6Q - Basalt - Bab 1-4
6Q - Basalt - Bab 1-4
PENDAHULUAN
Adapun anah batuan zona pegunungan selatan bagian timur, khususnya di lebear
jember, jawa menurut Sapei , dkk. (1992) dari yang tertua hingga termudah adalah
: Formasi meruberiti, Formasi Batu ampar, Formasi Sukumade, Batuan
terombosan granodiorite, diorite, dasit, Formasi Puger , Formasi Mandiku,
Formasi Argopuro, Formasi Bagor, Formasi kalibaru, Batuan Gunung Api Raung
Dan endapan Aluvial Kuarter.
1.1.1 Perizinan
Berikut ini adalah uraian mengenai skema perizinan Izin Usaha Pertambangan
(IUP)
1. IUP Eksplorasi diberikan oleh :
a. Menteri, untuk WIUP yang berada dalam lintas wilayah provinsi atau
wilayah laut lebih dari 12 mil dari garis pantai
b. Gubernur, untuk WIUP yang berada dalam lintas kabupaten/kota dalam 1
provinsi atau wilayah laut 4 - 12 mil dari garis pantai
c. bupati/walikota, untuk WIUP yang berada dalam 1 wilayah kabupaten/kota
atau wilayah laut sampai dengan 4 mil dari garis pantai
2. IUP Eksplorasi diberikan berdasarkan permohonan dari badan usaha, koperasi,
dan perseorangan yang telah mendapatkan WIUP dan memenuhi persyaratan
3. Menteri atau guberrnur menyampaikan penerbitan peta WIUP batuan yang
diajukan oleh badan usaha, koperasi, atau perseorangan kepada gubernur atau
1
2
Tabel 1.1
Perizinan
Pemegang IUP Ardhi Rozak
Nama Direktur Aldy Adhi Angkie
Alamat Semolowaru utara gang 1 nomer 141 B Sukolilo
Surabaya Jawa timur
NPWP 84.384.843.9-656.004
Komoditas Batu Basalt
Lokasi Bobor, Kedasih, Sukapura, Probolinggo, Jawa
Timur
SK WIUP Nomor: P2T / 65 / 70 / 90 / II / 2018 Tanggal 29
Februari 2020
SK IUP Eksplorasi Nomor: P2T / 65 / 70.01 / III / 2018 Tanggal 28
Februari 2020
Jangka Waktu 1 (satu) tahun
Luas WIUP 8 Hektar
Kode WIUP -
Luas IUP OP 5 Hektar
Gambar 1.1
Peta Overlay WIUP Dan Foto Udara Di Daerah Penyelidika
5
KOORDINAT WIUP
LINTANG
N BUJUR TIMUR SELATAN
O
D M S D M S
1 133 3 50.88 7 55 2.34
2 133 3 50.88 7 55 12.40
3 133 3 51.73 7 55 12.40
4 133 3 51.73 7 55 15.29
5 133 3 57.86 7 55 15.29
6 133 3 57.86 7 55 11.32
7 133 3 56.68 7 55 11.32
8 133 3 56.68 7 55 9.08
9 133 3 57.68 7 55 9.08
10 133 3 57.68 7 55 2.34
7
Gambar 1.2
Peta Kesampain Daerah
8
Kajian iklim di wilayah Kabupaten Probolinggo didekati dari data kondisi curah
hujan di beberapa stasiun Penakar Hujan, sebagaimana disajikan pada Tabel 1.3
Tabel 1.3
Kondisi Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kabupaten Probolinggo
Banyaknya Curah
Jumlah
Tempat Hujan/bl. (mm)
No. Kecama Curah
Stasiun Rata- Hari
tan Terbe Terkeci Huja
Penakar rata Hujan
Hujan sar l n
(mm/t
h)
1 Kraksaan Kraksaan 120 2 81.0 1,127 33
2 Krejengan Krejenga 138 1 88.5 1,485 71
n
3 Kertosuko Krucil 138 3 70.5 2,585 97
4 Krucil Krucil 121 1 81.0 2,577 111
5 Katimoho - 135 1 88.0 1,383 78
6 Pandan Krucil 127 2 84.5 2,138 98
Laras
7 Jurangjero Gading 105 1 53.0 1,800 77
8 Wenpked - 184 1 82.5 1,790 88
9 Sokean Krejenga 123 1 82.0 1,292 82
n
1 Bremi Krucil 102 1 51.5 2,585 123
0
1 Besuh Bantaran 125 1 83.0 1,543 85
1
1 Bago Besuk 150 2 78.0 1,797 87
2
1 Batur Gading 182 8 84.0 2,849 83
3
1 Klampokan Besuk 150 2 78.0 1,887 87
4
9
1.4.2 Sosial
Penduduk Kabupaten Probolinggo secara umum terdiri atas 3 suku, yaitu suku
Madura, Jawa dan Tengger. Ketiga suku hidup berdampingan dan berinteraksi
secara aktif. Suku Madura dan Jawa dapat dianggap dominan dan menyebar di
seluruh wilayah, sedangkan suku Tengger yang secara historis berasal dari
keturunan Kerajaan Majapahit hanya terdapat di Kecamatan Sukapura dan
Kecamatan Sumber. Suku Madura pada umumnya mempunyai sifat sosial budaya
yang agak berbeda dengan suku lainnya, dimana mereka memiliki sifat harga diri
yang tinggi dan rela mati demi menjunjung kehormatannya. Suku Madura juga
umumnya juga mempunyai sifat dan bakat wiraswasta yang cukup tinggi.
1.4.3 Ekonomi
Perekonomian Kabupaten Probolinggo masih didominasi oleh 3 sektor besar,
antara lain Sektor Pertanian sebesar 30,41 %; Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran sebesar 29,74 % dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 12,07 %.
Selanjutnya untuk Sektor Jasa- Jasa sebesar 9,45 %; Sektor Bangunan 7,98 %;
Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,91 %; Sektor Pengangkutan
dan Komunikasi 3,67 %; Sektor Pertambangan dan penggalian 1,44 % dan Sektor
Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 1,33 %.
Kondisi perekonomian daerah dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang
dapat digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan
di suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Probolinggo yang diukur dari PDRB atas dasar harga konstan 2000, selama
periode 2005 – 2009 mengalami peningkatan yang signifikan. Tercatat sejak
Tahun 2005 sudah mengalami pertumbuhan sebesar 4,73 %, Tahun 2006 sebesar
5,69 %, Tahun 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 5,97 %, Tahun 2008
meningkat menjadi sebesar 5,78% dan pada Tahun 2009 juga meningkat sebesar
5,72 %. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perekonomian secara
umum tumbuh positif namun pada Tahun 2008 dan 2009 laju pertumbuhannya
lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Penurunan laju pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Probolinggo ini terjadi hampir pada semua sektor kecuali sektor
pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, bangunan,
pengangkutan dan komunikasi.
1.4.4 Iklim
Pada umumnya wilayah Kota Probolinggo beriklim tropis dengan rata-rata curah
hujan mencapai + 961 millimeter dengan jumlah hari hujan mencapai 55 hari.
Curah hujan tertinggi pada umumnya terjadi pada bulan Desember, sedangkan
hujan terendah terjadi pada bulan Agustus. Temperatur rata-rata terendah
11
Tabel 1.4
Jadwal Pelaksanaan
Bulan 1 Bulan 2
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
Studi pustaka
Persiapan alat dan bahan
Survei topografi
12
Bulan 1 Bulan 2
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
Survei geologi
Perhitungan cadangan
Evaluasi dan analisis data geologi
Pembuatan peta hasil eksplorasi
Kajian komponen kemasyarakatan
Studi kelayakan
Analisis rencana kerja dan anggaran biaya
Analisis rencana reklamasi
Pembuatan laporan
1. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk megetahui gambaran mengenai daerah
penelitian berdasarkan karya ilmiah/jurnal/penelitan terdahulu yang pernah
dikeluarkan di sekitar daerah penelitian. Dengan adanya studi pustaka ini
diharapkan kegiatan eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
g. Kamera digital
h. Plastik sampel
i. Meteran
j. Alat tulis
k. Computer
l. Printer
3. Survei pendahuluan
Survei pendahuluan ini bertujuan untuk mengamati secara umum kondisi
lapangan dan gambaran umum mengenai kondisi geologi dan komoditas
tambang yang ada. Survei dilakukan dengan pengamatan kondisi batuan, tanah,
morfologi sekitar, dan aspek hidrogeologi seperti keterdapatan sungai dan mata
air di daerah penelitian secara umum.
4. Pembuatan peta topografi
Peta topografi dibuat dengan cara mengintegrasikan data elevasi yang
didapatkan di lapangan dengan citra satelit. Data kemudian diolah sedemikian
rupa sehingga didapatkan peta topografi daerah penelitian yang memuat
informasi kontur ketinggian serta situasional di daerah penelitian dan sekitar
daerah penelitian.
5. Pemetaan geologi
Pemetaan geologi dilakukan dengan membuat lintasan pengamatan dan
pengambilan sampel batuan. Aspek yang diamati antara lain kondisi morfologi,
stratigrafi, dan struktur geologi, serta aspek teknis penunjang lainnya.
Pemetaan geologi detail ini digunakan untuk membuat model geologi yang
berfungsi untuk karakterisasi dan pendugaan keterdapatan komoditas tambang
yang ada di daerah penelitian.
6. Analisis data
Analisis yang dilakukan antara lain adalah mengintegrasikan data geologi
seperti jenis, sebaran, dan karakteristik batuan baik secara lateral maupun
vertikal dengan aspek teknis pertambangan seperti batas dan rencana teknis
pertambangan yang ditentukan berdasarkan hasil pemetaan geologi. Hasil
14
Tabel 1.5
Analisis Data yang Dilakukan
No. Data Hasil analisis Perangkat
masukan
1 Elevasi dan Peta topografi, morfologi, GPS, Global
morfologi dan visualisasi 3 (tiga) Mapper, Google
dimensi Earth,
2 Singkapan Profil singkapan, GPS,Global
batuan, stratigrafi daerah Mapper, Ms.
karakter penelitian, peta lokasi Office, Surfer, Q
batuan, singkapan, peta geologi, Gis
variasi dan perhitungan
geometri sumberdaya/cadangan,
batuan peta kemajuan tambang,
peta rencana reklamasi
15
5. GPS
6. Alat Pemboran
7. Kamera
8. Buku Lapangan
9. Plastik Sempel
10. Meteran
1.6 Pelaksana
Tenaga kerja yang bekerja untuk eksplorasi ini ada 3 orang. Adapun yang
bertanggung jawab atas semua kegiatan eksplrasi adalah KTT
Tabel 1.6
Pelaksana Kegiatan Eksplorasi
Nama Keahlian Status Pekerjaan Kegiatan
Jacki Angkie S.T, Pemetaan Tenaga Ahli Pemetaan
M.T Topografi
Refinaldi Adhi Pemetaan Tenaga Ahli Pemetaan
Pratama S.T,M.T Geologi
Syahputra. S. T. Keselamatan dan KTT Pemetaan
Keselamatan topografi dan
Kerja Geologi
Tim Pemetaan Pemetaan Asisten Tenaga Pemetaan
Topografi (49 Ahli Topografi
Orang)
Tim Pemetaan Pemetaan Asisten Tenaga Pemetaan
Geologi (40 Orang) Ahli Geologi
BAB II
GEOLOGI
2.1.1 Geomorfologi
Kabupaten Probolinggo merupakan wilayah yang memiliki keragaman topografi
berupa dataran rendah, perbukitan dan pegunungan, yang sebagian besar berada
pada ketinggian antara 100 - 1.500 meter diatas permukaan laut. Menurut keadaan
fisik wilayah Kabupaten Probolinggo terbagi atas 3 bagian yaitu :
1. Pegunungan, berada pada ketinggian 1.000 – 1.500 meter diatas permukaan
laut, meliputi wilayah-wilayah di sekitar Pegunungan Tengger (di sebelah
Barat Daya) dan Gunung Argopuro (di sebelah Tenggara);
2. Perbukitan, berada pada ketinggian 500 – 1000 meter diatas permukaan laut,
meliputi wilayah-wilayah bagian tengah dan di sekitar kaki pegunungan,
merupakan bentukan lereng dari pegunungan yang membujur dari arah Barat
ke Timur;
3. Dataran rendah, berada pada ketinggian 0 – 500 meter diatas permukaan laut,
meliputi wilayah pesisir dan dataran rendah membentang dari Barat sepanjang
18
garis pantai Utara ke arah timur (Panjang pantainya mencapai ± 55,3 Km),
kemudian membuur ke arah selatan.
