Anda di halaman 1dari 6

TEORI BELAJAR KOGNITIF

BRUNER DAN AUSUBEL

NAMA KELOMPOK 6:
NUR RANNI (20871020)
PUTRI SAKUTRI (20871024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(BERBASIS TEKNOLOGI PENDIDIKAN)
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN CURUP
2021
TEORI BELAJAR KOGNITIF

BRUNER & AUSUBEL

A. Teori Belajar Kognitif


Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir. Dalam
pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu
wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan
yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan. dalam pendidikan Kognitif adalah salah satu teori diantara teori-teori belajar
dimana belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk
memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah
laku, sangat dipengaruhi oleh proses belajar berfikir internal yang terjadi selama proses
belajar.1
Teori belajar ini hadir dan muncul disebabkan para Ahli Psikologi belum puas dengan
penjelasan yang teori-teori yang terdahulu. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku
seseorang selalu di dasarkan pada kognisi, yaitu suatu perbuatan mengetahui atau perbuatan
pikiran terhadap situasi dimana tingkah laku itu terjadi.2
Jadi Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia bahwa Belajar adalah suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika, yaitu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis, yaitu perkembangan system syaraf. Dengan
bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin kompleks dan
memungkinkan kemampuannya akan semakin meningkat. Jean Piaget meneliti dan menulis

1 Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, “Teori Belajar dan pembelajaran”,( Medan :Perdana
Publishing, 2011), H. 32
2 Abu Ahmad & Widodo Aupriyono, “Psikologi Belajar”, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), H. 214
subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-
ahli psikologi sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang
matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan , tetapi juga berbeda
secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu
/pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu.3
1. Teori Kognitif Bruner
Bruner menusulkan teorinya yang disebut free discovery learning. menurut teori
ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, defenisi, dan
sebagainya), melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Dengan kata lain
siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Untuk
memahami konsep kejujuran misalnya siswa tidak semata-mata menghafal defenisi kata
kejujuran tersebut melainkan dengan mempelajari contoh-contohnya yang konkret
tentang kejujuran dan dari contoh itulah siswa dibimbing untuk mendefenisikan kata
kejujuran.
Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar siswa
dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan
pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi
kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output
pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar.
Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan
mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur
atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.4
Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu
memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan. Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa
kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu
aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap.
3 Al Rasyidin, Op’Cit, H. 33
4 Rochanda Wiradintana, “Revolusi Kognitif Melalui Penerapan Pembelajaran Teori Bruner Dalam
Menyempurnakan Pendekatan Perilaku (Behavioural Approach)”, (Oikos: Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi, Vol.
II,No. I, Mei 2018), H. 49
Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh
pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami,
mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta itransformasikan dalam bentuk baru
yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk
mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Teori belajar
Bruner dikenal dengan teori Free Discovery learning.5
2. Teori Belajar Ausubel
Menurut Ausubel belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari
diasimilasikan secara non arbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Ausubel seorang psikologist kognitif, ia mengemukakan bahwa
yang perlu diperhatikan seorang guru ialah strategi mengajarnya. Sebagai contoh
pelajaran berhitung bisa menjadi tidak berhasil jika murid hanya di suruh menghafal
formula-formula tanpa mengetahui arti formula-formula itu. Sebaliknya bisa lebih
bermakna jika murid diajari fungsi dan arti dari formula-formula tersebut. Dalam
aplikasinya teori Ausubel ini menuntut siswa belajar secara deduktif (dari umum ke
khusus). Secara umum, teori Ausubel ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan-tujuan intruksional;
b. Mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan, dan struktur kognitifnya
melalui tes awal, interview, pertanyaan, dan lain-lain;
c. Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep
kunci;
d. Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai dari materi itu;
e. Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari;
f. Membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja disampaikan dengan uraian yang
singkat;
g. Membelajarkan peserta didik memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada
dengan memberikan focus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada;
h. Mengevaluasi proses dan hasil bejar.6

5 Ali Buto Zulfikar, “Implementasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner dalam Nuansa Pendidikan
Modrn”. (Fak Tarbiyah, Skripsi STAIN Malikussaleh.Lhokseumawe, 2010).H. 64
6 Al Rasyidin, Op’Cit, H. 36-37
Teori belajar bermakna ausuble ini sangat dekat dengan kontrutivisme. Keduanya
menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman fenomena dan fakta-fakta
baru kedalam sistem pengertian yang telah dimilikinya. Keduanya menekankan
pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang telah dimili
siswa keduanya mengandalkan bahwa dalam proses belajar itu siswa harus aktif.

Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif


siswa melalui proses belajar bermakna. Sama seperti brunner dan gagne, Ausubel
beranggapan bahwa aktifitas belajar siswa mereka banyak dilibatkan secara langsung.
Namun pada siswa untuk tingkat lebih tinggi makna kegiatan langsung akan menyita
banyak waktu. Menurut ausubel lebih efektif jika guru mengunakan penjelasan peta
konsep, emonstrasi diagram dan ilustrasi.

a. Jenis jenis belajar ausubel


1) Belajar dengan penemuan bermakna yaitu mengaitkan dengan pengetahuan yang
dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya siswa
mengetahui terlebih dahulu pengetahuan baru. Kemeudian pengetahuan baru itu
dikaitkan dengan materi yang sudah ada.
2) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari
ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaikan pengetahuan yang telah dimilikinya
kemudian dihafalkan.
3) Belajar menerima ekspositori yang bermakna yaitu materi pelajaran yang disusun
secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir kemudian pengetauan
yang baru ia peroleh dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya.
4) Belajar menerima ekspositori yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang
disusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir kemudian
diperintahkan dihafalkan tanpa mengaitkan dengan pengetahuan yang ada
sebelumnya dan kegunaanya.

Persyaratan agar belajar menerima siswa menjadi bermakna menurut ausubel yaitu:

1) Apabila sisa memiliki strategi belajar bermakna


2) Tugas tugas yang diberikan kepaa siswa harus dikaitkan dengan pengetahuan yang
telah ada pada siswa
3) Tugas tugas yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual
siswa.
b. Prinsip prinsip belajar ausubel
Sebagai pelopor aliran kognitif david asubel mengemukakan teori belajar bermakna jika
memenuhi persyaratan yaitu:
1) Materi yang akan dipelajari melaksanakan belajar bermakna secara potensial
2) Anak yang belajar bertujuan belajar bermakna

Berdasarkan pandangannya tentang belajar bermakna ausubel mengajkan 4 prinsip


belajar

1) Pengaturan awal (advance organizer)


Pengaturan awal atau bahan pengait dapat digunkan guru dalam mengaitkan konsep
lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.
2) Defensi progresif
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep-
konsep. Caranya unsur yang paling umum dikenalkan dahulu kemudian baru
mengenalkan yang detail dengan kata lain dari umum ke khusus
3) Belajar superordinat
Belajar sporordinat yaitu belajar dengan struktural kognitif yang mengalami kearah
dferensiasi sejak prolehan informasi yang diasosiasikan dengan konsep struktural
kognitif.
4) Penyesusain integratif
Dengan cara materi pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga guru dapat
mengunakan hirarki hirarki keatas dan kebawah selama informasi ini disajikan.
Belajar penangkapan pertama kali dikenalkan oleh ausubel untuk mematahkan teori
jrome brunner. Menurut ausubel, siswa tidak selalu mengetahui apa yang penting dan
yang relevan bagi dirinya sehingga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk
melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang telah diajarkan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai