Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

OMSK

Pembimbing :
dr. Saiful Bahri Bangun, Sp. THT

Oleh :
Muhammad Fadhil Siregar
102120071

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN THT-KL
RSUD DR. SOEDARSO
UNIVERSITAS BATAM
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronik di telinga tengah
dengan adanya perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah (FKUI, 2007). OMSK di dalam masyarakat Indonesia dikenal
dengan istilah congek, teleran atau telinga berair.1
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8 % dan pasien
OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah
sakit di Indonesia. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan
status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk
meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang.2
Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan
penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada
umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi
komplikasi.1
OMSK mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang
dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Biasanya komplikasi
didapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya, namun demikian OMSK tipe aman pun
dapat menyebabkan suatu komplikasi apabila terinfeksi kuman yang virulen (FKUI,
2007). Komplikasi ke intrakranial merupakan penyebab utama kematian pada OMSK
di negara sedang berkembang, yang sebagian besar kasus terjadi karena penderita
mengabaikan keluhan telinga berair. Berdasarkan data WHO pada tahun 2004,
meningitis atau radang selaput otak adalah komplikasi intrakranial OMSK yang
paling sering ditemukan di seluruh dunia, biasanya mempunyai gejala demam, sakit
kepala serta adanya tanda-tanda perangsangan meningen seperti kejang. Kematian
terjadi pada 18,6 % kasus OMSK dengan komplikasi intracranial.2
Beberapa hal tersebut di atas menyebabkan pentingnya mengenal pola penyakit
yang berhubungan dengan komplikasi ini. Perburukan penyakit  dan  komplikasi
akibat  OMSK harus dihindari,  dengan demikian perlu ditegakkan diagnosis
yang tepat dan dini pada penderita OMSK  sehingga penatalaksanaan yang
tepat pun dapat segera dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Otitis media supuratif kronis adalah radang kronis telinga tengah dengan
perforasi membrane timpani dan riwayat keluarnya secret dari telinga (otoera)
tersebut lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah. Batasan waktu 2 bulan tersebut dari
Negara ke Negara bervariasi, WHO menentukan batasan waktu 2 minggu.
Kebanyakan spesialis THT mengambil batasan 3 bulan.3

2.2 Epidemiologi
Survey prevalensi di seluruh dunia yang walaupun masih bervariasi dalam
hal definisi penyakit dan metode sampling serta mutu metodologi menunjukkan
beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-330 juta orang dengan otorea, 60%
diantaranya (39-200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. OMSK
sebagai penyebab pada 28000 kematian. Prevalensi OMSK di Indonesia secara
umum adalah 3,9%.4 Pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang
berobat di poliklinik THT Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo, Jakarta.
Di Negara lain prevalensinya bervariasi dari Negara ke Negara, WHO
mengklasifikasinya menjadi Negara berprevalensi paling tinggi (>4%), tinggi (2-
4%), rendah (1-2%), paling rendah (<1%). Negara berprevalensi paling tinggi
termasuk Tanzania, India, Kepulauan Solomon, Guam, Aborigin, Australia, dan
Greenland. Negara dengan prevalensi tinggi termasuk Nigeria, Angola,
Mozambique, Republic of Korea, Thailand, Philippines, Malaysia, Vietnam,
Micronesia, China, Eskimos. Negara Negara berprevalensi paling rendah adalah
Gambia, Saudi Arabia, Israel, Australia, United Kingdom, Denmark, Finland,
American Indians.2 Indonesia belum masuk daftar, melihat klasifikasi itu
Indonesia masuk dalam Negara dengan OMSK prevalensi tinggi.
2.3 Etiologi
Meskipun virus adalah penyebab paling umum pada otitis media, bakteri
lebih sering menyerang anak-anak dengan otitis media supuratif kronis. Etiologi
biasanya polimikroba. Mikroorganisme yang paling umum ditemukan dalam
patologi ini Staphylococcus aureus (MRSA). Lainnya seperti Pseudomonas
aeruginosa, Proteus spp, Klebsiella spp, Bacteroides spp. dan Fusobacterium spp
dapat menyebabkan penyakit. Yang lebih jarang adalah Aspergillus spp dan
Candida spp. yang lebih sering ditemukan pada pasien immunocompromised.
Tuberkulosis juga dapat menyebabkan otitis media supuratif kronis; Ini adalah
penyebab yang lebih umum di daerah dengan insiden tuberkulosis yang tinggi.
Kejadian OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada
anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor
predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan down’s syndrom.
Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah
defisiensi immun sistemik. Penyebab OMSK antara lain:4
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas,
tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan
sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang
lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan
kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah
insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan
sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita
otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
3. Otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari
otitis media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui
faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya
berkembang menjadi kronis.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir
tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa
metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama
dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme
lainnya.
5. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi
saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara
normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan
bakteri.
6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar
terhadap otitis media kronis.
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau
toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh
edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih
belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan
untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa
tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi otitis media supuratif kronis
Otitis media supuratif kronis dibagi menjadi 2 tipe, tipe jinak dan tipe bahaya.
Nama lain dari tipe jinak (benigna) adalah tipe tubotimpanik karena biasanya
didahului dengan gangguan fungsi tuba yang menyebabkan kelainan di kavum
timpani; disebut juga tipe mukosa karena proses peradangannya biasanya hanya pada
mukosa telinga tengah, disebut juga tipe aman karena jarang menyebabkan
komplikasi yang berbahaya. Nama lain dari tipe bahaya adalah atiko-antral karena
proses biasanya dimulai di daerah itu; disebut juga tipe tulang karena penyakit
menyebabkan erosi tulang. Di Indonesia tipe bahaya lebih terkenal sebagai tipe
maligna. Pada buku teks berbahasa inggris tipe bahaya tidak disebut sebagaii tipe
malgna, kebanyakan disebut sebagai chronic supurative otitis media with
cholesteatoma.3
Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna
putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi
atas 2 tipe yaitu kolesteatom kongenital dan kolesteatom didapat 4
a. Kolesteatom kongenital.
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, adalah:
1. Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.
2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari
epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama
perkembangan. Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada
telinga tengah atau tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat
menyebabkan fasialis parese, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan
keseimbangan.
b. Kolesteatom didapat.
1. Primary acquired cholesteatoma.
Koelsteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida
2. Secondary acquired cholesteatoma.

