Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN HADITS

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah studi kritis analitis hadits dan ilmu hadits
Dosen pengampu Dr. H. Ridwan. M.Ag.

Disusun oleh:
M. Ainun Najih. R (201766011)

MPAI A
PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2020
A. PENDAHULUAN
Hadits dipahami sebagai pernyataan, perbuatan, persetujuan dan hal yang
berhubungan dengan Nabi Muhammad saw. Dalam tradisi Islam, hadits
diyakini sebagai sumber ajaran agama kedua setelah al-Quran. Disamping itu
hadits juga memiliki fungsi sebagai penjelas terhadap ayat-ayat al-Qur’an.

Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-


penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat,
dari pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan
akan diperoleh oleh orang yang memburunya. Dalam kehidupan dunia, ilmu
pengetahuan mempunyai perang yang sangat penting. Perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi kehidupan baik
dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat.

Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib


dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah
yang merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari
ilmu. Minimal, ilmu pengetahuan yang akan memberikan kemampuan kepada
dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada dalam
aturan-aturan yang telah ditentukan.

Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju keselamatan dan


kebahagiaan akhirat selama-lamanya.Uraian di atas hanyalah uraian singkat
betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, baik untuk kehidupan
dirinya pribadi, maupun dalam hubungan dirinya dengan benda-benda di
sekitarnya. Baik bagi kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Ada
banyak hadits, firman Allah, dan pendapat para ulama tentang pentingnya
ilmu pengetahuan.

B. Hadits Pokok
Hadits yang akan diteliti adalah berdasarkan kitab sunan Ibnu Majah
Nomor 220 mengenai pentingnya menuntut ilmu. Setelah diadakan
penelusuran lebih lanjut oleh penulis terdapat pada

kitab muqoddimah bab ‫فضل العلماء واحلث على طلب العلم‬

َ  ‫ َح َّد َثـنَا‬  َ‫ َح ْفـصُ بْنُ س َُلـ ْي َمان‬ ‫ََّّد َثـنَا‬5F ‫ َح‬ ‫ار‬


ُ‫كـثِ ْي ُر بْن‬ ٍ ‫ا ُم بْنُ َع َّم‬55555‫ ِه َش‬ ‫َح َّد َثـنَا‬
ُ‫ َّل هللا‬5‫ص‬
َ ِ‫ل هللا‬5ُ ْ‫و‬5‫قـا َل َر ُس‬
َ : ‫ال‬
َ ‫قـ‬
َ  ‫ك‬5 ِ ‫أن‬ ‫ع َْن‬  َ‫ي ِْر ْين‬5‫ ُم َح َّم ِد ب ِْن ِش‬ ‫ع َْن‬ ‫ِشنـْ ِظي ٍْر‬
ٍ 5ِ‫َس ب ِْن َمال‬
‫غـ ْي ِر‬
َ ‫اض ُع الـْ ِع ْلـ ِم ِع ْنـ َد‬
َ ‫س لِ ٍم َو َو‬ْ ‫كـ ِّل ُم‬
ُ ‫ب الـْ ِعلـْ ِم فـ َ ِر ْيضـَة ٌ عَلـَى‬ ُ َ ‫طـَلـ‬ ‫عَلـ َ ْي ِه َو َسلـ َّ َم‬
) ‫( رواه إبن ماجة‬  ‫َب‬ َ ‫أ ْهلِ ِه كـ َ ُمقـَلـِّ ِد الـْ َخنـَا ِز ْي ِر الـْ َج ْو َه َر َواللـُّؤْ لـُؤَ َوالذ َّه‬

Artinya :  Hisyam bin ‘Ammar menceritakan kepada kami, Hafs bin Sulaiman
menceritakan kepada kami, Katsir bin Syindzir menceritakan kepada
kami dari Muhammad bin Syirin, dari Anas bin Malik berkata,
Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap
muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain ahlinya
bagaikan menggantungkan permata mutiara dan emas pada babi
hutan”. (HR. Ibnu Majjah)1.

b.      Jalur Al-Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir


، ُّ‫ت َِري‬5555‫ق التُّ ْس‬ َ ‫ َو ْالح‬ ،‫ َّزا ُز‬5555َ‫ ِذ ِر ْالق‬5555‫ ُم َح َّم ُد بن يَحْ يَى بن ْال ُم ْن‬ ‫ َّدثَنَا‬5555‫َح‬
َ ‫ َحا‬5555‫يْنُ بن إِ ْس‬5555‫ُس‬
،‫ ُّي‬5‫رَّحْ َم ِن ْالقُ َر ِش‬5‫ ِد ال‬5‫انُ بن َع ْب‬55‫ع ُْث َم‬ ‫ َّدثَنَا‬5‫ َح‬،‫را ِهي َم ْال ِح َّمانِ ُّي‬5
َ 5‫ َذ ْي ُل بن إِ ْب‬5ُ‫ ْاله‬ ‫ َح َّدثَنَا‬ :‫قَاال‬
َ َ‫ ق‬،‫ َع ْب ِد هَّللا ِ بن َم ْسعُو ٍد‬ ‫ ع َْن‬،‫أَبِي َوائِ ٍل‬ ‫ ع َْن‬، َ‫ َح َّما ِد بن أَبِي ُسلَ ْي َمان‬ ‫ع َْن‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬
‫و ُل‬5 ‫ال َر ُس‬
َ ‫طَلَ َب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِر‬ :‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ْ ‫يضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم‬
)‫ (رواه الطبراني‬.‫سلِ ٍم‬ َ ِ ‫هَّللا‬

Artinya : Muhammad bin Yahya bin Mundzir Al-Qazzaz dan Husain bin Ishaq
berkata, Hudail bin Ibrahim Al-Himmany menceritakan kepada kami,

1
Software CD, al-kutub at-tis’ah
Utsman bin Abdurrahman Al-Qurasyi menceritakan kepada kami, dari
Hammad bin Abi Sulaiman, dari Abi Wail, Dari Abdillah bin Mas’ud
berkata, Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu wajib bagi
setiap muslim”. (HR. Thobroni).2
Riwayat ibnu majjah

Nabi Muhammad SAW


Anas bin Malik
Muhammad bin Sirrin
Katsir bin Syindzir
Hafs bin Sulaiman
Hisyam bin ‘Ammar
Ibnu Majjah

Riwayat Al-Thabrani

Nabi Muhammad SAW


Abdullah bin Mas’ud
Abi Al-Wail
Hammad
Utsman bin Abdurrahman
Al-Hudzail
Muhammad bin Yahya
Al-Husain bin Ishaq
Al-Thabrani

C. Penelitian, Kritik, dan Analisa Terhadap Sanad


Berdasarkan hasil penelitian sanad ketiga jalur itu dapat diketahui
bahwa hadits tentang kewajiban menuntut ilmu adalah bersambung kepada
Nabi Muhammad atau dengan kata lain memiliki sanad muttasil. Hal ini
didukung oleh adanya syahid yang bersumber lebih dari satu orang sahabat
periwayat. Meskipun terdapat satu periwayat dalam hadits yang diriwayatkan

