Anda di halaman 1dari 14

No.

Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :


Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 1 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

PT PUTRA PERKASA ABADI

NAMA PENERIMA DOKUMEN :

NO. SALINAN DOKUMEN :

STATUS DOKUMEN :

ASLI SALINAN TIDAK TERKENDALI

SALINAN TERKENDALI KADALUARSA

DIBUAT OLEH, DIKETAHUI OLEH, DISETUJUI OLEH,

ADI WIDODO ELY SANDI YUDHA BUDIONO PANGESTU


HSE OFFICER DOCUMENT CONTROL MANAGEMENT
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 2 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

CATATAN REVISI

NO HALAMAN URAIAN REVISI TANGGAL PARAF

1. 1 Perubahan pengesahan dokumen oleh


personel yang berwenang

Pembaharuan referensi berdasarkan ISO


2. 3
45001:2018, Kepmen ESDM No. 1827
Tahun 2018 dan perubahan penomoran
dokumen

3. 5 Penambahan tim investigasi kecelakaan

4. 9 Perubahan diagram alir

5. 2 Pembaharuan referensi berdasarkan SNI


7081 – 2016 dan perubahan penomoran
dokumen

Pembaharuan referensi berdasarkan SNI


6. 2
13 - 6618 - 2001 dan perubahan
penomoran dokumen
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 3 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

A. TUJUAN
1. Untuk menetapkan suatu standar sistem pelaporan dan penyelidikan kecelakaan
insiden dan PAK yang terjadi.
2. Untuk memastikan kecelakaan yang terjadi diselidiki secara benar dan tindakan
perbaikan yang sesuai dilaksanakan.
3. Untuk memastikan agar laporan senantiasa tersedia sebagai informasi yang
dapat dianalisis, dalam usaha untuk mengidentifikasi hal-hal yang sama agar
tidak terulang.

B. RUANG LINGKUP
Prosedur ini dipergunakan dalam rangka penerapan sistem manajemen terintegrasi
K3PLM yang sistem pelaporan dan penyelidikan semua jenis kecelakaan (ringan,
sedang dan berat) dan insiden dilingkungan PT. Grogol Sarana Transjaya dan Sub
Kontraktornya.

C. REFERENSI
1. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. PP No. 50 Tahun 2012 Kriteria 8.2 Pelaporan kecelakaan
3. Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 Sub Elemen 4.9 Pengelolaan Keadaan
Darurat
4. Permenaker No: Per.03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan & Pemeriksaan
Kecelakaan
5. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul
Akibat Hubungan Kerja
6. ISO 14001:2015 Klausul 8.2 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
7. ISO 45001:2018 Klausul 8.2 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
8. SNI 7081-2016 Tentang Penyelidikan Kecelakaan Pertambangan
9. SNI 13-6618-2001 Tentang Metode Penghitungan Tingkat Kekerapan dan
Tingkat Keparahan Cedera Akibat Kerja di Pertambangan Umum

D. DEFINISI
1. Kejadian berbahaya adalah suatu kejadian yang dapat membahayakan jiwa
pekerja tambang dan/atau menghalangi kegiatan produksi pertambangan.
2. Kejadian hampir celaka (near mis) adalah kejadian tidak terduga/tidak
terencana yang tidak menimbulkan kerusakan atau cedera, tetapi berpotensi
terjadinya kecelakaan.
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 4 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

3. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mencederai
manusia, menghambat proses kerja dan menimbulkan kerugian terhadap
property (harta benda).
4. Kecelakaan ringan adalah cidera akibat kecelakaan tambang yang
menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari
1 (satu) hari dan kurang dari 3 (tiga) minggu termasuk hari minggu dan hari libur.
5. Kecelakaan berat adalah :
a. Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang
tidak mampu melakukan tugas semula selama sama dengan atau lebih dari
3 minggu termasuk hari minggu termasuk hari minggu dan hari libur.
b. Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang
cacat tetap (invalid).
c. Cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja
tambang tidak mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami seperti
salah satu di bawah ini:
1) Keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah sampai
ruas jari, lengan atas, paha sampai ruas jari, dan lepasnya tengkorak
bagian wajah.
2) Pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen.
3) Luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan tetap
4) Persendian yang melepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
6. Mati adalah kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati akibat
kecelakaan tersebut.
7. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah : Penyakit yang disebabkan/timbul dari
akibat suatu pekerjaan atau lingkungan kerja.
8. Regu penyelamat adalah regu yang dibentuk dan ditetapkan oleh perusahaan yang
memiliki kompetensi untuk mengendalikan dan menanggulangi keadaan darurat
atau penyelamata.
9. Saksi langsung adalah : orang yang menjadi korban dan masih hidup, orang yang
melihat, mendengar, dan/atau merasakan langsung kecelakaan tambang atau
kejadian berbahaya.
10. Saksi tidak langsung adalah orang yang mengetahui korban, pekerjaan atau
profesi korban, cedera korban, dan peralatan atau material yang terlibat kecelakaan
tambang atau kejadian berbahaya.
11. TKP adalah : tempat kerjadian perkara
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 5 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

12. PIC (Person In Charge) adalah : orang yang bertanggung jawab terhadap
penyelesaian suatu tindakan perbaikan.
13. Cidera hilang waktu kerja (Loss Time Injury) adalah : Semua cedera akibat
kecelakaan tambang yang mengakibatkan korban tidak mampu melakukan tugas
semula pada gilir kerja berikutnya berdasarkan keterangan dokter yang ditunjuk
oleh perusahaan.
14. Cacat Tetap (permanent disability) cedera yang bukan termasuk mati tetapi
berakibat ketidakmampuan tetap atau berkurangnya maupun kehilangan sebagian
atau seluruh fungsi pada bagian tubuh tertentu dan amputansi serta dislokasi.
15. Cedera rawat medis (medical aid injury) adalah cedera akibat kerja yang tingkat
keparahannya memerlukan perawatan dari dokter atau juru rawat dibawah
pengawasan dokter atau memerlukan perawatan melebihi kemampuan petugas
PPPK dan dikirim ke rumah sakit/klinik.
16. Cedera pertolongan pertama (First Aid Injury) adalah cedera ringan yang cukup
mendapat perawatan dari petugas PPPK di lokasi kerja atau oleh juru rawat di
rumah sakit/klinik yang tidak memerlukan perawatan dokter.
17. Loss Time Injury Frequency Rate/LTIFR adalah jumlah cedera hilang waktu kerja
untuk setiap 1.000.000 jam kerja dibagi dengan jumlah jam pemaparan dalam
periode tertentu.
Rumus LTIFR = (jumlah cidera hilang waktu kerja x 1.000.000) : Jumlah jam
pemaparan dalam periode tersebut.
18. Loss Time Injury Severity Rate/LTISR adalah tingkat keparahan terjadinya hilang
waktu kerja.
Rumus LTISR = (jumlah pembebanan hilang waktu kerja x 1.000.000) : jemlah jam
pemaparan dalam periode tersebut.
19. Frekuensi Rate/FR adalah tingkat kekerapan terjadinya kecelakaan, baik ringan,
sedang ataupun berat
Rumus FR = (jumlah semua cedera x 1.000.000) : jumlah pemaparan dalam
periode tersebut.
20. MTC (Medical Treatment Case) adalah : kecelakaan yang menyebabkan korban
harus dirawat atau mendapat perlakuan medik serius/berat, namun korban masih
bisa mampu melakukan pekerjaan lain yang lebih ringan.
21. Derajat Kerusakan adalah : prosentase kerusakan dari suatu unit yang mengalami
kecelakaan/kerusakan. Prosentase ini biasanya ditentukan oleh pihak Asuransi
dengan kesepakatan dari Perusahaan. Bila kerusakan < 75% maka penggantian
akan dilakukan Pihak Asuransi hanya pada bagian yang rusak saja tapi bila > 75%
maka penggantian akan dilakukan dengan unit yang baru
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 6 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

22. Tim penyelidik kecelakaan adalah tim internal perusahaan yang memiliki
kompetensi dan bertugas menyelidiki suatu kecelakaan tambang, kejadian
berbahaya, atau kejadian hampir celaka di persahaan tempat tim tersebut bekerja.

