Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara tektonik, zona pegunungan selatan jawa merupakan busur magmatic yang
terbentuk dari hasil kegiatan penunjangan lempeng Hindia- Australia dan lempeng
Asia pada kala oligosen Akhirmmiosen awal. Bujur magmatic ini membentang
dari barat hingga ketimur sepanjang pulau Jawa (Katili,J. A., 1975)

Adapun anah batuan zona pegunungan selatan bagian timur, khususnya di lebear
jember, jawa menurut Sapei , dkk. (1992) dari yang tertua hingga termudah adalah
: Formasi meruberiti, Formasi Batu ampar, Formasi Sukumade, Batuan
terombosan granodiorite, diorite, dasit, Formasi Puger , Formasi Mandiku,
Formasi Argopuro, Formasi Bagor, Formasi kalibaru, Batuan Gunung Api Raung
Dan endapan Aluvial Kuarter.

1.1.1 Perizinan
Berikut ini adalah uraian mengenai skema perizinan Izin Usaha Pertambangan
(IUP)
1. IUP Eksplorasi diberikan oleh :
a. Menteri, untuk WIUP yang berada dalam lintas wilayah provinsi atau
wilayah laut lebih dari 12 mil dari garis pantai
b. Gubernur, untuk WIUP yang berada dalam lintas kabupaten/kota dalam 1
provinsi atau wilayah laut 4 - 12 mil dari garis pantai
c. bupati/walikota, untuk WIUP yang berada dalam 1 wilayah kabupaten/kota
atau wilayah laut sampai dengan 4 mil dari garis pantai
2. IUP Eksplorasi diberikan berdasarkan permohonan dari badan usaha, koperasi,
dan perseorangan yang telah mendapatkan WIUP dan memenuhi persyaratan
3. Menteri atau guberrnur menyampaikan penerbitan peta WIUP batuan yang
diajukan oleh badan usaha, koperasi, atau perseorangan kepada gubernur atau

1
2

bupati/walikota untuk mendapatkan rekomendasi dalam rangka penerbitan IUP


Eksplorasi. Gubernur atau bupati/walikota memberikan .
4. rekomendasi paling lama 5 hari kerja sejak diterimanya tanda bukti
penyampaian peta WIUP mineral batuan
5. Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan peta WIUP
beserta batas dan koordinat dalam waktu paling lambat 5 hari kerja setelah
penerbitan peta WIUP mineral batuan harus menyampaikan permohonan IUP
Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dan wajib
memenuhi persyaratan
6. Bila badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam waktu 5 hari kerja tidak
menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan uang
pencadangan wilayah menjadi milik Pemerintah atau pemerintah daerah dan
WIUP menjadi wilayah terbuka.
3

Berikut ini adalah uraian mengenai identitas pemohon :

Tabel 1.1
Perizinan
Pemegang IUP Ardhi Rozak
Nama Direktur Aldy Adhi Angkie
Alamat Semolowaru utara gang 1 nomer 141 B Sukolilo
Surabaya Jawa timur
NPWP 84.384.843.9-656.004
Komoditas Batu Basalt
Lokasi Bobor, Kedasih, Sukapura, Probolinggo, Jawa
Timur
SK WIUP Nomor: P2T / 65 / 70 / 90 / II / 2018 Tanggal 29
Februari 2020
SK IUP Eksplorasi Nomor: P2T / 65 / 70.01 / III / 2018 Tanggal 28
Februari 2020
Jangka Waktu 1 (satu) tahun
Luas WIUP 8 Hektar
Kode WIUP -
Luas IUP OP 5 Hektar

1.1.2 Status dan Kegunaan Lahan


Penggunaan lahan atau tanah merupakan gambaran aktivitas manusia pada
sebidang tanah sesuai dengan jenis peruntukannya. Penggunaan dan pemanfaatan
tanah/ lahan yang dimaksud dengan kawasan budidaya tersebut meliputi kawasan
budidaya pertanian, kawasan budidaya perikanan, peternakan dan kawasan
budidaya perkebunan. Berdasarkan pengamatan foto udara, secara spesifik daerah
WIUP digunakan sebagai tegalan / perkebunan. Tata guna lahan WIUP dapat di
lihat pada gambar berikut:
4

(Sumber: Google Earth Pro)

Gambar 1.1
Peta Overlay WIUP Dan Foto Udara Di Daerah Penyelidika
5

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari adanya penyelidikan ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari / menemukan jenis batuan
2. Mendapatkan gambaran sebaran bahan galian yang berharga
3. Mendapatkan gambaran bentuk dan dimensi tubuh bijih
4. Mengestimasi kuantitas dan kualitas bijih/bahan galian
5. Mengestimasi nilai ekonomi/cadangan.
1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan
1.3.1 Administratif dan Geografis
Secara administrasi terletak Bobor, Kedasih, Sukapura, Probolinggo, Jawa
Timur, seluas 1.696,17 km2. Batas wilayah izin usaha pertambangan sebagai
berikut:
1. Utara :Selat Madura
2. Timur :Kabupaten Situbondo
3. Selatan :Kabupaten Pasuruan
4. Barat :Kabupaten Lumajang
Lokasi Bobor, Kedasih, Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, terdapat
12'50' - 113'30' Bujur Timur (BT) dan 7'40' - 8'10' Lintang Selatan (LS) dengan
luas wilayah sekitar 169.616,65 Ha atau + 1696,17 Km 2. Adapun Pemerintahan
Kabupaten Probolinggo Sebagai berikut,
1. Bupati : Rukhmini Buchori
2. APBD : Rp 2.376.660.387.000(2019)
3. DAU : Rp 1.008.758.706.- (2019)
4. Luas : 56,67 km2
5. Kepadatan : 4.102 jiwa/km2
6. Agama : Kristen protestan 1,45 %
: Kristen Katolik 1,17 %
: Islam 96,86 %
: Budha 0.46%
: Hindu 0.5%
: Konghucu 0.01
6

7. Kode area :0335


8. Bandar Udara :-
9. Kecamatan :5
10. Kelurahan : 29

Keadaan Geografis Kabupaten Probolinggo terletak di lereng pegunungan yang


membujur dari Barat ke Timur, yaitu Gunung Semeru, Argopuro, Lamongan dan
Tengger. Kabupaten Probolinggo berada di sekitar garis khatulistiwa
menyebabkan daerah ini mengalami perubahan iklim dua jenis setiap tahun, yaitu
musim kemarau dan musim penghujan.
1.3.2 Kesampaian Wilayah
Desa Bobor Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo biasa ditempuh
menggunakan akses darat, dimulai melalui tol waru sampai toll leces dengan
waktu kurang lebih 2 jam. Toll leces ke area tambang memerlukan waktu 1 jam 6
menitdengan jarak tempuh 31 km.
Kesampaian daerah Surabaya menuju wilayah izin usaha pertambangan dapat
dilihat pada peta dibawah ini:
Tabel 1.2
Koordinat IUP Eksplorasi

KOORDINAT WIUP
LINTANG
N BUJUR TIMUR SELATAN
O
D M S D M S
1 133 3 50.88 7 55 2.34
2 133 3 50.88 7 55 12.40
3 133 3 51.73 7 55 12.40
4 133 3 51.73 7 55 15.29
5 133 3 57.86 7 55 15.29
6 133 3 57.86 7 55 11.32
7 133 3 56.68 7 55 11.32
8 133 3 56.68 7 55 9.08
9 133 3 57.68 7 55 9.08
10 133 3 57.68 7 55 2.34
7

Gambar 1.2
Peta Kesampain Daerah
8

1.4 Keadaan Umum Lingkungan


1.4.1 Curah Hujan
Pada umumnya musim kemarau jatuh pada bulan April hingga bulan Oktober,
sedangkan musim hujan terjadi antara bulan Oktober hingga bulan April. Jika
dilihat dari posisi geografis, Kabupaten Probolinggo terletak antara wilayah
pegunungan dan wilayah pesisir, karena itu pada masa peralihan musim terjadi
angin kencang yang bertiup dari Tenggara ke arah Barat Laut dan bersifat kering,
yang oleh masyarakat setempat diberi nama angin Gending.

Kajian iklim di wilayah Kabupaten Probolinggo didekati dari data kondisi curah
hujan di beberapa stasiun Penakar Hujan, sebagaimana disajikan pada Tabel 1.3

Tabel 1.3
Kondisi Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kabupaten Probolinggo
Banyaknya Curah
Jumlah
Tempat Hujan/bl. (mm)
No. Kecama Curah
Stasiun Rata- Hari
tan Terbe Terkeci Huja
Penakar rata Hujan
Hujan sar l n
(mm/t
h)
1 Kraksaan Kraksaan 120 2 81.0 1,127 33
2 Krejengan Krejenga 138 1 88.5 1,485 71
n
3 Kertosuko Krucil 138 3 70.5 2,585 97
4 Krucil Krucil 121 1 81.0 2,577 111
5 Katimoho - 135 1 88.0 1,383 78
6 Pandan Krucil 127 2 84.5 2,138 98
Laras
7 Jurangjero Gading 105 1 53.0 1,800 77
8 Wenpked - 184 1 82.5 1,790 88
9 Sokean Krejenga 123 1 82.0 1,292 82
n
1 Bremi Krucil 102 1 51.5 2,585 123
0
1 Besuh Bantaran 125 1 83.0 1,543 85
1
1 Bago Besuk 150 2 78.0 1,797 87
2
1 Batur Gading 182 8 84.0 2,849 83
3
1 Klampokan Besuk 150 2 78.0 1,887 87
4
9

1 Kandangjat Kraksaan 99 3 51.0 932 44


5 i
1 Jabung Paiton 78 1 38.5 848 45
6
1 Remah - 190 2 98.0 1,918 73
7
1 Sumber Sumberas 98 5 50.5 1,328 70
8 Bendo ih
1 Arah - 118 2 80.0 2,405 90
9 Makam
2 Paiton Paiton 85 3 44.0 1,191 48
0
2 Pakuniran Pakunira 95 2 48.5 1,118 88
1 n
2 Kali Pakunira 125 2 83.5 1,111 51
2 Dandan n
2 Kedung Pakunira 158 3 80.5 2,897 85
3 Sumur n
2 Kota Anyar Kotaanya 102 2 52.0 1,235 58
4 r
(Sumber: bpdp.probolinggo.go.id)

1.4.2 Sosial
Penduduk Kabupaten Probolinggo secara umum terdiri atas 3 suku, yaitu suku
Madura, Jawa dan Tengger. Ketiga suku hidup berdampingan dan berinteraksi
secara aktif. Suku Madura dan Jawa dapat dianggap dominan dan menyebar di
seluruh wilayah, sedangkan suku Tengger yang secara historis berasal dari
keturunan Kerajaan Majapahit hanya terdapat di Kecamatan Sukapura dan
Kecamatan Sumber. Suku Madura pada umumnya mempunyai sifat sosial budaya
yang agak berbeda dengan suku lainnya, dimana mereka memiliki sifat harga diri
yang tinggi dan rela mati demi menjunjung kehormatannya. Suku Madura juga
umumnya juga mempunyai sifat dan bakat wiraswasta yang cukup tinggi.

Permasalahan sosial yang banyak terdapat di Kabupaten Probolinggo adalah anak


terlantar yang mencapai 32.978 anak. Anak terlantar banyak dijumpai di
Kecamatan Tiris dan Kecamatan Krucil masing-masing lebih dari 8.000 orang.
Permasalahan sosial lainnya adalah mantan napi, pengemis/gelandangan, wanita
tuna susila dan anak nakal, yang jumlah keseluruhannya relatif kecil hanya 1.078
orang.
10

1.4.3 Ekonomi
Perekonomian Kabupaten Probolinggo masih didominasi oleh 3 sektor besar,
antara lain Sektor Pertanian sebesar 30,41 %; Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran sebesar 29,74 % dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 12,07 %.
Selanjutnya untuk Sektor Jasa- Jasa sebesar 9,45 %; Sektor Bangunan 7,98 %;
Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,91 %; Sektor Pengangkutan
dan Komunikasi 3,67 %; Sektor Pertambangan dan penggalian 1,44 % dan Sektor
Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 1,33 %.

Kondisi perekonomian daerah dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang
dapat digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan
di suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Probolinggo yang diukur dari PDRB atas dasar harga konstan 2000, selama
periode 2005 – 2009 mengalami peningkatan yang signifikan. Tercatat sejak
Tahun 2005 sudah mengalami pertumbuhan sebesar 4,73 %, Tahun 2006 sebesar
5,69 %, Tahun 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 5,97 %, Tahun 2008
meningkat menjadi sebesar 5,78% dan pada Tahun 2009 juga meningkat sebesar
5,72 %. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perekonomian secara
umum tumbuh positif namun pada Tahun 2008 dan 2009 laju pertumbuhannya
lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Penurunan laju pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Probolinggo ini terjadi hampir pada semua sektor kecuali sektor
pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, bangunan,
pengangkutan dan komunikasi.

1.4.4 Iklim
Pada umumnya wilayah Kota Probolinggo beriklim tropis dengan rata-rata curah
hujan mencapai + 961 millimeter dengan jumlah hari hujan mencapai 55 hari.
Curah hujan tertinggi pada umumnya terjadi pada bulan Desember, sedangkan
hujan terendah terjadi pada bulan Agustus. Temperatur rata-rata terendah
11

mencapai 26 °C dan tertinggi mencapai 32 °C.

Kota Probolinggo mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 musim setiap


tahunnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal,
musim penghujan berada pada bulan Nopember hingga April, sedangkan musim
kemarau berada pada bulan Mei hingga Oktober setiap tahunnya. Jumlah curah
hujan pada tahun 2008 dari hasil pemantauan pada 4 stasiun pengamatan hujan
yang ada di Kota Probolinggo, rata – rata tercatat sebesar 1.072 mm dan hari
hujan sebanyak 63 hari. Apabila dibandingkan dengan rata-rata curah hujan tahun
2007 sebesar 1.368 mm dengan 74 hari hujan, maka kondisi tahun 2008 lebih
kering dibandingkan tahun 2008, di mana curah hujan per hari pada tahun 2008
sebesar 3,75 mm/hari, sedangkan curah hujan per hari pada tahun 2008 sebesar
2,94 mm/hari. Curah hujan terlebat terjadi pada bulan Februari dan Maret rata-rata
sebesar 19,84 mm per hari. Selain itu pada bulan Juli sampai dengan September di
Kota Probolinggo terdapat angin kering yang bertiup cukup kencang (kecepatan
dapat mencapai 81 km/jam) dari arah tenggara ke barat laut, angin ini populer
dengan sebutan ”Angin Gending”.

1.5 Waktu Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan di mulai dari disetujuinya IUP Eksplorasi yaitu :

Hari/Tanggal : Senin, 29 Februari 2020


Lokasi Penelitian : Desa Bobor, Kedasih, Kecamatan Sukapura Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur

Studi eksplorasi dan pembuatan laporan dilakukan selama sekitar 2 bulan


termasuk pengamatan langsung di lapangan dan analisis data-data geologi, sosial
budaya, dan keekonomiannya.

Tabel 1.4
Jadwal Pelaksanaan
Bulan 1 Bulan 2
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
Studi pustaka
Persiapan alat dan bahan
Survei topografi
12

Bulan 1 Bulan 2
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
Survei geologi
Perhitungan cadangan
Evaluasi dan analisis data geologi
Pembuatan peta hasil eksplorasi
Kajian komponen kemasyarakatan
Studi kelayakan
Analisis rencana kerja dan anggaran biaya
Analisis rencana reklamasi
Pembuatan laporan

1.6.1 Metode dan Peralatan


1.6.1 Metode
Metode yang digunakan dalam eksplorasi ini adalah metode penelitian langsung
dan metode penelitian tidak langsung. Metode penelitian langsung lebih mengarah
pada penelitian yang dilaksanakan langsung di lapangan seperti pengamatan atau
deskripsi batuan, ketebalan batuan, vegetasi, dan lain-lain. Sedangkan penelitian
tidak langsung lebih mengarah kepada studi pustaka dan analisis data lapangan
dengan menggunakan computer. Berikut adalah tahapan kegiatan eksplorasi yang
dilakukan:

1. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk megetahui gambaran mengenai daerah
penelitian berdasarkan karya ilmiah/jurnal/penelitan terdahulu yang pernah
dikeluarkan di sekitar daerah penelitian. Dengan adanya studi pustaka ini
diharapkan kegiatan eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

2. Persiapan alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah:
a. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000
b. Peta Geologi Regional Lembar Turen skala 1:100.000
c. Palu geologi
d. Kompas geologi
e. GPS
f. Lup
13

g. Kamera digital
h. Plastik sampel
i. Meteran
j. Alat tulis
k. Computer
l. Printer

3. Survei pendahuluan
Survei pendahuluan ini bertujuan untuk mengamati secara umum kondisi
lapangan dan gambaran umum mengenai kondisi geologi dan komoditas
tambang yang ada. Survei dilakukan dengan pengamatan kondisi batuan, tanah,
morfologi sekitar, dan aspek hidrogeologi seperti keterdapatan sungai dan mata
air di daerah penelitian secara umum.
4. Pembuatan peta topografi
Peta topografi dibuat dengan cara mengintegrasikan data elevasi yang
didapatkan di lapangan dengan citra satelit. Data kemudian diolah sedemikian
rupa sehingga didapatkan peta topografi daerah penelitian yang memuat
informasi kontur ketinggian serta situasional di daerah penelitian dan sekitar
daerah penelitian.
5. Pemetaan geologi
Pemetaan geologi dilakukan dengan membuat lintasan pengamatan dan
pengambilan sampel batuan. Aspek yang diamati antara lain kondisi morfologi,
stratigrafi, dan struktur geologi, serta aspek teknis penunjang lainnya.
Pemetaan geologi detail ini digunakan untuk membuat model geologi yang
berfungsi untuk karakterisasi dan pendugaan keterdapatan komoditas tambang
yang ada di daerah penelitian.

6. Analisis data
Analisis yang dilakukan antara lain adalah mengintegrasikan data geologi
seperti jenis, sebaran, dan karakteristik batuan baik secara lateral maupun
vertikal dengan aspek teknis pertambangan seperti batas dan rencana teknis
pertambangan yang ditentukan berdasarkan hasil pemetaan geologi. Hasil
14

integrasi data ini dapat digunakan dalam perhitungan cadangan komoditas


tambang yang ada di daerah penelitian.

Tahapan pengolahan data pada penelitian ini merupakan tahapan yang


mengintegrasikan antara data yang telah diambil di lapangan dan
dikombinasikan dengan data sekunder yang dimiliki. Proses pengolahan data
ini banyak dibantu oleh perangkat lunah tertentu yang dapat memberikan
visualisasi baik secara 2 (dua) dimensi maupun 3 (tiga) dimensi mengenai
kondisi daerah penelitian.

Data yang berkaitan dengan teknis pertambangan lebih banyak dianalisis


dengan bantuan perangkat lunak komputer, sedangkan data berupa non teknis
seperti kondisi sosial budaya dan lingkungan lebih banyak dianalisis tanpa
menggunakan bantuan perangkat lunak komputer. Data teknis berupa
ketinggian atau elevasi dan morfologi, dan karakter fisik batuan di daerah
penelitian lebih banyak diolah dengan menggunakan perangkat lunak Global
Mapper dan SURPAC untuk menghasilkan peta topografi, visualisasi 3 (tiga)
dimensi topografi, peta geologi, dan perhitungan cadangan yang ada di daerah
penelitian.

Tabel 1.5
Analisis Data yang Dilakukan
No. Data Hasil analisis Perangkat
masukan
1 Elevasi dan Peta topografi, morfologi, GPS, Global
morfologi dan visualisasi 3 (tiga) Mapper, Google
dimensi Earth,
2 Singkapan Profil singkapan, GPS,Global
batuan, stratigrafi daerah Mapper, Ms.
karakter penelitian, peta lokasi Office, Surfer, Q
batuan, singkapan, peta geologi, Gis
variasi dan perhitungan
geometri sumberdaya/cadangan,
batuan peta kemajuan tambang,
peta rencana reklamasi
15

No. Data Hasil analisis Perangkat


masukan
3 Flora dan Kondisi lingkungan Ms. Office
fauna sekitar,
kondisi sosial
budaya
masyarakat

7. Perhitungan sumberdaya dan cadangan


Jumlah sumberdaya dan cadangan komoditas tambang dihitung dengan
memperhitungkan ketebalan komoditas tambang yang dapat diambil/ditambang
berdasarkan pada batas izin tambang dan rencana bentuk akhir tambang.
8. Perhitungan kapasitas produksi dan umur tambang
Kapasitas produksi ditentukan berdasarkan kemampuan produksi yang mampu
dilaksanakan sehingga dapat dihitung umur tambang berdasarkan jumlah
cadangan yang akan diambil dibagi dengan kapasitas produksinya.
9. Analisis aspek ekonomi dan sosial budaya
Analisis ekonomi dan sosial budaya serta analisis lingkungan merupakan studi
setelah studi aspek teknis yang digunakan untuk menilai kelayakan kegiatan
pertambangan secara sosial ekonomi.
10. Kelayakan kegiatan pertambangan
Layak atau tidaknya kegiatan penambangan dapat diketahui melalui studi
kelayakan. Kegiatan penambangan dikatakan layak jika memenuhi ketiga
aspek yaitu aspek teknis, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan. Sebaliknya,
kegiatan penambangan dikatakan tidak layak jika tidak memenuhi salah satu
aspek tersebut di atas.

1.6.2 Peralatan Yang Digunakan


Peralatan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah:
1. Palu Geologi
2. Kompas
3. Loupe
4. Theodolit
16

5. GPS
6. Alat Pemboran
7. Kamera
8. Buku Lapangan
9. Plastik Sempel

10. Meteran

1.6 Pelaksana

Tenaga kerja yang bekerja untuk eksplorasi ini ada 3 orang. Adapun yang
bertanggung jawab atas semua kegiatan eksplrasi adalah KTT

Tabel 1.6
Pelaksana Kegiatan Eksplorasi
Nama Keahlian Status Pekerjaan Kegiatan
Jacki Angkie S.T, Pemetaan Tenaga Ahli Pemetaan
M.T Topografi
Refinaldi Adhi Pemetaan Tenaga Ahli Pemetaan
Pratama S.T,M.T Geologi
Syahputra. S. T. Keselamatan dan KTT Pemetaan
Keselamatan topografi dan
Kerja Geologi
Tim Pemetaan Pemetaan Asisten Tenaga Pemetaan
Topografi (49 Ahli Topografi
Orang)
Tim Pemetaan Pemetaan Asisten Tenaga Pemetaan
Geologi (40 Orang) Ahli Geologi
BAB II
GEOLOGI

2.1 Geologi regional


Jawa Timur merupakan salah satu daerah dengan zonasifikasi yang
cukupkompleks. Berdasarkan bentukan geomorfologi, zonasi bentuk fisiografis di
JawaTimur dibagi kedalam 5 zona diantaranya, Zona Rembang, Zona
Randhublatung,Zona Kendheng, Zona Solo, dan Zona Pegunungan Selatan
dengan berbagai macamkarakteristik satuan bentuk lahan yang berbeda – beda.
Proses terbentuknya PulauJawa sendiri saling berkesinambungan antara satu
wilayah dengan wilayah lain,sehingga zonasi fisiografis terbentuk secara
terintegrasi dan saling menyambungantara satu wilayah dengan wilayah lain.
Seperti pada Zona Fisiografis di JawaTimur yang masih terdapat hubungan
dengan zona – zona lain yang ada wilayahsebelah barat Pulau Jawa seperti Jawa
Tengah maupun Jawa Barat

2.1.1 Geomorfologi
Kabupaten Probolinggo merupakan wilayah yang memiliki keragaman topografi
berupa dataran rendah, perbukitan dan pegunungan, yang sebagian besar berada
pada ketinggian antara 100 - 1.500 meter diatas permukaan laut. Menurut keadaan
fisik wilayah Kabupaten Probolinggo terbagi atas 3 bagian yaitu :
1. Pegunungan, berada pada ketinggian 1.000 – 1.500 meter diatas permukaan
laut, meliputi wilayah-wilayah di sekitar Pegunungan Tengger (di sebelah
Barat Daya) dan Gunung Argopuro (di sebelah Tenggara);
2. Perbukitan, berada pada ketinggian 500 – 1000 meter diatas permukaan laut,
meliputi wilayah-wilayah bagian tengah dan di sekitar kaki pegunungan,
merupakan bentukan lereng dari pegunungan yang membujur dari arah Barat
ke Timur;
3. Dataran rendah, berada pada ketinggian 0 – 500 meter diatas permukaan laut,
meliputi wilayah pesisir dan dataran rendah membentang dari Barat sepanjang
18

garis pantai Utara ke arah timur (Panjang pantainya mencapai ± 55,3 Km),
kemudian membuur ke arah selatan.

Wilayah Probolinggo memiliki zona terendah hingga tertinggi, pengaruh 3


lempeng di wilayah Indonesia (pertemuan simpang tiga (triple junction))
membentuk dataran-dataran tersebut. Pada wilayah TNBTS (Bromo-tengger
Semeru) pengaruh lipatan lempeng sangat tinggi, terbentuk jejeran gunung
dan bukit-bukit yang mengikutinya. Lokasi antara gunung bromo dan semeru
terdapat bukit-bukit kecil, sama seperti gunung argopuro yang memanjang.
Dataran tinggi yang terbentuk dari lipatan ini.

Pada wilayah bentar ke arah paiton, terdapat bukit bukit tinggi yang erdiri
dari batuan keras dekat laut. Hal ini menunjukkan pengaruh lempeng samudra dan
lempeng benua yang saling konvergen (mendekat) sehingga terbentuk
demikian. Lempeng samudra (lempeng pasifik) mengalami subduksi. Terdapat
bukti patahan sepanjang jalan pantai bentar menghadap samudra pasifik.
Terlihat tebing-eing dan bukit yang rendah. Bagian lempeng pasifik yang mausk
dalam bumi, meleleh dan menjadi magma yang membentuk gunung bromo,
lemongan, semeru, dan argpuro.

2.1.2 Litologi
Menurut Jasmine,2014 Daerah panas bumi Probolinggo, Jawa Timur berada di
lingkungan pegunungan api yang berumur holosen yaitu antara Gunung
Lamongan dan Gunung Iyang-Argopuro. Ciri khas morfologi daerah panas bumi
ini dikelilingi oleh perbukitan vulkanik dan sebaran danau maar. Danau maar
merupakan bekas kawah gunung berapi pada masa lampau yang saat ini cekungan
tersebut terisi oleh air serta material-material endapan hasil letusan gunung api.
Mayoritas jenis litologi pada daerah panas bumi Probolinggo adalah batuan
piroklastik, basalt, lava andesit-basaltik dan tuf.

Dilihat dari geografisnya, Kabupaten Probolinggo terletak di lereng pegunungan


yang membujur dari Barat ke Timur, yaitu gunung Semeru, Argopuro, Lamongan,
dan pegunungan Bromo-Tengger. Selain itu, terdapat gunung lainnya seperti
19

Gunung Bromo, Widodaren, Gilap, Gambir, Jombang, Cemoro Lawang, Malang


dan Batujajar. Dilihat dari ketinggian berada pada 0-2500 m diatas permukaan
laut dengan temperatur rata rata 27 - 30 derajat Celcius.

Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh kelompok kami sendiri teletak di
daerah Bobor, Kedasih, Sukapura, Probolinggo, JawaTimur yang bedekatan
langsung dengan gunung bromo, yang dimana dalam peta geologi regional.
Tempat tersebut memiliki banyak jenis batuan yang terdapat di sekitar maupu
yang dekat dengan gunung bromo Satuan Batuan yang terdapat di sekitar gunung
Bromo (Qvb) terdiri atas breksi gunungapi, lava, tuf, tuf breksi, dan lahar.
Sementara satuan endapan rombakan Cemaratiga terdiri atas Breksi tuf, lahar, dan
reruntuhan batuan gunung api.
20

(Suharsono, Dkk)

Gambar 2.1
Peta Geologi Regional
21

2.1.3 Struktur
Selama zaman Tersier di Pulau Jawa telah terjadi tiga periode tektonik yang telah
membentuk lipatan dan zona-zona sesar yang umumnya mencerminkan gaya
kompresi regional berarah Utara-Selatan (Van Bemmelen, 1949). Ketiga periode
tektonik tersebut adalah:

1. Periode Tektonik Miosen Atas (Mio-Pliosen)

Periode Tektonik Miosen Atas (Mio-Pliosen) dimulai dengan pengangkatan


dan perlipatan sampai tersesarkannya batuan sedimen Paleogen dan Neogen.
Perlipatan yang terjadi berarah relatif barat-timur, sedangkan yang berarah
timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara hanya sebagian. Sedangkan sesar
yang terjadi adalah sesar naik, sesar sesar geser-jurus, dan sesar normal. Sesar
naik di temukan di daerah barat dan timur daerah ini, dan berarah hamper
barat-timur, dengan bagian selatan relatif naik. Kedua-duanya terpotong oleh
sesar geser. Sesar geser-jurus yang terdapat di daerah ini berarah hampir
baratlaut-tenggara, timurlaut-baratdaya, dan utara-selatan. Jenis sesar ini ada
yang menganan dan ada pula yang mengiri. Sesar geser-jurus ini memotong
struktur lipatan dan diduga terjadi sesudah perlipatan. Sesar normal yang
terjadi di daerah ini berarah barat-timur dan hampir utara-selatan, dan terjadi
setelah perlipatan. Di daerah selatan Pegunungan Serayu terjadi suatu periode
transgresi yang diikuti oleh revolusi tektogenetik sekunder. Periode tektonik ini
berkembang hingga Pliosen, dan menyebabkan penurunan di beberapa tempat
yang disertai aktivitas vulkanik.

2. Periode Tektonik Pliosen Atas (Plio-Plistosen)

Periode Tektonik Pliosen Atas (Plio-Plistosen) merupakan kelanjutan dari


periode tektonik sebelumnya, yang juga disertai dengan aktivitas vulkanik,
yang penyebaran endapan cukup luas, dan umumnya disebut Endapan
Vulkanik Kuarter.

3. Periode Tektonik Holosen


22

Periode Tektonik Holosen disebut juga dengan Tektonik Gravitasi, yang


menghasilkan adanya gaya kompresi ke bawah akibat beban yang sangat besar,
yang dihasilkan oleh endapan vulkanik selama Kala Plio-Plistosen. Hal
tersebut menyebabkan berlangsungnya keseimbangan isostasi secara lebih aktif
terhadap blok sesar yang telah terbentuk sebelumnya, bahkan sesar-sesar
normal tipe horst dan graben ataupun sesar bongkah atau sesar menangga dapat
saja terjadi. Sesar menangga yang terjadi pada periode ini dapat dikenal
sebagai gawir-gawir sesar yang mempunyai ketinggian ratusan meter dan
menoreh kawah atau kaldera gunung api muda, seperti gawir sesar di Gunung
Beser, dan gawir sesar pada kaldera Gunung Watubela. Situmorang, dkk
(1976), menafsirkan bahwa struktur geologi di Pulau Jawa umumnya
mempunyai arah baratlaut-tenggara, sesuai dengan konsep Wrench Fault
Tectonics Moody and Hill (1956) yang didasarkan pada model shear murni.

2.1 Penyelidikan dan Hasil Penyelidikan Terdahulu


Daerah penyelidikan sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa orang yang
menyelidiki tempat tersebut

1. (Hall dan Sevastjanova, 2012) menyelidiki tentang batuan yang terdapat pada
daera gunung bromo dan membentuk peta geologi regional pada daerah
tersebut.
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN

3.1. Penyelidikan Sebelum Lapangan


Sebelum penyelidikan lapangan dimulai, dilakukan studi pustaka untuk
mengetahui gambaran mengenai daerah penelitian berdasarkan penelitian
terdahulu yang pernah ada di sekitar daerah penelitian. Pustaka yang digunakan
berupa peta dan hasil penelitian. Beberapa hasil penelitian yang digunakan
sebagai dasar penyelidikan adalah:

1. Peta Geologi Regional Lembar Probolinggo dengan skala 1: 5.000 yang


dibuat oleh Suharsono dkk. (1992);
2. Citra satelit dari Google Earth;
3. Dokumen dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Problinggo.

Data yang didapatkan dalam tahapan penyelidikan sebelum lapangan merupakan


data sekunder. Informasi yang diperoleh dari data sekunder tersebut antara
lain berupa gambaran umum kondisi geologi (morfologi dan litologi) serta
faktor-faktor yang akan mempengaruhi perencanaan kegiatan pertambangan
seperti keberadaan pemukiman, kemungkinan akses jalan, dan kondisi
lingkungan lainnya di daerah penyelidikan.

Berdasarkan studi yang dlakukan, diketahui bahwa kegiatan pertambangan sudah


cukup banyak dilakukan di sekitar daerah penyelidikan. Potensi komoditas
tambang yang ada merupakan tanah urug, pasir kali dan krokol yang ada di
lokasi tersebut. Berdasarkan citra satelit, dapat dilihat bahwa terdapat
banyak pemukiman di sekitar penyelidikan. Akses jalan menuju lokasi
terlihat cukup baik dan dapat langsung dituju melalui jalan utama dan jalan
desa.
24

3.2. Penyelidikan Lapangan


Pada tahapan penyelidikan lapangan dilakukan pengamatan langsung di daerah
penyelidikan serta dilakukan kegiatan pemetaan topografi dan pemetaan geologi.
Data yang dihasilkan merupakan data primer hasil pengamatan.

3.2.1. Pemetaan Geologi


Pemetaan geologi dilakukan di lokasi WIUP dengan luas 8 Hektar. Pemetaan ini
dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan informasi secara tepat mengenai
jenis batuan dan penyebarannya. Pemetaan geologi dilakukan dengan membuat
lintasan pengamatan dan pengambilan sampel batuan. Aspek yang diamati antara
lain kondisi morfologi, stratigrafi, dan struktur geologi, serta aspek teknis
penunjang lainnya. Pemetaan geologi detail ini digunakan untuk membuat model
geologi yang berfungsi untuk karakterisasi dan pendugaan keterdapatan
komoditas tambang yang ada di daerah penelitian.

Selama kegiatan pemetaan geologi diambil juga conto batuan untuk diamati
secara fisik dan dianalisis secara kimia. Hal ini dilakukan untuk menentukan jenis
dan karakteristik batuan.

3.2.1.1. Lokasi dan Luasan


Pemetaan geologi dilakukan di dalam lingkup batas WIUP seluas 8 Ha yang
berada di Desa Bobor, Kec. Sukapura, Kab. Probolinggo.

3.2.1.2. Metoda dan Skala


Metode yang dilakukan dengan melakukan survey lapangan dengan melakukan
lintasan geologi, hasil dari lintasan geologi menjadi dasar penentuan batas litologi
di daerah penyelidikan. Pemetaan geologi yang dilakukan mempunyai skala
1:5.000.

3.2.1.3. Pengambilan Contoh / Sampel


Pengambilan sampel dilakukan pada singkapan batuan yang ada di daerah
penyelidikan, jarak pengambilan sampel batuan berkisar antara 100 – 500 m dari
titik pengambilan sampel sebelumnya.
25

3.2.2. Pemetaan Topografi / Batimetri


Kegiatan pemetaan topografi dilakukan bersamaan dengan pemetaan geologi.
Dalam kegiatan ini dilakukan pencatatan elevasi pada beberapa titik di lapangan
yang didapat dari GPS. Peta topografi dibuat dengancara mengintegrasikan data
elevasi yang didapatkan di lapangan dengan citra satelit. Data kemudian diolah
sedemikian rupa sehingga didapatkan peta topografi daerah penelitian yang
memuat informasi kontur ketinggian serta situasional di daerah penelitian dan
sekitar daerah penelitian. Hasil dari pemetaan topografi ini dapat dijadikan dasar
sebagai pembuatan peta geomorfologi dan peta geologi.

3.2.2.1. Lokasi dan Luasan


Perusahaan ini di bangun masuk secara adminitrasi terletak di Desa Bobor
Kedasih, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Dan berbatasan
Kecamatan Lumbang (Utara), Kabupaten Kuripan (Barat), Kecamatan Sumber
(Selatan) dan Gunung Bromo serta Kabupaten Pasuruan (Timur) Luas lahan
Wilayah Izin Usaha Pertambangan seluas 8 Ha.

3.2.2.2. Metoda dan Skala


Pemetaan metode chaining atau pengukuran stratigrafi terukur dan terikat
sepanjang jalur pemetaan menggunakan theodolite digital (SOKKIA DT 740)
dilakukan dengan membuat titik detail sepanjang jalur pemetaan. Pemetaan
geologi Biasanya menggunakan skala pengamatan 1:5000. Inti pekerjaan ini
merupakan kombinasi 3 pekerjaan utama, yaitu navigasi dan pengukuran lintasan,
pengamatan dan pencatatan kondisi geologi secara detail, pengambilan contoh
batuan dan penggambaran peta.

3.2.3 Penyelidikan Hidrogeologi


Penyelidikan hidrogeologi bertujuan untuk mengidentifikasikan lapisan akuifer
atau lapisan pembawa air tanah yang berpotensi mempengaruhi kegiatan
penambangan. Analisis tentang hidrogeologi daerah tambang didasarkan
data litologi, karakteristik batuan dan struktur geologi. Keselamatan dan
kesehatan kerja adalah suata pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
26

kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada


khususnya,dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
1. Lokasi dan Sebaran Data
Kegiatan ini berada di Desa Bobor Kecamatan Sukapura Kabupaten
Probolinggo . Dengan luas izin usaha pertambangan eksplorasi 8 hektar. Data
yang digunakan yaitu berupa data hasil dari pengeboran dan pengeboran
coring.
2. Metoda
Metode yang dilakukan adalah secara langsung menggunakan alat pompa
Groundfos Pump SQ3-105 dan water level test tipe Solint 101. Setelah selesai
coring, maka alat-alat tersebut dimasukkan satu persatu. Dimulai dari
memasukkan water level test kedalam lubang bor kemudian ditandai pada
kedalaman berapa dan kemudian airnya dikeluarkan menggunakan pompa.

3.3 Penyelidikan Laboratorium


Penyelidikan laboratorium dilakukan pada sampel yang diambil dari lokasi
penelitian, penyelidikan dilakukan di laboratorium milik Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya. Penyelidikan laboratorium dilakukan untuk mengetahui tipe
batuan dan komposisi mineral pada setiap sampel

3.3.1. Metoda
Penyelidikan laboratorium menggunakan metode pengamatan petrologi dan
pengukuran densitas batuan, petrologi yaitu metode pemerian metode secara detail
hingga perbesaran 30x menggunakan loupe geologi, mempunyai fungsi untuk
mengetahui karakteristik sampel, tipe batuan, dan komposisi mineral. Sementara
uji densitas yaitu metode pengukuran berat jenis setiap tipe sampel batuan.

3.3.2. Jenis Contoh dan Jumlah


Contoh / sampel batuan yang diambil berupa chip sampling / hand specimen
sample dari singkapan – singkapan yang ada di daerah penyelidikan. Pada setiap
27

singkapan memungkinkan terdapat beberapa jenis batuan, sehingga pengambilan


sampel pada setiap singkapan lebih dari satu sampel.
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN

4.1 Blok / Prospek


Secara umum daerah penyelidikan WIUP mempunyai prospek komoditas batuan
(Basalt). Prospek utama dari penyelidikan ini adalah dari segi kelimpahan
sumberdaya dan urutan rencana penambangan dari yang terdekat ke akses jalan,
sehingga prospek penambangan mempunyai luasan sekitar 5 Ha atau sekitar 85% dari
seluruh WIUP 8 Ha yang secara detil akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.

4.1.1 Pemetaan Geologi


Pemetaan geologi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui sifat-
sifat geologi yang terjadi di daerah eksplorasi khususnya sebaran batuan, batas
lithologi, struktur geologi, khusus yang berhubungan dengan komoditas batuan.

Metode pemetaan geologi dilakukan dengan kompilasi data lintasan terbuka dimana
data geologi berupa singkapan batuan dan tanah lapuknya, struktur geologi, batasan
lithologi, serta indikasi mineralisasi, diplot melalui alat GPS (global position system)
kemudian dituangkan kedalam peta kerja. Hasil pemetaan geologi ini kemudian
dituangkan dalam peta penyebaran potensi batuan, yang kemudian menjadi acuan
dalam penyusunan rencana kegiatan penambangan dan pembagian blok
penambangan.

Tahap awal setelah survey lapangan adalah membuat peta lintasan geologi, titik
pengambilan sampel merupakan titik pelaksanaan chip sampling, pencatatan data, dan
pengeplotan di peta. Lintasan merupakan jejak perjalanan penyelidikan di lapangan,
perjalan yang dilewati mewakili persebaran batuan di sekitarnya juga dijadikan dasar
penarikan satuan batuan.

Peta geologi dibuat berdasarkan kesamaan sumber batuan dan proses geologi yang
terjadi. Data lapangan dilakukan delineasi batas satuan berdasarkan karakteristik pola
29

kontur tertentu yang menggambarkan proses geologi yang terjadi. Dalam peta geologi
lokal daerah WIUP satuan batuan terbagi 2, yaitu batuan basalt yang memiliki
kandungan silika 45-52%, dan batuan piroklastik yang berasal dari gunung bromo.

4.1.1.1 Litologi
Daerah penyelidikan secara singkat terdiri atas dua satuan batuan. Satuan batuan
basalt yang termasuk dalam batuan beku esklusif yang mana merupakan beku
vulkanik berasal dari hasil pembekuan magma yang terjadi di permukan bumi
dengan komposisi basa, batuan ini memiliki kandungan kuarsa tidak lebih dari
20%, kadar Feldspathoid 10% dan presentase mineral Feldspar dalam bentuk
plagioklas sebesar 65%. Komposisi batuan Basalt terdiri atas mineral piroksin,
Amphibole, Plagioklas, dan Gelas vulkanik, keberadaan gelas vulkanik hanya
dimiliki oleh batu basalt.

Tabel 4.1
Statigrafi Penelitian

Tidak hanya batuan basalt di area WIUP juga ditemukan satuan piroklastik yang
berasal dari lahar gunung bromo. Batuan tersebut terdiri dari pumice, scoria
lapilli dan obsidian
1. Satuan Basalt
Satuan Basalt memiliki komposisi paling dominan di area WIUP kurang lebih seluas
80%, merupakan batuan yang berasal dari batuan beku eksklusif gunung bromo
denga besar butir pasir hingga bongka.
30

2. Satuan Piroklastik
Satuan piroklastik Di daerah WIUP hadir seluas kurang lebih 20 %, merupakan produk
dari letusan gunung bromo, tertransportasi oleh aliran sungai dan mengedap
disekitar aliran sungai.

4.1.1.2 Struktur
Batuan yang terdapat di daerah penyelidikan erupakan batuan yang memili struktur
visikular yang mana terdapat rongga pori- pori, hal ini disebabkan oleh karna
pembentukannya terlalu cepat.

4.1.2 Pemetaan Topografi/batimetri


Pemetaan topografi pada ada daerah eksplorasi dilakukan pada titik-titik yang telah
dilakukan analisa langsung dan titik pengambilan chip sampling guna
memperoleh kondisi permukaan daaerah bukaan sesungguhnya serta
penyebaran lokasi layak tambang. Pemetaan ini masih di lakukan dengan cara
sederhana, yaitu dengan menggunakan GPS untuk menentukan titik X, Y, Z
kemudian data ini di overley ke dalam peta dasar topografi global sehingga
topografi detail dapat tergambarkan pada area eksplorasi.

Serangkaian kegiatan yang telah dilakukan pada kegiatan eksplorasi lahan eksplorasi
ini menghasilkan data-data yeng kemudian dievaluasi dan diolah dengan
menggunakan system komputerisasi, maka diperoleh hasil peta topografi sebagai
berikut:
31

Gambar 4.1
Peta Topografi
32

4.1.3 Karakteristik Batuan


Kenampakan kondisi lapisan pada lereng atau tebing-tebing daerah bukaan yang
telah ada sangat memudakan dalam melakukan kegiatan ini, oleh karena
pemercontooan dilakukan permeter kedalam sehingga Analisa lapangan ini
juga dilakukan parameter kedalaman sehingga Analisa lapangan ini juga
dilakukan permeter dari kondisi lapisan yang ada. Untuk mengetahui
kandungan endapan mineral dan batuan secara langsung dilapangan,
dilakukan dengan dua (2) pengamatan.

Pengamatan pertama dengan melihat karakteristik warna dan tekstur tanah dan
yang kedua dengan melakukan pengambilan contoh dengan chip sampling,
hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan kandungan
mineral yang ada pada setiap lapisan, sekaligus sebagai data dasar dalam
penyelesaian peta geologi dan peta penyebaran endapan bahan galian

4.2 Estimasi Sumber Daya dan Cadangan


Dari hasil estimasi sumber daya dari hasil kegiatan penampang geologi, pemetaan
topografi, pembuatan penampang melintang endapan dan model endapan,
pengukuran ketebalan lapisan melalui data litologi maka akan dielevasikan
Sebagian besar sumberdaya endapan bahan galian yang akan diperoleh dari
lokasi pekerjaan.

4.2.1 Metoda
Estimasi sumber daya dengan sistem komputerisasi perhitingan volume cut off
dari elevasi 1.251 mdpl hingga elevasi 1.358 mdpl menggunakan program
surfer. Evaluasi sumber daya dilakukan dengan komputerisasi mengunakan
program dengan metode Triangular Irregular Network (TIN) dimana
perhitungan/grid volume dilakukan berdasarkan bentuk perlaapisan
penampang hasil dari pengukuran.

Berdasarkan Analisa sampel parameter kedalaman kemudian dikelompokan


kedalam lembaran berdasarkan kedar yang terkandung pada masing-masing
lapisan.
33

4.2.2 Parameter Estimasi


Perhitungan cadangan dengan menggunakan konsep cut and fill, hanya dilakukan
pada ke du satuan batuan pada lokasi eksplorasi tersebut. Secara umum,
permodelan dan perhitungan cadangan endapan bahan galian ini memerlukan
data-data dasar sebagai berikut
1. Peta Topografi
2. Data penyebaran singkapan batuan
3. Data dan sebaran titik sampel
4. Peta geologi local (meliputi litologi, stratigrafi, dan struktur geologi)
5. Peta situasi dan data-data yang memuat batasan-batasan alamiah seperti
aliran sungai, jalan, perkampungan, dan lain-lain.

Dari data-data dasar tersebut akan dihasilkan data olahan, yaitu data dasar yang
diolah untuk mendapatkan model endapan secara tiga dimensi.

4.2.3 Jumlah dan Klasifikasi Sumber Daya


Dalam menghitung jumlah dan klasifikasi sumber daya dapat dilakukan dengan
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Data Koordinat Singkapan
Tabel 4.2
Koordinat Singkapan
Koordinat
Penamaan
2. Data Densitas Batuan Bujur Timur Lintang Selatan
Singkapan
D M S D M S
Bl 9 113 03 44.7650 7 55 12.1600
Bl 6 113 03 47.2779 7 55 10.4275
Bl 5 113 03 44.6158 7 55 08.8528
Bl 4 113 03 47.0424 7 55 07.5618
Bl 3 113 03 50.2183 7 55 05.6936
Bl 2 113 03 46.8512 7 55 04.6958
Bl 1 113 03 44.1933 7 55 03.9592
Dari Hasil Analisa densitas batuan, untuk batuan basalt memiliki densitas 2.840
Kg/m3
3. Data Luasan Area dan Kedalaman
34

Dalam pengelolahan data eksplorasi, didapatkan zona prospek untuk penambangan


komoditas batuan basalt mempunyai luasan 5.67 Ha dengan limit 1.251 mdpl
hingga elevasi 1.358 mdpl
4. Hasil Permodelan
Permodelan geologi endapan bahan galian dilakukan untuk dapat menenukan
metode estimasi sumber daya serta mengetahui tonase dan volume bahan
galian tersebut. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program surfer,
QGIS dan Global Mapper. Data yang digunakan untuk menghiyung sumber
daya yakni data koordinat Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP).
Permodelan sumber daya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.1
Permodelan Sumber Daya Terka
35

Gambar 4.2
Permodelan Sumber Daya Terkira

Gambar 4.3
Permodelan Sumber daya Terunjuk

5. Hasil Report Sumber Daya


Perhitungan cadangan dengan menggunakan konsep Cut and Fill, hanya dilakukan
pada sati kelompok batuan. Pada perhitungan terka memiliki volume
4,740,995.0519813 m 3, berdasarkan hasil analisis densitas rata-rata batuan
2.840 Kg/m3, maka tonase batuan basalt adalah 13,464,425,947.62689 Ton.
Pada perhitungan terkira memiliki volume 2,642,125.6906641 m 3,
berdasarkan hasil analisis densitas rata-rata batuan 2.840 Kg/m 3, maka tonase
36

batuan basalt adalah 7,503,636,961.486044Ton. Pada perhitungan terunjuk


memiliki volume 1,034,504.4556415 m 3, berdasarkan hasil analisis densitas
rata-rata batuan 2.840 Kg/m3, maka tonase batuan basalt adalah
2,937,992,654.02186 Ton
37

Anda mungkin juga menyukai