2
Software CD, Asy-Syamilah, Mu’jam al-Kabir li al-Tabrani (9: 42)
oleh Anas bin Malik ini ada penilaian negatif terhadap salah satu periwayat
tersebut diatas yaitu Hafsh bin sulaiman, yang dinilai oleh ulama kritikus
hadits lemah atau dhoif. Sehingga hadits tersebut mencapai derajat dhoif yang
menurunkan derajat hadits tersebut tetapi para ulama lain menilai postitif
sehingga menggunakan kaidah al akhdzu li al ta’dil (yang diambil patokan
adalah yang menilai positif). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hadits-
hadits ini dari segi sanad derajatnya dhoif.. Tapi karena didukung oleh perawi
lain yang tsiqoh dan adanya dua syahid dari kalangan sahabat yaitu Abdullah
bin Mas’ud dan Abi Said Alkhudriy Kesimpulannya hadits tersebut, mencapai
derajat Hasan li Ghairihi, sehingga dapat dijadikan sebagai hujjah  atau
pegangan.
D. Penelitian Terhadap Matan
Secara etimologi, matan berarti punggung jalan, tanah yang keras dan
tinggi. Sedangkan secara terminologi, matan adalah sabda Nabi yang
disebutkan sanad, atau dengan kata lain, materi hadis / teks hadits.
Kritik matan hadis atau lazim disebutkan kritik internal hadits
merupakan suatu analisis atas keabsahan matan sebuah hadis. Suatu hadis
yang shohih sanadnya tidak serta merta dinilai shohih pula dari segi
matannya. Oleh karena itu, shohihnya sebuah matan hadis merupakan
prasyarat tersendiri bagi keshohihan suatu hadis.
Para ulama ahli hadits telah memberikan kriteria bahwa hadis yang
berkualitas shohih dari segi matan serta dinilai maqbul adalah hadits
yang matannya mempunyai formasi kata, kalimat serta makna yang
sempurna, sesuai dengan al-Qur’an, Hadis Mutawatir, fakta sejarah serta
matan hadits terhindar dari syadz dan ‘illat.3
1.      Kesempuranaan Makna.
3
Husein Yusuf, “Kriteria Hadis Shohih; Kriteria Sanad dan Matan”, dalam
Pengembangan dan Pemikiran terhadap Hadis, ed. Yunahar Ilyas dan M. Mas’udi
(Yogyakarta : LPPI, 1996) hlm. 34.
Kesempurnaan matan disini dalam pengertian hadis mengandung makna
yang tidak bertentangan potensi positif manusia, secara logis dapat
diterima oleh akal, tidak bertentangan ilmu pengetahuan serta sunnatullah.
Kesempurnaan makna matan ini terkait erat dengan syarah / penjelasan
hadis.
2.      Kesesuaian dengan al-Qur’an dan Hadits Mutawatir.
Salah satu kriteria kesahihan matan hadis adalah tidak bertentangan
dengan hukum al-Qur’an yang telah muhkam dan tidak pula bertentangan
dengan hadis mutawatir. Berikut beberapa ayat al-Qur’an dan hadis Nabi
yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur kesahihan matan hadis menuntut
ilmu di atas.
‫ ِذر ُۡوا‬5‫د ِّۡي ِن َو لِي ُۡن‬5‫ةٌ لِّيَـتَفَقَّه ُۡوا فِى ال‬5َ‫ف‬5ِ‫َو َما َكانَ ۡال ُم ۡؤ ِمنُ ۡونَ لِيَ ۡنفِر ُۡوا َكٓافَّ ‌ةً ؕ فَلَ ۡواَل نَفَ َر ِم ۡن ُك ِّل فِ ۡرقَ ٍة ِّم ۡنهُمۡ طَٓا ِٕٕٮ‬
َ‫قَ ۡو َمهُمۡ اِ َذا َر َجع ُۡۤوا اِلَ ۡي ِهمۡ لَ َعلَّهُمۡ يَ ۡح َذر ُۡون‬

 “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan


perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. at-Taubah:
122).
َ َ‫َو َم ۤا اَ ۡر َس ۡلنَا قَ ۡبل‬
َ‫ك اِاَّل ِر َجااًل نُّ ۡو ِح ۡۤى اِلَ ۡي ِهمۡ‌ فَاسْأَلُوا اَ ۡه َل ال ِّذ ۡك ِر اِ ۡن ُك ۡنتُمۡ اَل ت َۡعلَ ُم ۡون‬
“Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelum kamu (Muhammad),
melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada
mereka. Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu,
jika kamu tiada Mengetahui.” (QS. Al-Anbiya’: 7)
‫الجنة‬ ‫الى‬ ‫من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل هللا طريقا‬
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah SWT
akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR. Muslim).4
4
Husein bahreisj al-jamius sahih.(Surabaya;CV. Karya utama) hlm 30
Dari uraian ayat dan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa matan hadis
menuntut ilmu yang diriwayatkan Ibnu Majah tersebut sesuai dan tidak
bertentangan dengan al-Qur’an dan hadis mutawir.
3.      Terhindar dari Syad dan Illat.
Dengan kesempurnaan formasi kata / kalimat serta kesesuaian hadis ini
dengan al-Qur’an, serta didukung pula dengan hadis yang lain (walaupun
tidak sama dalam segi matan, hal ini cukup menunjukkan bahwa hadis
tentang kewajiban menuntut ilmu yang ditakhrij oleh Ibnu Majah terhindar
dari Syadz (para rawinya bertentangan dalam satu periwayatan) dan ‘Illat
(cacat yang diketahui oleh para ahil hadis / keganjilan hadits jika dikaitkan
dengan fakta sejarah).
Dari kedua hadits diatas (Riwayat Ibnu Majjah dan Riwayat Al-Thabrani)
memiliki matan yang sama. Hanya saja dalam riwayat Ibnu Majjah terdapat
tambahan, yaitu :

‫الـ َج ْو َه َر‬ َ ‫ض ُع الـْ ِعلـْ ِم ِعنـْ َد غـ َ ْي ِر أ ْهلِ ِه كـ َ ُمقـ َ ِّلـ ِد الـْ َخ‬
ْ ‫نـا ِز ْي ِر‬ َ ‫ َو َوا‬ 
َ ‫َواللـُّ ْؤلـ ُ َؤ َوالذ َّه‬
‫َب‬
Artinya :  “Dan orang yang meletakkan ilmu pada selain ahlinya bagaikan
menggantungkan permata, mutiara dan emas pada babi hutan.”

E. Kandungan Pokok Hadits

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang


untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada
dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan
kebodohan. Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum beramal.Maksud
dari beramal adalah melakukan kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan.
Dalam melakukan pekerjaan manusia dituntut mengetahui
ilmunya dari pekerjaan tersebut. Karena dengan mengetahui ilmunya
pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan.Islam sebagai agama yang
sangat sempuna memandang bahwa menuntut ilmu adalah sebagai keharusan
bagi umatnya. Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus
kewajiban.Sesuai sabda Nabi Muhammad SAW berikut :

َ ‫ع َْن َع ِطيَّةَ ع َْن أَبِي‬ ‫نا ِم ْس َع ُر بْنُ ِكد ٍَام‬ ‫َاش ٍم‬


 ‫ قَا َل‬:‫س ِعي ٍد قَا َل‬ ٍ َ‫نا ُم َح َّم ُد بْنُ َخل‬
ِ ‫نا يَحْ يَى بْنُ ه‬ ‫ف‬
َ ‫ طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم‬ َ ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
Artinya :“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(HR.Muslim)
Dalam Al-qur’an, Allah berfirman :
‫ َعلَّ َم‬٤ ‫ ٱلَّ ِذي َعلَّ َم بِ ۡٱلقَلَ ِم‬ ٣ ‫ ۡٱق َر ۡأ َو َربُّ َك ٱأۡل َ ۡك َر ُم‬ ٢ ‫ق‬ َ ٰ ‫ق ٱإۡل ِ ن‬
ٍ َ‫سنَ ِم ۡن َعل‬ ۡ ِ‫ۡٱق َر ۡأ ب‬
َ َ‫ٱس ِم َربِّ َك ٱلَّ ِذي َخل‬
َ َ‫ َخل‬ ١ ‫ق‬
٥ ۡ‫ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (Q.S Al-Alaq: 1-5)
Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah
untuk membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah memberikan manusia
sifat fitrah dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu
pengetahuan dan keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya untuk
mengemban amanat kehidupan di muka bumi ini.
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan
ilmu dan kedudukan ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di
dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai demikian tingginya tak tertandingi
oleh siapapun, dan tak mungkin dapat dikejar, kecuali melalui ilmu. Berikut
beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah:
1)   Ditinggikan derajatnya oleh Allah
Allah berfirman:

ٖ ۚ ‫يَ ۡرفَ ِع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُو ْا ِمن ُكمۡ َوٱلَّ ِذينَ أُوتُو ْا ۡٱل ِع ۡل َم َد َر ٰ َج‬
ُ َّ‫ت َوٱلل‬
(١١) ‫هبِ َما ت َۡع َملُونَ َخبِير‬
Artinya:  “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-
Mujadilah: 11)
Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para ahli
ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh
perjalanan 500 tahun.5
2)      Seutama-utama orang yang beriman
َ ‫ستُ ْغنِ َي َع ْنهُ أَ ْغنَى نَ ْف‬
(‫سهُ (رواه البيهقي‬ ْ ‫س ا ْل ُمؤْ ِمنُ ا ْل َعالِ ُم إِ ِن‬
ْ ‫احتِ ْي َج إِلَ ْي ِه نَفَ َع َوإِ ِن‬ َ ‫أَ ْف‬
ِ ‫ض ُل النَّا‬
Artinya:  “Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu.
Jika ia dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak
dibutuhkan maka ia dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri”. (HR.
Al-Baihaqi).6
3)      Sebagai amal yang tak putus
َ ‫أَ ْو َولَ ٌد‬,‫ أَ ْو ِع ْل ٌم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬,ٌ‫ص َدقَةٌ َجا ِريَة‬
‫صالِ ٌح يَ ْدع ُْوا‬ ٍ َ‫ َماتَ ابْنُ اَ َد َم إِ ْنقَطَ َع َع َملَهُ اِالَّ ِمنْ ثَال‬ ‫إِ َذا‬
َ :‫ث‬
ُ‫لَه‬
(‫(رواه مسلم‬
Artinya:“Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah semua
amalnya kecuali dari tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

5
Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah), juz 1. hlm 5

6
Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, (Beirut: Dar Iqra’), hlm. 6
F. Pandangan Tokoh Ulama Banyumasan

Salah satu pandangan tentang hadits ini yang disampaikan oleh beliau
KH. Masngad Adib., M.Si., Pengasuh Asrama Pelajar Putri Nurussalam
Kesugihan Kidul, cilacap yang juga selaku dosen di UNUGHA Cilacap,
beliau berpendapat sebagai berikut.

Banyak sekali hadits yang menerangkan tentang keutaman mencari ilmu,dan


untuk hadits yang ini seringkali kita mendengar kalau hadits ini berbunyi

َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر‬


‫يضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم َو ُم ْسلِ َم ٍة‬

Artinya: “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah”.

Hadis ini asalnya tidak ada tambahan lafal “wa muslimatin” . Namun


yang populer di kalangan masyarakat adalah matan hadis yang disertai dengan
tambahan lafal tersebut Bila matan hadis yang disertai dengan tambahan “wa
muslimatin”  itu tidak ada sumbernya, maka matan hadis yang tidak ada
tambahan lafal tersebut sangat banyak jalurnya. Diantaranya yang di
riwayatkan oleh kedua rawi tersebut, tetapi ada sebagian ulama yang men
dho’if kan hadits tersebut karena terdapat Hafsh bin Sulaiman al-Asadi yang
mendapat jarh (celaan) dari para kritikus hadis.

Namun perlu diketahui bahwa jalur hadis yang banyak bisa saling
mengangkat derajat suatu hadis yang dha’if menjadi hasan , sehingga
meskipun demikian, hadits ini menurut matan tetap bisa diamalkan agar dapat
memotivasi ummat islam supaya gemar untuk menuntut ilmu dan
mengamalkannya.

G. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang hadits menuntut ilmu diatas maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Secara sanad hadis ini dinilai marfu’ muttasil (bersambung


sanadnya secara sempurna berdasarkan urutan thabaqatnya).
2. Secara matan hadis ini dinilai maqbul karena formasi kata dan
kalimat dalam matan hadis sesuai dengan al-Qur’an, hadis (tidak
bertentangan dengan hadis yang lain), fakta sejarah serta terhindar
dari syadz dan ‘illat hadis.
3. Ditinjau dari segi matan ada perbedaan redaksi atau lafal dalam
periwayatan hadits, karena kebanyakan periwayatan hadits
dilakukan secara maknawi Maka perbedaan lafal hadits menjadi
sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam periwayatan hadits,
sehingga hadits ini tidak terjadi syudzuz dan Illat disebabkan hanya
ada penambahan kalimat yang sifatnya lebih menguatkan dari
makna hadits tersebut. Hadits ini juga tidak bertentangan dengan
Al-quran.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, (Beirut: Dar Iqra’),


Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah), juz 1
Bahreisj  Husein al-jamius sahih.(Surabaya;CV. Karya utama)

CD Software, al-kutub at-tis’ah


CD Software, Asy-Syamilah, Mu’jam al-Kabir li al-Tabrani 
Yusuf Husein, “Kriteria Hadis Shohih; Kriteria Sanad dan Matan”, dalam
Pengembangan dan Pemikiran terhadap Hadis, ed. Yunahar Ilyas dan M.
Mas’udi (Yogyakarta : LPPI, 1996)

Anda mungkin juga menyukai