Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan (Saferi, 2013). Pasien yang terinfeksi Tuberculosis akan memproduksi
droplet yang mengandung sejumlah basil kuman TB ketika mereka batuk, bersin
atau berbicara sehingga orang yang menghirup tersebut dapat terinfeksi
tuberculosis. (Kemenkes, 2015). Masyarakat menganggap bahwa penyakit TB
Paru yang dalam bahasa awam disebut “Plek Paru” merupakan penyakit batuk
yang biasa diderita oleh kebanyakan orang dan hanya meminum obat yang biasa
dijual di toko-toko dekat dengan rumah mereka tanpa melanjutkan pengobatan ke
dokter (Pradana, 2014).
Menurut WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2017, diperkirakan 10 juta
kasus TB baru (WHO, 2019). Penyebab kematian TB paru pada tahun 2017
sangat tinggi yaitu 1.6 juta kematian (1,3 juta diantara orang HIV – Negatif dan
0,3 juta diantara HIV – Positif) (WHO, 2019). Laporan TB dunia oleh World
Health Organization (WHO) pada tahun 2017, masih menempatkan indonesia
sebagai penyumbang TB terbesar nomor tiga di dunia setelah india dan china
dengan jumlah kasus baru sekitar 10% dari total jumlah pasien Tuberculosis di
dunia (WHO, 2019). Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan
adanya Basil Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 321 per 100.000
penduduk (Riskesdas, 2018). Menurut Dinas kesehatan (Dinkes) Jawa Timur,
jumlah pengidap TB terbanyak selanjutnya pada Jember dengan 3.128 pengidap,
Sidoarjo dengan 2.292 pengidap, kabupaten Malang dengan 1.932 pengidap dan
Kabupaten Pasuruan 1.809 pengidap (Dinkes Jawa Timur 2016). Berdasarkan
survey awal yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa jumlah penderita TB
paru yang terdapat di Kabupaten Sidoarjo mecapai 6.944 kasus pada tahun 2018
(Dinkes Sidoarjo 2018).

1
2

Penularan TB paru disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium


Tuberkulosis yang masuk melalui udara dan menyerang saluran pernafasan atas
dan bawah , saluran pernafasan atas akan dipenuhi oleh bakteri besar di bronkus
yang mengakibatkan peradangan bronkus dan akhirnya mengalami penumpukan
sekret yang berlebihan, dengan adanya sekret yang berlebihan pasien TB paru
akan mengalami gejala: batuk yang terus menerus, batuk darah, sesak nafas,
nyeri dada, demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise (Wijaya & Putri, 2013). Jika tidak diobati secara teratur akan
menyebabkan komplikasi pada penyait TB Paru meliputi pleuritis, efusi pleura,
enfisema, dan laringitis. Masyarakat yang didiagnosa Tuberculosis paru
akanmuncul masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Anonim, 2013).
Penyakit TB paru dapat dicegah dengan imunisasi aktif seperti BCG dan
penggunaan pelindung diri (seperti: masker) atau bisa dilakukan dengan
penyuluhan perilaku hidup bersih untuk mencegah kemungkinan penularan
penyakit TB. Pasien TB paru perlu dirawat di RS karena memerlukan pengobatan
yang memadai, oleh karena itu perawat dapat meningkatkan pengetahuan
keluarga dan masyarakat tentang penyakit TB paru dengan memberikan
penyuluhan tentang pentingnya pencegahan tentang penyakit TB paru. Konsep
solusi yang akan dilakukan di rumah sakit terhadap penyakit TB Paru ini bisa
menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) yang
merupakan pengobatan pasien TB Paru dengan menggunakan obat jangka
pendek dan diawasi langsung oleh pengawas yang dikenal pengawas minum obat
atau dokter. Serta jika pasien menglami sesak nafas, perawat dapat memberikan
oksigen menggunakan simple mask dengan lima sampai tujuh lpm atau jika
diperlukan dengan nebulizer. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi
protein, mengusahakan sinar matahari dan udara masuk secukupnya kedalam
kamar tidur. Perawat harus memberikan edukasi tentang cara membuang dahak
dengan benar agar tidak tertular orang lain. Dan perawat juga bisa mengajari
pasien untuk batuk efektif dengan benar, agar pasien bisa mengeluarkan dahak
yang menumpuk di dalam bronkusnya, dan mengkonsumsi obat dengan teratur
dan benar sesuai dengan anjuran dokter selama enam sampai delapan bulan
berturut-turut tanpa terputus (Sholeh.S, 2014).

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan
tuberculosis paru dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut
“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Klien dengann Diagnosa
Tuberculosis Paru Di Puskesmas Karanganyar ?”
3

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose
tuberculosis paru di Puskesmas Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji klien dengan diagnosa tuberculosis paru perawatan
Puskesmas Karanganyar.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa
tuberculosis paru diruang perawatan Puskesmas Karanganyar.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa
tuberculosis paru di Puskesmas Karanganyar.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa
tuberculosis paru diruang perawatan Puskesmas Karanganya.
e. Mengevaluasitindakan keperawatan klien dengan diagnosis tuberculosis
paru diruang perawatan Puskesmas Karanganyar.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose
tuberculosis paru diruang perawatan puskesmas Karanganyar.

D. Manfaat Makalah
Terkait dengan tujuan, maka makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat
1. Bagi Pelayanan Keperawatan Di Puskesmas
Hasil makalah ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di puskesmas
agar dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan tuberculosis paru
dengan baik.
2. Bagi Profesi Kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
tuberculosi paru.

E. Metode Penelitian
1. Metode
Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan
yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan
proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
4

Data yang diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan


klien, keluarga maupun tim kesehatan lain.
b. Observasi
Data yang diambil melalui pengamatan pada klien.
c. Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang
menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui klien.
5

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui keluarga atau
orang terdekat klien, catatan medis perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan
tim kesehatan lain.
4. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan
dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

F. Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Bagian awal, memuat halaman judul, perstujuan pembimbing, pengesahan,
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.
2. Bagian inti, terdiri dari dua bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab
berikut ini :
Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat
penelitian, sistematika penulisan makalah ini.
Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan
asuhan keperawatan klien dengan diagnose tuberculosis paru serta kerangka
masalah.
Bab 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan
asuhan Keperawatan pasien TB paru. Konsep penyakit akan diuraikan definisi,
etiologi, dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan
masalah – masalah yang muncul pada penyakit TB Paru dengan melakukan asuhan
keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Tuberculosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycrbacterium
Tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari
paru dan organ diluar paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak,
usus serta ginjal yang sering disebut TB ekstra paru (Chandra, 2012).
Tuberulosis paru (TB Paru) merupakan penyakit menular yang sebagian
besar disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis. Kuman tersebut
biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup ke
dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian
tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui
saluran pernafasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainya (Notoatmojo, 2015).
2. Etiologi
Penyakit TB disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium Tuberculosis,
bakteri ini mempunyai ciri sebagai berikut: berbentuk basil/batang,
berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, bersifat aerob,
hidup berpasangan atau berkelompok, tahan asam, dapat bertahan hidup
lama pada udara kering maupun pada udara dingin dan suasana lembab
maupun gelap sampai berbulan-bulan, mudah mati dengan sinar ultraviolet.
Bakteri ini dapat hidup lama pada suhu kamar, sudah mati pada air mendidih
(5 menit pada suhu 80◦C dan 20 menit pada suhu 60◦C), penularan
tuberculosis terjadi karena kuman di batuk atau di bersinkan keluar menjadi
droplet nuklei dalam udara. (Saferi, 2013).
3. Klasifikasi
Menurut Departemen Kesehatan RI 2006, klasifikasi Tubercolosis
dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut :

6
7

a. Klasifikasi tuberculosis berdasarkan organ tubuh yang terkena, yaitu :


1) Tuberculosis paru, adalah tuberculosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
2) Tuberculosis ekstra paru, adalah tuberculosis yang menyerang
organ tubuh lain seperti paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
b. Klasifikasi tuberculosis berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
mikroskopis yang terjadi pada TB paru, yaitu :
1) Tuberculosis paru BTA positif.
2) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA.
3) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto thoraks
dada menunjukan gambaran tuberculosis.
4) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biarkan kuman
TB positif.
5) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya posistif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
6) Tuberculosis paru BTA negatif.
Kasus BTA yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA
positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi :
a) Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
b) Foto thoraks abnormal menunjukan gambaran tuberculosis.
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian anti biotika non OAT.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan.
c. Klasifikasi tuberkulosis berdasarkan tingkat keparahan penyakit, yaitu :
1) TB paru BTA negatif foto thoraks positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat
bila gambaran foto thoraks memperlihatkan gambaran kerusakan
paru yang luas (misalnya proses yang lebih tinggi), dan atau
keadaan umum pasien buruk.
2) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakitnya yaitu :
a) TB ekstra paru ringan, misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi
dan kelenjar adrenal.
b) TB ekstra paru berat, misalnya : meningitis, milier, perikarditis
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral.
8

c) TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat


kelamin.
d. Klasifikasi Tuberculosis berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya,
yaitu :
1) Kasus baru, adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan atau (4
minggu).
2) Kasus kambuh (relaps), adalah pasuen TB yan sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).
3) Kasus putus obat (Deafult/Drop Out/DO), adalah pasien TB yang
telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
4) Kasus gagal (Failure), adalah pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan.
5) Kasus pindahan (Transfer In) adalah pasien pindahan dari UPK
yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatanya.
6) Kasus lain, seperti semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan
diatas. Dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien
dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan (Depkes RI, 2006).
4. Manifestasi Klinik
Pada beberapa penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gejala TB dibagi menjadi 2
yaitu :
a. Gejala Reespiratorik
1) Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya
dialami + 4 minggu dan bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk
dimulai dari batuk non produktif. Keadaan ini biasanya akan
berlanjut menjadi batuk darah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
2) Batuk Darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi. Mungkin tampak
beberapa garis atau bercak darah, gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya
9

pembuluh darah tergantung dari besar kecilnya pembulu darah


yang pecah.
3) Sesak Nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut dimana infiltrasinya sudah meliputi bagian paru-paru.
4) Nyeri Dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
b. Gejala sistemik
1) Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-
kadang panas badan mencapai 40-41oC. Demam biasanya
menyerupai demam influenza sehingga penderita biasanya tidak
pernah terbebas dari serangan demam influenza.
2) Gejala sistemik lainya
Tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala yang sering
ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan main
kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan
berkeringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur. (Wijaya dan Putri dalam
Syafitri, 2016)
5. Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycrobacterium
Tuberculosis melalui udara ke paru-paru. Bakteri menyebar mealui jalan
napas, menempel pada bronkus atau alveolus untuk memperbanyak diri.
Perkembangan bakteri juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-
paru. Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran paru-paru.
Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan
reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis.
Sementara reaksi spesifik tuberculosis menghancurkan basil dan jaringan
normal. Reaksi ini mengakibatkan reaksi metabolisme tubuh yang
menyebabkan suhu tubuh meningkat, terakumulasinya eksudat dalam
alveoli menyebabkan bronkopneumonia, dan produksi sputum yang
menyebabkan kumulasi jalan napas terganggu. Infeksi awal biasanya timbul
dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara bakteri dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal
infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma.
Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi
10

massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut Ghon
Tubercle, materi yang terdiri atas makrofag dan bateri menjadi nekrotik
yang selanjutnya membentuk materi yang penampakanya seperti keju
(necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya
membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi non aktif. Setelah
infeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi
ulang atau bakteri ang sebelumnya tidak aktif menjadi aktif. Pada kasus ini,
ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga necrotizing caseosa didalam
bronkus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya membentuk jaringan parut.
Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Proses ini berjalan
terus dan basil terus di fagosit dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit membutuhkan 10 sampai 20
hari. Daerah yang mengalami nekrosis dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast
akan menimbulkan respon berbeda, keudian pada akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel. (Amin, 2011).
6. Diagnosa Banding
Menurut (Arizhandy, 2012) diagnosa banding TB Paru sebagai berikut:
a. Pneumonia
b. Abses paru
c. Kanker paru
d. Bronkiektasis
e. Pneumonia Aspirasi
7. Komplikasi
Penyakit TB Paru apabila tidak segera ditangani dengan baik akan
menimbulkan komplikasi yaitu :
a. Komplikasi dini :
1) Pleuritis
2) Efusi pleura
3) Empiema
4) Laringitis
b. Komplikasi lanjut :
1) Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberculosis)
2) Kerusakan parenkim berat seperti fibrosis paru, kor pulmonal,
amyloidosis, karsinoma paru. (Zulkarnain dalam Selfiana, 2016).
11

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum penting dilakukan karena dengan pemeriksaan
tersebut akan ditemukan kuman BTA. Di samping itu juga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.
Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan di
puskesmas. Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapatkan
sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non
produktif. Dalam hal ini dianjurkan minum air sebanyak 2 liter dan
diajarkan melakukan reflek batutuk. Dapat juga dengan memberikan
tambahan obat mukolitik eksprektoran. Sputum yang akan diperiksa
hendaknya sesegera mungkin. Bila sputum sudah di dapat, kuman BTA
pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman baru bisa ditemukan bila
bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar, sehingga
sputum yang mengandung kuman BTA mudah ke luar. Keteria sputum
BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman
BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman dalam
1 mil. Sputum hasil pemeriksaan BTA (+) di bawah mikroskop
memerlukan kurang lebih 5000 kuman/ml sputum, sedangkan untuk
mendapatkan kuman (+) pada biakan yang merupakan diagnosis pasti,
dibutuhkan sekitar 50-100 kuman/ml sputum. Rekomendasi WHO skala
IUATLD (Zulkarnain , 2014) :
1) Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang : negative
2) Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
3) Ditemukan 10-99 BTA : 1+
4) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 2+
5) Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 3+
b. Pemeriksaan Tuberculin (Mantoux)
Pada anak uji tuberculin merupakan pemeriksaan paling
bermanfaat untuk menunjukan sedang/pernah terinfeksi
mycrobacterium tuberculosis. Efektifitas dalam menemukan basil TBC
dengan tuberculin kurang dari 90%. Namun semkin besar usia anak
maka hasil tuberculin kurang spesifik. Ada beberapa cara uji tuberculin,
namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi
penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah
kiri bagian depan. Disuntikkan intracutan (kedalam kulit). Penilaian uji
tuberculin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan diukur dari
pembengkakan yang terjadi. (Zulkarnain, 2014).
12

c. Pemeriksaan Rontgen Thoraks


Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan bahwa
adanya suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan
sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru. Bila
pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran
khusus mengenai TB paru awal. Karakteristik kelainan ini terlihat
sebagai daerah bergaris-garis yang ukuranya bervariasi dengan batas
lesi yang tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gambar kurang jelas ini
sering diduga sebagai pneumonia atau suatu proses edukatif akan
tampak lebih jelas dengan pemberian kontras (Zulkarnain, 2014).
d. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan pemeriksaan
mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan spesies
Mycrobacterium yang satu dengan yang lain harus dilihat sifat koloni,
waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan
kepekaan terhadap OAT dan kemoteraputik, perbedaan kepekaan
terhadap binatang percobaan dan perbedaan kepekaan kulit terhadap
berbagai jenis anti gen Mycrobacterium. Pemeriksaan darah yang dapat
menunjang diagosis TB Paru walaupun kurang sensitif adalah
pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan laju endap
darah (LED) biasanya disebabkan peningkatan imunoglobulin terutama
IgG dan IgA. (Zulkarnain, 2014).
9. Pencegahan
a. Pencegahan untuk orang yang belum terinfeksi
1) Selalu berusaha mengurangi kontak dengan penderita TB aktif.
2) Selalu menjaga standar hidup yang baik yaitu mengkonsumsi
makanan yang bergizi tinggi, menjaga lingkungan selalu bersih,
meluangkan waktuk untuk berolahraga.
3) Pemberian vaksin BCG, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi TB yang lebih berat (Zulkarnain, 2014).
i. Pencegahan untuk penderita TB agar tidak menular
1) Selama beberapa minggu menjalani pengobatan sebaiknya tidak
berpergian kemanapun dan tidak tidur sekamar dengan orang lain.
2) Jika ventilasi ruangan untuk sirkulasi udara kurang, bukalah jendela
dan nyalakan kipas angin untuk meniupkan udara dari dalam keluar.
3) Selalu menggunakan masker untuk menutup mulut kapan saja.
4) Jangan meludah di sembarang tempat, meludah hendaknya pada
wadah yang sudah diberi desinfektan atau air sbaun.
13

5) Menghindari udara dingin dan lembab, usahakan agar pancaran


sinar matahari dan udara segar dapat masuk secukupnya ke ruang
tidur.
6) Tidak melakukan kebiasaaan sharing atau penggunaan alat/barang
bersama (Zulkarmain, 2014).
10. Penatalaksanaan
a. Obat-obatan
1) Isoniazid (H)0
Obat ini bekerja berdifusi kedalam semua jaringan dan cairan
tubuh, dan efek yang amat merugikan sangat rendah. Obat ini
diberikan melalui oral atau intramuskular. Dosis obat harian bisa 10
mg/kgBB, dengan kadar puncak obat dalam darah, sputum, dan
cairan serebrospinal dicapai sekurang-kurangnya 6-8jam. Isoniazid
memiliki dua pengaruh toksik utama yaitu neuritis perifer dan
hepatoksik. Tanda fisik klinis pada neuritis perifer yang paling
sering adalah mati rasa dan rasa gatal pada bagian tangan dan kaki.
Tanda klinis pada hepatoksik jarang terjadi, namun lebih mungkin
terjadi pada anak dengan tuberkulosis berat dan anak remaja.
2) Rifampisin (R)
Rifampisin dapat diserap dengan baik di saluran perncernaan
selama puasa. Obat ini bekerja dengan berdifusi luas kedalam
jaringan dan cairan tubuh termasuk cairan serebrospinal. Obat
rifampisin di ekskresi utama melalui cairan empedu. Obat
rivampisin diberikan melalui oral dan saluran intravena. Rifampisin
tersedia dalam ukuran 15mg dan 30mg sesuai berat badan. Efek
samping rifampisisn adalah terjadinya perubahan warna orange
pada urine, gangguan saluran pencernaan, dan hematoksisitas, hal
ini muncul karena peningkatan kadar transaminase serum namun
tidak menimbulkan keluhan pada penderita tuberkulosis.
3) Etambutol (E)
Kemungkinan toksisitas etambutol terjadi pada mata. Dosis
bakteriostatik adalah 15mg/kgBB/24jam, tujuanya untuk mencegah
munculnya resistensi terhadap obat lain. Kemungkinan toksisitas
utama obat ini adalah neuritis optik. Etambutol tidak dianjurkan
untuk penggunaan umum pada anak muda karena pemeriksaan
penglihatanya tidak mendapatkan hasil yang tepat tetapi harus
dipikirkan pada anak dengan tuberkulosis terjadi resistensi obat,
bila obat lain tidak dapat digunakan sebagai terapi.
14

4) Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kgBB.
Pirazinamid sering menimbulkan efek samping yang memaksa
penghentian pemakaianyaberupa rasa mual hebat yang disertai
nyeri ulu hari dan muntah .
5) Streptomisin
Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 0,75-1 gram
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan
dosis yang sama. Efek samping yang harus di waspadai dari
penggunaan streptomisin antara lain : rasa kesemutan disekitar
mulut dan muka beberapa saat setelah obat disuntikan. Juga dapat
timbul urtikaria dan skin-rash, tetapi yang akan memaksa
penghentian pemakaianya adalah gangguan keseimbangan dan
pendengaran. (Astuti, 2010).
b. Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
1) Kategori I : 2(HRZE)/4H3R3
Tahap intensif terdiri dari HRZE. Obat-obatan tersebut
diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE), kemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan 3
kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat ini diberikan
untuk (Kemenkes RI,2014) :
a) Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
b) Pasien TB paru terdiagnosis
c) Pasien TB ekstra paru.
Tabel 2.1 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1:2HRZE/4H3R3
Berat badan Tahap intensif tiap hari selama 50 Tahap lanjutan 3 kali
hari HRZE seminggu selama 16
(150mg/75mg/400mg/275mg) minggu
RH(150mg/150mg)
30-37kg 2 tablet 4KDKT 2 tablet 2KDKT
38-54kg 3 tablet 4KDKT 3 tablet 2KDKT
55-70kg 4 tablet 4KDKT 4 tablet 2KDKT
71kg Tablet 4KDKT 5 tablet 2KDKT
Sumber : Kemenkes RI,2014
Keterangan : H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
15

2) Kategori 2:2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Panduan OAT ini diberikan pada pasien BTA positif yang
pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang). Obat ini diberikan
untuk :
a) Penderita kambuh (relaps)
b) Penderita gagal (failure)
c) Penderita dengan pengobatan setengah lalai (after default)
(Kemenkes RI,2014)
Tabel 2.2 Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2:HRZEs/HRZE/5H3RE5
Berat Badan Tahap Intensif Tiap Hari RHZE Tahap Lanjutan 3x
(150/75/400/275) + S Seminggu RH
(150/150) E (400)
Selama 56 Hari Selama 28 Hari Selama 20 Minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT + 500 mg 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT 2 tab
streptomisin inj etambutol
38-54 kg 2 tab 4KDT + 750 mg 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab
streptomisin inj etambutol
55-70 kg 4 tah 4 KDT + 1000 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab
mg streptomisin inj etambutol
>71 kg 5 tab 4KDT + 1000 4 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab
mg streptomisin inj etambutol
Sumber : Kemenkes RI,2014
3) Obat Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk
tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel 2.3 paduan OAT KDT Sisipan
Tahap Intensif Tiap hari selama 28 hari HRZE
Berat badan
(150/75/400/275)
30-37 kg 2 tablet 4KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT
>71 kg 5 tablet 4KDT
Sumber : Kemenkes RI,2014
11. Dampak Masalah
Banyak dampak yang dapat ditimbulkan oleh penyakit Tuberkulosis
Paru. Seperti diantaranya dampak biologis, psikologis, sosial dan spiritual
klien yang menderita Tuberkulosis paru akan mempengaruhi respon
psiologis yang bervariasi tergantung dari koping yang dimiliki oleh masin-
masing individu. Dampak bagi idividu penderita penyakit Tuberkulosis paru
dari segi pskologis akan merasa takut akan penyakitnya yang tidak dapat
disembuhkan. Merasa dikucilkan dari masyarakat serta merasa minder atau
tidak percaya diri (Arizhandy, 2012).

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberculosis Paru


1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada TB Paru (Tuberkulosis paru)
menurut (Muttaqin,2008) adalah sebagai berikut :
16

a. Pengumpulan data
1) Identitas
TB paru banyak terjadi pada laki-laki, usia 15-50 tahun, karena
perubahan aktifitas yang terlalu berat, pola hidup dan lingkungan,
tetapi tidak memungkinkan perempuan juga dapat terserang TB
Paru karena tertular dari penderita lainya (Sylvia,2010).
2) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB adalah sesak
nafas dan batuk berdahak yang lebih dari 3 minggu.
3) Riwayat penyakit saat ini
Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB adalah sesak
nafas lebih dari 1 minggu disertai dengan peningkatan suhu tubuh,
penurunan nafsu makan, dan kelemahan tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yang mungkin sehubungan dengan tuberculosis paru antara lain
seperti ispa, efusi pleura, serta tuberculosis paru yang kembali
aktif.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologis TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat
perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota
keluarga lainya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam
rumah.
6) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Penderita yang banyak diumpai dari kalangan laki-laki yang
memiliki perilaku kurang sehat seperti merokok dan minum-
minuman beralkohol
7) Kondisi lingkungan tempat tinggal
Banyak didapatkan lingkungan tempat tinggal pada pasien TB
Paru sangat minim akan pencahayaan matahari dan kurangnya
ventilasi di dalam rumah.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Menjelaskan tentang kesadaran penderita, kesakitan atau
keadaan penyakit, ada TTV tidak normal karena ganguan fisik.
2) B1 sistem Pernapasan (Breathing)
a) Inspeksi :
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan
frekuensi pernafasan biasanya menggunakan otot bantu
pernafasan, pada kasus ini sering di dapatkan bentuk dada
17

barel chest. Gerakan pernafasan masih simetris. Hasil


pengkajian lainya klien juga mengalami batuk produktif
dengan sputu purulen berwarna kuning kehijauan sampai
hitam.
b) Palpasi :
Vocal vremitus pada umumnya normal, jika ada efusi
pleura berarti kondisi penyakit memasuki level menengah atau
parah.
c) Perkusi :
Adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru, jika
terdapat suara redup maka ada secret di lapang paru yang
berarti memang terinfeksi TB Paru.
d) Auskultasi :
Biasanya didapatkan suara nafas tambahan seperti ronkhi
atau wheezing.
3) B2 Sistem Kardiovaskuler (Blood)
a) Inspeksi
Adanya keluhan kelemahan fisik.
b) Palpasi
Denyut nadi perifer lemah, CRT<3 derik, akral hangat,
takikardi (jika terjadi syok)
c) Perkusi
Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan
efusi pleura masih mendorong ke sisi yang sehat
d) Auskultasi
Tekanan darah biasanya normal, buni jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan.
4) B3 Sistem Persyarafan (Brain)
Pada klien dengan TB paru pengkajian didapat meliputi :
a) Inspeksi
Kesadaran biasanya composmentis, ditemukan adanya
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.
b) Palpasi
Didapatkan adanya konjungtiva anemia pada TB paru
dengan gangguan fungsi hati.
c) Perkusi
Berikan stimulus pada klien TB apabila dibutuhkan seperti
pada klien TB paru yang dalam kondisi tidak sadar.
18

d) Auskultasi
Pada pengkajian objektif, dengar terkadang klien
menangis atau merintih, manandakan adanya yang dikeluhkan
oleh klien tentang penyakitnya.
5) B4 Sistem Perkemihan (Bladder)
Pada klien dengan TB paru pengkajian didapat meliputi :
a) Inspeksi
Adanya oliguria menandakan syok hipovolemik. Urine
berwana jingga pekat dan berbau menandakan fungsi ginjal
normal pada penderita TB sebagai ekresi dari OAT terutama
rifampisin.
b) Palpasi
Kemungkinan adanya nyeri tekan pada kandung kemih
karena distensi sebagi bentuk komplikasi.
c) Perkusi
Tidak ditemukan masalah
d) Auskultasi
Tidak ditemukan masalah
6) B5 Sistem Pencernaan (Bowel)
Pada klien dengan TB paru pengkajian didapat meliputi :
a) Inspeksi
Klien biasanya mengalami mual muntah, penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan keadaan mulut kotor,
mukosa lembab.
b) Palpasi
Adanya nyeri tekan abdomen sebagai komplikasi.
c) Perkusi
Adanya distensi abdomen akibat batuk berulang.
d) Auskultasi
Peristaltic klien biasanya tidak normal.
7) B6 Sistem Muskuloskeletal (Bone)
Pada klien dengan TB paru pengkajian didapat meliputi :
1) Inspeksi
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak, gejala yang
muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap, jadwal olahraga menjadi tak teratur (Sulkarnain,
2014).
2) Palpasi
Adakah nyeri tekan pada sendi atau tulang akibat dari
komplikasi, infeksi TB pada tulang.
19

3) Perkusi
Tidak ditemukan masalah.
4) Auskultasi
Tidak ditemukan masalah.
8) B7 Sistem penginderaan
Pupil isokor, reflek cahaya baik, konjungtiva anemis,
pergerakan bola mata normal, mukosa hidung lembab, kaji adanya
secret pada hidung.
9) B8 Endokrin
Kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid, kaji adanya
pembesaran karotis atau tidak (Fachrudin, 2010).
c. Analisa Data
Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam
pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar
belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian
keperawatan. Dalam melakukan analisa data, diperlukan kemampuan
mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan untuk mebuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan (Dewi,2013).
2. Diagnnosa Keperawatan
Menurut Nuratif dan Kusuma (2015) bahwa diagnosa keperawatan
yang lazim timbul pada klien dengan tuberculosis paru (TB Paru) adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. sekresi yang berlebihan.
b. Gangguan pertukaran gas b.d. kongesti paru, gipertensi pulmonal.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
penurunan nafsu makan.
d. Hipertermia b.d. reaksi inflamasi.
e. Resiko infeksi b.d. pemajanan penularan kontak (langsung, tidak
langsung, kontak dengan droplet) (Nuarif Kusuma, 2015).
3. Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan 1
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b.d Sekresi Yang Berlebihan.
N Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o
Px
1 Setelah dilakukan tindakan 1. BHSP 1. Menjalin hubungan saling percaya antara perawat dengan
keperawatan selama 3x24 jam 2. Observasi warna, kekentalan dan pasien, dapat memudahkan perawat dalam wawancara
diharapkan jalan nafas dapat jumlah sputum dengan pasien
kembali efektif. 3. Atur posisi semi fowler 2. Karakteristik sputum dapat menunjukan berat ringannya
Kriteria hasil: 4. Ajarkan cara batuk efetif obstruksi
1. Klien dapat menjelaskan 5. Pertahankan intake cairan sedikitnya 3. Dapat emningkatkan ekspansi dada
kembali tentang batuk efektif. 2500 ml/hari kecuali tidak 4. Batuk terkontrol dan efektif dapat memudahkan
2. Tidak ada suara nafas tambahan. diindikasikan pengeluaran dari sekret yang melekat di jalan nafas
3. Tidak ada wheezing 6. Lakukan fisioterapi dada dengan teknik 5. Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan
(-) tidak ada ronkhi perkusi, dan fibrasi dada. mengefektifkan bersihan jalan nafas
(-) 7. Kolaborasi pemberian obat, 6. Postural drainase dengan perkusi dan fibrasi menggunakan
4. Pernafasan kembali normal (16- bronkodilator, nebulizer (via inhalasi) bantuan gaya gravitasi untuk mebantuk menaikkan sekresi
20x menitt) dengan golongan terbutaline 0,25 mg, sehingga dapat dikeluargan atau dihisap dengan mudah
5. Tidak ada penggunaan retraksi fenoterol HBr 0,1% solution, 7. Pemberian bronkodilator via inhalasi langsung menuju area
otot bantu nafas orciprenaline sulfur 0,75mg bronkus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat
8. Agen mukolitik dan ekspekteron berdilatasi
9. Kortikosetroid 8. Agen mukolitik menurukan kekentalan dan perlengketan

X
sekret paru untuk memudahkan pembersihan. Agen
ekspektoran akan memudahan sekret lepas dari
perlengketan dari jalan nafas.
9. Kortikosteroid berguna dengan keterlibatan luas pada
hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema
mukosa dan dinding bronkus

b. Diagnosa Keperawatan 2
Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Pertukaran Gas b.d Kongesti Paru, Hipertensi Pulmonal.
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Px
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola pernafasan klien monitor 1. Mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
keperawatan selama 3x24 jam TTV 2. Memaksimalkan ventilasi
diharapkakn klien dapat batuk 2. Posisikan klien untuk 3. Mengoptimalkan pernafasan
efektif dan suara nafas kembali memaksimalkan ventilasi 4. Melakukan tindakan selanjutnya
efektif 3. Keluarkan batuk atau suction 5. Mengoptimalkan jalan nafas
1. Mendemonstrasikan 4. Auskultasi suara nafas, catat adanya 6. Mengetahui adanya keabnormalan pada pernafasan untuk
peningkatan ventilasi dan suara nafas mengoptimalkan tindakan
oksigenasi yang adekuat 5. Monitor respirasi dan status O2 7. Mengoptimalkan pengobatan yang diberikan
2. Memlihara ebersihan paru- 6. Catat pergerakan dada, amati
paru dan bebas dari tanda- kesimetrisan, penggunaan retraksi
tanda distress pernafasn otot bantu pernafasan

X
3. Tanda-tanda vital dalam 7. Kolaborasi pemberian obat
rentang normal
4. spO2 dalam batas normal
5. Tidak ada penggunaan
retraksi otot bantu napas

c. Diagnosa Keperawatan 3
Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Diaignosa Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Penurunan Nafsu Makan.
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Px
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi status nutrisi pasien, 1. Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah
keperawatan selama 3x24 jam turgor kulit, berat badan, untuk menetapkan pilihan intervensi yang kuat.
diharapkan intake nutrisi dapat derajat penurunan berat badan, 2. Memperhitungkan keinginan individu dapat
terpenuhi. Kriteria hasil : intregitas mukosa oral, memperbaiki intak gizi.
1. Klien dapat kemampuan menelan, mual 3. Berguna dalam mengukur kefektifan intake gizi
mempertahankan status muntah dan diare. dan dukungan cairan.
gizinya yang semula 2. Fasilitas pasien untuk 4. Menurunkan rasa tak enak karena sisan
kurang jadi adekuat memperoleh diet biasa yang makanan, sisa sputum atau obat pada
2. Klien mampu memakan disukai klien (sesuai indikasi). pengobatan system pernapasan yang dapat
makanan dalam porsi 3. Pantau intake dan output, merangsang pusat muntah.
sedikit tapi sering timbang berat badan secara 5. Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan
3. BB klien dalam batas periodic (sekali seminggu). dan energi besar serta menurunkan iritasi
normal 4. Lakukan dan anjurkan saluran cerna

X
4. BUN, protein, serum, dan perawatan oral higiene 6. Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang
albumin klien dalam batas sebelum dan sesudah makan cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
normal serta sebelum dan sesudah energi dan kalori sehubungan dengan status
intervensi atau pemeriksaan hipermatabolik pasien
per oral 7. Menilai kemajuan terapi diet dan membantu
5. Fasilitas diet TKTP, berikan perencanan intervensi selanjutnya
dalam porsi kecil tapi sering. 8. Multivamin bertujuan untuk memenuhi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari
untuk menetapkan jenis diet peningkatan laju metaboliisme umum
yang tepat
7. Kolaborasi untuk pemeriksaan
laboratorium khususnya bun,
protein, serum, dan albumin
8. Kolaborasi untuk pemberian
multivitamin

d. Diagnosa Keperawatan 4
Tabel 2.7 Intervensi Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnose Hipertermia b.d. Reaksi Inflamasi.
No Px Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
4 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu sesering mungkin 1. Menjadi data dasar dalam melakukan intervensi
keperawatan selama 2x24 jam 2. Memberikan antipiretik dan berikan selanjutnya
diharapkan reaksi inflamasi pasien pengobatan untuk mengatasi demam 2. Digunakan untuk menurunkan demam membantu
dapat kembali normal. 3. Beri dan anjurkan banyak minum perencanaan intervensi selanjutnya
Kriteria hasil : 4. Kaji pola pernafasan klien monitor 3. Air merupakan pengatur suhu tubuh, setiap kenaikan suhu

X
1. Suhu tubuh kembali normal TTV kolaborasi pemberian obat tubuh kebutuhan metabolisme akan air juga meningkat
2. Nadi dan RR kembali normal dari kebutuhan biasanya
3. Tidak ada perubahan warna 4. Mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
kulit dan tidak ada pusing 5. Mengoptimalkan pengobatan yang diberikan

e. Diagnosa Keperawatan 5
Tabel 2.8 Intervensi Keperawatan Pada Pasien dengan Diagnosa Resiko Infeksi B.D. Pemajanan Penularan Kontak (Langsung, Tidak Langsung, Kontak dengan
Droplet).
No Px Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
5 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi orang-orang yang 1. R/ orang-orang beresiko perlu program terap obat untuk
keperawatan selama 2x24 jam beresiko terkena infeksi seperti mencegah penyebaran infeksi
diharapkan tidak terjadi penyebaran anggota keluarga, teman, orang dalam 2. R/ untuk mencegah terjadinya penularan infeksi
infeksi.. satu perkumpulan. 3. R/ mengurangi resiko penyebaran infeksi
Kriteria hasil : 2. Anjurkan klien menutup mulut dan 4. R/ untuk mengawasi keefektifan obat dan efeknya, serta
1. Tidak terjadi infeksi membuang dahak di tempat respon klien terhadap terapi.
2. Menunjukan perubahan pola penampungan yang tertutup jika 5. R/ untuk menyembuhkan klien
hidup untuk meningkatkan batuk.
lingkungan yang aman. 3. Gunakan masker setiap melakukan
tindakan.
4. Montor sputum BTA
5. Kolaborasi pemberian terapi obat

X
25

4. Implementasi
Implementasi merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi
biasanya dilakukan setelah semua perencanaan dianggap siap (Smeltzer S,
2008)
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan suatu proses untuk menjelaskan
secara sistemik dan untuk mencapai objektif, efisien dan efektif serta untuk
mengetahui dampak dari suatu kegiatan dan juga membantu pengambilak
keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa aspek program perencanaan
yang akan datang (Putri, 2013).
26
BAB III
TUJUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada


pasien dengan Diagnosa Medis TB Paru, maka penulis menyajikan suatu kasus yang
penulis amati mulai tanggal 09 Januari 2020 sampai 12 Januari 2020 dengan data
pengkajian pada tanggal 09 Januari 2020 Jam 09.30WIB. Anamnesa diperoleh dari
pasien dan status pasien.

A. Pengkajian
Data diambil
Tanggal : 09 Januari 2020
Jam : 09.30
Dx Medis : TB Paru
1. Identitas
Ny.S (48 Tahun), sudah menikah, suku jawa, beragama islam,
pendidikan terakhir tamat SMA/Sederajat, bekerja sebagai pengasuh anak/
baby sister, Alamat Gembol, No rekam medis xxx. Pasien dirawat dengan
diagosa medis TB Paru.
2. Keluhan Utama
a. Sesak Nafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan batuk disertai darah ± 2 minggu yang lalu serta
keringat dingin, badan lemas dan nafsu makannya menurun serta mual. Pada
tanggal 08 Januari 2020 pasen mengeluh sesak nafas, oleh keluarganya
pasien di bawa ke Klinik Widarisma Karanganyar dan mendapatkan
perawatan selama 1 hari kemudian pasien di rujuk puskesmas karanganyar
pada tgl 09 Januari 2020.Saat Pengkajian pada tanggal 09 Januari 2020
pasien mengeluh batuk darah dan keringat dingin serta sesaknya betambah
saat dibuat beraring dan sedikit berkurang saat duduk. Pasien juga
mengatakan badanya masih lemas dan nafsu makanya menurun serta mual.
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun
sebelumnya. Pasien mengatakan belum pernah operasi dan mengatakan
tidak ada alergi makanan maupun obat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit yang
sama seperti dialami oleh pasien dan pasien mengatakan keluarganya juga
tidak ada yang mempunyai riwayat HT, DM.

27
28

e. Lingkungan Rumah dan Komunitas


Pasien mengatakan tinggal di pemukiman rumah yang sempit dan
berdempetan, pasien juga mengatakan bahwa ventilasi udara di rumahnya
sedikit. Pencahayaan dirumah pasien juga sangat minim karena bagian
samping rumah langsung berdempetan dengan tembok rumah warga lain.
f. Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan
Pasien mengatakan keseharianya bekerja sebagai baby sister di
perumahan yang dekat dengan rumahnya, pasien juga mengatakan bahwa
suaminya merupakan perokok aktif.
g. Persepsi dan Pengetahuan tentang Penyakit dan Penatalaksanaannya
Pasien dan keluarga pasien tidak mengetahui penyebab TB paru dan
cara penularan serta penatalaksanaan penanganan penyakit TB paru. Pasien
mengatakan saat sakit juga masih menjadi pengasuh anak dan sering kontak
dengan orang lain. Pasien juga mengatakan saat batuk didepan orang tidak
menutup mulut dan membuang dahak pada plastik/kresek yang ditali
kemudian ditaruh dibawah bed tempat tidur.
Masalah Keperawatan : Resiko penyebaran infeksi
3. Status Cairan dan Nutrisi
Tabel 3.1 Status cairan dan nutrisi pada Ny.S dengan diagnosa medis Tb
Paru di Puskesmas Karanganyar
Status Cairan & Sebelum Sakit Saat Sakit
Nutrisi
Nafsu Makan 1 porsi habis 3-4 sendok
Pola Makan 3x sehari 2x sehari
Minum : Air putih Air putih
Jenis: + 1000cc/24jam +700cc/24jam
Jumlah:
Pantangan Makan Tidak Ada Gorengan
Menu makan Nasi, sayur, lauk Bubur, lontong,
nasi tim
Berat Badan 42kg 39kg (penurunan
dalam 2minggu)
Tinggi Badan 147cm 147cm
2
BMI 42kg : (s,47)cm 39kg : (s,47)cm2
= 19,6 (Normal) =18 (<Normal)

Keluhan lain : Pasien mengatakan nafsu makanya menurun karena


lidahnya pahit saat dibuat makan dan batuk yang terus menerus sehingga
meyebabkan mual.
Masalah Keperawatan : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh.
29

4. Genogram

Gambar 3.1 Genogram Keluargan Ny. S Dengan Diagnosa Medis TB Paru


Di Puskesmas Karanganyar

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien pada saat dikaji tampak lemah
G-C-S : 4-5-6
Kesadaran : Composmentis
b. Tanda Vital
Tensi : 120/80mmHg
Suhu : 36,1 °C (Lokasi pengukuran : Axila)
Nadi : 88 x/mnt (Lokasi perhitungan : arteri radialis)
Respirasi : 29 x/mnt
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
c. Sistem Respirasi (B1)
Pada inspeksi ditemukan bentuk dada simetris, susunan ruas tulang
belakang lengkap, irama napas tidak teratur dengan jenis takipnea,
terdapat retraksi otot bantu napas (otot intercostae), alat bantu napas
Nasal kanul 4 lpm, ada nyeri dada saat bernapas, terdapat batuk dan
sekret berwarna putih kental bercampur dengan darah. Pada palpasi
ditemukan vocal fremitus sebelah kanan dan kiri sama tetapi sedikit
redup. Pada perkusi ditemukan suara perkusi thorax sedikit redup pada
bagian tengah . Pada auskultasi ditemukan suara nafas tambahan ronchi
pada sisi dada sebelah kanan (lobus superior dan lobus inferior)
Masalah keperawatan : tetidakefektifan bersihan jalan napas.
30

d. Sistem Kardiovaskuler (B2)


Tidak terdapat nyeri dada, irama jantung teratur , ictus cordis teraba
kuat posisi ICS V midclavikula sinistra ukuran 1 cm, bunyi jantung S1
dan S2 tunggal, tidak terdapat bunyi jantung tambahan, tidak ada
sianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
e. Sistem Persyarafan (B3)
Kesadaran composmentis, orientasi baik mampu mengenal orang,
tempat dan waktu, pasien kooperatif, GCS 4-5-6, tidak ada kejang,
tidak ada kaku kuduk, tidak ada brudzinsky, tidak ada nyeri kepala,
tidak ada pusing, istirahat siang ± 30 menit/hari, malam ± 6-8 jam/hari,
tidak ada kelainan nervus cranialis, pupil isokor, refleks cahaya +/+
(normal).
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
f. Sistem Perkemihan (B4)
Bentuk alat kelamin normal, alat kelamin bersih, frekuensi
berkemih ± 4 x/hari teratur, jumlah 1500 cc/24 jam, bau khas, warna
kuning, tempat yang digunakan kamar mandi, pasien tidak
menggunakan alat bantu berkemih. Balance Cairan
Tabel 3.2 Balance cairan Ny.S dengan diagnosa medis TB Paru di Di
Puskesmas Karanganyar
Input Output
Infus : 1000cc Urine : 1500

Minum : 700cc Muntah :-

Obat : 80cc IWL : 10 x 39 = 390

AM : 5x39 = 195 cc
Total : 1975cc Total : 1890cc

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.


g. Sistem Pencernaan (B5)
Mulut simetris, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, gigi
caries, kebiasaan gosok gigi 1x/hari, tidak ada nyeri abdomen,tidak ada
kesulitan menelan tidak ada kemerahan, tidak ada pembesaran tonsil,
kebiasaan BAB 2hari/1x, konsistensi padat, warna kuning kecoklatan,
bau khas, tempat yang digunakan wc, peristaltik 11x/menit, tidak ada
masalah eliminasi alvi.
Lain-lain : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keprawatan
31

h. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)


Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) bebas, kekuatan
otot 5/5/5/5, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, akral teraba dingin,
lembab, turgor kulit elastis, CRT ≤ 3 detik, tidak ada oedema, kulit
bersih, kemampuan melakukan ADL mandiri, warna kulit sawo matang.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
i. Sistem Penginderaan (B7)
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikteric, palpebra tidak oedem,
tidak ada strabismus, ketajaman penglihatan normal, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung normal, mukosa hidung
lembab, tidak ada sekret, ketajaman penciuman normal, tidak ada
kelainan pada hidung. Bentuk telinga simetris, tidak ada keluhan,
ketajaman pendengaran normal, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran. Mampu merasakan manis, pahit, asam, dan asin, peraba
normal.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
j. Sistem Endokrin dan Kelenjar Limfe (B8)
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran
limfe, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada luka gangren.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. Data Psikososial
a. Gambaran diri/citra diri:
Pasien cukup bangga dengan tubuhnya dan cukup bersyukur karena
telah diberi tubuh yang normal . Pasien mengatakan menyukai semua
bagian tubunya, pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak
disukai, pasien mengatakan selalu sabar dan ikhlas jika kehilangan
salah satu bagian tubuhnya.
b. Identitas :
Pasien berstatus sebagai istri dan ibu di dalam keluarga, pasien
mengatakan sangat puas menjadi seorang ibu dan istri, pasien
mengatakan puas sebagai perempuan
c. Peran
Pasien mengatakan sudah cukup puas dengan peran dalam keluarga
dan pasien mengatakan sanggup melaksanakan peranya dalam keluarga.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh, posisi pasien dalam
pekerjaan sebagai pengasuh anak/ baby sister, status pasien dalam
keluarga sebagai ibu dan istri, tugas pasien dalam pekerjaan merawat
bayi. Pasien berharap agar keluarga pasien serta masyarakat mau
menerima kondisinya saat ini dan pasien juga berharap agar majikanya
32

mau menerima keadaanya.Pasien juga berharap agar penyakitnya cepat


sembuh dan tenaga kesehatan mau merawatnya dengan sabar sampai
sembuh.
e. Harga Diri
Pasien merasa sudah dihargai dalam lingkungan dan keluarganya.
f. Data Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga baik-baik saja, pasien
berhubungan baik dengan pasien yang lainnya, keluarganya sangat
mendukung kesembuhan pasien dan pasien cukup kooperatif ketika
diajak berinteraksi.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
7. Data Spiritual
Pasien mengatakan akan mempercayakan semuanya pada Allah
SWT.Pasien mengatakan sumber kekuatan dan harapan saat sakit adalah
dengan pasrah dan menyerahkan semuanya pada tuhan , pasien mengatakan
ritual agama yang bermakna dengan sholat dan berdoa, masien mengatakan
biasanya ke mushollah saat sholat pasien mengatakan yakin bahwa dirinya
bisa sembuh dan pasien juga mengatakan bahwa penyakitnya adalah ujian
dari allah SWT
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan Laboratorium Pada Ny.S dengan Diagnosa
Medis TB Paru Di Puskesmas Karanganyar
Tgl/jam : 09 Januari 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Rujukan
Hematologi darah lengkap
WBC 5.51 [4.50-11.50] 10^3/uL
RBC 4.1 [4.2-6.1] 10^3/uL
HGB 12.9 [14.0-17.5] g/dL
HCT 40.6 [37.0-52.0] %
PLT 441 [152-396] 10^3/uL
MCV 99.3 [79.0-99.0] Fl
MCH 31.6 [27.0-31.0] Pg
MCHC 31.8 [33.0-37.0] g/dL
RDW-CV 13.5 [11.5-14.5] %
KIMIA KLINIK
Gula darah Sewaktu 134 [45-140] mg/dL
33

Tgl/Jam : 09 Januari 2020/ 11.10.45


Pemeriksaan Hasil Nila Rujukan Satuan
Kimia Klinik
Gula darah 206 [<140] Mg/dL

Sewaktu
BUN 8.2 [8.0-18.0] mg/dL
Kreatinin 10.5 [0.5-1.9] mg/dL
Albumin 3.4 [3.97-4.94] g/dL
Elektrolit
Natrium 138 [137-145] mmol/l
Kalium 3.5 [3.5-5.1] mmol/l
Chlorida 101 [98-107] mmol/l

9. Pemeriksaan Foto thoraks (09 Januari 2020)


Cor : Bentuk dan ukuran normal
Pulmo : Infiltrat di kedua parahiler dan paracardial kanan
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam
Tulang tulang baik :
Kesan : Susp TB Paru
10. Terapi (09 januari 2020)
a. Infus : Widabes (Asering)/14tpm (1000cc/24 jam): untuk menggantikan
cairan tubuh yang hilang, mengoreksi ketidak seimbangan elektrolit,
menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.
b. Inj Aminophilin 24mg 2x1 : untuk mengatasi sesak nafas.
c. Injeksi :omeprazole 2x1 vial IV : untuk mengatasi masalah perut dan
kerongkongan yang disebabkan oleh asam lambung.
d. Ondansentron 3x4mg IV : Untuk mencegah serta dan mengobati mual
dan muntah.
e. Antrain 3x1gr IV : Untuk menangani demam dan obat anti nyeri
f. Vit K 3x1 IV : untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh tubuh
dalam proses pembekuan darah
g. Nebul Combivent 1x1 hari : untuk mengatasi penyakit slauran
pernafasan.
h. Peroral Codein 3x10mg : untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang
dang mengatasi batuk
i. Oksigen : Nasal Kanul 4Lpm: untuk meningkatkan jumlah oksigen
yang diterima.
B. Diagnosa Keperawatan
Tanggal : 09-01-2020 Umur : 48 Tahun
Nama Pasien : Ny.S No.RM : xxx
Tabel 3.4 Analisa Data Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis TB Paru Di Puskesmas Karanganyar
No Data Etiologi Problem
.
1. Ds: Pasien mengeluh Batuk disertai darah dan sesak nafas Invasi mycobacterium Tuberculosis Ketidakefektifan Bersihan Jalan
DO : Infeksi Primer Reaksi infeksi merusak parenkim Nafas
- K/U Lemah Paru Membentuk tuberkel Pembentukan sputum
- G-C-S 4-5-6 berlebihan Batuk produktif Ketidakefektifan
- Suara nafas ronkhi pada dada kanan lobus superior dan bersihan jalan nafas
inferior.
- Penggunaan alat bantu nafas Nasal kanul 4 Lpm
- Retraksi otot bantu nafas (+) di otot intercostae
- Batuk (+)
- Sekret kental berwana putih disertai darah dan sering
keluar setiap batuk
- Hasil foto thorax Infiltrat di kedua parahiler dan
paracardial kanan
- Hasil foto thorax menunjukan : susp TB Paru
- TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- N : 88x/Menit
- RR : 29x/Menit
- S: 36,1°C
2. DS : Pasien mengatakan tidak nafsu makan karena lidahnya Invasi Mycrobacterium Tuberculosis Ketidakseimbangan nutrisi
pait dan mual Pembentukan sputum berlebih Batuk berat Distensi kurang dari kebutuhan tubuh
DO : abdomen Penurunan nafsu makan, mual.

X
- Nafsu makan menurun Intake nutrisi berkurang Penurunan BB
- Pasien tampak mual Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
- Porsi makan 2x/¼ Porsi tubuh
- HB 12.9mg/dL (14.0-17.5)
- Albumin 3,4 (N4,94)
- Tampak Lemas
- Konjungtiva anemis
- Penurunan B (Sebelum sakit 42kg , saat sakit 39kg ,
mengalami penurunan dalam 2 minggu )
- BMI 39kg : (1.47)² = 18 (< normal)
3 DS: pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya dan Mycobacterium tuberculosis Pembentukan sputum Resiko Penyebaran Infeksi
cara penularanya. Pasien mengatakan saat sakit masih Adanya reflek Batuk Droplet Infection Droplet di
bekerja dan sering kontak dengan orang lain. pasien juga inhalasi oleh oang sehat Resiko penularan Resiko
mengatakan saat batuk didepan orang tidak menutup mulut Penyebaran infeksi
dan membuang dahak pada plastik atau kresek yang ditali
kemudian ditaruh di bawah bed tempat tidur.
DO :
- Pasien sering batuk di depan orang lain tanpa
menutup mulut Dahak dibuang pada kresek dan
ditaruh di bawah kasur

1. Daftar masalah keperawatan


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d Pembentukan sputum berlebih
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual
c. Resiko penyebaran infeksi b.d ketidakcukupan pengetahuan untuk mencegah paparan pathogen
d. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
e. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d Pembentukan sputum berlebih

X
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual
g. Resiko penyebaran infeksi b.d ketidakcukupan pengetahuan untuk mencegah paparan patogen

C. Intervensi Keperawatan
Tanggal : 09-01-2020 Umur : 48 Tahun
Nama Pasien : Ny.S No.RM : xxx
Tabel 3.5 Rencana Tindakan Keperawatan Pada Ny.S dengan Diagnosa Medis TB Paru Di Puskesmas Karanganyar
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
.
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. BHSP (jelaskan penyebab batuk dan sesak 1. Menjalin hubungan saling
3x24 jam diharapkan jalan apas dapat kembali efektif. nafas) percaya antara perawat
Kriteria hasil : 2. Observasi warna, kekentalan dan jumlah sputum dengan pasien, dapat
1. Klien dapat menjelaskan kembali tentang batuk efektif. 3. Observasi TTV memudahkan perawat dalam
2. Tidak ada suara napas tambahan. 4. Observasi adanya suara nafas tambahan dan melakukan wawancara
3. Tidak ada ronkhi (-). retraksi otot bantu nafas dengan pasien
4. 4.Pernapasan kembali normal (16-20x/menit). 5. Atur posisi semi Fowler 2. Karakteristik sputum dapat
5. Tidak ad penggunaan retraksi otot bantu napas 6. Ajarkan pasien cara batuk efektif menunjukkan berat
6. Tanda-tanda vital dalam batas normal 7. Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural ringannya obstruksi
7. Pasien mampu mendemonstrasikan batuk efektif drainase, perkusi, dan fibrasi dada 3. Untuk mengetahui
8. Keluarga pasien mampu mendemonstrasikan cara 8. Kolaborasi dalam pemberian O2 perkembangan pasien
fisioterapi dada 9. Kolaborasipemberian nebulizer dan obat 4. Mengetahui adanya
keabnormalan pada

X
pernafasan untuk
mengoptimalkan tindakan
5. Dapat meningkatkan
ekspansi dada
6. Batuk yang terkontrol dan
Efektif dapat memudahkan
pengeluaran dari sekret yang
Melekat dijalan napas
7. Postural drainase dengan
perkusi dan fibrasi
menggunakan bantuan gaya
gravitasi untuk membantu
menaikkan sekresi sehingga
dapat dikeluarkan atau
dihisap dengan mudah
8. Mengoptimalkan jalan nafas
9. Mengoptimalkan pengobatan
yang diberikan
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya 1. Meningkatkan pengetahuan
diharapkan intake nutrisi dapat terpenuhi. pemenuhan nutrisi bagi tubuhnya pasien.
Kriteria hasil : 2. Kaji penyebab penurunan nafsu makan pasien 2. Membantu dalam
1. Nafsu makan Klien meningkat 3. Anjurkan pasien untuk memakan dalam porsi menentukan rencana
2. Klien mampu memakan makanan dalam porsi sedikit sedikit tapi sering. tindakan selanjutnya

X
tapi sering 4. Anjurkan makan selagi hangat. 3. Memaksimalkan intake
3. Tidak ada penurunan BB selama sakit 5. Pantau intake dan output, timbang berat badan nutrisi tanpa kelelahan dan
4. Albumin dalam batas normal secara periodic . energy besar serta
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan menurunkan iritasi saluran
jenis diet yang tepat dan pemberian vitamin cerna
4. Makanan hangat dapat
meningkatkan nafsu makan
5. Berguna dalam mengukur
kefektifan intake gizi dan
dukungan cairan.
6. Merencanakan diet dengan
kandungan gizi yang cukup
untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan
energy dan kalori
sehubungan dengan status
hipermatabolik pasien
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam 1. Jelaskan pada pasien tentang penyakit dan cara 1. Meningkatkan pemahaman
iharapkan tidak terjadi penyebaran infeksi. penularan penyakit melalui droplet udara selama pasien mengenai penyakit.
Kriteria Hasil : batuk, bersin meludah. 2. Untuk mencegah terjadinya
1. Pasien Menyatakan pemahamany: 2. Ajarkan pasien cara etika batuk yang benar penularan infeksi
a. Tentang proses penyakit 3. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan 3. Untuk mencegah erjadinya
b. Pasien dapat memperlihat kan perilaku Sehat mengeluarkan dahak pada tisu dan penularan infeksi

X
c. Tidak muncul tanda-tanda infeksi lanjutan membuangnya pada tempat yang tertutup 4. Kebiasaan ini utuk mencegah
d. Tidak ada anggota keluarga yang tertular TB 4. Anjurkan pasien untuk menghindari meludah reiko penularan infeksi
sembarangan 5. Kebiasaan ini utuk mencegah
5. Ajarkan pasien cara cuci tangan yang benar reiko penularan infeksi
6. Pertahankan teknik isolasi 6. Menurangi resiko penularan
7. Identifikasi orang lain yang beresiko tertular pada orang lain
7. Orang yang terpajang perlu
pengawasan lanjutan agar
tidak terjadi infeksi

X
40

D. Implementasi Keperawatan
Tanggal : 09-01-2020 Umur : 48 Tahun
Nama Pasien : Ny.S No.RM : xxx
Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan Pada Ny.S dengan Diagnosa Medis TB
Paru Di Puskesmas Karanganyar
Nama dan
No Tanggal Jam Implementasi Tanda
Tangan
1 09/01/20 16.15 1. Membina hubingan saling
20 percaya antara perawat
dengan pasien
(menjelaskan penyebab
batuk sesak nafas)
Respon pasien : pasien
memperhatikan
penjelasan petugas
tentang penyebab sesak
nafas
16.20 2. Mengobservasi warna,
kekentalan dan jumlah
sputum
- Sputum berwarna putih,
kental disertai darah dan
sering keluar saat batuk
16.30 3. Mengobservasi TTV
- TTD 120/80 mmHg
- Nadi 88x/Menit
- Suhu 36.1 C
- RR 29x/menit
16.40 4. Mengobservasi adanya
suara nafas tambahan
dan retraksi otot bantu
nafas
- Terdapat suara nafas
tambahan (ronkhi pada
bagian tengah dan
terdapat retraksi otot
bantu nafas intercostae)
16.45 5. Mengatur posisi semi
flower
Pasien mengatakan
lebih nyaman posisi
setengah duduk
daripada berbaring
16.50 6. Melakukan dan
mengerjakan cara
fisioterapi dada dengan
teknik postural drainase,
perkusi, dan fibrasi
dada
- Pasien dan keluarga
pasien paham cara
melakukan fisioterapi
dada
17.00 7. Mengajarkan pasien
cara batuk efektif
- Pasien paham cara
melakukannya batuk
41

efektif
17.10 8. Kolaborasi pemberian
obat
- Memberikan nasal
kanul 4Lpm
- Memberikan obat P.o
Codein 10mg
- Menginjeksi Antrain
1gr
- Menginjeksi
Ondancentron 4mg
- Menginjeksi Omeprazol
1 vial
- Nebulizer Combivet
2 09/01/20 18.15 1. Menjelaskan pada
20 pasien tentang
pentingnya pemenuhan
nutrisi bagi tubuhnya
- Pasien mulai paham
tentang pentingnya
kebutuhan nutrisi bagi
tubuhnya
18.25 2. Mengkaji penyebab
penurunan nafsu
makan pasien
- Pasien mengatakan
lidahnya pahit saat
dibuat makan
18.30 3. Anjurkan pasien untuk
memakan dalam porsi
sedikit tapi sering
- Pasien melakukannya
18.35 4. Anjurkan pasien makan
selagi hangat
- Pasien mau
melakukannya
18.40 5. Pantau Intake dan
Output, timbang berat
badan secara periodik
- Intake makan 2x1/4
porsi
- Output BAB 2hr/1x
17.15 6. Menganti cairan infus
widabes dan
menginjeksi vit K
3 09/01/20 18.45 1. Menjelaskan pada
20 pasien tentang penyakit
dan cara penularan
penyakit melalui
droplet udara selama
batuk, bersin meludah
- Pasien mulai paham
tentang penyakitnya
18.55 2. Mengajarkan pasien
cara batuk yang benar
- Pasien mau
melakukannya
19.00 3. Menganjurkan pasien
untuk batuk/bersin dan
mengeluarkan dahak
42

pada tisu dan


membuangnya pada
tempat yang tertutup
- Pasien mau
melakukannya
19.05 4. Menganjurkan pasien
untuk menghindari
meludah sembanrangan
- Pasien mau
melakukannya
19.15 5. Ajarkan pasien cara
cuci tangan yang benar
- Pasien bisa
mendemonstrasikan
cara mencuci tangan
dengan benar
19.25 6. Pertahankan teknik
isolasi
7. Identifikasi orang lain
yang beresiko tertular
1 10/01/20 15.30 1. Mengobservasi adanya
20 suara nafas tambahan
dan retraksi otot bantu
nafas
- Terdapat suara nafas
tambahan (eonkhih
pada bagian tengah dan
terdapat retraksi oto
bantu nafas intercostae)
15.40 2. Mengobservasi TTV
- TD 110/60 mmHg
- Nadi 82x/Menit
- Suhu 36.2 C
- PP 24x.menit
15.45 3. Mengobservasi warna,
kekentalan dan jumlah
sputum
- Sputum berwarna
putih, kental sudah
tidak keluar darah
15.50 4. Memberikan terapi O2
Nasal kanul 4Lpm
15.55 5. Mengajarkan keluarga
apsien fisioterapi dada
dengan teknik postural
drainase, perkusi, dan
fibrasi dada
- Keluarga pasien paham
cara melakukan
fisioterapi dada
6. Menganjurkan pasien
batuk efektif
- Pasien mau
melakukannya dengan
baik
16.05 7. Kolaborasi pemebrian
obat
- -Memberikan obat P.o
Codein 10mg
- Mengnjeksi antrain 1gr
43

