MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah studi kritis analitis hadits dan ilmu hadits
Dosen pengampu Dr. H. Ridwan. M.Ag.
Disusun oleh:
M. Ainun Najih. R (201766011)
MPAI A
PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2020
A. PENDAHULUAN
Hadits dipahami sebagai pernyataan, perbuatan, persetujuan dan hal yang
berhubungan dengan Nabi Muhammad saw. Dalam tradisi Islam, hadits
diyakini sebagai sumber ajaran agama kedua setelah al-Quran. Disamping itu
hadits juga memiliki fungsi sebagai penjelas terhadap ayat-ayat al-Qur’an.
B. Hadits Pokok
Hadits yang akan diteliti adalah berdasarkan kitab sunan Ibnu Majah
Nomor 220 mengenai pentingnya menuntut ilmu. Setelah diadakan
penelusuran lebih lanjut oleh penulis terdapat pada
Artinya : Hisyam bin ‘Ammar menceritakan kepada kami, Hafs bin Sulaiman
menceritakan kepada kami, Katsir bin Syindzir menceritakan kepada
kami dari Muhammad bin Syirin, dari Anas bin Malik berkata,
Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap
muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain ahlinya
bagaikan menggantungkan permata mutiara dan emas pada babi
hutan”. (HR. Ibnu Majjah)1.
Artinya : Muhammad bin Yahya bin Mundzir Al-Qazzaz dan Husain bin Ishaq
berkata, Hudail bin Ibrahim Al-Himmany menceritakan kepada kami,
1
Software CD, al-kutub at-tis’ah
Utsman bin Abdurrahman Al-Qurasyi menceritakan kepada kami, dari
Hammad bin Abi Sulaiman, dari Abi Wail, Dari Abdillah bin Mas’ud
berkata, Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu wajib bagi
setiap muslim”. (HR. Thobroni).2
Riwayat ibnu majjah
Riwayat Al-Thabrani
2
Software CD, Asy-Syamilah, Mu’jam al-Kabir li al-Tabrani (9: 42)
oleh Anas bin Malik ini ada penilaian negatif terhadap salah satu periwayat
tersebut diatas yaitu Hafsh bin sulaiman, yang dinilai oleh ulama kritikus
hadits lemah atau dhoif. Sehingga hadits tersebut mencapai derajat dhoif yang
menurunkan derajat hadits tersebut tetapi para ulama lain menilai postitif
sehingga menggunakan kaidah al akhdzu li al ta’dil (yang diambil patokan
adalah yang menilai positif). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hadits-
hadits ini dari segi sanad derajatnya dhoif.. Tapi karena didukung oleh perawi
lain yang tsiqoh dan adanya dua syahid dari kalangan sahabat yaitu Abdullah
bin Mas’ud dan Abi Said Alkhudriy Kesimpulannya hadits tersebut, mencapai
derajat Hasan li Ghairihi, sehingga dapat dijadikan sebagai hujjah atau
pegangan.
D. Penelitian Terhadap Matan
Secara etimologi, matan berarti punggung jalan, tanah yang keras dan
tinggi. Sedangkan secara terminologi, matan adalah sabda Nabi yang
disebutkan sanad, atau dengan kata lain, materi hadis / teks hadits.
Kritik matan hadis atau lazim disebutkan kritik internal hadits
merupakan suatu analisis atas keabsahan matan sebuah hadis. Suatu hadis
yang shohih sanadnya tidak serta merta dinilai shohih pula dari segi
matannya. Oleh karena itu, shohihnya sebuah matan hadis merupakan
prasyarat tersendiri bagi keshohihan suatu hadis.
Para ulama ahli hadits telah memberikan kriteria bahwa hadis yang
berkualitas shohih dari segi matan serta dinilai maqbul adalah hadits
yang matannya mempunyai formasi kata, kalimat serta makna yang
sempurna, sesuai dengan al-Qur’an, Hadis Mutawatir, fakta sejarah serta
matan hadits terhindar dari syadz dan ‘illat.3
1. Kesempuranaan Makna.
3
Husein Yusuf, “Kriteria Hadis Shohih; Kriteria Sanad dan Matan”, dalam
Pengembangan dan Pemikiran terhadap Hadis, ed. Yunahar Ilyas dan M. Mas’udi
(Yogyakarta : LPPI, 1996) hlm. 34.
