfetamin mengaktifkan sel di otak dan meningkatkan neurotransmitter. Penggunaan senyawa ini
secara terus-menerus dapat mengakibatkan fungsi organ dan menimbulkan gejala depresi.

Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan efek lelah, bahkan kematian pada sel otak.

Ekstasi

Ekstasi dapat menstimulasi otak untuk melepaskan serotonin yang mengakibatkan aktivitas fisik
melebihi batas kemampuan. Penghentian penggunaan ekstasi akan menyebabkan depresi, insomnia,
cemas, dan gangguan memori.

Kafein
Konsumsi kafein yang terlalu banyak dapat merusak pola tidur, meningkatkan kerja jantung, serta
gangguan fungsi hati. Kafein dapat ditemukan pada kopi dan teh.

Jadi, saat tubuh terasa lelah, misalnya seperti saat kamu habis lari maraton, tubuh kamu akan
menghasilkan zat adenosin. Saat reseptor di otak kamu bertemu dengan adenosin, otak kamu akan tahu
kalau kamu sedang lelah dan akan menyuruh kamu untuk beristirahat.

Sayangnya, banyak pengguna narkotika yang sebenarnya mengetahui bahaya senyawa psikotropika,
yang justru mengindahkannya. Karena sudah kecanduan dengan zat stimulan, mereka cenderung tidak
pernah merasa kelelahan.

Lama kelamaan, reseptor pada otak akan mengalami kerusakan. Yang seharusnya menerima sinyal
kelelahan, karena efek zat adiktif tadi, tubuh pengguna narkotika akan lebih berenergi saat lelah.

Nah, saat konsumsi zat ini diberhentikan, reseptor akan berikatan dengan banyak adenosin lagi yang
akan menyebabkan tingkat kelelahan jadi lebih tinggi. Saat itulah para pengguna NAPZA akan merasa
lebih banyak merasa lebih banyak membutuhkan zat stimulan tersebut. Jadinya mereka kecanduan.

Lain lagi ceritanya kalau zat stimulan masuk ke aliran darah. Zat tersebut akan meningkatkan aliran
darah, sehingga jantung akan bekerja lebih cepat. Coba bayangkan kalau biasanya kalian lari 1 km setiap
hari, lalu dinaikin levelnya jadi 10 km per hari, pasti bakalan lelah banget, kan? Sama saja seperti organ
manusia kalau terus ditingkatkan kinerjanya. Organ tersebut akan lelah, rusak, dan bisa-bisa
menyebabkan kematian sel organ.

Salah satu contoh yang dekat dengan keseharian kita adalah kopi. Kamu pasti pernah minum kopi, nah,
kalau kamu habis minum kopi, badan kamu terasa lebih berenergi dan nggak ngantuk. Itu karena kopi
mengandung kafein yang merupakan zat stimulan.

Tapi jumlah kafein dalam kopi masih bisa ditoleransi kok. Satu gelas kopi mengandung lebih dari 150 mg
kafein. Sedangkan, batas normal konsumsi kafein adalah 150 mg/kg berat badan. Artinya, kalau berat
badan kamu 50 kg, kamu bakalan overdosis kalau minum lebih dari 50 gelas kopi perhari. Siapa juga
yang sanggup minum 50 gelas kopi sehari ya kan?

Depresan

Golongan NAPZA kedua berdasarkan efeknya adalah golongan depresan atau penenang. Zat depresan
ini akan menekan atau mengurangi fungsi neuron dalam sistem saraf pusat sehingga menyebabkan
aktivitas sel otak pemakainya jadi melambat atau tertidur. Senyawa yang termasuk golongan depresan
adalah:

Opium

Opium berasal dari tumbuhan Papaver Somniferum. Pada dosis tinggi, opium dapat menyebabkan
tekanan jantung, gangguan sistem pernafasan, penurunan fungsi hati, bahkan kematian.

Barbiturat
Barbiturat digunakan sebagai obat penenang.

Alkohol

Dalam dosis tinggi, alkohol dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, gangguan sistem saraf, dan
kerusakan jantung.

Ganja

Ganja digunakan sebagai obat pereda rasa sakit, tapi dalam efek berlebihan akan menurunkan tingkat
konsentrasi, kecemasan, dan daya tangkap berkurang.