E. AKTIVITAS & TANGGUNG JAWAB


1. PJO
Memastikan bahwa kecelakaan dan insiden yang terjadi dilaporkan dan diselidiki
serta rekomendasi diterapkan.
2. Komite K3MLM (Safety Committee),
a. Memastikan bahwa proses dalam prosedur ini dilakukan.
b. Memastikan bahwa semua kecelakaan dan insiden yang terjadi digabung dan
disajikan dalam bentuk statistik berikut analisanya.
c. Membuat laporan kecelakaan/insiden yang terjadi.
3. Operation Group Leader/Pengawas
a. Melaporkan secara lisan kepada Safety Officer dalam waktu 1x24 jam
b. Membuat laporan kecelakaan/insiden serta penyelidikan kecelakaan dalam
waktu 2x24 jam
4. Safety Officer
a. Melaporkan kecelakaan secara lisan kepada Head Office, yaitu HRD Manager
& atau Safety Specialist dalam waktu 1x24 jam
b. Melaporkan kecelakaan secara tertulis dalam waktu 1x24 jam kepada Head
Office dan pihak (Owner).
c. Menyimpan semua catatan kecelakaan/insiden (termasuk subkontraktor) dan
melaporkan kepada PJO & owner.
d. Mengusulkan pembentukan dan pengesahan tim penyelidikan kecelakaan
kepada PJO dan disahkan oleh KTT.
e. Melakukan penyelidikan kecelakaan yang terjadi bersama dengan tim
investigasi kecelakaan.
5. Subkontraktor
a. Melaporkan semua kecelakaan dan insiden yang dialami oleh karyawannya
kepada PJO dalam waktu 1x24 jam.
b. Melakukan penyelidikan kecelakaan bilamana diminta oleh PJO

A. Tim Investigasi
1. Team Leader : Seorang Manager / Section yang sudah berpengalaman dalam
melakukan penyelidikan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 7 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

2. Team Teknis : Seorang yang mempunyai pengetahuan teknis yang dapat


memberi pemahaman kepada anggota tim tentang aspek teknis yang
dibutuhkan dalam kejadian.
3. Team Safety : memberikan arahan dan penjelasan serta membantu dalam
pengumpulan informasi terkait dengan kejadian.
4. Team Departemen terlibat : Seorang dari departemen lain yang ditunjuk oleh
PJO sebagai tim penyelidik.
B. Sistem Pelaporan Bila Terjadi Insiden/Near-Miss
1. Pada saat terjadi insiden/near-miss, karyawan pertama-tama harus
memastikan keselamatan dirinya sendiri kemudian memastikan keselamatan
karyawan lainnya.
2. Menilai situasi sekitar
3. Meminimalkan risiko dari kemungkinan terjadinya kecelakaan selanjutnya,
misalnya dengan cara mematikan peralatan/mesin, mematikan power supply,
memberitahu karyawan di sekitarnya, membuat kondisi menjadi lebih aman
dsb.
4. Melaporkan kejadian insiden/near-miss tersebut kepada atasannya langsung
(minimal Group Leader/Pengawas ) untuk kemudian menuliskannya dalam
Form Laporan dan Penyelidikan Kecelakaan/Insiden
C. Sistem Pelaporan Bila Terjadi Kecelakaan
1. Karyawan yang melihat rekannya mengalami kecelakaan harus segera
menolong rekannya tersebut terlebih dahulu dan segera melaporkan kejadian
tersebut kepada atasan langsung karyawan yang mengalami kecelakaan.
2. Jika karyawan yang mengalami kecelakaan memerlukan pertolongan
pertama, maka dapat menggunakan kotak P3K yang terdekat atau meminta
bantuan first-aider yang ditunjuk
3. Jika korban tidak sadarkan diri atau tidak bisa bergerak, maka korban tidak
boleh digerakkan atau dipindahkan. Segera berikan pertolongan.
4. Atasan karyawan yang mengalami kecelakaan (minimal Group
Leader/Pengawas ) harus segera melaporkan kecelakaan yang terjadi kepada
PJO (cc. Safety Officer Project), paling lama 1x24 jam
5. Safety Officer Project melaporkan secara tertulis ke Kantor Pusat (Head
Office) & KTT dalam waktu 2x24 jam berdasarkan Form Laporan dan
Penyelidikan Kecelakaan/Insiden dengan cara mewawancarai karyawan di
sekitar lokasi kejadian yang melihat kecelakaan tersebut atau karyawan yang
mengalami kecelakaan (jika memungkinkan).
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 8 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

