Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Profil Biomassa dan Kerapatan Vegetasi Tegakan Hutan


Mangrove di Marine Station Kecamatan Dumai Barat, Riau
Khairijon1), Siti Fatonah1) dan Aprisa Pika Rianti1)
1).
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau
khairijon@gmail.com

Abstrak. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan biomassa dan
kerapatan jenis vegetasi pohon pada tegakan hutan mangrove di Marine Station Kecamatan
Dumai Barat Provinsi Riau. Metode penelitian adalah metode survey dengan pembuatan
transek dan plot pengamatan yang berukuran 50 x 50 m sebanyak 3 buah yang dibuat mulai
dari tepi pantai menuju kearah daratan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tegakan
hutan mangrove ini ditemukan 3 spesies pohon mangrove yaitu Xylocarpus granatum,
Rhyzophora apiculata dan Scyphiphora hydrophyllacceae. Biomasa tertinggi terkandung
pada jenis Rhizophora apiculata sebesar 71,53 ton/ha. Secara keseluruhan dari tiga plot
pengamatan biomasa spesies mangrove ini tergolong tinggi dengan total biomassa adalah
139,11 ton/ha. Biomassa yang tingi ini ditunjang oleh total kerapatan jenis cukup tinggi yaitu
5636 individu /ha yang tergolong pada kerapatan yang cukup baik. Dua jenis utama
(Xylocarpus granatum dan Rhizophora apiculata) merupakan jenis yang mamiliki kerapatan
cukup tinggi yang berkisar dari 536 – 764 individu /ha.

Kata kunci: Kerapatan, biomassa, vegetasi, tegakan, mangrove

PENDAHULUAN Ha. Potensi hutan mangrove Marine Station


Dumai sebagai penghasil biomassa,
Hutan mangrove memiliki beberapa merupakan salah satu fungsi hutan
manfaat bagi ekosistem, antara lain: sebagai mangrove yang sampai saat ini informasi
kontribusi bagi produktivitas pesisir, dan datanya relatif belum tersedia.
kontribusi bagi mutu udara, menghasilkan Penelitian tentang masalah tersebut dinilai
oksigen dari fotosintesis, dan sumber air penting dilakukan untuk mengetahui
serta menjaga keseimbangan antara air asin kondisi terkini dalam upaya pelestarian
dan air tawar yang yang terdapat di dalam hutan mangrove ke depan.
tanah.
METODE PENELITIAN
Mengingat pentingnya hutan mangrove
sebagaimana hutan alami lainnya sebagai Waktu dan Lokasi
penyimpan karbon maka perlu dilakukan
upaya peningkatan pengelolaan hutan yang Penelitian ini dilaksanakan pada Maret
sesuai dengan fungsi sosial dan ekonomi 2012. Lokasi penelitian berada di kawasan
hutan. Penyerapan CO₂ berhubungan erat hutan mangrove Marine Station Universitas
dengan biomassa tegakan. Jumlah biomassa Riau Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai,
suatu kawasan diperoleh dari produksi dan Propinsi Riau. Secara geografis wilayah ini
kerapatan biomassa yang diduga melalui terletak pada posisi 101°22‘59‖-101°23‘13‖
pengukuran diameter, tinggi, berat jenis dan BT dan 1°43‘10‖-1°43‘24‖ LU dengan luas
kepadatan setiap jenis pohon. ± 8 ha. Lokasi ini berjarak lebih kurang 8
km dari kota Dumai dan berada di pesisir
Kota Dumai adalah salah satu kawasan Sumatera bagian timur (Gambar 1).
pesisir yang memiliki kawasan hutan
mangrove yang diperkirakan seluas 2.125,2

Semirata 2013 FMIPA Unila |41


Khairijon, dkk. Profil Biomassa dan Kerapatan Vegetasi Tegakan Hutan Mangrove di
Marine Station Kecamatan Dumai Barat, Riau

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Lingkungan Hutan Mangrove


Marine Station Dumai

Tabel 1. Parameter lingkungan hutan mangrove


di Marine Station, Kecamatan Dumai
Barat

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di hutan


mangrove Marine Station
Kecamatan Dumai Barat, Kota
Dumai, Propinsi Riau.

Teknik Pengumpulan dan Pengukuran


Kondisi lingkungan dari ketiga lokasi
Data
penelitian di hutan mangrove Marine
Pengumpulan data dilakukan pada setiap
Station Dumai dapat dilihat pada tabel 1
plot penelitian dengan cara pengukuran
berikut ini.
langsung di lapangan (in situ) dan
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa
laboratorium (ex situ). Untuk menghitung
parameter lingkungan lain di kawasan hutan
volume dan BJ kayu dari cabang tersebut
mangrove Marine Station yang sangat
dengan rumus sebagai berikut:
mendukung kehidupan dari ketiga jenis
vegetasi mangrove tersebut adalah substrat.
Volume =
Menurut Wetlands International Indonesia
Dimana :
(2006) Xylocarpus granatum sangat suka
R = jari-jari potongan kayu = ½ x
hidup pada tanah berlumpur halus dan
Diameter (cm) dan t = panjang kayu
selalu tergenang pada saat air pasang
(cm)
normal. Sedangkan Rhizophora apiculata
BJ (g cm-³) = menyukai daerah yang tergenang pada saat
pasang normal secara permanen dan
menyukai substrat berlumpur dan
ANALISA DATA menyatakan tipe substrat yang cocok untuk
pertumbuhan mangrove adalah lumpur yang
Biomassa banyak mengandung bahan-bahan organik.
Pada penelitian ini digunakan persamaan
umum yang telah dikembangkan, sebagai Kerapatan Pohon Hutan Mangrove
berikut: Marine Station Dumai
Kerapatan adalah jumlah individu suatu
W = 0,251ᵨD2.46 jenis tumbuhan dalam luasan tertentu. Data
Dimana: W = Biomassa pohon (kg) kerapatan pohon dan keanekaragaman jenis
ᵨ = Berat jenis pohon pohon mangrove pada masing-masing plot
D = Diameter pohon yang telah diidentifikasi disajikan pada
Gambar 3.

42|Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Pada plot 1 yang langsung menghadap hutan mangrove Marine Station, Kecamatan
kearah laut terdapat tiga jenis vegetasi Dumai Barat, Kota Dumai.
mangrove, jenis yang dominan pada plot ini
adalah jenis Scyphiphora hydrophyllaceae. Biomassa Hutan Mangrove Marine
Pada plot 2 yang memiliki kerapatan sedang Station Dumai
diantara ketiga plot pengamatan ini, jenis
yang paling dominan adalah jenis Berdasarkan tabel 2 juga dapat dilihat
Xylocarpus granatum. Sedangkan pada plot bahwa kerapatan pohon, pada plot 1 jenis
3 yang kerapatan pohonnya paling rendah, Scyphiphora hydrophyllaceae dengan
hanya terdapat dua jenis vegetasi mangrove kerapatan paling tinggi memiliki nilai
yaitu jenis Rhizophora apiculata serta jenis biomassa paling besar. Pada plot 3 juga,
Xylocarpus granatum dan yang tidak jenis Rhizophora apiculata memliki
terdapat pada plot ini adalah Scyphiphora biomassa paling besar dimana jenis ini
hydrophyllaceae. memiliki kerapatan yang paling tinggi pada
Kerapatan tertinggi dari ketiga plot plot tersebut .
pengamatan adalah plot 1 sedangkan
kerapatan terendah adalah plot 3. Plot 1 Selain kerapatan, ada faktor lain yang
memiliki kerapatan tertinggi dikarenakan mempengaruhi besarnya nilai biomassa
terdapat tiga jenis vegetasi mangrove yang pada masing-masing jenis mangrove yaitu
telah teridentifikasi sedangkan pada plot 3 diameter pohon. Pada Tabel 2 dapat dilihat
yang nilai kerapatannya paling rendah bahwa pada plot 2 jenis Rhizophora
dikarenakan hanya terdapat dua vegetasi apiculata dengan rata-rata diameter yang
mangrove yang teridentifikasi. tinggi memiliki biomassa yang besar dari
dua jenis lainnya walaupun kerapatannya
lebih rendah dari Xylocarpus granatum.
Sedangkan pada plot 3, baik kerapatan
pohon maupun diameter pohon
mempengaruhi nilai biomassa dan
kandungan karbon. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya nilai biomassa pada jenis
Rhizophora apiculata pada plot 3 ini lebih
besar dari jenis Xylocarpus granatum
karena memiliki rata-rata diameter dan
kerapatan pohon yang tinggi.
Gambar 3. Diagram kerapatan jenis pohon
mangrove pada 3 plot penelitian (50x50 m/plot)

Semirata 2013 FMIPA Unila |43


Khairijon, dkk. Profil Biomassa dan Kerapatan Vegetasi Tegakan Hutan Mangrove di
Marine Station Kecamatan Dumai Barat, Riau

Tabel 2. Biomassa dan kandungan karbon hutan mangrove di Marine Station Kecamatan Dumai
Barat Kota Dumai

Jenis
Plot Scyphyphora Rhizophora Xylocarpus Total Rerata/ha
hydrophyllaceae apiculata granatum
1 1096 764 536 2396
Jumlah
2 312 652 876 1840 1878.67
pohon/ha
3 - 748 652 1400
Rata-rata 1 5.80 6.18 7.77 19.75
diameter 2 6.23 7.81 6.99 21.03 18.06
pohon 3 - 7.07 6.34 13.41
1 24,16 19.45 12,16 55.77
Biomassa
2 8.11 27.41 15.76 51.28 46.37
(ton/ha)
3 - 24.67 7.39 32.06

KESIMPULAN DAN SARAN Keeley MA. 2007. Hutan Mangrove


Biologi Yang Menakjubkan: Buku
Dari hasil penelitian ini dapat Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup
dismpulkan bahwa biomassa dan Berbasis Kurikulum. Mangrove Action
kandungan karbon tertinggi dari setiap plot Project-Indonesia dan Pusat Studi Asia
adalah plot 1 Scyphiphora hydrophyllacea, Pasifik-UGM. Yogyakarta.
plot 2 dan plot 3 adalah Rhizophora Komiyama A, Ong JE, Poungparn S. 2008.
apiculata. Jenis vegetasi mangrove yang Allometry, Biomass, and Productivity of
paling besar biomassa pada hutan mangrove Mangrove Forest: A review. Aquatic
Marine Station Dumai adalah Rhizophora Botany. 89:128-137
apiculata sebesar 24,67 ton/ha. Disarankan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut Kusmana C. 1997. Metode Survey
tentang kimia tanah dan potensi karbon Vegetasi. Institut Pertanian Bogor.
tersimpan. Bogor
Noor YR, Khazali M, Suryadiputra INN.
DAFTAR PUSTAKA 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di
Indonesia. PHKA/WI-IP. Bogor.
Bismark M, Endro S, Heriyanto HN. 2008. Soemodihardjo. 1979. Ekologi Hutan
Keanekaragaman dan Potensi Jenis serta Mangrove. Manggala Wanabakti. Jakarta
Kandungan Karbon Hutan Mangrove di
Sungai Subelen Siberut, Sumatra Barat. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan
Pusat Litbang dan Konservasi Alam. Pengelolaan Sumber Daya Alam di
Bogor. Wilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Brown S. 1997. Estimating Biomass and
Biomass Change of Tropical Forest. A Wetland International Indonesia
Primer. FAO. Forestry Paper. USA. 134. Programme. 2006. Spesies Mangrove.
10-13. http://www.wetlands.or.id/mangrove/ma
ngrove_species.php?id 26, 11 ,29, 37, 40

44|Semirata 2013 FMIPA Unila

Anda mungkin juga menyukai