Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan hidayah
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)”.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan
terima kasih setinggi-tingginya kepada yang terhormat kepada Ibu Dosen yang sebagai pengajar
mata kuliah Analisa Sosial Dan Lingukungan, Karena adanya pihak-pihak tersebut, penulis dapat
memacu untuk segera menyelenggarakan tugas belajar ini.
Semoga makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan
dosen pada khususnya. Setiap saran, kritik, dan komentar sangat penulis harapkan untuk
meningkatkan kualitas makalah semacam ini di masa mendatang.
Martina Manurung
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.7 Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya?
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah keseluruhan proses
yang meliputi penyusunan berturut-turut sebagaimana diatur dalam PP nomor 27 tahun 1999
yang terdiri dari:
Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan.
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha atau kegiatan.
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah upaya penanganan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha
dan atau kegiatan.
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah upaya pemantauan komponen
lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha atau
kegiatan.
1.2 Tujuan umum
Agar mahasiswa lebih memahami tentang pengetian,kegunaan dan bagian – bagian amdal serta
mengetahui bagaimana proses dari amdal tersebut dan dampak yang diakibatkan oleh buruknya
pengaturan lingkungan bagi manusia.
· Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya ?
D. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau kerap juga
disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan
wajib menyusun AMDAL atau tidak.
Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen KA-
ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan
dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL).
Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan
dokumen ANDAL,RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk
menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat
Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi
penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa,
dan masyarakat yang berkepentingan.
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat
pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di
Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota.
Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak
diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi
Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara
anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh
Gubernur dan Bupati/Walikota.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut:
kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi,
faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-
nilai atau norma yang dipercaya.
Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena
dampak, dan masyarakat pemerhati.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi
kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola
dengan teknologi yang tersedia.
· Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi untuk
kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota
2.7 Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya ?
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan
menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL dikenakan
bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya.
AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib.
Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup
(RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di bidang
lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus
seperti ini kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit
Lingkungan yang Diwajibkan. Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang
sifatnya spesifik, dimana kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya
kecuali terdapat kondisi-kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri
Negara Lingkungan Hidup. Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian
diwajibkan menyusun Audit Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.
II. AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela
Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki untuk
meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan audit lingkungan
secara sukarela yang merupakan alat pengelolaan dan pemantauan yang bersifat internal.
Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu pada Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit
Lingkungan.
Salah satu dampak yang paling dirasakan oleh manusia apabila dalam pelaksanaan amdal yang
tidak memadai ( buruk ) adalah banjir.
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu
besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan
oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai
sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian
dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian
bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas
normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan
penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di
daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai,
pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
C. Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keiuar
sempit.
E. Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
A. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
B. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering
menimbulkan banjir.
C. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.
D. Tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mengadakan Program Pengerukan sungai.
E. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
F. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi
aktifitas di bagian sungai rawan banjir.
A. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan
gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
B. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering
berjangkit setelah kejadian banjir.
C. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau binatang
penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.
4.1 Kesimpulan
Dewasa ini kesadaran terhadap lingkungan hidup di negara indonesia semakin membaik,
walaupun masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain,hal ini di butkikan
dengan gencarnya isu-isu lingkungan yang mulai banyak digembar gemborkan di media
massa,salah satunya adalah tentang analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) suatu
kawasan. namun ironisnya sampai saat sekarang masih banyak masyarakat yang masih belum
mengerti AMDAL, bahkan AMDAL yang notabene Tata cara penyusunannya telah diatur di
dalam (PermenLH no 08 tahun 2006 tentang pedoman penyusunan AMDAL) secara jelas,
seringkali penyusunan AMDAL hanya dengan meng-copy paste dari AMDAL yang lainnya.
Dalam pelaksanaan penyusunan amdal,terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut,maka wajib menyusun UKL-UPL,
sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH
NO. 08/2006
B. Mengeruk sungai/kali dan saluran air yang ada di sekitar kita, sebaiknya jangan nungguin
pemerintah yang melakukan, percuma kalau ditungguin kelamaan.
E. Memperlebar dan merehabilitasi kali/sungai, untuk menambah kapasitas sungai dalam
menampung debit air
Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia belum memiliki arah yang jelas,hal ini dapat dilihat
dari kurangnya komitmen pemimpin dan masyarakat bangsa ini untuk menjaga kelestarian dan
keberlangsungan lingkungan hidup. Sejak pencanangan program pembangunan nasional,
berbagai masalah lingkungan hidup mulai terjadi. Masalah lingkungan hidup tersebut antara
lain, adanya berbagai kerusakan lingkungan, pencemaran di darat, laut dan udara, serta
berkurangnya berbagai sumber daya alam. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan ketersediaan sumber daya alam yang ada serta
kurang kesadaran akan pentingnya keberlangsungan lingkungan hidup untuk generasi sekarang
maupun masa depan.
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu sistem yang terdiri dari lingkungan sosial
(sociosystem), lingkungan buatan (technosystem) dan lingkungan alam (ecosystem) dimana
ketiga subsistem ini saling berinteraksi (saling mempengaruhi). Ketahanan masing-masing
subsistem ini dapat meningkatkan kondisi seimbang dan ketahanan lingkungan hidup, dimana
kondisi ini akan memberikan jaminan keberlangsungan lingkungan hidup demi peningkatan
kualitas hidup setiap makhluk hidup di dalamnya. Ketika salah satu subsistem di atas menjadi
superior dan berkeinginan untuk mengalahkan atau menguasai yang lain maka di sanalah akan
terjadi ketidakseimbangan. Contohnya adalah ketika manusia dengan teknologi ciptaannya ingin
memanfaatkan alam demi kelangsungan hidup dan menyebabkan kerusakan pada lingkungan
alam.
Eksploitasi alam tentu saja tidak dapat dicegah, karena sudah merupakan fitrah manusia
memanfaatkan alam untuk kesejahteraannya. Tetapi tingkat kerusakan akibat pemanfaatan alam
ataupun pengkondisian kembali (recovery) alam yang sudah dimanfaatkan merupakan hal-hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan. Adapun cara yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan telaah secara mendalam mengenai kegiatan/usaha yang
akan dilakukan di lingkungan hidup sehingga dapat diketahui dampak yang timbul dan cara
untuk mengelola dan memantau dampak yang akan terjadi tersebut. Metode ini dikenal juga
dengan analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) atau environmental impact assessment.
Amdal merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada
tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. yang dikaji dalam proses
Amdal: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat
sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai
dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan bagian studi kelayakan untuk melaksanakan
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui
secara lebih jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif
maupun dampak positif yang akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat
dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif
Pemerintah berkewajiban memberikan keputusan apakah suatu rencana kegiatan layak atau tidak
layak lingkungan. Keputusan kelayakan lingkungan ini dimaksudkan untuk melindungi
kepentingan rakyat dan kesesuaian dengan kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Untukmengambil keputusan, pemerintah memerlukan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik yang berasal dari pemilik kegiatan/pemrakarsa maupun dari pihak-
pihak lain yang berkepentingan. Informasi tersebut disusun secara sistematis dalam dokumen
AMDAL. Dokumen ini dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL untuk menentukan apakah
informasi yang terdapat didalamnya telah dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan
untuk menilai apakah rencana kegiatan tersebut dapat dinyatakan layak atau tidak layak
berdasarkan suatu kriteria kelayakan lingkungan yang telah ditetapkan oleh Peraturan
Pemerintah.
Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan atau kegiatan
yang akan dilaksanakan. Pemrakarsa inilah yang berkewajiban melaksanakan kajian AMDAL.
Meskipun pemrakarsa dapat menunjuk pihak lain (seperti konsultan lingkungan hidup) untuk
membantu melaksanakan kajian AMDAL, namun tanggung jawab terhadap hasil kajian dan
pelaksanaan ketentuan-ketentuan AMDAL tetap di tangan pemrakarsa kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA