MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah
Filsafat Umum
Dipresentasikan pada tanggal 22 Maret 2021
Program Studi Pendidikan Agama Islam Semester II (Dua)
Tahun Akademik 2020/2021
Dosen:
H. Hoerul Umam, M.M.
Oleh:
1. Afifah Fauzi Lestari NIM: 21030802200009
2. Alis Nuralisa NIM: 21030802200019
3. M. Farizal Alamsyah NIM: 21030802200036
4. Niva Yasa Arpisah NIM: 21030802200039
Penulis
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
A. Dunia bayang-bayang: The story of the caveman..................................................................5
B. Metode Socratie : Gnoti Seauton, meieutica-technic, dan dialektica.....................................7
1.Gnoti Seauton........................................................................................................................7
2.Maieutica-tachnic..................................................................................................................8
3.Dialektica...............................................................................................................................9
C. Kebenaran Universal...........................................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN...................................................................................................................19
B. SARAN...............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia
senantiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu
apakah ia tidak ditipu oleh panca-indranya, dan mulai menyadari
keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada
agama atau kepercayaan ilahiah.
Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh
takwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan
pikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala
kenyataan (realitas) itu. Proses mencari tahu itu menghasilkan
kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri
metodis, sistematis, dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat
dipertanggung jawabkannya, makalah lahirlah ilmu pengetahuan.
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang
sekarang ini kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana
kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain
sebagainya. Umat manusia lebih dulu memikirkan dengan bertanya
berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah
yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat
yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada
sejauh mungkin bagi manusia. Bagian filsafat yang paling mulia adalah
filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan
sebab dari segala kebenaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Dunia Bayang-bayang?
2. Apa maksud kebijakan Socrates yang disebut dengan Gnoti Seauton,
Maieutica Technic, dan Dialektika ?
3. Apa yang dimaksud dengan Kebenaran Universal ?
3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang Dunia Bayang-bayang;
2. Untuk mengetahui kebijakan socrates yang disebut dengan Gnoti
Seauton, Maieutica Technic, dan Dialektika;dan
3. Untuk mengetahui tentang kebenaran universal.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
manusia adalah kosong dan hampa. Kekayaan, pangkat, kemasyhuran dan
bahkan kesehatan atau kepandaian semuanya tidak pokok (adiaphoron).
Satu-satunya persoalan adalah kecendrungan sikap terdalam pada hati
manusia. Hati nurani merupakan "hal yang tidak dapat memperburuk diri
manusia, tidak dapat juga melukainya baik dari luar maupun dari dalam".
6
manusia dan dunia bayang-bayang (abstrak thingking) sebagai landasan
awal bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
1. Gnoti Seauton
7
mendididk diri. Ia butuh kedisiplinan, tanggung jawab, dan optimis
hidup didalam mengejar pengetahuan atau kearifan yang dimaksud.
Filsafat, hendak menunjukkan manusia bukan hanya bertugas mengisi
“ingin tahu-nya dengan pikiran dan keterampilan-keterampilan
teknologis (praktis operasional yang sempit atau terbatas). Justru
sebaliknya, filsafat ingin melampauinya dan menempatkkan perjuangan
manusia yang berpengatahuan itu pada ini pergumulan dan tugas
memanusiakan manusia sebagai manusia beradab dan berbudaya
didalam keutuhan eksistensinya. Manusia, secara eksistensial
“multidimensi”, dan karenanya, pengembangan pikiran dan
pengetahuannya pun, hendaknya merupakan sebuah tugas eksistensial
yang utuh dalam keberbagaian dimensinya itu.
2. Maieutica-tachnic
8
bidan). Pengertian tetang diri sendiri ini menurut Socrates sangat
penting buat tiap-tiap manusia adalah kewajiban setiap orang untuk
mengetahui dirinya sendiri terlebih dahulu kalau ia ingin mengerti
tentang hal-hal lain diluar dirinya. Ia mempunyai semboyan “belajar
yang sesungguhnya pada manusia adalah belajar tentang manusia”
3. Dialektica
a. Pengertian dialektika
9
yang lain antara orang yang berdialog. Tujuannya mengembangkan
cara berargumentasi agar posisi yang bersifat dua arah dapat
diketahui dan diharapkan satu sama lain. Metode dialektika menurut
Hegel adalah suatu metode atau cara memahami dan memecahkan
persoalan atau problem berdasarkan tiga elemen yaitu tesa, antitesa
dan sintesa. Tesa adalah suatu persoalan atau problem tertentu,
sedangkan antitesa adalah suatu reaksi, tanggapan, ataupun komentar
kritis terhadap tesa (argumen dari tesa). Dari dua elemen tersebut
diharapkan akan muncul sintesa, yaitu suatu kesimpulan. Metode ini
bertujuan untuk mengembangkan proses berfikir yang dinamis dan
memecahkan persoalan yang muncul karena adanya argumen yang
kontradiktif atau berhadapan sehingga dicapai kesepakatan yang
rasional (Irmayanti, M Budianto, 2002:14 dalam Joko Suwarno).
b. Dialektika materialisme
Dialektika dimulai dengan materialisme, oleh karenanya, sangat
tidak mungkin untuk mengerti dialektika tanpa mengerti dulu
pandangan materialis. Dan tidak mungkin untuk mengerti cara
berfungsi suatu materi tanpa mengerti dialektika. Dan tanpa
dialektika, materialisme tidak dapat menerangkan dunia realis yang
tidak idealis. Dialektika menjelaskan alam suatu materi (benda).
Khususnya mempelajari fenomena akan 'pergerakan' dan 'interelasi'
mereka, bukannya keterasingan dan kestatisannya. 'Pergerakan' dan
'interrelasi' (saling berhubungan) adalah dua prinsip paling general
dari dialektika. Konsep 'interelasi' adalah prinsip paling umum untuk
menerangkan tentang perkembangan dan fungsi suatu materi. Bahwa
sifat saling bergantungan adalah bentuk universal dari semua
kenyataan. Semua yang nampak di dunia ini merupakan rangkaian
dari satu materi. Misalnya, perbedaan fenomena alam atau sosial,
saling bergantung dengan perbedaan alam atau masyarakatnya.
11
dari keadaan atau kenyataan yang tampak nyata dan variatif. Melalui
pengkajian dan penghayatan terhadap metafisika, manusia akan
dituntun pada jalan dan penumbuhan moralitas hidup. Oleh karena
itu tidak salah jika K. Bertens (1975:154) menyebut metafisika
sebagai kebijaksanaan (Sophia) tertinggi (Cecep Sumarna, 2006:64-
65). Yaitu tentang perubahan hukum kwantitatif menjadi kwalitatif,
hukum kontradiksi sebagai motif prinsip untuk semua perkembangan
dan hukum spiral, yang menangkap semua arah maju dari proses
sejarah dunia. Menurut Engels, tentang penemuan Hegel: “untuk
pertama kali di seluruh dunia, alam, sejarah, intelektual, dinyatakan
sebagai proses, misalnya, seperti dalam gerakan, perubahan,
transformasi, perkembangan yang konstan dan kecenderungan untuk
dibuat untuk menemukan hubungan internal yang membentuk
keseluruhan gerakan dan perkembangan yang berkesinambungan.”
(Engels, anti-Duhring, p. 37-38) sebenarnya Hegel seorang Idealis,
dan tidak pernah mengungkapkan ini secara eksplisit. Dia percaya
bahwa dasar pergerakan dan interelasi adalah konsep pikiran (mind),
yang pada akhirnya menjadi gerakan perkembangan alam dan
masyarakat. Tapi ide ini justru akhirnya bertentangan dengan
pandangan idealis. Yang pada akhirnya, dipakai oleh Marx dan
Engels untuk membangun dasar metode dialektika dan fondasi
materialis. Marx dan Engels mampu mengkritik Metode dialektis
Hegel. Mereka menunjukkan bahwa hukum dialektik pertama-tama
beroperasi dalam alam, termasuk masyarakat, lalu kemudian pikiran
manusia sebagai refleksi akan realitas material. Engels
menyimpulkan : "Tidak akan ada pertanyaan lagi tentang
pembangunan hukum-hukum dialektik kedalam alam (seperti yang
dilakukan Hegel), tapi adalah penemuan mereka didalam alam dan
12
keterlibatan mereka dari alam". Maka metode dialektis dari Marx
dan Engels disebut Dialektis 'Materialis'. Marx berpendapat bahwa
dialektika merujuk pada pertentangan, kontadiksi, anagonism, atau
konflik antara tesis dengan antitesis yang kemudian melahirkan
sintesis. Pandangan Karl Marx hampir sama dengan Hegel,
perbedaannya bahwa proses dialektis itu terjadi bukan di dunia
gagasan atau ide melainkan di dunia material.