Kesempurnaan matan disini dalam pengertian hadis mengandung makna
yang tidak bertentangan potensi positif manusia, secara logis dapat
diterima oleh akal, tidak bertentangan ilmu pengetahuan serta sunnatullah.
Kesempurnaan makna matan ini terkait erat dengan syarah / penjelasan
hadis.
2. Kesesuaian dengan al-Qur’an dan Hadits Mutawatir.
Salah satu kriteria kesahihan matan hadis adalah tidak bertentangan
dengan hukum al-Qur’an yang telah muhkam dan tidak pula bertentangan
dengan hadis mutawatir. Berikut beberapa ayat al-Qur’an dan hadis Nabi
yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur kesahihan matan hadis menuntut
ilmu di atas.
ِذر ُۡوا5د ِّۡي ِن َو لِي ُۡن5ةٌ لِّيَـتَفَقَّه ُۡوا فِى ال5َف5َِو َما َكانَ ۡال ُم ۡؤ ِمنُ ۡونَ لِيَ ۡنفِر ُۡوا َكٓافَّ ةً ؕ فَلَ ۡواَل نَفَ َر ِم ۡن ُك ِّل فِ ۡرقَ ٍة ِّم ۡنهُمۡ طَٓا ِٕٕٮ
َقَ ۡو َمهُمۡ اِ َذا َر َجع ُۡۤوا اِلَ ۡي ِهمۡ لَ َعلَّهُمۡ يَ ۡح َذر ُۡون
الـ َج ْو َه َر َ ض ُع الـْ ِعلـْ ِم ِعنـْ َد غـ َ ْي ِر أ ْهلِ ِه كـ َ ُمقـ َ ِّلـ ِد الـْ َخ
ْ نـا ِز ْي ِر َ َو َوا
َ َواللـُّ ْؤلـ ُ َؤ َوالذ َّه
َب
Artinya : “Dan orang yang meletakkan ilmu pada selain ahlinya bagaikan
menggantungkan permata, mutiara dan emas pada babi hutan.”
ٖ ۚ يَ ۡرفَ ِع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُو ْا ِمن ُكمۡ َوٱلَّ ِذينَ أُوتُو ْا ۡٱل ِع ۡل َم َد َر ٰ َج
ُ َّت َوٱلل
(١١) هبِ َما ت َۡع َملُونَ َخبِير
Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-
Mujadilah: 11)
Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para ahli
ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh
perjalanan 500 tahun.5
2) Seutama-utama orang yang beriman
َ ستُ ْغنِ َي َع ْنهُ أَ ْغنَى نَ ْف
(سهُ (رواه البيهقي ْ س ا ْل ُمؤْ ِمنُ ا ْل َعالِ ُم إِ ِن
ْ احتِ ْي َج إِلَ ْي ِه نَفَ َع َوإِ ِن َ أَ ْف
ِ ض ُل النَّا
Artinya: “Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu.
Jika ia dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak
dibutuhkan maka ia dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri”. (HR.
Al-Baihaqi).6
3) Sebagai amal yang tak putus
َ أَ ْو َولَ ٌد, أَ ْو ِع ْل ٌم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه,ٌص َدقَةٌ َجا ِريَة
صالِ ٌح يَ ْدع ُْوا ٍ َ َماتَ ابْنُ اَ َد َم إِ ْنقَطَ َع َع َملَهُ اِالَّ ِمنْ ثَال إِ َذا
َ :ث
ُلَه
((رواه مسلم
Artinya:“Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah semua
amalnya kecuali dari tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
5
Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah), juz 1. hlm 5
6
Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, (Beirut: Dar Iqra’), hlm. 6
F. Pandangan Tokoh Ulama Banyumasan
Salah satu pandangan tentang hadits ini yang disampaikan oleh beliau
KH. Masngad Adib., M.Si., Pengasuh Asrama Pelajar Putri Nurussalam
Kesugihan Kidul, cilacap yang juga selaku dosen di UNUGHA Cilacap,
beliau berpendapat sebagai berikut.
Namun perlu diketahui bahwa jalur hadis yang banyak bisa saling
mengangkat derajat suatu hadis yang dha’if menjadi hasan , sehingga
meskipun demikian, hadits ini menurut matan tetap bisa diamalkan agar dapat
memotivasi ummat islam supaya gemar untuk menuntut ilmu dan
mengamalkannya.
G. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang hadits menuntut ilmu diatas maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA