JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D IV PROFESI BIDAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator yang penting untuk
mencerminkan keadaan derajat kesehatan di wilayah negara, karena bayi yang baru
lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan baru. Kemajuan yang digapai dalam
bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan
berjalan beriringan dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka
kematian bayi merupakan tolok ukur dari upaya intervensi yang dilakukan oleh
pemerintah khususnya di bidang kesehatSIstean dalam mencapai kemajuan. (Badan
Pusat Statistik)
Saat-saat dan jam pertama kehidupan baru diluar rahim merupakan salah satu siklus
kehidupan yang akan dialami oleh bayi setelah menghadapi proses persalinan
sebelumnya. Pada saat bayi dilahirkan, semua sistem di tubuhnya beralih dari
awalnya ketergantungan pada ibu sekarang menuju kemandirian secara fisiologi.
Proses perubahan yang sangat kompleks ini dikenal sebagai periode transisi dari intra
uterine ke ekstra uterine. Bidan harus selalu berupaya untuk peka mengetahui periode
transisi ini yag berlangsung sangat cepat, yang meliputi beberapa aspek. (Jamil dkk
2017)
1. Sistem Pernapasan
A. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari pertumbuhan sel dari struktur yang simple menjadi struktur
yang kompleks sampai kepada percabangan bronkus. Proses ini berlanjut setelah
kelahiran sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus dan akan
sepenuhnya berkemban. Ketidakmatangan paru-paru saat lahir sebelum usia kemilan
24 minggu akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir, yang
disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kapiler
paru-paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. (Jamil dkk 2017)
B. Awalnya ada nafas
Terdapat dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi:
Hipoksia (rendahnya kadar oksigen pada sel dan jaringan) pada akhir
persalinan dan rangsangan fisik lingkungan di luar rahim (suhu ruang) yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paaru-paru
selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru
secara mekanis dikarenakan cairan ketuban yang sudah keluar dan kemudian
di isi oleh udara.
Untuk mendapat fungsi alveolus, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran
darah melalui paru.
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui
jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-paru.
Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan
bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru-
paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveoli akan berkembang
terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu. (Setiyani dkk 2016)
Setelah lahir darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi ke seluruh tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan demi mempertahankan hidup. Untuk membuat sirkulasi yang baik, pada bayi
baru lahir terjadi dua perubahan besar:
Penutupan Foramen ovale pada atrium jantung
Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
Perubahan siklus ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh
tubuh. Oksigenasi menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah, adalah:
Pada saat tali pusat dipotong, resistensi (hambatan) pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan
menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium tersebut. Kedua kejadian
ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke poaru-
paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini
menimbulkan relaksasi dan sedikit terbukanya sistem pembuluh darah paru-
paru. Peningkatana sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium
kanan dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara
fungsional akan menutup. (Setiyani dkk 2016)
3. Sistem Thermoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu , sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan. Saat bayi masuk ruang bersalin yaitu lingkungan lebih
dingin daripada di dalam rahim. (Setiyani dkk 2016)
Ada dua tipe termogenesis dalam mekanisme homeoterm yaitu, obligatori dan
fakultatif. Termogenesis obligatori adalah proses produksi panas melalui
metabolisme tubuh meliputi pengolahan, pencernaan dan memproses makanan, atau
produksi panas yang dihasilkan melalui BMR (Himms-Hagen, 1989). Termogenesis
fakultatif merupakan proses produksi panas tambahan dalam merespon paparan suhu
dingin atau diet, yang dapat dengan cepat diaktifkan dan ditekan oleh sistem saraf
selama terpapar dingin. Salah satu mekanisme penting. (Arifah & Kartinah)
Pada termogenesis fakultatif adalah jaringan lemak coklat atau lemak coklat. Jaringan
lemak coklat termasuk dalam homeoterm nonshivering thermogenesis, dimana
metabolisme panas dihasilkan tanpa tanpa adanya kontraksi cepat otot-otot yang
disebut shivering (menggigil). (Arifah & Kartinah)
Pada lingkungan yang dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan jalan utama bayi yang kedinginan untuk mendapatkan panas tubuh.
Pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merujuk pada penggunaan lemak
coklat untuk produksi panas.
Cadangan lemak coklat akan habis dalam waktu singkat karena stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat pada bayi.
Bayi yang kedinginan akan mengalami hipoglikemi, hipoksia dan asidosis.
Pencegahan kehilangan panas menjadi prioritas utama dan bidan wajib
meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir karena fungsi kerja otak juga
memerlukan jumlah glukosa tertentu. Pada bayi baru lahir, glukosa darah akan turun
dalam waktu cepat terkait dengan pertahanan tubuhnya menghasilkan panas.
(Setiyani dkk 2016)
Melalui penggunaan ASI (setelah lahir bayi didorong untuk secepat mungkin
menyusu pada ibunya)
Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis)
Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis)
Bayi baru lahir yang tidak dapat menerima makanan dalam jumlah yang cukup akan
mengubah glikogen menjadi glukosa. Hal ini dapat terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen, terutama dalam hati selama bulan-bulan terakhir kehidupan di
rahim. Bayi baru lahir yang mengalami hipotermia akan menggunakan persediaan
glikogen dalam jam pertama kehidupannya. Namun jika persediaan glukosa
digunakan pada jam pertama kehidupannya maka otak dalam keadaan berisiko,
karena otak juga memerlukan glukosa. Bayi baru lahir yang kurang bulan, lewat
bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim/IUGR dan stress janin memiliki resiko
yang lebih besar, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir
karena penyulit gejala hipoglikemi tidak khas dan tidak jelas. Gejala hipoglikemia
tersebut antara lain : kejang-kejang halus, sianosis, apne, tangis lemah, letargi,
lunglai, menolak makanan. Akibat jangka panjang hipoglikemia adalah kerusakan
yang tersebar seluruh sel-sel otak. (Setiyani dkk 2016)
4. Adaptasi Fisiologis Pencernaan
a. Pengertian Sistem Pencernaan Neonatus
Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cairyang
terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus. Dari saluran pencernaan akan
terbentuk sistem pencernaan yang terdiri dari organ-organ pencernaan yang
tergabung membentuk saluran pencernaan. saluran pencernaan tersebut terdiri
dari Oris(mulut), Faring(tekak), Esofagus(kerongkongan) Ventrikulus(lambung),
usus halus,usus besar, rektum, anus. Selain itu alat penghasil getah cerna terdiri
dari Kelenjar ludah, kelenjar getah lambung, kelenjar hati, kelenjar pankreas,
kelenjar getah usus (Mahardini, Mega Safira 2012).
Periode neonatus meliputi waktu dari sejak lahir sampai usia 28 hari,
merupakan waktu penyesuaian dari kehidupan intrauteri ke ekstra-uteri. Setelah
lahir neonatus (BBL) harus bisa melakukan perubahan fisiologis yang sangat
besar untuk beradaptasi dengan kehidupan baru. Bayi harus berupaya agar
fungsifungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi,
pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri (Ibrahim,
Ellyta 2006).
Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar
dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan
terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan sehingga meskipun saluran
cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam
setelah lahir. Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin
K(Ibrahim, Ellyta 2006).
Air susu ibu (ASI) sangat diperlukan selama masa pertumbuhan dan
perkembangan bayi.Selain mengandung zat nutrisi yang dibutuhkan, ASI juga
meningkatkan daya tahan dan mengandung anti bakteri dan anti virus yang
melindungi bayi terhadap infeksi. Dalam laporan WHO disebutkan bahwa
hampir 90% kematian balita terjadi di negara berkembang dan lebih dari 40%
kematian disebabkan diare dan infeksi saluran pernapasan akut, yang dapat
dicegah dengan ASI eksklusif. Tahapan sekresi ASI diawali dengan
pengeluaran kolostrum pada saat lahir, ASI transisi pada sepuluh hari pertama
sampai dua minggu setelah lahir danberikutnya adalah ASI matang.