Pahami dan Hari Guru Makin Seru, Yuk Ikutan Kompetisi dan Simposium Guru Nasional Pahamify

Mari ambil contoh minuman beralkohol. Bila seseorang mengkonsumsi minuman beralkohol dalam
jumlah yang banyak, alkohol dalam tubuh orang tersebut akan mendorong neurotransmitter yang
bernama gamma-aminobutyric acid (GABA) untuk terus berikatan dengan reseptornya di dalam otak
orang tersebut.

Saat hal ini terjadi, jalur ion klorida yang bermuatan negatif akan terbuka, sehingga ion ini akan masuk
ke sel otak orang tersebut. Hasilnya, aktivitas sel otak orang tersebut akan menurun dan hal ini bisa
menekan atau menghilangkan rasa sakit, takut atau gelisah dalam diri orang tersebut.

Semakin banyak alkohol atau zat depresan lain yang dikonsumsi oleh seseorang, seperti obat penenang
atau obat tidur, maka GABA akan semakin lama berikatan dengan reseptornya. Ini berarti akan semakin
banyak juga ion klorida negatif yang masuk ke sel otak. Apabila pemakaiannya dihentikan, otak akan
kehilangan keseimbangan dan menyebabkan tubuh gemetar, muncul rasa takut berlebihan, sehingga
pemakainya akan terus-menerus ketagihan untuk menggunakan zat depresan ini.

Itulah mengapa orang yang sudah kecanduan selalu merasakan efek ketagihan. Namun, penggunaan
dalam jangka panjang akan membuat ion klorida negatif yang masuk ke sel otak menjadi racun dan
menyebabkan kerusakan pada otak, penurunan kerja jantung, gangguan sistem pernapasan, koma
bahkan kematian.

Halusinogen

Golongan NAPZA terakhir adalah halusinogen. Halusinogen dapat memicu otak untuk melepaskan
serotonin sehingga menimbulkan efek halusinasi yang mempengaruhi emosi dan pikiran berlebihan
seolah semua yang dilihat adalah nyata. Senyawa yang termasuk halusinogen adalah:

Ganja

Ganja dapat menimbulkan rasa senang berkepanjangan. Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok
mariyuana.

Lysergic acid diethylamide (LSD)


Psilocybin dan Psilocin

Kedua senyawa ini terdapat pada jamur kotoran sapi atau Panaeolus Cyanescens.

Meskalin

Meskalin terdapat pada tanaman kaktus Lophophora Williamsii

Efek Halusinogen

Sesuai namanya, senyawa halusinogen membuat kamu jadi “halu”. Orang yang terkena efek
halusinogen, bisa melihat sesuatu yang mustahil, misalnya singa bersayap yang hinggap di pelangi,
bunga-bunga beterbangan dan efek halu lainnya.

Untuk lebih detailnya, kita ambil salah satu contoh zat halusinogen, yaitu jamur kotoran sapi atau
Panaeolus Cyanescens. Jamur ini disebut jamur kotoran sapi karena jamur ini memang tumbuh dan
berkembang di kotoran sapi. Jamur kotoran sapi ini mengandung senyawa psilocybin, ketika dikonsumsi,
jamur kotoran sapi ini akan menimbulkan efek halu yang berlebihan.

Sama seperti saat kamu jatuh cinta. Sel otak kamu akan lebih banyak memproduksi serotonin yang
merupakan neurotransmitter yang berperan mengatur rasa senang dan emosi kamu. Nah, psilocybin
memiliki struktur yang sama dengan serotonin. Psilocybin ini mampu berikatan dengan reseptor
serotonin.

Semakin banyak jumlah psilocybin, maka akan semakin banyak pula reseptor yang berikatan. Akibatnya,
akan timbul rasa senang yang berkepanjangan dalam diri orang yang mengkonsumsi jamur kotoran sapi.
Efek halusinasi yang ditimbulkan jamur kotoran sapi bisa dari segi penglihatan maupun suara.

Orang yang terkena dampak zat halusinogen akan susah untuk membedakan antara mana yang nyata
dan mana yang khayalan. Bukan hanya itu, efek zat halusinogen ternyata berpengaruh pada sistem saraf
tepi yang mengakibatkan pandangan kabur, gangguan tidur, atau rasa takut yang berlebihan. Selain
jamur kotoran sapi, ternyata ganja dalam jumlah yang sedikit, bunga kecubung, lem, bensin, dan lysergic
acid diethylamide (LSD) juga merupakan golongan zat halusinogen.

Pahami dan Untuk Para Guru: Ini 5 Cara Mengajar Online Yang Harus Anda Kuasai

Bahaya Senyawa Psikotropika

Nah, sekarang kamu sudah tahu, kan, bahaya NAPZA bagi tubuh seperti apa? Selain berbahaya bagi
tubuh, dampak negatif yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAPZA ini juga ada banyak, Pahamifren.
Kita bahas satu-persatu, ya!

Dampak Psikologis

Dari segi psikologis, pengguna NAPZA biasanya akan menjadi lebih emosional dan tempramental. Hal ini
terjadi karena terganggunya sistem neurotransmitter pada susunan saraf pusat pengguna NAPZA. Zat
NAPZA akan mengubah perasaan, mood, atau emosi penggunanya dengan drastis.
Bahkan jenis narkoba tertentu, terutama alkohol dan sabu-sabu, akan memunculkan perilaku agresif
berlebihan dari penggunanya dan seringkali mengakibatkan penggunanya melakukan perilaku atau
tindakan kekerasan. Selain itu, bahaya senyawa psikotropika lainnya yaitu dapat menurunkan
kemampuan berpikir rasional penggunanya secara drastis. Serem banget, kan, Pahamifren?

Dampak Fisik

Selain dari segi psikologis, NAPZA juga menyebabkan gangguan fisik pada tubuh penggunanya, yang
disebut gangguan fisioneurologik. NAPZA dapat mempercepat atau malah memperlambat denyut nadi,
jantung, dan paru-paru penggunanya, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Parahnya, kalau seseorang pernah kecanduan NAPZA, tapi tiba-tiba berhenti, gangguan fisioneurologik
akan tetap ada. Biasanya, rasa sakit akan menyelimuti sekujur tubuh, seperti sedang terkena flu berat.

Dampak Ekonomi

Sudah tentu NAPZA berdampak pada ekonomi para penggunanya. Harga NAPZA yang kabarnya bisa
ratusan sampai jutaan rupiah per gram, membuat para penggunanya kehabisan uang. Sementara tubuh
mereka yang sudah teradiksi oleh NAPZA akan bereaksi dan terasa sakit-sakit.

Tak heran, kalau sudah terkena NAPZA, para penggunanya bisa berusaha mendapatkan uang dengan
cara apapun agar dapat membeli NAPZA. Nah, kalau sudah begini pengguna yang sudah kecanduan
NAPZA akan menjual barang-barang berharga miliknya, atau bahkan bisa sampai nekat melakukan
tindakan kriminal seperti penipuan atau pencurian.

Dampak Sosial

Terakhir, ada dampak dari segi sosial. Kalau kamu sampai menggunakan NAPZA dan ketahuan, hal ini
akan merusak hubungan keluarga dan pertemanan kamu di lingkungan sekitar. Kesehatan masyarakat di
sekitar kamu juga akan terpengaruh karena adanya risiko penularan HIV, hepatitis, tuberkulosis karena
penggunaan jarum suntik secara bergantian dan berulang. Selain itu, NAPZA juga bisa meningkatkan
tindak kriminal seperti yang dibahas sebelumnya.

Upaya Pemerintah dalam Memberantas Narkoba

Karena banyak pengaruh negatif yang ditimbulkan dari bahaya senyawa psikotropika, pemerintah
Indonesia berupaya melakukan pemberantasan NAPZA dengan membentuk Badan Narkotika Nasional
(BNN) dan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 yang mengatur penggunaan narkotika di masyarakat.

Jadi, lebih baik mulai terapkan campaign “Say No To Drugs”, “Katakan Tidak pada Narkoba” dan perangi
narkoba dari sekarang. Melihat bahaya senyawa psikotopika, kamu tentu harus bisa membentengi diri
Pahamifren. Karena, penyalahgunaan NAPZA lebih mudah terjadi di lingkungan pergaulan.

Nah itu dia pembahasan Materi Biologi Kelas 12 tentang Efek dan Bahaya Senyawa Psikotropika. Semoga
setelah membaca artikel ini kamu bisa menjaga diri kamu, keluarga kamu, dan sekitar kamu dari bahaya
NAPZA, ya, Pahamifren.
Bagi kamu yang ingin mendapatkan akses materi pelajaran SMA secara online, kamu bisa mengunduh
platform belajar online Pahamify. Dijamin, deh, proses belajar kamu bakal lebih seru, menyenangkan,
dan nggak membosankan dengan aplikasi Pahamify.

Penulis: Salman Hakim Darwadi

Anda mungkin juga menyukai