Berkembang dari suatu kantong retraksi yang disebabkan peradangan kronis


biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi marginal pada
bagian posterosuperior. Terbentuknya dari epitel kanal aurikula eksterna yang masuk
ke kavum timpani melalui perforasi membran timpani atau kantong retraksi membran
timpani pars tensa.4
Oleh karena tuba tertutup terjadi retraksi dari membrane plasida, akibat pada
tempat ini terjadi deskuamasi epitel yang tidak lepas, akan tetapi bertumpuk di sini.
Lambat laun epitel ini hancur dan menjadi kista. Kista ini tambah lama tambah besar
dan tumbuh terus kedalam kavum timpani dan membentuk kolesteatom. 4
Ini dinamakan “primary acquired cholesteatom” atau genuines
cholesteatom”. Mula-mula belum timbul peradangan, lambat laun dapat terjadi
peradangan. Primary dan secondary acquired cholesteatom ini dinamakan juga
“pseudo cholesteatoma, oleh karena ada pula congenital kolesteatom. Ini juga
merupakan suatu lubang dalam tenggorok terutama pada os temporal. Dalam lubang
ini terdapat lamel konsentris terdiri dari epitel yang dapat juga menekan tulang
sekitarnya. Beda kongenital kolesteatom, ini tidak berhubungan dengan telinga dan
tidak akan menimbulkan infeksi. Bentuk perforasi membran timpani adalah: 4
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-
superior, kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total.
Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma

2.5 Patogenesis
OMSK dianggap sebagai penyakit multifaktorial yang dihasilkan dari
serangkaian interaksi kompleks antara faktor risiko lingkungan, bakteri, inang dan
genetik. Penting untuk mengidentifikasi gen yang berkontribusi terhadap
kerentanan OMSK, yang akan memberikan wawasan tentang kompleksitas
biologis penyakit ini dan pada akhirnya berkontribusi untuk meningkatkan
metode pencegahan dan pengobatan. Mekanisme imun inang bawaan seperti jalur
TLR4 / MyD88 sangat penting dalam memunculkan respon imun pelindung
terhadap bakteri. Di sisi lain, transformasi jalur faktor-β membantu dalam
menyeimbangkan hasil yang merugikan dari respon pro-inflamasi yang
berlebihan. Peran jalur ini telah dipelajari secara ekstensif di AOM; namun, tidak
ada penelitian yang tersedia terkait OMSK.6
Biofilm bakteri telah mendapat perhatian dalam patogenesis OMSK. Biofilm
resisten terhadap antibiotik dan senyawa antimikroba lainnya. Oleh karena itu,
mereka sulit dibasmi dan karenanya dapat menyebabkan infeksi berulang. Selain
itu, biofilm melekat kuat pada jaringan yang rusak, seperti tulang osteitik yang
terpapar dan mukosa telinga tengah yang mengalami ulserasi, atau implan
otologis seperti tabung timpanostomi, yang semakin memperparah masalah
pemberantasan. Meskipun biofilm telah dibuktikan di telinga tengah pasien
OMSK, peran mereka yang tepat dalam patofisiologi penyakit masih belum
ditentukan. Lebih lanjut, mekanisme molekuler yang menyebabkan pembentukan
biofilm di telinga tengah selama OMSK juga kurang dipahami.6
Sitokin juga terlibat dalam patogenesis OM. Sebagian besar studi yang
membahas peran sitokin dalam kaitannya dengan OMSK, dan ada studi yang
sangat terbatas yang menunjukkan peran sitokin dalam patogenesis OMSK.
Tingkat tinggi sitokin inflamasi seperti IL-8 telah dibuktikan pada efusi telinga
tengah pasien OMSK. IL-8 berperan dalam perkembangan kronisitas OM dan
juga terkait dengan pertumbuhan bakteri. Peningkatan mRNA serta kadar protein
TNF-α, IL-6, IL-1β dan IFN-γ telah ditemukan di mukosa telinga tengah pasien
OMSK dibandingkan dengan individu yang sehat. Peningkatan regulasi sitokin
pro-inflamasi ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan serta transisi dari OM
akut ke kronis. Studi tambahan diperlukan untuk menyelidiki peran sitokin dalam
patogenesis OMSK.6

1. OMSK benigna
Oleh karena proses patologi telinga tengah pada tipe ini didahului oleh
kelainan fungsi tuba, maka disebut juga sebagai penyakit tubotimpanik. Terjadinya
otitis media supuratif kronik hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang
pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Terjadinya otitis media disebabkan
multifactor antara lain infeksi virus atau bakteri gangguan fungsi tuba, alergi,
kekebalan tubuh, lingkungan dan sosial ekonomi. Anak lebih mudah mendapat
infeksi telinga tengah karena struktur tuba anak yang berbeda dengan dewasa serta
kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi
saluran nafas atas, maka otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi.
Fokus infeksi biasanya berasal dari nesofaring (adenoiditis, tonsillitis, rinitis,
sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius. Kadang-kadang infeksi
berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran
timpani. Maka terjadilah proses inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di
dalam kantong mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat dan
adekuat dan dengan perbaikan fungsi ventilasi telinga tengah, biasanya proses
patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun
kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong
abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang, tetapi dengan
penatalaksanaan yang baik, perubahan menetap pada mukosa telinga tengah jarang
terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar untung kembali
normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa telinga
tengah akan terpaparb ke dunia luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi
berulang setiap waktu. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap
kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya. Bila tidak terjadi infeksi maka
mukosa telinga tengah tampak tipis dan pucat. Berenang, kemasukkan benda yang
tidak steril keliang telinga, atau oleh karena adanya fokus infeksi di saluran nafas
bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan
sekresi yang mukoid atau mukopurulen, dan pulsasi di dekat tuba Eustachius.
Episode berulang otorea dan perubahan mukosa menetap ditandai juga dengan
osteogenesis, erosi tulang dan osteitis yang mengenai tulang mastoid dan osikel.
Pada kasus-kasus yang tidak terurus akan terjadi otitis eksterna yang menyebabkan
membran timpani sukar dilihat sehingga menyulitkan diagnosis.3
2. OMSK tipe bahaya
OMSK tipe bahaya adalah OMSK yang mengandung kolesteatoma. Disebut
tipe bahaya karena menimbulkan komplikasi berbahaya.3
1. Kolesteatoma dan granuloma kolesterol
Kolesteatoma adalah epitel gepeng dan debris tumpukan pengelupasan keratin
yang terjebak di dalam rongga timpanomastoid. Nama kolesteatoma
(cholesteatoma) sebenarnya salah kaprah karena bukan tumor dan tidak
mengandung kolesterol. Patofisiologinya bisa terjadi congenital maupun didapat.
Bila telah terbentuk akan terus meluas. Karena merupakan debris keratin, akan
lembab karena menyerap air sehingga mengundang infeksi. Kolesteatoma
mengerosi tulang yang terkena baik akibat efek penekanan oleh penumpukan
debris keratin, maupun akibat aktifitas mediasi enzim osteoklas. Kolagenase
telah diketahui tinggi konsentrasinya di epidermis kolesteatoma. Resorpsi tulang
dapat menyebabkan destruksi trabekula mastoid, erosi osikel, fistula labirin,
pemaparan n. fasial, dura serta silus lateral. Karena perjalanan penyakitnya itu
OMSK dengan kolesteatoma disebut OMSK tipe bahaya, karena merusak tulang
disebut OMSK tipe tulang, karena perluasan kolesteatoma yang merupakan epitel
skuamosa disebut juga tipe skuamosa (dangerous type, bony type, squamous type
chronic suppurative otitis media). Di Indonesia dan di Filipina disebut juga
OMSK tipe malgna. Tidak ada terapi medikamentosa untuk kolesteatoma, untuk
eradikasinya memerlukan pembersihan. Pada yang masih terbatas dapat
dilakukan pembersihan dari liang telinga, pada yang sudah lebih luas harus
dengan operasi, dari hanya dengan membuang skutum untuk mencapainya
sampai harus melalui operasi yang lebih radikal.3
Granuloma kolesterol adalah lesi kistik berdinding tipis kuning kecoklatan
yang berisi kumpulan Kristal kolesterol didalam cairan beewarna coklat
kehitaman yang timbul sebgai reaksi teerhadap benda asing di dalam sel mastoid
akibat disfungsi tuba. Perdarahan di dalam sel pneumatisasi mastoid tanpa
drainage menjurus keproses peradangan dan erosi tulang. Seperti pada
kolesteatoma, pengobatannya juga eradikasi bedah.3
2.6 Diagnosis
1) Gejala Klinis
Gejala OMSK yang paling umum adalah drainase telinga yang berulang
atau terus-menerus. Pasien juga mungkin melaporkan sensasi aural penuh atau
telinga tersumbat serta gangguan pendengaran. Derajat dan sifat gangguan
pendengaran terkait dengan lokasi dan ukuran perforasi gendang telinga, status
telinga tengah (adhesi, retraksi, jaringan parut, granulasi), dan penggunaan obat
ototoxic sebelumnya. Penderita biasanya tidak mengeluhkan otalgia, demam,
atau sistemik lainnya tanda-tanda infeksi.
Pemeriksaan fisik menunjukkan keluarnya cairan dengan adanya
membran timpani yang tidak utuh. Otoskopi yang hati-hati harus dilakukan
untuk menyingkirkan kantong retraksi atau kolesteatoma. Otomicroscopy
dengan suctioning, seringkali diperlukan, membutuhkan rujukan ke ahli THT.
Pewarnaan Gram dan kultur dapat berguna dalam memandu terapi dan harus
diperoleh dari telinga tengah daripada dari telinga saluran telinga luar untuk
mencegah kontaminan. Kultur telinga tengah langsung dan rongga mastoid
paling baik diperoleh oleh ahli THT menggunakan mikroskop. Setelah
membersihkan saluran telinga luar, perangkap hisap steril dapat digunakan
untuk mengambil sekresi langsung dari telinga tengah atau rongga mastoid
dengan panduan mikroskopis. Gejala OMSK yang paling umum adalah
drainase telinga berulang atau terus-menerus. Pasien juga mungkin melaporkan
sensasi aural penuh atau telinga tersumbat serta gangguan pendengaran. Derajat
dan sifat gangguan pendengaran berkaitan dengan lokasi dan ukuran perforasi
gendang telinga, statusnya telinga tengah (adhesi, retraksi, jaringan parut,
granulasi), dan penggunaan obat ototoksik sebelumnya. Pasien biasanya tidak
mengeluhkan otalgia, demam, atau tanda-tanda infeksi sistemik lainnya.
Pemeriksaan fisik menunjukkan keluarnya cairan dengan adanya
membran timpani yang tidak utuh. Otoskopi yang hati-hati harus dilakukan
untuk menyingkirkan kantong retraksi atau kolesteatoma. Otomicroscopy
dengan suctioning, seringkali diperlukan, membutuhkan rujukan ke ahli THT.
Pewarnaan Gram dan kultur dapat berguna dalam memandu terapi dan harus
diperoleh dari telinga tengah daripada dari saluran telinga luar untuk mencegah
kontaminan. Kultur telinga tengah langsung dan rongga mastoid paling baik
diperoleh oleh ahli THT menggunakan mikroskop. Setelah membersihkan
saluran telinga luar, perangkap hisap steril dapat digunakan untuk mengambil
sekresi langsung dari telinga tengah atau rongga mastoid dengan panduan
mikroskopis.
Pengujian pendengaran harus dilakukan untuk menentukan derajat
gangguan pendengaran dan kebutuhan penggunaan alat bantu dengar. Dalam
kasus dengan otitis media kronis dan otorrhea terus-menerus yang menghalangi
pasien untuk memakai alat bantu dengar, alat bantu dengar yang dipasang pada
tulang seperti BAHA ™ bisa sangat berguna. Pencitraan dengan CT scan atau
MRI harus dilakukan jika seseorang mencurigai adanya komplikasi
ekstrakranial atau intrakranial; misalnya kolesteatoma, mastoiditis, atau abses.
a. Telinga berair
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak,
cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai
reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret
dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga
luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai
adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor
memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-
keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid
dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan
mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya
jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom
yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah
kemungkinan tuberkulosis.7
b. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanya di jumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat,
karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi
dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli
konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran
masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan
penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari
besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem
pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat
tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering
kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang
pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.7
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila
terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat
menggambarkan sisa fungsi kokhlea.7
c. Otalgia (nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi
akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada
tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis.7
d. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya
akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang
sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan
keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.7
2) Pemeriksaan penunjang
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.
Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung
besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim
penghantaran suara ditelinga tengah. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam
ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil
pemeriksaan (audiometri atau test berbisik).4
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran:
Normal: -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan: 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang: 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat: 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat: 71 dB sampai 90 dB
Tuli total: lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.

2.7 Tatalaksana
Tujuan pengobatan OMSK adalah memberantas infeksi dan peradangan,
menghentikan otorrhea, menyembuhkan membran timpani, mencegah komplikasi
dan menghindari kekambuhan. Strategi pengobatan termasuk kebersihan aural,
terapi antibiotik sistemik topikal dan sesekali yang sesuai, operasi membran
timpani, telinga tengah, dan / atau mastoid.8
Modalitas pengobatan utama OMSK saat ini adalah kombinasi toilet aural
dan obat tetes antimikroba topikal. Antibiotik sistemik oral atau parenteral,
meskipun merupakan pilihan, lebih jarang digunakan karena fakta bahwa
antibiotik topikal yang dikombinasikan dengan toilet aural mampu mencapai
konsentrasi jaringan yang jauh lebih tinggi daripada antibiotik sistemik (dalam
urutan 100-1000 kali lebih besar). Pembedahan, seperti halnya mastoidektomi,
secara tradisional merupakan terapi andalan. Namun, penelitian retrospektif
menunjukkan bahwa mastoidektomi tidak lebih baik daripada terapi yang lebih
konservatif seperti toilet aural dan antibiotik topikal dan sistemik untuk OMSK
tanpa komplikasi. Rekonstruksi membran timpani atau timpanoplasti adalah
teknik bedah lain yang sering digunakan untuk perforasi persisten setelah infeksi
aktif OMSK telah diobati. Selain itu, pemberantasan kolesteatoma secara bedah
diindikasikan pada OM kolesteatomatosa kronis (CCOM).8
Toilet aural sangat penting karena membersihkan telinga dari kotoran dan
kotoran, dan memungkinkan antibiotik topikal menembus ke dalam telinga
tengah. Jika puing-puing saluran tidak diangkat, antibiotik topikal tidak akan
mencapai daerah infeksi, dan tidak akan efektif meskipun konsentrasi lokal yang
tercapai tinggi. Oleh karena itu, penting untuk mencoba membersihkan sebanyak
mungkin pelepasan dari saluran pendengaran eksternal. Idealnya, saluran
pendengaran eksternal harus disedot di bawah mikroskop. Penyedotan di bawah
mikroskop memungkinkan ahli THT melakukan pembersihan aural yang baik,
memeriksa kolesteatoma di telinga tengah, dan mendapatkan kultur yang tepat.
Ini harus dimulai pada awal terapi dan dilakukan setelahnya 2 sampai 3 kali
seminggu sampai infeksi sembuh. Sayangnya, penyedotan membutuhkan
peralatan umum yang hanya tersedia di kantor ahli THT. Sebagai alternatif, dalam
kasus yang tidak terlalu parah atau sampai janji bertemu dengan spesialis, dokter
dan orang tua dapat dengan lembut membersihkan telinga luar dan kemudian
menggunakan tisu gulung kering (misalnya tisu) untuk menghilangkan cairan
mukopurulen dari saluran dengan hati-hati. Penyeka kapas sebaiknya tidak
digunakan di kanal.8
Terapi topikal dapat diklasifikasikan sebagai antibakteri, antijamur, dan
antiseptik. Banyak agen yang dikombinasikan dengan steroid untuk mengurangi
peradangan. Juga banyak sediaan otic mengandung beberapa jenis asam, seperti
asam borat atau asam asetat, untuk menurunkan pH karena kebanyakan organisme
patogen pada saluran telinga (misalnya, pseudomonas dan jamur) tumbuh paling
baik di lingkungan basa. Pengobatan non-antibiotik biasanya tidak hanya
mengandung asam tetapi juga agen antiseptik nonspesifik yang efektif melawan
jamur dan bakteri. Berbagai macam tetes antiseptik tersedia dan banyak yang
telah digunakan selama ratusan tahun, termasuk alkohol, fenol, dan yodium.
Sebagian besar agen kimia ini menunjukkan aktivitas antimikroba dan antijamur
spektrum luas.8
Agen topikal umum yang digunakan dalam OMSK dapat ditemukan di
Tabel Dengan tidak adanya infeksi sistemik atau penyakit serius yang mendasari,
antibiotik topikal merupakan pengobatan lini pertama untuk kebanyakan pasien
dengan OMSK [20]. Dalam mengobati infeksi telinga dengan antibiotik,
pemberian topikal memungkinkan konsentrasi antibiotik yang jauh lebih tinggi
dikirim ke tempat infeksi, dan memungkinkan perubahan lingkungan mikro lokal.
Misalnya larutan antibiotik 0,3% dari siprofloksasin mengandung 3000 mcg / mL
antibiotik dibandingkan konsentrasi telinga tengah 6-10 mcg / mL setelah
pemberian oral Amoksisilin pada 90 mg / kg. Konsentrasi tinggi ini secara
farmakodinamik penting untuk antibiotik yang diketahui memiliki mekanisme
kerja yang bergantung pada konsentrasi seperti aminoglikosida dan kuinolon.
Akibatnya, konsentrasi antibiotik topikal yang diberikan selalu jauh di atas MIC
organisme yang relevan, membuat munculnya resistensi bakteri sangat tidak
mungkin.8
Dalam review Cochrane baru-baru ini, antibiotik kuinolon topikal