Kandungan dari setiap tahapan berguna untuk bayi baru lahir, terutama upaya
adaptasi fisiologis terhadap kehidupan di luar kandungan. Semakin matang
ASI, konsentrasi imunoglobulin, total protein dan vitamin yang larut di dalam
lemak menurun, sedangkan laktosa, lemak, kalori, dan vitamin yang larut
dalam air meningkat (Aldy et al, 2009)
Air susu ibu merupakan suatu cairan kompleks dengan sejumlah besar
protein, sel, dan komponen lainnya. Pengetahuan tentang dampak menyusui
pada bayi terus meningkat, termasuk dampak langsung dan tidak langsung
pada sistem imun. Pengaruh imunologis berhubungan dengan kenyataan
bahwa ASI kaya dengan berbagai faktor aktif khususnya antibodi. Sekretori
IgA (sIgA) melindungi membran mukosasaluran pencernaan dan pernafasan,
antibodi IgG dan IgM, hormon, antioksidan, vitamin, sitokin, faktor
pertumbuhan, komponen, prostaglandin, granulosit, makrofag, serta limfosit B
dan T. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ASI dapat mengurangi
kejadian infeksi selama masa bayi dan balita terhadap gastroenteritis, infeksi
saluran pernafasan, otitis media, sepsis neonatorum, dan infeksi saluran
kemih. Bayi yang tidak mendapat ASI, dua kali lebih sering masuk rumah
sakit dibandingkan bayi mendapat ASI. Suatu meta-analisis di negara maju
dari bayi dengan penyakit saluran pernafasan berat yang diberi susu formula
membutuhkan rawat inap lebih dari tiga kali lipat dibandingkan bayi yang
diberi ASI eksklusif 4 bulan atau lebih(Aldy et al, 2009).
Sel yang terdapat pada ASI adalah Leukosit (90% dari jumlah sel) di
dalam ASI terutama terdiri dari makrofag (90%). Sel makrofag ASI
merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi bakteri
pada infeksi mukosa usus. Selain sifat fagositik, sel makrofag juga
memproduksi lisozim, C3 dan C4, laktoferin, monokin seperti IL-1 serta
enzim lainnya. Makrofag ASI dapat mencegah enterokolitis nekrotikans pada
bayi. Limfosit (10% dari jumlah sel) 50% terdiri atas limfosit T dan 34%
limfosit B. Fungsi limfosit untuk mensintesis antibodi IgA, memberikan
respons terhadap mitogen dengan cara berproliferasi, meningkatkan interaksi
makrofag – limfosit dan pelepasan mediator. Leukosit ASI dapat bertahan
terhadap perubahan pH, suhu dan osmolaritas, sama dengan yang terjadi pada
binatang bertahan selama seminggu pada orang utan dan domba(Aldy et al,
2009).
TabelFaktor anti bakteri yang terdapat di dalam ASI
6. Adaptasi Fisiologis Musculuskeletal
7. Sistem Integumen
1. Anatomi Kulit Bayi
Menurut Ross dan Pawlina (2011) dalam Jurnal Histofisiologi Kulit Sonny J. R.
Kalangi (2013), kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis
berupa jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis
terdapat selapis jaringan ikat longgar yaitu hipodermis, yang pada beberapa tempat
terutama terdiri dari jaringan lemak. Seiring meningkatnya usia kehamilan, sawar
(peningkatan) kulit pada janin mengalami peningkatan dan terjadinya pematangan
epidermis lengkap pada usia kehamilan 34 minggu. Pada bayi, pematangan sel dan
jaringan pembentuk kulit dimulai saat proses embriogenesis, melalui sinyal
interseluler dan intraseluler antara lapisan jaringan yang berbeda. Pada saat lahir
banyak struktur dan fungsi kulit seperti dermis, epidermis, dan jaringan subkutan
yang belum matang.
1. Epidermis Menurut Noodiati (2018), Epidermis terdiri dari 4 lapisan utama yaitu :
Stratum basal (lapis benih)
Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun
berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di bawahnya.
Sel-selnya kuboid atau silindris. Intinya besar, jika dibanding ukuran selnya,
dan sitoplasmanya basofilik. Pada lapisan ini biasanya terlihat gambaran
mitotik sel, proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi epitel. Sel-sel pada
lapisan ini akan bermigrasi ke arah permukaan untuk memasok sel-sel pada
lapisan yang lebih superfisial. (Noodiati, 2018) Stratum spinosum (lapis taju)
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk
poligonal dengan inti lonjong dan sitoplasmanya kebiruan. Bila dilakukan
pengamatan dengan pembesaran obyektif 45x maka pada dinding sel yang
berbatasan dengan sel di sebelahnya akan terlihat taju-taju (bagian tulang
rawan yang menonjol) yang seolah-olah menghubungkan sel yang satu
dengan yang lainnya. Pada taju inilah terletak desmosom (sambungan) yang
melekatkan sel-sel satu sama lain pada lapisan ini. Semakin ke atas bentuk sel
semakin gepeng. (Noodiati, 2018) Stratum granulosum (lapis berbutir)
Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak granula
basofilik yang disebut granula keratohialin. Jika dilihat dengan mikroskop
elektron ternyata terlihat partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi
ribosom. (Noodiati, 2018) Stratum korneum (lapis tanduk)
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti
serta sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel-sel yang ada di permukaan
merupakan sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas.
(Noodiati, 2018) 2. Dermis Menurut Mescher (2010) dalam Jurnal
Histofisiologi Kulit Sonny J. R. Kalangi (2013), dermis merupakan lapisan
kulit yang terdiri dari: Stratum papilaris
Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila dermis yang
jumlahnya bervariasi antara 50 – 250/mm2 . Jumlahnya terbanyak dan lebih
dalam pada daerah yang memiliki tekanan paling besar, seperti pada telapak
kaki. Sebagian besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang
memberi nutrisi pada epitel di atasnya. Papila lainnya mengandung badan
akhir saraf sensoris yaitu badan Meissner. Tepat di bawah epidermis serat-
serat kolagen tersusun rapat. (Mescher, 2010) Stratum retikularis
Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan sejumlah
kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler. Pada bagian lebih
dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di antaranya terisi jaringan lemak,
kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut. Serat otot polos juga
ditemukan pada tempat-tempat tertentu, seperti folikel rambut, skrotum,
preputium, dan puting payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat otot skelet
menyusupi jaringan ikat pada dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi
wajah. Lapisan retikular menyatu dengan hipodermis/fasia superfisialis di
bawahnya yaitu jaringan ikat longgar yang banyak mengandung sel lemak.
(Mescher, 2010)
Bayi baru lahir memiliki area permukaan yang luas dalam hubungannya
dengan volume dan konduktansi panas yang tinggi dengan peningkatan resiko
kehilangan panas. Bayi baru lahir yang dimandikan dalam satu jam pertama
setelah lahir dapat meningkatkan resiko hipotermia meskipun menggunakan
air hangat. menggosok kulit bayi dengan spons selama mandi juga
meningkatkan pelepasan panas dan harus dihindari.(Priliawati, 2017)
Pematangan anatomi ginjal dinilai oleh ukuran dan penampilan histologis glomeruli
dan oleh ukuran dan disposisi tubulus. Glomeruli imatur (yang belum sempurna
pembenukan serta fungsinya) biasanya akan terjadi selama beberapa bulan setelah
kelahiran (Rodriguez-soriano, 1987). Sistem ginjal berpengaruh terhadap sistem
urogenital dalam tubuh manusia, pada bayi baru lahir, fungsi ginjal sebanding dengan
30-50% dari kapasitas dewasa yang dari fungsinya ini masih belum matur (bekerja
sempurna) untuk memekatkan urine. Namun, urine sudah dapat terkumpul di dalam
kandung kemih. Bayi baru lahir (neonatus) akan berkemih sekitar 6-10x dengan
warna urine pucat yang emnunjukkan masukan cairan yang cukup dalam tubuh sang
bayi. Umumnya, bayi baru lahir akan berkemih sebanyak 15-60 ml/Kg/hari. Namun,
menurut Fraser dan Diane dalam Buku Myles For Midwifery Fifteenth Edition, bayi
harus buang air kecil dalam 24 jam setelah kelahiran yang pada awalnya, output urin
adalah sekitar 20-30 mL per hari, naik menjadi 100-200 mL setiap hari pada akhir
minggu pertama seiring dengan meningkatnya asupan cairan. Sedangkan, kapasitas
kandung kemih pada bayi baru lahir sebesar 45 cc dan produksi rata-rata sebanyak
0,05-0,10 cc/menit (Utari A., 2017).
Jika bayi mengalami dehidrasi, ekskresi padatan seperti urea dan natrium klorida
terganggu. Dehidrasi dapat dikenali dari fontanelle yang cekung, mulut kering dan
kulit tidak elastis, dan yang terpenting, lebih dari 10% kehilangan berat lahir. Penting
untuk dicatat bahwa bayi yang mengalami dehidrasi akan terus mengeluarkan jumlah
urin yang normal, sehingga popok basah tidak memvalidasi normalitas (Fraser dan
Diane, 2011)
Sistem ginjal pada bayi baru lahir menunjukkan adanya penurunan aliran darah
dalam ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi dari proses kerja glomerulus. Ginjal
yang belum berfungsi sempurna dikarenakan beberapa faktor antara lain : 1. Jumlah
nefron belum sebanyak orang dewasa 2. Luas permukaan glomerulus dengan volume
tubulus proksimal yang tidak seimbang 3. Aliran darah ke ginjal relatif masih kurang
dibandingkan dengan sistem orang dewasa, belum dipengaruhi urin pada hari ketiga
(Utari A., 2017).
9. Sistem Endokrin
Sistem endokrin pada neonatus sudah pasti berbeda dengan saat ia berada dalam
kandungan. Saat masih di dalam kandungan janin masih mendapatkan segala
kebutuhannya dari ibu melalui plasenta meskipun terjadi perkembangan dengan
terbentuknya organ-organ bagi aktivitas hidup. Namun organ-organ tersebut belum
dapat bekerja dengan mandiri. Setelah janin lahir barulah organ-organ tersebut
bekerja dengan mandiri (Maryunani, 2008). Menurut Maryuni tahun 2008 setelah
bayi lahir terdapat beberapa kelenjar yang mengalami adaptasi agar mampu bekerja
dengan mandiri, diantaranya :
Efek hormone seks maternal terlihat jelas pada bayi baru lahir. Labia mengalami
hipertrofi, payudara membengkak dan menyekresi susu dari sejak beberapa hari
kelahiran hingga usia 2 bulan. Pada bayi perempuan bisa mengalami
pseudomenstruasi, biasanya lebih sering tampang sebagai sekresi seperti susu
daripada darah. Hal tersebut disebabkan karena penurunan mendadak kadar
progesterone dan estrogen (Wong Donna, et al. 2008).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adaptasi bayi baru lahir (BBL) adalah bentuk penyesuaian diri individu (BBL) dari
keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan
yang terjadi pada tubuh bayi setelah dilahirkan. Seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya bayi maka satu per satu organ pada bayi baru lahir akan menjadi
matang. Perubahan tersebut mampu membentuk sistem pada tubuh bayi dimana ada
sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem urogenital,
sistem muskuloskletal, sistem intergumen, sistem endokrin dan sistem saraf yang
belum matang ketika bayi baru dilahirkan. Periode adaptasi ini disebut sebagai
periode transisi yaitu dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.
Periode ini berlangsung sampai satu bulan atau lebih.
Saran
Aldy, Omar Sazaly; Bugis M Lubis; Pertin Sianturi; Emil Azlin; Gislihan. 2009.
Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi.
Halim, Johan. 2018. Bab 2 Tinjauan Pustaka Adaptasi Fisiologi Sistem Saluran
Pencernaan Bayi Baru Lahir
Ibrahim, Ellyta Aizar. 2006. Adaptasi Sistem Gastrointestinal Bayi Baru Lahir dan
Feeding Setelah Kelahiran.
Jamil, Siti Nurhasiyah,. Sukma, Febi,. Hamidah . 2017. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra- Sekolah
Arifah, Siti,. Kartinah. Peran Lemak Coklat dalam Mekanisme Produksi Panas Pada
Bayi
Fraser, Diane M; Cooper, Margaret A. 2011. Myles Textbook for Midwive Fifteenth
Edition. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir(Asuhan Neonatal). Jakarta: Trans
Info Media
Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas. New York: McGraw Hill
Medical; 2010.
Noodiati. 2018. Asuhan Kebidanan, Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.
Malang:
Wineka Media Priliawati Ni Nyoman T. (2017), Fisiologi Kulit Neonatus dan Bayi
dalam Hubungannya dengan Terapi Topikal pada Dermatologi Anak,1–33
Ross MH, Pawlina W. Histology a Text and Atlas (Sixth Edition). Philadelphia:
Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins; 2011.
Utari A. (2017). Adaptasi Fisiologi Neonatus. Wong Donna L et al. 2008. Buku ajar
keperawatan pediatric Wong. Jakarta: EGC.