13
dan masyarakat dilihat sebagai sebuah mesin raksasa dimana
bagian-bagiannya bekerja secara mekanis. Pandangan ini
memudahkan orang memahami bagian-bagian dari suatu hal dan
bagaimana mereka bekerja, tetapi hal ini tidak mampu
menjelaskan asal-usul perkembangan suatu hal.
d. Kegunaan dialektika
e. Pentingnya dialektika
C. Kebenaran Universal
16
Orang sofis berpendapat bahwa semua pengetahuan adalah relatif
keadaannya. Yang benar ialah pengetahuan yang umum ada dan
pengetahuan yang khusus ada. Dan pengetahuan yang khusus itulah yang
relatif. Mari kita ambil contoh ini: Apakah kursi itu? Kita menemukan
kursi hakim, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya empat, dari bahan
jati; kita lihat kursi malas, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya dua,
dari rotan; kita lihat kursi makan, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya
tiga, dari besi; bagitulah seterusnya. Jadi ada dua hal yang selalu ada pada
tiap kursi tempat duduk dan sandaran. Maka semua orang sepakat bahwa
kursi adalah suatu benda yang memiliki tempat duduk dan sandaran. Ciri-
ciri yang lain tidak dimiliki oleh semua kursi tadi, berarti ini merupakan
kebenaran yang objektif-umum, tidak subjektif-relatif.
17
mereka yang menamakan diri sebagai "sophis" ("yang bijaksana dan
berapengetahuan"), Socrates lebih berminat pada masalah manusia dan
tempatnya dalam masyarakat, dan bukan pada kekuatan-kekuatan yang
ada dibalik alam raya ini (para dewa-dewi mitologi Yunani).
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Socrates adalah sorang filsuf Yunani yang hidup pada tahun 469-399
sebelum Masehi. Ia memiliki pendapat bahwa membangkitkan dalam
19
diri manusia rasa cinta akan kebenaran dan kebaikan (Philosophia) yang
membantu manusia berpikir dan hidup lurus. Socrates memiliki dua
kebijakan, yaitu Gnotie-Seauton atau kenalilah dirimu dan Maieutica-
Technic atau seni kebidanan.
Gnotie-Seauton, dalam hal ini, menunjukkan sebuah kepentingan
kemanusiaan yang bersifat fundamental dalam hal memahami dan
mengerjakan pikiran, yang merupakan salah satu ciri keberadaan yang
khas manusia itu. Intinya pada analisis diri dan pemahaman diri untuk
mencapai pengetahuan dan tingkah laku yang lebih baik.
Maieutica-Technic, dalam pemikiran Socrates adalah bahwa pada diri
setiap manusia terpendam jawab mengenai berbagai persoalan dalam
dunia nyata. Karena itu setiap orang sesungguhnya bisa menjawab
semua persoalan yang dihadapinya. Masalahnya adalah pada orang-
orang itu, kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa dalam dirinya
terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Karena itu menurut Socrates, perlu ada orang lain yang ikut mendorong
mengeluarkan ide-ide atau jawaban yang masih terpendam. dengan
perkataan lain perlu semacam “bidan” untuk membantu kelahiran sang
ide dari dalam kalbu manusia.
B. SARAN
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
tercapainya kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.
20
DAFTAR PUSTAKA
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebeni. 2008. Filsafat Umum Dari
Metologi sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.
Ahmad Tafsir. 2009. Filsafat Ilmu mengurai Ontologi, Epistemologi dan
Aksiologi Pengetahuan. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.
Asmoro Hadi. 2013. Filsafat Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada.
Idzam Fautanu. 2012. Filsafat Umum Teori & Aplikasinya. Jakarta: Referensi.
Karel Karsten Himawan. 2013. Pemikiran Magis Ketika Batas Antara Magis
dan Logis Menjadi Bias. Jakarta: Index.
K. Bertens. 2005. Sejarah Filsafat Yunani. Jogjakarta: Kanisius.
Muhammad Alfan. 2013. Pengantar Filsafat Nilai. Bandung: CV. Pustaka
Setia,
MasykurArif Rahman. 2013. Sejarah Filsafat Barat. Jogjakarta: IRCiSoD.
Nurani Soyomukti. 2011. Pengantar Filsafat Umum. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Sutardjo Adisusilo. 2013. Sejarah Pemikiran Barat Dari yang klasik sampai
yang modern. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Wahyu Murtiningsih. 2012. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah.
Jogjakarta: IRCiSoD.
21