ditemukan untuk membersihkan pelepasan aural lebih baik daripada antibiotik
sistemik. Hal ini dapat dijelaskan dengan kesulitan penetrasi obat sistemik melalui
mukosa vaskularisasi yang buruk, dibandingkan dengan konsentrasi yang sangat
tinggi yang dapat dicapai dengan pemberian topikal. Lebih lanjut, dengan terapi
topikal ada absorpsi sistemik minimal dan oleh karena itu efek samping sistemik
jauh lebih sedikit. Tinjauan sistematis MacFadyen dari sembilan percobaan (833
peserta secara acak menemukan kuinolon topikal lebih baik daripada antibiotik
sistemik saat membersihkan pelepasan pada dua minggu. Sementara definisi
OMSK dan tingkat keparahan bervariasi, antibiotik kuinolon topikal lebih baik
daripada antibiotik sistemik saat membersihkan pelepasan pada 1– 2 minggu.
Risiko relatif (RR) adalah, 3,21 menggunakan antibiotik non-kuinolon sistemik (2
percobaan, N0116), dan 3,18 menggunakan kuinolon sistemik (3 percobaan,
N0175); dan 2,75 mendukung sistemik plus topikal kuinolon di atas kuinolon
sistemik saja (2 percobaan, N090). Tidak ada manfaat yang signifikan secara
statistic terlihat pada 2 sampai 4 minggu untuk antibiotik non-kuinolon topikal
(tanpa steroid) atau antiseptik topikal atas antibiotik sistemik (kebanyakan non-
kuinolon), tetapi jumlahnya kecil. Tidak ada manfaat menambahkan pengobatan
sistemik ke topikal pada 1 sampai 2 minggu yang terdeteksi, meskipun bukti
terbatas (tiga percobaan, N0204). Bukti mengenai keamanan dan risiko
ototoxicity umumnya lemah. Beberapa penelitian mengisyaratkan bahwa tetes
fluoroquinolone mungkin lebih unggul dari agen aminoglikosida topikal, tetapi
data dibatasi oleh ukuran sampel yang kecil. Ada juga kekurangan bukti untuk
manfaat penambahan kortikosteroid topikal ke terapi antibiotik topikal tetapi
panel konsensus American Academy of Otolaryngology — Bedah Kepala dan
Leher (AAO-HNS) mendukung pertimbangannya, jika ada jaringan granulasi.8
Ofloxacin dan ciprofloxacin adalah fluoroquinolones dengan aktivitas
melawan sebagian besar mikroorganisme Gram-negatif dan Gram-positif yang
ditemukan di OMSK. Fluoroquinolones bekerja dengan menghambat enzim DNA
gyrase yang penting untuk replikasi, perbaikan, deaktivasi, dan transkripsi DNA.
Hingga saat ini, sebagian besar isolat Pseudomonas aeruginosa masih sensitif
terhadap ciprofloxacin. Namun penggunaan obat tetes telinga antibiotik topikal
yang berlebihan dalam beberapa kasus menyebabkan otomycosis.
Aminoglikosida gentamisin dan tobramisin juga sangat efektif melawan sebagian
besar patogen di OMSK, dengan tobramisin sedikit lebih efektif melawan
Pseudomonas. Neomisin aminoglikosida tertua yang tetap cukup efektif melawan
organisme Gram-positif telah mengalami penurunan keefektifannya terhadap
organisme Gram-negatif dalam beberapa tahun terakhir. Polymyxin B
meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri dan bersifat bakterisidal
terhadap hampir semua basil Gramnegatif kecuali kelompok Proteus.8
Antiseptik juga berguna karena efek antibakteri dan antijamur spektrum
luas. Antiseptik cenderung memilih organisme yang resisten; namun, sedikit yang
diketahui tentang cara kerjanya dibandingkan dengan antibiotik.8
Tetes antibiotik yang dikombinasikan dengan toilet aural adalah terapi
andalan untuk OMSK dan telah terbukti paling efektif dalam uji coba terkontrol
secara acak. Kuinolon adalah antibiotik topikal yang paling umum digunakan di
AS karena keefektifannya. Kuinolon topikal memiliki profil efek samping yang
rendah dan lebih unggul dari aminoglikosida. Kuinolon sangat efektif melawan P.
aeruginosa dan tidak membawa efek samping potensial dari kokleotoksisitas dan
vestibulotoksisitas, yang dikaitkan dengan aminoglikosida. Sebuah uji coba
terkontrol secara acak menunjukkan bahwa ciprofloxacin lebih efektif
dibandingkan dengan aminoglikosida, dan penelitian lain menunjukkan
kemanjuran antibiotik topikal ofloxacin atas asam amoksisilin-klavulanat oral
dalam mengatasi otore.6
Kortikosteroid kadang-kadang digunakan dalam kombinasi dengan
kuinolon untuk OMSK tetapi tidak dipelajari dengan baik. Obat tetes telinga
kombinasi dapat diresepkan jika terjadi peradangan pada saluran pendengaran
eksternal atau mukosa telinga tengah, atau jika terdapat jaringan granulasi.
Dexamethasone sering digunakan dalam kombinasi dengan ciprofloxacin untuk
kondisi ini.6

Pengobatan Topikal Otomycosis8


Otitis media supuratif kronis terkadang dapat disebabkan atau disertai
dengan infeksi jamur. Gejala yang paling menonjol hadir pada saat diagnosis
termasuk otalgia otorrhea, gangguan pendengaran, aural penuh, pruritus, dan
tinnitus. Faktor predisposisi termasuk penggunaan obat tetes telinga antibiotik
secara ekstensif, iklim lembab, fungsi kekebalan yang lemah, diabetes, rongga
mastoid terbuka, alat bantu dengar dengan jamur oklusif, dan autoinokulasi
saluran telinga oleh pasien menderita dermatomikosis. Pengobatan otitis jamur
cukup menantang, dan membutuhkan tindak lanjut yang cermat. Candida albicans
dan Aspergillus adalah organisme yang paling sering diidentifikasi. Anti jamur
dari kelas Azole tampaknya paling efektif, diikuti oleh Nystatin dan Tolnaftate.
Sampai saat ini belum ada persiapan otic antijamur yang disetujui FDA untuk
pengobatan otomycosis. Banyak agen dengan berbagai sifat antimikotik telah
digunakan, dan dokter telah berjuang keras untuk mengidentifikasi agen yang
paling efektif untuk mengobati kondisi ini. Selain terapi topikal, kebersihan aural
sangat penting dalam pengobatan otomycosis, karena obat ototopical bekerja
paling baik setelah pembersihan sekresi dan kotoran. Sementara beberapa agen
antijamur topikal memiliki potensi ototoksik dan harus digunakan dengan hati-
hati, banyak yang telah terbukti aman dalam penelitian manusia atau model
hewan. Tabel 3 daftar agen antijamur umum yang digunakan untuk otomycosis.
Antibiotik sistemik harus dipertimbangkan pada pasien yang berisiko untuk
infeksi telinga yang agresif, komplikasi lokal atau distal seperti serta mereka yang
telah menerima beberapa kursus empiris terapi topikal dan berisiko lebih tinggi
untuk organisme resisten. Hasil kultur harus digunakan untuk memandu
pengobatan.8
Setelah kegagalan pengobatan primer untuk mengatasi otore setelah 3
minggu terapi, tindakan alternatif harus dipertimbangkan. Antibiotik oral adalah
terapi lini kedua untuk OMSK. Terapi sistemik belum seefektif pemberian
langsung antibiotik topikal karena ketidakmampuan untuk mencapai konsentrasi
yang efektif di jaringan telinga tengah yang terinfeksi. Berbagai faktor
mempengaruhi efikasi obat termasuk ketersediaan hayati, resistensi organisme,
jaringan parut pada jaringan telinga tengah dan penurunan vaskularisasi mukosa
telinga tengah pada penyakit kronis. Agen topikal seperti kuinolon adalah obat
pilihan untuk terapi lini kedua. Ini, bagaimanapun, harus digunakan dengan hati-
hati pada anak-anak karena potensi masalah pertumbuhan yang berhubungan
dengan tendon dan sendi, dan harus disediakan untuk organisme yang sebaliknya
resisten terhadap terapi lain atau bila tidak ada alternatif yang aman. Amoksisilin /
asam klavulanat (Augmentin) atau eritromisin / sulfafurazol (Pediazole) adalah
antibiotik lain yang direkomendasikan untuk anak-anak.6
Antibiotik intravena telah menunjukkan kemanjuran melawan OMSK
tetapi bukan pilihan pengobatan lini pertama karena beberapa alasan. Karena
risiko efek samping sistemik dan peningkatan potensi untuk mengembangkan
resistensi antibiotik, antibiotik intravena harus digunakan sebagai pilihan medis
lini terakhir untuk pasien OMSK. Jika memungkinkan, antibiotik harus diarahkan
ke biakan, dan konsultasi penyakit menular harus dicari, jika tersedia. Karena
organisme yang paling umum ditemui di OMSK adalah P. aeruginosa dan S.
aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA), antibiotik dan makrolida
berbasis penisilin memiliki kemanjuran yang sangat terbatas, karena tingkat
resistensi organisme tinggi. Antibiotik yang paling efektif untuk P. aeruginosa
dan MRSA adalah kuinolon, seperti ciprofloxacin, dan kombinasi vankomisin dan
trimetoprim-sulfametoksazol (Bactrim), masing-masing. Antibiotik umum
lainnya yang dapat digunakan untuk melawan Pseudomonas spp. termasuk
imipenem dan aztreonam. Dalam sebuah penelitian, isolat P. aeruginosa yang
resisten terhadap ciprofloxacin juga menunjukkan resistensi yang tinggi terhadap
aminoglikosida, pipercillin-tazobactam, dan ceftazidime membuat obat ini kurang
ideal sebagai kandidat untuk terapi intravena. Meskipun aktivitas melawan agen
infeksius yang paling umum, antibiotik intravena jelas bukan obat mujarab dalam
OMSK. Tingkat kesembuhan pasien yang diobati dengan vankomisin intravena
yang diarahkan kultur di MRSA CSOM serupa dengan yang diobati dengan toilet
aural dan larutan asam asetat topikal dan aluminium asetat. Hal ini selanjutnya
menunjukkan konsep bahwa pengobatan ototopical dikombinasikan dengan toilet
aural agresif adalah modalitas terapeutik utama yang disukai di OMSK.
Antibiotik sistemik harus digunakan untuk berbagai derajat kegagalan pengobatan
primer atau bila terjadi komplikasi intrakranial selama OMSK.6
Pembedahan
Pembedahan harus dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir setelah terapi
medis maksimal telah dilakukan untuk kasus OMSK yang sangat membandel atau
berulang. Pembedahan dalam bentuk timpanomastoidektomi juga diindikasikan
pada kasus OMSK yang terdapat komplikasi, beberapa di antaranya berpotensi
mengancam nyawa, seperti gangguan pendengaran yang signifikan, kelumpuhan
saraf wajah, abses subperiosteal, petrositis, trombosis sinus vena dural,
meningitis, abses serebral dan fistula labirin, antara lain OM kolesteatomatosa
kronis memerlukan pembedahan, biasanya dalam bentuk timpanomastoidektomi
untuk memberantas kolesteatoma, penyebab umum infeksi kronis. Namun,
beberapa penelitian retrospektif menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil
dari tingkat keberhasilan cangkok atau pendengaran pasca operasi berkaitan
dengan apakah mastoidektomi dilakukan selain timpanoplasti. Mastoidektomi
dapat diindikasikan untuk mengurangi beban penyakit pada kasus dengan
pembentukan abses pada mastoid, timpanoplasti atau penyakit bandel.6
Tympanoplasty dapat dilakukan mulai dari 6 hingga 12 bulan setelah
infeksi sembuh. Sebagian besar perforasi akan sembuh dengan sendirinya setelah
resolusi infeksi, tetapi pada kasus yang tidak, timpanoplasti diindikasikan untuk
memperbaiki pendengaran dan membantu mencegah infeksi berulang dengan
menutup ruang telinga tengah. Selain itu, pasien harus mempraktikkan tindakan
pencegahan telinga kering untuk membantu menurunkan tingkat infeksi berulang
dan otore.6

2.8 Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi akibat otitis media supuratif kronis seperti
polip, osteitis, sklerosis, timpanosklerosis, labirin, dan komplikasi supuratif
intrakranial seperti abses epidural, subdural, atau otak. Komplikasi yang paling
umum adalah gangguan pendengaran, baik konduktif maupun sensorineural.
Kehilangan pendengaran dikaitkan dengan keterlambatan bahasa dan masalah
perilaku.6
2.9 prognosis
Secara keseluruhan, prognosis untuk otitis media supuratif kronis baik jika
pengobatan diberikan dan komplikasi dihindari. Beberapa kasus refraktori dapat
ditemukan dan ini memerlukan evaluasi dan perawatan yang lebih ekstensif.
Karena otitis media supuratif kronis sering kali diikuti oleh otitis media akut,
penting untuk mendiagnosis dan mengobati bakteri penyebab otitis media akut
untuk mencegah otitis media supuratif kronis. Pengenalan vaksin Pneumococcus
telah menunjukkan efek positif dalam menurunkan kejadian otitis media akut
yang mengarah pada penurunan kasus dengan otitis media supuratif kronis.6
BAB III
KESIMPULAN

Otitis media supuratif kronis adalah radang kronis telinga tengah dengan
perforasi membrane timpani dan riwayat keluarnya secret dari telinga (otoera)
tersebut lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Otitis media
supuratif kronis adalah radang kronis telinga tengah dengan perforasi membrane
timpani dan riwayat keluarnya secret dari telinga (otoera) tersebut lebih dari 2 bulan,
baik terus menerus atau hilang timbul. Otitis media supuratif kronis dibagi menjadi 2
tipe, tipe jinak dan tipe bahaya. Nama lain dari tipe jinak (benigna) adalah tipe
tubotimpanik karena biasanya didahului dengan gangguan fungsi tuba yang
menyebabkan kelainan di kavum timpani; disebut juga tipe mukosa karena proses
peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, disebut juga tipe aman
karena jarang menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Nama lain dari tipe bahaya
adalah atiko-antral karena proses biasanya dimulai di daerah itu; disebut juga tipe
tulang karena penyakit menyebabkan erosi tulang. Di Indonesia tipe bahaya lebih
terkenal sebagai tipe maligna.
Tujuan pengobatan OMSK adalah memberantas infeksi dan peradangan,
menghentikan otorrhea, menyembuhkan membran timpani, mencegah komplikasi dan
menghindari kekambuhan. Strategi pengobatan termasuk kebersihan aural, terapi
antibiotik sistemik topikal dan sesekali yang sesuai, operasi membran timpani, telinga
tengah, dan / atau mastoid. Berbagai komplikasi dapat terjadi akibat otitis media
supuratif kronis seperti polip, osteitis, sklerosis, timpanosklerosis, labirin, dan
komplikasi supuratif intrakranial seperti abses epidural, subdural, atau otak

DAFTAR PUSTAKA

1. Nursiah, Siti. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan.
Medan: FK-USU. 2003

2. Aboet, Askarullah. Radang Telinga Tengah Menahun dalam: Pidato


Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher FK USU. Medan: FK-USU. 2007.

3. Helmi. Otitis media supuratif kronis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.

4. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2008.

5. Holmes Emma . Cholesteatoma (of middle ear): Pathogenesis and clinical


findings. https://calgaryguide.ucalgary.ca/cholesteatoma-of-middle-ear-
pathogenesis-and-clinical-findings/
6. Mittal R, Lisi CV, Gerring R, et al. Current concepts in the pathogenesis and
treatment of chronic suppurative otitis media. J Med Microbiol.
2015;64(10):1103-1116. doi:10.1099/jmm.0.000155
7. Adams, G.L., Boies, L.R., Hilger, P.A., (2013), Boies: Buku Ajar Penyakit
THT Ed 6. EGC, Jakarta.
8. Daniel SJ. Topical treatment of chronic suppurative otitis media. Current
infectious disease reports. 2012 Apr 1;14(2):121-7.

Anda mungkin juga menyukai