6. Laporan harus ditulis sedetil mungkin sesuai dengan form yang telah
ditentukan untuk kemudian Safety Officer mendistribusikan ringkasan
kecelakaan selama periode waktu tertentu kepada semua anggota Komite
K3MLM (Safety Committee) dan sub-contractor yang ada di site.
7. Laporan kecelakaan diumumkan dan dibahas dalam Pertemuan Bulanan K3
yang dipimpin oleh PJO.

D. Sistem Pelaporan Bila Terjadi Penyakit akibat Kerja


1. Setiap pegawai/karyawan yang memiliki Penyakit Akibat Kerja segera
melaporkan kepada Group Leader terkait/ Safety Officer.
2. Group Leader dan Safety Officer yang bersangkutan meneruskan informasi
tersebut
kepada penanggung jawab departemen dan Paramedis .
3. Apabila karyawan mengalami penyakit serius, paramedis akan merujuk ke
dokter
perusahaan dan melakukan investigasi penyakit akibat kerja.
4. Apabila karyawan hanya mengalami penyakit ringan, Paramedis melakukan
pemeriksaan dan memberikan obat yang sesuai dengan jenis penyakit.
5. Laporan PAK dilaporkan kepada PJO mengenai data pegawai tersebut .

E. Proses Penyelidikan Kecelakaan, Insiden dan PAK


1. Kepala Teknik Tambang mengupayakan lokasi kejadian berbahaya dan
kecelakaan tambang yang berakibat cidera berat dan mati tetap seperti semula
(tidak berubah), kecuali untuk pertolongan dan/atau atas persetujuan KAIT.
Untuk kejadian hampir celaka dan kecelakaan tambang yang berakibat cedera
ringan, lokasi dpat diubah setelah pengumpulan data dan bukti dilakukan.
2. Tim Penyelidikan Kecelakaan
a. Penyelidikan dilakukan se-segera mungkin setelah kecelakaan terjadi (paling
lambat 2x24 jam) dan laporannya ditulis di dalam Form Laporan dan
Penyelidikan Kecelakaan/ Insiden, Insiden dan PAK
b. Jumlah personil tim penyelidik tergantung dari
1) Besarnya cidera/kerusakan
2) Potensial cidera/kerusakan
3) Potensial terjadi berulang/repetitive
4) Jumlah personil yang terlibat dalam pekerjaan
5) Persyaratan legal
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 9 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

c. Minimal anggota tim penyelidik adalah operation Group Leader/Pengawas


sebagai ketua tim, dan safety officer, sedangkan foreman terkait dan tim
kesehatan/P3K akan ditentukan oleh PJO berdasarkan usulan dari Safety
Officer.
d. Jika sub-contractor yang mengalami kecelakaan, maka Wakil dari PJO sub-
contractor terkait diikut sertakan dalam tim.
e. Jika pemerintah setempat mengambil alih penyelidikan, maka PJO menunjuk
perwakilan untuk membantu mereka mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan.
3. Persiapan Penyelidikan Kecelakaan, Insiden dan PAK
Latar belakang informasi seperti tertera di bawah ini harus disediakan sebelum
memulai penyelidikan:
a. Prosedur kerja standar untuk jenis pekerjaan yang terkait
b. Catatan seperti instruksi kerja/briefing/ijin kerja untuk pekerjaan tertentu yang
akan diselidiki
c. Rencana lokasi yang akan dikunjungi
d. Struktur komando dan personil yang terlibat (tim)
4. Mencari Temuan/Fact Finding
Tujuan dari fact finding adalah untuk mengumpulkan bukti sebanyak-banyaknya
yang dapat membantu menggambarkan kecelakaan yang terjadi dan kejadian-
kejadian yang dapat menjadi kontribusi.
a. Sumber-sumber dalam fact finding adalah:
1) Observasi di lokasi kejadian
2) Interview
3) Instruksi dan prosedur tertulis
4) Catatan-catatan
b. Informasi akan diverifikasi dan perlu dicatat bahwa pernyataan yang dibuat
oleh saksi yang berbeda mungkin dapat menimbulkan konflik sehingga bukti
pendukung sangatlah diperlukan. Informasi juga akan diuji dan dianalisa
secara sistematis oleh tim.
c. Inspeksi lokasi kejadian
Bukti fisik yang penting dapat dikumpulkan dari observasi lapangan,
khususnya bila saksi tidak ada. Bukti fisik juga dapat membantu saksi untuk
mengingat kejadian.
d. Interview
1) Interview dilakukan secara pribadi sehingga saksi tidak saling
terpengaruh.
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 10 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

2) Peng-interview-an saksi dilakukan secara bertahap berdasarkan bukti


yang ada. Komentar, pertanyaan yang menjurus dan tuduhan dari peng-
interview harus dihindarkan.
3) Informasi hasil interview harus dicatat dalam Form Kesaksian Kecelakaan
tanpa ada modifikasi dari peng-interview.
5. Pengamanan lokasi dan barang bukti.
Dalam pengamanan lokasi dan barang bukti harus dilakukan hal sebagai berikut:
a. Memasang batas pengamanan (barikade) di lokasi kejadian dengan pita
batas pengaman (safety line) warna kuning bertuliskan “Keselamatan
Pertambangan”,
b. Melengkapi lokasi kejadian hampir celaka, kecelakaan tambang, atau
kejadian berbahaya dengan tanda peringatan bertuliskan "Dilarang masuk,
kecuali petugas",
c. Menjaga dan mengamankan lokasi kejadian hampir celaka, kecelakaan
tambang, atau kejadian berbahaya, termasuk barang bukti yang sulit
dipindahkan sampai kebutuhan penyelidikan dinyatakan selesai,
d. Melakukan pemotretan dengan segera menggunakan kamera digital dengan
resolusi minimal 16 megapiksel dan minimal 8 (delapan) kali pemotretan dari
arah/sudut yang berbeda, termasuk pemotretan barang bukti yang lain,
e. Memastikan foto hasil pemotretan butir d menunjukkan tanggal dan waktu
pemotretan,
f. Mengumpulkan dan mengamankan barang bukti yang ada di lokasi kejadian
hampir celaka, kecelakaan tambang, atau kejadian berbahaya dalam wadah
yang sesuai serta diberi label,
g. Menyimpan barang bukti di ruang tersendiri di kantor keselamatan
pertambangan perusahaan, dan
h. Mencatat keadaan cuaca, waktu, kondisi fisik lokasi, barang bukti dan kondisi
fisiknya, serta personel saat kejadian hampir celaka, kecelakaan tambang,
atau kejadian berbahaya.
6. Pengamanan terhadap saksi langsung
Pengamanan terhadap saksi langsung dilakukan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi terhadap saksi langsung
b. Melarang saksi langsung meninggalkan wilayah kegiatan usaha
pertambangan atau wilayah proyek sampai dengan penyelidikan dinyatakan
selesai, kecuali untuk keperluan medis, perawatan, dan keadaan darurat
dengan pemberitahuan kepada KTT,
c. Mewawancarai saksi secara perseorangan dan terpisah di dalam ruangan
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 11 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

khusus/tersendiri yang nyaman oleh tim penyelidik, dan


d. Menulis, membaca kembali, dan menandatangani hasil wawancara oleh
pewawancara serta memastikan saksi membaca dan menandatangani hasil
wawancara tersebut.
7. Pengumpulan data penunjang, terdiri atas :
a. Sketsa dan foto lokasi kejadian dilengkapi dengan data survey,
b. Biodata korban dan saksi langsung (riwayat kerja dan catatan yang
berhubungan dengan keselamatan), kondisi kesehatan fisik dan mental
(riwayat kesehatan, dan lain -lain), kompetensi yang dimiliki, dan lain - lain,
c. Data riwayat/kelaikan peralatan yang terlibat dalam kejadian hampir celaka,
kecelakaan tambang, atau kejadian berbahaya (pemeliharaan dan
perbaikan/penggantian suku cadang peralatan),
d. Prosedur kerja, norma, standar, kriteria tentang K3, data pendidikan dan
pelatihan, daftar hadir karyawan, serta dokumen lainnya yang terkait dengan
kejadian hampir celaka, kecelakaan tambang, atau kejadian berbahaya,
e. Catatan kondisi lingkungan kerja tempat kejadian hampir celaka, kecelakaan
tambang, atau kejadian berbahaya, dan
f. Laporan awal dari pengawas langsung di area kerja tempat kejadian hampir
celaka, kecelakaan tambang, atau kejadian berbahaya.
F. Analisa Penyebab Kecelakaan, Insiden
1. Penyebab Kecelakaan
a. Penyebab kecelakaan adalah penyebab langsung, penyebab dasar dan
lemah/tidak adanya manajemen atau kombinasi dari semuanya.
b. Penyebab langsung adalah penyebab yang secara langsung berkontribusi
untuk terjadinya kecelakaan. Penyebab langsung adalah kondisi dan cara
kerja yang tidak aman/tidak standar.
c. Penyebab dasar disebabkan oleh faktor manusia dan faktor pekerjaan.
d. Lemah/tidak adanya manajemen dalam pengelolaan K3MLM bisa menjadi
penyebab. Hal ini bisa dikarenakan oleh penerapan K3MLM tidak sesuai
standar, penggunaan standar yang salah/tidak sesuai dengan jenis pekerjaan
atau bahkan tidak adanya standar yang digunakan.
2. Pertemuan Untuk Menganalisa Hasil Penyelidikan
a. Tim penyelidikan kecelakaan menganalisa dan mengidentifikasi penyebab
kecelakaan, insiden dan PAK dengan menggunakan catatan survey
lapangan, interview dengan semua saksi, dokumen terkait, dsb dan membuat
laporan ringkasan rekomendasi. Asumsi-asumsi yang digunakan selama
melakukan analisa harus dinyatakan secara jelas dalam laporan.
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 12 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

b. Perkembangan hasil pertemuan ditulis dalam Form Laporan Diagnosis PAK


dilaporkan kepada PJO dan KTT.
3. Semua data dan informasi dianalisis dan disimpulkan untuk menetapkan
penyebab langsung, penyebab dasar, dan kegagalan kendali manajemen dan
faktor lainnya yang memberikan kontribusi terhadap kejadian hampir celaka,
kecelakaan tambang, atau kejadian berbahaya. Metode analisis dalam
melaksanakan penyelidikan sekurang- kurangnya mampu menjelaskan teori
penyebab kecelakaan terhadap kejadian hampir celaka, kecelakaan tambang,
atau kejadian berbahaya yang terjadi.
4. Analisis dan simpulan terjadinya kecelakaan minimal dapat menggambarkan
model teori penyebab kecelakaan sebagai berikut:
a. Cedera/mati pada manusia, kerusakan alat, dan produksi terhenti terjadi
karena akibat kecelakaan,
b. Kecelakaan terjadi akibat adanya kontak langsung dengan benda atau
sumber energi/zat yang melebihi batas kekuatan body/struktur
c. Kontak tersebut terjadi karena tindakan dan/atau kondisi yang tidak aman
(penyebab langsung),
d. Tindakan dan/atau kondisi tidak aman yang disebabkan oleh adanya
penyebab dasar yang terdiri atas faktor pribadi dan/atau faktor pekerjaan,
dan
e. Penyebab dasar tersebut disebabkan oleh kurangnya kontrol pada
manajemen, yang mencakup program kurang memadai, standar tidak
memadai, dan/atau kurangnya penerapan standar.

G. Rekomendasi
1. Rekomendasi yang memasukkan penyebab langsung dan dasar dibuat untuk
mencegah kecelakaan, insiden dan PAK terulang kembali atau untuk
mengeliminasi kerugian.
2. Rekomendasi terhadap perbaikan PPA Occupational Safety and Health
Management System dibuat berdasarkan analisa.
3. Semua rekomendasi dibuat dalam Form Penyelidikan Kecelakaan/Insiden dan
PAK untuk memudahkan pemantauan tindakan perbaikan.
4. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan ketika membuat rekomendasi adalah :
a. Efektivitas
b. Praktis
c. Urgent/waktu implementasi
d. Besarnya keuntungan/benefit
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 13 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

H. Pengkomunikasian
1. Semua kecelakaan, insiden dan PAK termasuk tindakan pencegahan,
rekomendasi oleh tim investigasi dan pelajaran yang dapat diambil dari hal
tersebut dikomunikasikan kepada semua level pekerja secara efektif melalui
pertemua-pertemuan grup.
2. Komite K3MLM /Safety Committee bertanggung jawab untuk memonitor dan
memastikan bahwa jalur komunikasi dilaksanakan secara efektif. Terjemahan
penggunaan bahasa akan disesuaikan bila diperlukan.

I. Program Analisa Statistik Kecelakaan/Insiden Tiga Bulanan/Tahunan


1. Komite K3MLM (Safety Committee) akan mengumpulkan dan meregistrasi
semua laporan kecelakaan/insiden dan PAK dan menampilkan analisanya
setiap tiga bulan/tahunan berikut statistiknya.
2. Dari analisa tersebut, Komite K3MLM (Safety Committee) akan membuat
program training, promosi/reward ataupun peringatan/punishment, dsb guna
mencegah hal yang sama terulang kembali.
3. Komite K3MLM (Safety Committee) bertanggung jawab memonitor dan
memastikan bahwa semua rekomendasi dari program dari analisa
kecelakaan/insiden dan PAK dilaksanakan secara efektif.

J. Diagram Alir

Terjadi Beri P3K Laporkan Buat laporan Kirim


Kecelakaan atau bawa ke kecelakaan awal laporan awal
Klinik/FAR ke Dept HSE kecelakaan ke owner &
dept terkait

LKK dari Klinik/FAR Laporan awal kecelakaan


(LAK)

Lakukan Buat laporan Lakukan Bentuk tim


Analisa dat
tindakan investigasi Investigasi & investigasi
kecelakaan dan
perbaikan kecelakaan kumpulkan internal
masuk dalam
laporan K3 semua data
No. Dokumen : GST –SOP–HSE–23 Revisi :
Edisi : 1 Tgl Revisi :
Tgl. Efektif : Halaman : 14 of 14
Pemilik SOP : Departemen HSE

STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP )


PELAPORAN DAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN

Laporan final investigasi


(LIK)

Laporan investigasi dikirim


ke managemen & KTT

Selesai

F. DOKUMENTASI
Prosedur ini terdokumentasi dalam bentuk berkas cetakan (print out) dan file-file
komputer yang disimpan dalam hard disk komputer HSE Departemen. Dokumen
terkait :
a. Formulir Penyelidikan Kecelakaan dan Insiden
b. Formulir Keterangan Korban dan Saksi Kecelakaan
c. Formulir Penyelidikan Diagnosis Penyakit akibat kerja

Anda mungkin juga menyukai