Pada wilayah bentar ke arah paiton, terdapat bukit bukit tinggi yang erdiri
dari batuan keras dekat laut. Hal ini menunjukkan pengaruh lempeng samudra dan
lempeng benua yang saling konvergen (mendekat) sehingga terbentuk
demikian. Lempeng samudra (lempeng pasifik) mengalami subduksi. Terdapat
bukti patahan sepanjang jalan pantai bentar menghadap samudra pasifik.
Terlihat tebing-eing dan bukit yang rendah. Bagian lempeng pasifik yang mausk
dalam bumi, meleleh dan menjadi magma yang membentuk gunung bromo,
lemongan, semeru, dan argpuro.
2.1.2 Litologi
Menurut Jasmine,2014 Daerah panas bumi Probolinggo, Jawa Timur berada di
lingkungan pegunungan api yang berumur holosen yaitu antara Gunung
Lamongan dan Gunung Iyang-Argopuro. Ciri khas morfologi daerah panas bumi
ini dikelilingi oleh perbukitan vulkanik dan sebaran danau maar. Danau maar
merupakan bekas kawah gunung berapi pada masa lampau yang saat ini cekungan
tersebut terisi oleh air serta material-material endapan hasil letusan gunung api.
Mayoritas jenis litologi pada daerah panas bumi Probolinggo adalah batuan
piroklastik, basalt, lava andesit-basaltik dan tuf.
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh kelompok kami sendiri teletak di
daerah Bobor, Kedasih, Sukapura, Probolinggo, JawaTimur yang bedekatan
langsung dengan gunung bromo, yang dimana dalam peta geologi regional.
Tempat tersebut memiliki banyak jenis batuan yang terdapat di sekitar maupu
yang dekat dengan gunung bromo Satuan Batuan yang terdapat di sekitar gunung
Bromo (Qvb) terdiri atas breksi gunungapi, lava, tuf, tuf breksi, dan lahar.
Sementara satuan endapan rombakan Cemaratiga terdiri atas Breksi tuf, lahar, dan
reruntuhan batuan gunung api.
20
(Suharsono, Dkk)
Gambar 2.1
Peta Geologi Regional
21
2.1.3 Struktur
Selama zaman Tersier di Pulau Jawa telah terjadi tiga periode tektonik yang telah
membentuk lipatan dan zona-zona sesar yang umumnya mencerminkan gaya
kompresi regional berarah Utara-Selatan (Van Bemmelen, 1949). Ketiga periode
tektonik tersebut adalah:
1. (Hall dan Sevastjanova, 2012) menyelidiki tentang batuan yang terdapat pada
daera gunung bromo dan membentuk peta geologi regional pada daerah
tersebut.
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Selama kegiatan pemetaan geologi diambil juga conto batuan untuk diamati
secara fisik dan dianalisis secara kimia. Hal ini dilakukan untuk menentukan jenis
dan karakteristik batuan.
3.3.1. Metoda
Penyelidikan laboratorium menggunakan metode pengamatan petrologi dan
pengukuran densitas batuan, petrologi yaitu metode pemerian metode secara detail
hingga perbesaran 30x menggunakan loupe geologi, mempunyai fungsi untuk
mengetahui karakteristik sampel, tipe batuan, dan komposisi mineral. Sementara
uji densitas yaitu metode pengukuran berat jenis setiap tipe sampel batuan.
Metode pemetaan geologi dilakukan dengan kompilasi data lintasan terbuka dimana
data geologi berupa singkapan batuan dan tanah lapuknya, struktur geologi, batasan
lithologi, serta indikasi mineralisasi, diplot melalui alat GPS (global position system)
kemudian dituangkan kedalam peta kerja. Hasil pemetaan geologi ini kemudian
dituangkan dalam peta penyebaran potensi batuan, yang kemudian menjadi acuan
dalam penyusunan rencana kegiatan penambangan dan pembagian blok
penambangan.
Tahap awal setelah survey lapangan adalah membuat peta lintasan geologi, titik
pengambilan sampel merupakan titik pelaksanaan chip sampling, pencatatan data, dan
pengeplotan di peta. Lintasan merupakan jejak perjalanan penyelidikan di lapangan,
perjalan yang dilewati mewakili persebaran batuan di sekitarnya juga dijadikan dasar
penarikan satuan batuan.
Peta geologi dibuat berdasarkan kesamaan sumber batuan dan proses geologi yang
terjadi. Data lapangan dilakukan delineasi batas satuan berdasarkan karakteristik pola
29
kontur tertentu yang menggambarkan proses geologi yang terjadi. Dalam peta geologi
lokal daerah WIUP satuan batuan terbagi 2, yaitu batuan basalt yang memiliki
kandungan silika 45-52%, dan batuan piroklastik yang berasal dari gunung bromo.
4.1.1.1 Litologi
Daerah penyelidikan secara singkat terdiri atas dua satuan batuan. Satuan batuan
basalt yang termasuk dalam batuan beku esklusif yang mana merupakan beku
vulkanik berasal dari hasil pembekuan magma yang terjadi di permukan bumi
dengan komposisi basa, batuan ini memiliki kandungan kuarsa tidak lebih dari
20%, kadar Feldspathoid 10% dan presentase mineral Feldspar dalam bentuk
plagioklas sebesar 65%. Komposisi batuan Basalt terdiri atas mineral piroksin,
Amphibole, Plagioklas, dan Gelas vulkanik, keberadaan gelas vulkanik hanya
dimiliki oleh batu basalt.
Tabel 4.1
Statigrafi Penelitian
Tidak hanya batuan basalt di area WIUP juga ditemukan satuan piroklastik yang
berasal dari lahar gunung bromo. Batuan tersebut terdiri dari pumice, scoria
lapilli dan obsidian
1. Satuan Basalt
Satuan Basalt memiliki komposisi paling dominan di area WIUP kurang lebih seluas
80%, merupakan batuan yang berasal dari batuan beku eksklusif gunung bromo
denga besar butir pasir hingga bongka.
30
2. Satuan Piroklastik
Satuan piroklastik Di daerah WIUP hadir seluas kurang lebih 20 %, merupakan produk
dari letusan gunung bromo, tertransportasi oleh aliran sungai dan mengedap
disekitar aliran sungai.
4.1.1.2 Struktur
Batuan yang terdapat di daerah penyelidikan erupakan batuan yang memili struktur
visikular yang mana terdapat rongga pori- pori, hal ini disebabkan oleh karna
pembentukannya terlalu cepat.
Serangkaian kegiatan yang telah dilakukan pada kegiatan eksplorasi lahan eksplorasi
ini menghasilkan data-data yeng kemudian dievaluasi dan diolah dengan
menggunakan system komputerisasi, maka diperoleh hasil peta topografi sebagai
berikut:
31
Gambar 4.1
Peta Topografi
32
Pengamatan pertama dengan melihat karakteristik warna dan tekstur tanah dan
yang kedua dengan melakukan pengambilan contoh dengan chip sampling,
hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan kandungan
mineral yang ada pada setiap lapisan, sekaligus sebagai data dasar dalam
penyelesaian peta geologi dan peta penyebaran endapan bahan galian
4.2.1 Metoda
Estimasi sumber daya dengan sistem komputerisasi perhitingan volume cut off
dari elevasi 1.251 mdpl hingga elevasi 1.358 mdpl menggunakan program
surfer. Evaluasi sumber daya dilakukan dengan komputerisasi mengunakan
program dengan metode Triangular Irregular Network (TIN) dimana
perhitungan/grid volume dilakukan berdasarkan bentuk perlaapisan
penampang hasil dari pengukuran.
Dari data-data dasar tersebut akan dihasilkan data olahan, yaitu data dasar yang
diolah untuk mendapatkan model endapan secara tiga dimensi.
Gambar 4.1
Permodelan Sumber Daya Terka
35
Gambar 4.2
Permodelan Sumber Daya Terkira
Gambar 4.3
Permodelan Sumber daya Terunjuk