- Menginjeksi
Ondancentron 4mg
- Menginjeksi
Omeprazole 1 vial
- Nebulizer Combivet
2 10/01/20 16.15 1. Menganjurkan pasien
20 makan dalam porsi
sedikit tapi sering
- Pasien mau
melakukannya
16.20 2. Anjurkan pasien makan
selagi hangat
- Pasien mau
melakukannya
16.25 3. Mengobservasi Intake
dan Output
- Indek Intake makan
2x1/4 porsi
- Output BAB (-)
4. Mengganti cairan infus
Widabes 14Tpm
3 10/01/20 16.30 1. Mengajarkan pasien
20 cara batuk yang bennar
- Respon : pasien mau
melakukannya
16.40 2. Menganjurkan pasien
untuk batuk/bersin dan
mengeluarkan dahak
pada tisu dan
membuangnya pada
tempat yang tertutup
- Respon : pasien mau
melakukannya
16.45 3. Ajarkan pasien cara
cuci tangan yang benar
- Respon : pasien bisa
mendemonstrasikan
cara mencucui tangan
dengan benar
16.50 4. Pertahankan teknik
isolasi
16.55 5. Identifikasi orang lain
yang beresiko tertular
1 11/01/20 21.30 1. Mengobservasi adanta
20 suara nafas tambahan
dan retrasi otot nafas
- Terdapat suara nafas
tambahan (ronkhi pada
bagian tengan, sudah
tidak terdapat retraksi
otot bantu nafas)
21.40 2. Mengobservasi TTV
- TD 110/70mmHg
- Nadi 86x/Menit
- Suhu 36.4 C
- RR 21x/menit
21.45 3. Mengobservasi warna,
kekentalan dan jumlah
sputum
- Sputum berwarna
44

putih, kental dan tidak


keluar darah, keluarnya
jarang
21.50 4. Mengajarkan keluarga
pasien fisioterapi dada
dengan teknik postural
drainase, perkusi, dan
fibrasi dada
- Keluarga pasien paham
cara melakukan
fisioterapi dada
22.00 5. Menganjurkan pasien
batuk efektif
- Pasien mau
melakukannya
22.30 6. Kolaborasi pemberian
obat
- Memberikan obat P.o
Codein 10mg
- Menginjeksi antrain
1gr
- Menginjeksi
Ondancentron 4mg-
menginjeksi
omeprazole 1 vial
2 11/01/20 22.05 1. Menganjurkan pasien
20 makan dalam porsi
sedikit tapi sering
- Pasien mau
melakukannya
22.10 2. Anjurkan pasien makan
selagi hangat
- Pasien mau
melakukannya
22.15 3. Mengobservasi Intake
dan Output
- Intake 3x1/2porsi
- Output BAB (-)
22.30 4. Mengganti cairan infus
Widabes 14Tpm

E. Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.7 Catatan Perkembangan Pada Ny.S dengan Diagnosa Medis TB Paru di
Puskesmams Karanganyar
Tanggal Diagnosa Catatan Paraf
Keperawatan Perkembangan
10/01/2020 Ketidakseimbangan S : Pasien mengatakan
nutrisi kurang dari sesaknya sedikit
kebutuhan berkurang
O:
- K/U Lemah
- G-C-S 4-5-6
- Suara nafas Ronkhi
(+)
- Retraksi otot bantu
nafas (+)
- Terpasang O2 nasal
kanul 4Lpm
- Batuk (+)
45

- Sekret berwarna
putih kental
bercampur darah
TTV :
- TD 110/60 mmHg
- Nadi 82x/Menit
- Suhu 36.2 C
- RR 24x/Menit
A : masalah teratasi
sebagian
P : intrevensi no
2,4,6,7,9
10/0/12020 Ketidakseimbangan S : pasien mengatakan
nutrisi kurang dari sudah mau makan
kebutuhan tubuh sedikit-sedikit
O:
- K/U lemah
- Mual berkurang
- Nafsu makan 3x1/4
porsi
- Pasien tampak lemas
- BB 39kg
- Konjungtiva anemis
- Albumin (3.4g/dL)
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjut
no. 4,5
10/01/2020 Resiko penyebaran S : pasien mengatakan
infeksi terkadang masih lupa
menutup mulut saat
batuk atau bersin karena
kebiasaan
O:
- Pasien masih jarang
menutup mulut saat
batuk
- Pasien masih kurang
mampu cuci tangan
dengan tepat
- Saat batuk dahak
sudah dibbuang pada
tisu dan mau
membuanganya pada
tempat yang tertutup
- Tidak ada keluarga
atau anggota lain
yang mempunyai
gejala yang sama
dengan pasien
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan no 2,3,5,6,7
11/01/2020 Ketidakefektian S : pasien mengatakan
bersihan jalan nafas sesaknya sedikit
berkurang
O:
- K/U cukup
- G-C-S 4-5-6
46

- Suara nafas ronkhi


(+)
- Retraksi otot bantu
nafas (-)
- Sudah tidak
terpasang o2 nasal
kanul 4Lpm
- Nafa spontan
- Batuk
TTV
- TD 110/70 mmHg
- Nadi 86x/Menit
- Suhu 46.4 C
- RR 21x/Menit
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
11/01/2020 Ketidakseimbangan S : pasien mengatakan
nutrisi kurang dari nafsu makan membaik
kebutuhan tubuh O:
- K/U cukup
- Mual sudah tidak ada
- Nafsu makan 3x1/2
porsi
- BAB (-)
- BB 39kg
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
11/01/2020 Resiko penyebaran S : pasien mengatakan
infeksi sudah menutup mulut
saat batuk tau bersin
O:
- Pasien sudah
membuang dahak
pada tempat yang
tertutup
- Pasien sudah bisa
melakukan etika
batuk dengan baik
- Pasien mampu cuci
tangan dengan tepat
- Tidak ada eluarga
atau anggota lain
yang mempunyai
gejala yang sama
dengan pasien
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
47

Tabel 3.8 Evaluasi Keperawatan Pada Ny.S dnegan Diagnosa Medis TB Paru di
Puskesmas Karanganyar
Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
keperawatan
12/02/2020 Ketidakefektifan S : pasien mengatakan
bersihan jalan nafas sedah tidak seak
O:
- K/U cukup
- G-C-S 4-5-6
- Suara nafas ronkhi
(+)
- Batuk (+)
- Nafas spontan
- Dahak berwarna
putih jarang keluar
- Tidak adaretraksi otot
bantu nafas
TTV
- TD 120/70 mmHg
- Nadi 80x/Menit
- Suhu 36.6 C
- RR 20x/Menit
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dihentikan
pasien pulang
12/02/2020 Ketidakseimbangan S : psien mengatakan
nutrisi kurang dari nafsu makannya
kebutuhan tubuh meingkat
O:
- Nafsu makan pasien
meningkat 3x1 porsi
habis
- K/U cukup
- Mual (-)
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
12/02/2020 Resiko penyebaran S : pasien mengatakan
infeksi udah menutup mulut saat
atau bersin
O:
- Pasien sudah
membuang dahak
pada tempatnya yang
tertutup
- Pasien sudah bisa
melakukan etika
batuk dengan baik
- Pasien mampu cuci
tangan dengan tepat
- Tidak ada keluarga
atau anggota lain
yang mempunyai
gejala sama dengan
pasien
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
pasien pulang
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab IV akan dilakukan pembahasan mengenai asuhan keperawatan pada


pasien Ny.S dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru di Puskesmas karanganyar
yang dilaksanakan mulai tanggal 09 Januari 2020 sampai 12 Januari 2020. Melalui
pendekatan kasus untuk mendapatkan kesenjangan antara teori dan praktek
dilapangan. Pembahasan terhadap proses asuhan keperawatan ini dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
1. Identitas
Pada tinjauan pustaka menurut Sylvia, (2010), TB paru banyak terjadi
pada laki-laki, usia 15-50 tahun, karena perubahan aktifitas yang terlalu
berat, pola hidup dan lingkungan Pada tinjauan kasus didapatkan bahwa,
pasien adalah seorang perempuan bernama Ny.S usia 48 tahun. Pada
pengkajian identitas terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus dikarenakan pada tinjauan pustaka penyakt TB Paru lebih
banyak terjadi pada laki-laki usia 15-50 tahun., tetapi tidak memungkinkan
perempuan juga dapat terserang TB Paru karena mobilitas yang tinggi dan
juga tertular oleh penderita lainya.
2. Keluhan Utama
Pada tinjauan pustaka menurut Muttaqin (2008), pada pasien dengan
diagnosa TB Paru biasanya mengalami keluhan sesak nafas, dan batuk
berdahak lebih dari 3 minggu. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan
data Ny.S mengeluh sesak nafas dan batuk berdahak disertai darah. Pada
tinjauan kasus tidak didapatkan banyak kesenjangan karena pada penderita
TB Paru Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah tergantung
dari besar kecilnya pembulu darah yang pecah.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang

48
49

Pada tinjauan pustaka menurut Muttaqin (2008), didapatkan keadaan


pasien yang menderita TB adalah sesak nafas, batuk lebih dari 1
minggu disertai dengan peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu
makan, dan kelemahan tubuh. Sedangkan dari hasil tinjauan kasus Ny.S
mengeluh sesak nafas dan batuk disertai darah, lemas ,keringat dingin,
penurunan nafsu makan dan mual. Pada pengkajian ini tidak banyak
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, pada
tinjauankasus Ny.S tidak mengalami penigkatan suhu tubuh karena
biasaya peningkatan suhu tubuh terjadi pada awal masa inkubasi.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada pengkajian ini terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka
dan tinjauan kasus. Pada tinjauan pustaka menurut Muttaqin (2008)
penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang sehubungan dengan
tuberculosis paru antara lain seperti ispa, efusi pleura, serta tuberculosis
paru yang kembali aktif. Sedangkan Ny.S mengatakan tidak pernah
mengalami ISPA, Efusi pleura maupun Tb paru sebelumnya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada tinjauan pustaka menurut Muttaqin (2008) dijelaskan bahwa
TB Paru tidak diturunkan tetapi perlu ditanyakan sebagai faktor
predisposisi apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainya. Sedangkan pada tinjauan kasus Ny.S mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit menular ataupun menahun
seperti yang diderita Ny.S, Hanya saja suami Ny.S merupakan perokok
aktif . pada riwayat kesehatan keluarga terdapat kesenjngan antara
tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus karena faktor resiko terjadinya
TB Paru beragam.
d. Lingkunga Rumah dan Komunitas.
Pada tinjauan pustaka menurut muttaqin (2008) Banyak didapatkan
lingkungan tempat tinggal pada pasien TB Paru sangat minim akan
pencahayaan matahari dan kurangnya ventilasi di dalam rumah.
Sedangkan pada tinjauan kasus lingkungan tempat tinggal Ny.S berada
di pemukiman rumah yang sempit dan berdempetan sehingga ventilasi
udara di rumahnya sedikit. Kondisi ini membuat virus dan bakteri
penyebab penyakit mudah berkembangbiak
e. Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan
Menurut muttaqin (2008) perilaku yang mempengaruhi kesehatan
biasanya merokok, minum minuman beralkohol. Sedangkan pada
tinjauan kasus, keseharian Ny.S merupakan pengasuh anak/ baby sister.
Hanya saja suami Ny.S merupakan perokok aktif sehinga terpapar asap
rokok tersebut.
50

f. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem pernafasan (B1)
Pada tinjauan pustaka menurut muttaqin (2008) didapatkan
peningkatan usaha dan frekuensi nafas dengan menggunakan otot
bantu nafas, adanya batuk yang produktif dengan sputu purulen
berwarna kuning kehijauan sampai hitam, di dapatkan bentuk dada
barel chest. Gerakan pernafasan masih simetris. Vocal vremitus
pada umumnya normal, Adanya bunyi resonan pada seluruh lapang
paru, jika terdapat suara redup maka ada secret di lapang paru yang
berarti memang terinfeksi TB Paru. Biasanya didapatkan suara
nafas tambahan seperti ronkhi atau wheezing.
Sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan bentuk dada
simetris, susunan ruas tulang belakang lengkap, irama nafas
takipnea, RR 29x/Menit, terdapat retraksi otot bantu nafas (otot
intercostae), alat bantu napas Nasal Kanul 4Lpm, ada nyeri dada
saat bernafas terdapat batuk dan sekret berwarna putih kental
bercampur dengan darah. Pada palpasi ditemukan vocal fremitus
sebelah kanan dan kiri sama tetapi sedikit redup. Pada perkusi
ditemukan suara perkusi thorax sedikit redup pada bagian tengah.
Pada auskultasi ditemukan suara nafas tambahan ronchi pada sisi
dada sebelah kanan (lobus superior dan lobus inferior).
Pada sistem pernafasan tidak banyak kesenjangan antara
tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan pustaka
biasanya ditemukan bentuk dada barel chest sedangkan pada
tinjauan kasus didapatkan bentuk dada simetris.
2) Sistem Kardiovaskuler (B2)
Pada tijauan pustaka menurut Muttaqin (2008). Didapatkan
Adanya keluhan kelemahan fisik, Denyut nadi perifer lemah,
CRT<3 derik, akral hangat, takikardi (jika terjadi syok), batas
jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi pleura
masih mendorong ke sisi yang sehat, Tekanan darah biasanya
normal, buni jantung tambahan biasanya tidak didapatkan.
Pada tinjauan kasus Tidak terdapat nyeri dada, irama jantung
teratur, ictus cordis teraba kuat posisi ICS V midclavikula sinistra
ukuran 1 cm,akral dingin, CRT <3Detik bunyi jantung S1 dan S2
tunggal, tidak terdapat bunyi jantung tambahan, tidak ada sianosis,
tidak ada clubbing finger, tidak ada pembesaran vena jugularis,
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 88x/ Menit.
Pada Sistem kardiovaskuler terjadi kesenjangan antara tinjauan
pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan pustaka biasanya
51

ditemukan akral hangat, denyut nadi perifer lemah, takikardia,


terjadi pergeseran batas jantung. Sedangkan pada tinjauan kasus
ditemukan bahwa akral dingin denyut nadi perifer kuat, tidak
ditemukan takikardi, dan pergeseran batas jantung karena pasien
tidak mengalami komplikai eusi pleura.
52

3) Sistem Persyarafan (B3)


Pada tijauan pustaka menurut muttaqin (2008) biasanya
ditemukan Kesadaran composmentis, ditemukan adanya sianosis
perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Didapatkan adanya
konjungtiva anemia pada TB paru dengan gangguan fungsi hati.
Pada tinjauan kasus didapatkan Kesadaran composmentis, orientasi
baik mampu mengenal orang, tempat dan waktu, pasien kooperatif,
GCS 4-5-6, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada
brudzinsky, tidak ada nyeri kepala, tidak ada pusing, istirahat siang
± 30 menit/hari, malam ± 6-8 jam/hari, tidak ada kelainan nervus
cranialis, pupil isokor, refleks cahaya +/+ (normal).
Pada sistem persyarafan tidak ada kesenjangan antara tinjauan
pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan
klien tidak mengalami sianosis perifer karena pasien tidak
mengalami gangguan perfusi jaringan berat
4) Sistem Perkemihan (B4)
Pada tinjauan pustaka menurut muttaqin (2008), didapatkan
adanya oliguria menandakan syok hipovolemik, urine berwarna
jingga pekat dan berbau menandakan fungsi ginjal masih normal
sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama Rifampisin,
kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung kemih karena distensi
sebagai bentuk komplikasi.
Pada tinjauan kasus didapatkan bentuk alat kelamin normal,
alat kelamin bersih, frekuensi berkemih ± 4 x/hari teratur, jumlah
1500cc /24 jam, bau khas, warna kuning jernih, tempat yang
digunakan kamar mandi, klien tidak menggunakan alat bantu
berkemih.
Pada sistem perkemihan ada kesenjangan antara tinjauan
pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan
klien tidak mengalami oliguri dikarenakan output cairan adekuat
1500cc/hari, klien tidak mengalami nyeri tekan pada kandung
kemih karena tidak terjadi distensi kandung kemih dan warna urin
klien kuning jernih karena klien mengkonsumsi obat rifampissin.
5) Sistem Pencernaan (B5)
Pada tinjauan pustaka menurut muttaqin (2008), Didapatkan
klien biasanya mengalami mual muntah, penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan Keadaan mulut kotor, mukosa
lembab.Adanya nyeri tekan abdomen sebagai komplikasi adanya
distensi abdomen akibat batuk berulang, tersengar bising usus
menurun (normal 5-12x/menit).
53

Pada tinjauan kasus ditemukan mulut simetris, mukosa bibir


lembab, bentuk bibir normal, gigi caries, kebiasaan gosok gigi 1
x/hari, tidak ada nyeri abdomen, kebiasaan BAB 2hari/1x,
konsistensi padat, warna kuning kecoklatan, bau khas, tempat yang
digunakan wc, peristaltik 11x/menit, tidak ada masalah eliminasi
alvi, nafsu makan sebelum sakit baik (3x/hari), saat sakit kurang
(2x1/4 Porsi). Jenis minuman sebelum sakit air putih sebanyak
1000cc/hari dan saat sakit air putih sebanyak 700cc/hari, berat
badan sebelum sakit 42kg, saat sakit 39kg.
Pada sistem pencernaan ada kesenjangan antara tinjauan
pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan
bising usus klien normal dikarenakan intake cairan dan nutrisi
masih adekuat tidak mengalami penurunan nafsu makan yang
drastis.
6) Sistem Muskuloskeletal dan integrumen (B6)
Menurut Zuklarnain (2014) Aktivitas sehari-hari berkurang
banyak, gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan,
insomnia, pola hidup menetap, jadwal olahraga menjadi tak
teratur .Adakah nyeri tekan pada sendi atau tulang akibat dari
komplikasi, infeksi TB pada tulang.
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan kemampuan
pergerakan sendi dan tungkai (ROM) bebas, kekuatan otot 5/5/5/5,
tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, akral teraba dingin, lembab,
turgor kulit elastis, CRT 3 detik, tidak ada oedema, kulit bersih,
kemampuan melakukan ADL mandiri, warna kulit sawo matang.
Pada sistem muskuloskeletal dan integument terjadi
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena Pada
tinjauan kasus ditemukan klien tidak mengalami kelemahan otot
dikarenakan intake cairan dan nutrisi masih mencukupi untuk
mensupply tenaga dan tidak terdapat nyeri tekan pada sendi atau
tulang karena tidak terjadi komplikasi infeksi TB pada tulang.
7) Sistem pengindraan (B7)
Pada tinjauan pustaka menurut muttaqin (2008) biasanya
ditemukan pupil isokor, reflek cahaya baik, konjungtiva anemis,
pergerakan bola mata normal, mukosa hidung lembab, kaji adanya
secret pada hidung.
Pada tinjauan kasus didapatkan Konjungtiva anemis, sklera
tidak ikteric, palpebra tidak oedem, tidak ada strabismus,
ketajaman penglihatan normal, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan. Hidung normal, mukosa hidung lembab, tidak ada
54

sekret, ketajaman penciuman normal, tidak ada kelainan pada


hidung. Bentuk telinga simetris, tidak ada keluhan, ketajaman
pendengaran normal, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Mampu merasakan manis, pahit, asam, dan asin, peraba normal.
Pada sistem pengindraan tidak ada kesenjangan antara tinjauan
pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditemukan
tidak adanya gangguan pada penglihatan, penciuman, pendengaran,
perasa dan peraba.
8) Sistem Endokrin (B8)
Pada tinjauan pustaka menurut Fachrudin (2010), pada
penderita TB par tidak ditemukan pembesaran kelenjar tyroid.
Sedangkan pada tinjauan kasus tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada pembesaran kelenjar
parotis, tidak ada luka gangren.
Pada sistem endokrin tidak terdapat kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, dikarenakan pada tinjauan
kasus pasien tidak mempunyai riwayat penyakit endokrin seperti
diabetes mellitus dan hipertyroid.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nuratif dan Kusuma (2015) bahwa diagnosa keperawatan yang
lazim timbul pada klien dengan tuberculosis paru (TB Paru) adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. sekresi yang berlebihan.
2. Gangguan pertukaran gas b.d. kongesti paru, gipertensi pulmonal.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan
nafsu makan.
4. Hipertermia b.d. reaksi inflamasi.
5. Resiko infeksi b.d. pemajanan penularan kontak (langsung, tidak langsung,
kontak dengan droplet).
Pada tinjauan kasus muncul tiga masalah keperawatan diantaranya yaitu,
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan sputum
berlebih, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, dan resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan untuk mencegah paparan patogen.
Pada diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka
dan tinjauan kasus karena pada tinjauan pustaka tidak muncul diagnosa
keperawatan resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan untuk mencegah paparan patogen dikarenakan pasien kurang
memahami tentang cara penularan penyakit dan pola kebiasaan pasien yang
menimbulkan resiko penyebaran infeksi. Sedangkan pada tinjauan kasus tidak
55

dimunculkan diagnosa keperawatan gangguan pertukaran gas berhubungan


dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal dikarenakan tidak terjadi sianosis dan
klien tidak gelisah, tidak muncul diagnosa keperawatan hipertermia
berhubungan dengan reaksi inflamasi karena biasanya reaksi inflamasi terjadi
pada masa inkubasi dan pada saat pengkajian suhu tubuh pasien normal.

C. Intervensi Keperawatan
Pada perumusan perencanaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus
biasanya terjadi kesenjangan yang cukup berarti karena perencanaan pada
tinjauan kasus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan produksi sekret berlebih terjadi kesenjangan antara tinjauan
pustaka dengan tinjuan kasus, yaitu pada tinjauan kasus tidak diterapkan rencana
tindakan mepertahankan cairan yang adekuat karena kebutuhan cairan pasien
sudahcukup baik.
Pada diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual tidak mengalami banyak
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, yaitu pada tinjauan
kasus ditambahkan rencana tindakan jelaskan tentang pentingnya pemenuhan
nutrisi bagi tubuhnya yang berguna agar klien mengerti tentang nutrisi yang
dibutuhkan. Dan pada tinjauan kasus tidak diterapkan rencana untuk melakukan
dan menganjurkan perawatan oral hygiene sebelum dan sesudah makan karena
kebersihan mulut sudah bersih hanya saja gigi pasien ada yang caries.
Pada diagnosa keperawatan resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan
ketidak cukupan pengetahuan untuk mencegah paparan pathogen tidak
mengalami kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Hal ini
dikarenakan pada tinjauan pustaka tidak dijabarkan rencana tindakan
keperawatan, tetapi pada tinjauan kasus telah direncanakan tindakan
keperawatan yaitu Jelaskan pada pasien tentang penyakit dan cara penularan
penyakit melalui droplet udara selama batuk, bersin meludah. Ajarkan pasien
cara etika batuk yang benar, Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan
mengeluarkan dahak pada tisu dan membuangnya pada tempat yang tertutup,
Anjurkan pasien untuk menghindari meludah sembarangan, Ajarkan pasien cara
cuci tangan yang benar, Pertahankan teknik isolasi, Identifikasi orang lain yang
beresiko tertular.

D. Implementasi Keperawatan
Pada pelaksanaan keperawatan tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus. Pada tinjauan pustaka hanya dijelaskan pengertian
dari implementasi menurut (Smeltzer S, 2008), yaitu Implementasi merupakan
56

suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara
matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah semua
perencanaan dianggap siap.
Pada tinjauan kasus telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan oleh perawat. Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan napas berhubungan dengan pembentukan sputum berlebih dibutuhkan
pelaksanaan selama 3 hari dan tindakan yang dilakukan yaitu BHSP
(menjelaskan penyebab batuk dan sesak nafas), mengobservasi warna,
kekentalan dan jumlah sputum, mengobservasi TTV, mengobservasiadanya
suara nafas tambahan dan retraksi otot bantu nafas, mengatur posisi semi fowler,
Mengajarkan pasien cara batuk efektif (hirup udara dari hidung dan
mengeluarkan lewat mulut sebanyak 3 kali, kemudian batukkan), melakukan
fisioterapi dada dengan teknik postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada,
berkolaborasi dalam pemberian O2, berkolaborasi pemberian nebulizer dan obat.
Pada diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dibutuhkan pelaksanaan
keperawatan selama 3 hari dan tindakan yang dilakukan yaitu menjelaskan pada
pasien tentang pentingnya pemenuhan nutrisi bagi tubuhnya, Mengkaji penyebab
penurunan nafsu makan pasien. Menganjurkan pasien untuk memakan dalam
porsi sedikit tapi sering. Menganjurkan makan selagi hangat. Memantau intake
dan output, Menimbang berat badan secara periodic. Berkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menetapkan jenis diet yang tepat dan pemberian vitamin
Pada diagnosa keperawatan resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan untuk mencegah paparan pathogen dibutuhkan
pelaksanaan keperawatan selama 2 hari dan tindakan yang dilakukan yaitu
menjelaskan pada pasien tentang penyakit dan cara penularan penyakit melalui
droplet udara selama batuk, bersin meludah. Mengajarkan pasien cara etika
batuk yang benar, menganjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan
dahak pada tisu dan membuangnya pada tempat yang tertutup, menganjurkan
pasien untuk menghindari meludah sembarangan, mengajarkan pasien cara cuci
tangan yang benar, mempertahankan teknik isolasi, mengidentifikasi orang lain
yang beresiko tertular.

E. Evaluasi Keperawatan
Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena merupakan
kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilaksanakan karena
dapat diketahui keadaan pasien dan masalahnya secara langsung.
Pada akhir evaluasi diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan pembentukan sputum berlebih disimpulkan bahwa
masalah keperawatan teratasi karena sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
57

oleh perawat yaitu jalan napas kembali bersih, RR 20x/Menit, Nafas spontan,
tidak ada retraksi otot bantu nafas
Diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual disimpulkan bahwa masalah keperawatan
pasien teratasi karena sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh perawat
yaitu nutrisi pasien terpenuhi. Hal ini sesuai dengan teori menurut Nurarif &
Kusuma (2015), bahwa tujuan keperawatan dari ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat
yaitu nutrisi pasien terpenuhi.
Diagnosa keperawatan resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan untuk mencegah paparan pathogen disimpulkan
bahwa masalah keperawatan pasien teratasi karena sudah sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan oleh perawat yaitu nutrisi pasien terpenuhi. Hal ini sesuai
dengan teori menurut Nurarif & Kusuma (2015), bahwa tujuan keperawatan dari
resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan
untuk mencegah paparan pathogen yaitu Tidak terjadi penyebaran infeksi.
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan


secara langsung pada klien dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru Puskesmas
Karanganyar, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang
dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnosa medis Tuberkulosis Paru.

A. Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
Ny.S dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Fokus pengkajian pada Ny.S yaitu pada sistem pernafasan dengan data
sebagai berikut ditemukan irama napas tidak teratur dengan jenis takipnea,
terdapat retraksi otot bantu napas (otot intercostae), alat bantu napas Nasal
kanul 4Lpm, ada nyeri dada saat bernapas, terdapat batuk dan sekret
berwarna putih kental bercampur dengan darah. Pada palpasi ditemukan
vocal fremitus sebelah kanan dan kiri sama tetapi sedikit redup. Pada
perkusi ditemukan suara perkusi thorax sedikit redup pada bagian tengah.
Pada auskultasi ditemukan suara nafas tambahan ronchi pada sisi dada
sebelah kanan (lobus superior dan lobus inferior). Pada status cairan dan
nutrisi nafsu makan pasien menurun (2x ¼ porsi), karenya Ny.S mengatakan
lidahnya pahit saat dibuat makan dan batuk yang terus menerus sehingga
meyebabkan mual. Pada pengkajian Persepsi dan pengetahuan tentang
penyakit dan penatalaksanaannya saat dikaji Pasien dan keluarga pasien
tidak mengetahui penyebab TB paru dan cara penularan serta
penatalaksanaan penanganan penyakit TB paru.
2. Diagnosa keperawatan prioritas pada pasien meliputi: ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan denganPembentukan sputum berlebih,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, dan Resiko Penyebaran Infeksi berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan untuk mencegah paparan patogen.
3. Pada ketiga diagnosa prioritas yang muncul pada klien dilakukan melalui
dua jenis tindakan yaitu tindakan mandiri keperawatan dan tindakan
kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi.
4. Implementasi keperawatan dilaksanakan selama tiga hari dan semua
tindakan yang diimplementasikan kepada klien berdasarkan pada rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan oleh perawat.

58
59

5. Dari ketiga diagnosa prioritas yang terjadi pada Ny.S didapatkan dua
masalah teratasi dan satu masalah teratasi sebagian Kondisi Ny.S suduh
cukup baik dari sebelumnya sehingga Ny.S dianjurkan untuk KRS.

B. Saran
Penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan
yang baik dan keterlibatan kilen, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya selalu
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan yang cukup serta dapat bekerja
sama dengan tim kesehatan lainya dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Dalam meningkatkan mutu suatu asuhan keperawatan yang profesional
alangkah baiknya diadakan suatu seminar atau suatu pertemuan yang
membahas tentang masalah kesehatan yang ada pada pasien.
4. Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu
ditingkatkan baik secara formal dan informal.
5. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia
secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan
dengan baik.

59
DAFTAR PUSTAKA

Amin, (2011). Buku Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, ECG, 2011.


Arizhandy, kristian (2012). Asuhan keperawatan Tuberculosis paru
(TBC).http://arizandy.blogspot.in/2012/10/asuhan-keperawatan-tbc.html.
Diakses pada tanggal 06 agustus 2019 pada pukul 18.15 WIB.
Astuti (2010). Bab II Tinjauan pustaka. Eprints.um.ac.id Diakses pada tanggal 11
agustus 2019 pada pukul 13.00 WIB
Chandra B, (2012). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Danusantoso, Halim 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates.
Depkes (2006). Tuberkulosis. www.academia.edu Diakses pada tanggal 11 agustus
2019 pada pukul 13.15
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2015). Profil Kesehatan Republik
Indonesia 2015. www.depkes.go.id/profil-kesehatan-indonesia/profil-
kesehatan-indonesia. Diakses pada tanggal 03 Agustus 2019.
Muttaqin Arif, 2009. Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: Diva
Press.
Notoadmodjo, Soekijo. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Nuarif Amin Huda, Kusuma Hardi.(2015).Panduan penyusunan Asuhan
keperawatan profesional.NANDA NIC-NOC.Edisi revisi jilid 3. Jogjakarta .
MediAction Publishing
Pradana S, . (2014) . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4.Jakarta : FK.UI
Price, Sylvia Anderson, (2010). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses
penyakit. Jakarta : ECG.
Riskesdas, (2018) Potret Sehat Indonesia. www.depkes.go.id diakses pada tanggal 03
Agustus 2019 pada jam 19.20 WIB.
Saferi, Andra (2013), KMB 3 Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta : Nuha
Medika.
Sholeh, Suryono (2014) Naga, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 3. Jakarta :
FKUI.
Smeltzer, Suzanne, C dan Bare, Brenda. G.2001. Buku ajar keperawatan medikal
bedah Brunner dan Suddart Volume 1.Jakarta : ECG.
WHO (2019) Tuberculosis Paru.www.who.intdiakses pada tanggal 27 juli 2019 pada
pukul 19.30 WIB
Wijaya, Andra saferi dan Putri, Yessie Mariza (2013). Keperawatan Medical
Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Diagnosa
Medis TB Paru Di desa Gembol Kecamatan Karanganyar ” ini dengan tepat
waktu sebagai persyaratan kenaikan pangkat.
Penulisan Makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak.
Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya bagi kita semua
2. Ibu dan Ayah yang senantiasa mendukung saya selama ini dalam penulisan
Makalah ini.
3. Joko Yuwono,SKM selaku Kepala UPT Puskesmas Karanganyar.
4. Dr. Rina Pangastuti selaku dokter Pembimbing yang penuh perhatian telah
meluangkan kesempatan dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis dalam menyesuaikan Makalah ini.
5. Qori Nurdiyansah S.Kep.Ns. selaku Pembimbing dan programer yang penuh
perhatian telah meluangkan kesempatan dalam memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis dalam menyesuaikan makalah ini.
6. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan makalah yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa Makalah ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal
perbaikan. Penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan
masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan asuhan
keperawatan ini. Penulis berharap asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi pembaca
dan bagi keperawatan.

Karanganyar , .. ............2020

Penulis

Kamsatun

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... i


Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
Daftar Tabel.....................................................................................................
Daftar Gambar................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 2
1. Tujuan Umum..................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus.................................................................................... 2
D. Manfaat Makalah....................................................................................... 3
1. Bagi Pelayanan Keperawatan Di Puskesmas...................................... 3
2. Bagi Profesi Kesehatan....................................................................... 3
E. Metode Penelitian...................................................................................... 3
1. Metode................................................................................................ 3
2. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 3
3. Sumber Data....................................................................................... 3
4. Studi Kepustakaan.............................................................................. 4
F. Sistematika Penulisan................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit........................................................................................ 5
1. Definisi............................................................................................... 5
2. Etiologi .......................................... 5
3. Klasifikasi........................................................................................... 5
4. Menifestasi Klinik.............................................................................. 7
5. Patofisiologi........................................................................................ 8
6. Diagnosa Bandi................................................................................... 9
7. Komplikasi.......................................................................................... 9
8. Pemeriksaan Penunjang...................................................................... 10
9. Pencegahan......................................................................................... 11
10. Penatalaksanaan.................................................................................. 12
11. Dampak Masalah................................................................................ 14
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberculosis Paru.................. 14
1. Pengkajian........................................................................................... 14
2. Diagnosa keperawatan......................................................................... 18
3. Intervensi............................................................................................. 19
4. Implementasi....................................................................................... 24
5. Evaluasi............................................................................................... 24
BAB III TUJUAN KHUSUS
A. Pengkajian................................................................................................. 26
1. Identitas.............................................................................................. 26
2. Keluhan utama.................................................................................... 26
3. Status Cairan dan Nutrisi 27
4. Genogram........................................................................................... 28
5. Pemeriksaan fisik................................................................................ 28
6. Data psikososial.................................................................................. 30
7. Data Spiritual...................................................................................... 31
8. Pemeriksaan laboratorium.................................................................. 31
9. Pemeriksaan Foto thoraks................................................................... 32
10. Terapi.................................................................................................. 32
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 33
C. Intervensi Keperawatan............................................................................. 35
D. Implementasi Keperawatan....................................................................... 39
E. Evaluasi Keperawatan............................................................................... 43
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian.......................................................................................... 47
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 52
3. Intervensi Keperawatan...................................................................... 53
4. Implementasi Keperawatan................................................................ 53
5. Evaluasi Keperawatan........................................................................ 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 56
B. Saran.......................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1:2HRZE/4H3R3...................... 13


Tabel 2.2 Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2:HRZEs/HRZE/5H3RE5....... 14
Tabel 2.3 paduan OAT KDT Sisipan................................................................ 14
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas b.d Sekresi Yang Berlebihan.......................... 19
Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Pertukaran Gas b.d
Kongesti Paru, Hipertensi Pulmonal................................................ 20
Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Diaignosa Ketidakseimbangan
Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Penurunan Nafsu Makan.
Tabel 2.7 intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnose Hipertermia b.d.
reaksi inflamasi................................................................................ 22
Tabel 2.8 Intervensi Keperawatan Pada Pasien dengan Diagnosa Resiko Infeksi B.D.
Pemajanan Penularan Kontak (Langsung, Tidak Langsung, Kontak dengan
Droplet)............................................................................................ 23
Tabel 3.1 Status cairan dan nutrisi pada Ny.S dengan diagnosa medis Tb Paru di
Puskesmas Karanganyar................................................................... 27
Tabel 3.2 Balance cairan Ny.S dengan diagnosa medis TB Paru di Di Puskesmas
Karanganyar..................................................................................... 29
Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan Laboratorium Pada Ny.S dengan Diagnosa Medis TB
Paru Di Puskesmas Karanganyar..................................................... 31
Tabel 3.4 Analisa Data Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis TB Paru Di Puskesmas
Karanganyar..................................................................................... 33
Tabel 3.5 Rencana Tindakan Keperawatan Pada Ny.S dengan Diagnosa Medis TB
Paru Di Puskesmas Karanganyar..................................................... 35
Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan Pada Ny.S dengan Diagnosa Medis TB Paru Di
Puskesmas Karanganyar................................................................... 39
Tabel 3.7 Catatan Perkembangan Pada Ny.S dengan Diagnosa Medis TB Paru di
Puskesmams Karanganyar............................................................... 43
Tabel 3.8 Evaluasi Keperawatan Pada Ny.S dnegan Diagnosa Medis TB Paru di
Puskesmas Karanganyar................................................................... 46
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Genogram Keluargan Ny. S Dengan Diagnosa Medis TB Paru di


Puskesmas Karanganyar................................................................... 28

Anda mungkin juga menyukai